• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Produk - MASKER WAJAH KOMBINASI ARANG AKTIF, TEPUNNG BERAS, DAN MADU SEBAGAI ALTERNATIF PERAWATAN KULIT WAJAH SECARA ALAMI - UNS Institutional Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Produk - MASKER WAJAH KOMBINASI ARANG AKTIF, TEPUNNG BERAS, DAN MADU SEBAGAI ALTERNATIF PERAWATAN KULIT WAJAH SECARA ALAMI - UNS Institutional Repository"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Produk

Setiap orang mempunyai masalah yang berbeda pada kulit wajahnya. “Masker Wajah “BEAUTYBELLE” diproduksi untuk membantu permasalahan pada kulit wajah dengan kandungan zat aktif di dalamnya. Kandungan karbon pada arang aktif membantu proses detoksifikasi pada permukaan kulit wajah. Fungsi detoksifikasi adalah mengeluarkan toksik dan zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Arang aktif juga mengandung mineral yang menyehatkan kulit wajah. Tepung beras berfungsi sebagai scrub yang mengandung amylum, vitamin A dan B yang dapat membantu mencerahkan kulit wajah, mengangkat sel kulit mati, serta menyamarkan noda hitam dan bekas jerawat. Kandungan vitamin dan antioksidan pada madu dapat menutrisi kulit, membantu menghaluskan kulit serta menangkal radikal bebas.

Masker wajah “BEAUTYBELLE” merupakan alternatif perawatan kulit wajah secara alami. “BEAUTYBELLE” terbuat dari bahan alam yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar dan tidak mempunyai efek samping yang berarti. Hidup pada jaman yang selalu menuntut segalanya berlangsung cepat dan dinamis, membuat aktivitas menumpuk sehingga waktu untuk merawat tubuh semakin sedikit. Masker wajah “BEAUTYBELLE” diproduksi dalam sediaan pasta yang sangat mudah diaplikasikan pada semua jenis kulit dan mudah dibersihkan, sehingga sangat cocok sekali dengan gaya hidup sekarang. Tren gaya hidup sehat dan back to nature merupakan peluang pasar yang cukup bagus dalam pengembangan usaha masker wajah “BEAUTYBELLE”.

B. Bahan Baku Produksi 1. Pemilihan Bahan Baku

a) Arang Aktif

(2)

kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya yang luas permukaan berkisar antara 300 m2/g hingga 3500 m/g dan ini berhubungan dengan struktur pori internal sehingga mempunyai sifat sebagai adsorben (Meilita Taryana, 2002).

Arang aktif tidak hanya mengandung atom karbon saja, tetapi juga mengandung sejumlah kecil oksigen dan hidrogen yang terikat secara kimia dalam bentuk gugus-gugus fungsi yang bervariasi, misalnya gugus karbonil (CO), karboksil (COO), fenol, lakton, dan beberapa gugus eter. Arang aktif merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen, dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar, dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan.

(3)

Arang aktif biasanya didapatkan dari toko bahan kimia atau apotik tertentu. Guna membedakan arang biasa dan arang aktif di pasaran dapat dilakukan dengan cara mengecek kejernihan air, misalnya dua gelas berisi air sirup yang sama lalu diberi arang aktif dan arang biasa, arang aktif akan menyebabkan warna sirup menjadi memudar atau semakin jernih tetapi arang biasa tidak merubah apapun. Selain itu apabila dilihat secara visual arang aktif tampak lebih berkilau.

Kandungan senyawa karbon dan mineral dalam arang aktif memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan kebersihan kulit wajah. Berdasarkan manfaat dari senyawa karbon tersebut, arang aktif mempunyai fungsi detoksifikasi pada kulit wajah, karena arang aktif menarik bakteri, racun, bahan kimia, dan kotoran pada permukaan kulit (Anonim, 2017). Detoksifikasi pada wajah oleh arang aktif dapat membantu untuk menyembuhkan jerawat. Detoksifikasi wajah merupakan penyerapan kotoran dan racun dari wajah, racun dan kotoran tersebut nantinya akan dikeluarkan bersama jerawat, sehingga jerawat yang baru muncul di wajah akan cepat matang. Jerawat yang sudah matang pada akhirnya akan mudah mengering dan mengelupas. Kandungan mineral pada arang aktif juga mempunyai manfaat bagi kulit wajah, karena dapat menyehatkan dan menghaluskan kulit wajah. Namun, penggunaan arang yang berlebihan dapat membuat kulit menjadi kering karena kulit mengalami dehidrasi, akibat kandungan air dalam kulit ikut terserap.

b) Tepung Beras

(4)

wajah menjadi kusam. Sel kulit mati yang tertimbun di dalam wajah menyebabkan pori-pori wajah tersumbat, sehingga dapat memicu munculnya noda hitam dan jerawat. Masalah kulit wajah yang kompleks tersebut dapat menyebabkan penuaan dini, karena sirkulasi darah pada wajah tidak lancar sehingga menyebabkan kerutan di wajah. Tepung beras juga bermanfaat menyamarkan noda hitam dan bekas jerawat, serta meratakan warna kulit wajah. Dilansir dari

Boldsky.com (21/5/2017) masker tepung beras dapat membantu menghilangkan kerutan dan garis-garis halus di wajah, menghilangkan bintik-bintik hitam, bekas luka, dan kulit kusam.

Beras dengan berbagai varietas memiliki komposisi penyusun yang berbeda-beda, terutama kandungan amilosa-amilopektin beras tersebut. Secara umum varietas beras dapat digolongkan ke dalam 3 golongan yang berdasarkan pada kandungan amilosanya yaitu : golongan amilosa rendah, sedang dan tinggi. Beras dengan golongan amilosa rendah mempunyai kandungan amilosa 10-20 persen, misalnya beras cisadane dengan kandungan amilosa 20 persen. Apabila kandungan beras tersebut antara 20-25 persen maka dapat digolongkan ke dalam amilosa sedang, contohnya adalah beras IR 64 dengan kandungan amilosa 24 persen, dan golongan amilosa tinggi dengan kandungan amilosa 25-32 persen, contohnya adalah beras IR 36 dengan kandungan amilosa 25 persen. Beras yang digunakan sebagai bahan baku adalah varietas IR-64 yang termasuk kategori amilosa sedang. Kadar amilosa-amilopektin berhubungan dengan

(5)

Asam kojik diketahui bermanfaat dalam mencerahkan kulit wajah, menghilangkan bekas jerawat dan noda hitam serta melindungi wajah dari radiasi sinar UV. Penggunaan beras varietas IR-64 karena lebih banyak dijumpai dan harganya cukup terjangkau.

c) Madu

Menurut Yeni, et all (2015), madu mengandung mineral berupa kalsium, magnesium, yodium, besi fosfor, dan seng. Vitamin-vitamin yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat,biotin, asam folat dan vitamin K. Vitamin C yang terkandung dalam madu inilah yang berkhasiat sebagai antioksidan (Suranto, 2004). Antioksidan mempunyai manfaat sebagai penangkal radikal bebas juga mencegah penuaan dini. Madu banyak digunakan sebagai salah satu bahan produk kecantikan untuk perawatan kulit seperti sabun, krim, lotion, yang dikenal dapat membuat kulit menjadi halus, menutrisi kulit, dan menjaga kelembaban kulit (Yeni et all, 2015).

(6)

berkisar antara 3.5 sampai 5.5). Madu sangat lembut pada kulit sehingga tidak akan mengiritasi kulit yang sangat sensitif sekalipun. Madu baik untuk segala jenis kulit karena sifatnya yang melembabkan bagus untuk kulit yang kering, yang sekaligus juga dapat menyeimbangkan minyak berlebih pada kulit yang berminyak. Madu mengandung antiseptik yang dapat membunuh bakteri penyebab jerawat sehingga dapat membantu mengatasi jerawat dan mencegah jerawat.

2. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku pembuatan masker wajah “BEAUTYBELLE” Herb Black Mask adalah arang aktif, tepung beras, dan madu. Ketiga bahan tersebut mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Arang aktif diperoleh dari Toko Agung Jaya yang beralamatkan di Jalan Yosodipuro Surakarta dengan nama kimia karbon aktif/activated carbon/active charcoal. Tepung beras diperolah dengan cara menepungkan sendiri, beras menjadi tepung beras. Beras yang digunakan diperoleh dari warung kelontong di sekitar rumah penulis. Madu diperoleh dari Griya Herbal “Hana” yang beralamatkan di Jalan Lawu km.430, Karanganyar. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang terjamin kualitasnya dengan parameter diperoleh dari sumber yang tepat dan tidak kadaluwarsa.

3. Pengendalian Mutu Bahan Baku

(7)

terdapat kutu.madu yang digunakan adalah madu murni dengan merk Asy-Syifa yang merupakan madu hasil lebah multiflora dari hutan Kalimantan. Multiflora berarti madu yang dihasilkan tidak hanya bersumber dari satu tanaman saja, melainkan dari beragam jenis tanaman yang ada di hutan. Madu multiflora lebih banyak kandungan gizinya karena berbagai tanaman di hutan memiliki kandungan yang beragam, baik dari tanaman bunga, buah, kayu, maupun tanaman obat. Bahan baku yang telah siap disimpan pada tempat yang kering dan sejuk untuk menghindari kontaminasi, contohnya tumbuh jamur dan mikroba.

C. Proses Produksi

1. Persiapan Bahan Baku a) Arang Aktif

Arang aktif yang digunakan untuk bahan masker adalah berupa serbuk. Arang aktif yang didapatkan dari toko Agung Jaya masih berupa granul berukuran besar, sehingga membutuhkan perlakuan lebih lanjut untuk menjadi bentuk serbuk. Berikut tahapan proses pembuatan serbuk arang aktif:

1)Menimbang granul arang aktif sesuai kebutuhan satu kali produksi yaitu sebanyak 200 gram dengan menggunakan timbangan digital

Gambar 4. Proses Penimbangan Arang Aktif

(8)

Gambar 5. Proses Penghalusan Arang Aktif dengan Alu Lumpang 3)Mengayak arang aktif yang telah menjadi serbuk menggunakan

ayakan agar ukuran partikelnya seragam dan memudahkan proses selanjutnya.

Gambar 6. Proses Pengayakan Serbuk Arang Aktif

4)Menyimpan serbuk arang aktif yang telah lolos ayakan ke dalam toples penyimpanan.

b) Tepung Beras

Tepung beras yang digunakan diolah sendiri dengan cara menepungkan beras secara manual dengan menggunakan lumpang alu. Berikut tahapan persiapan tepung beras:

(9)

Gambar 7. Proses Penimbangan Beras

2) Membersihkan beras dari kotoran yang ada seperti kerikil, kulit biji beras, atau bahan asing lain yang tidak diperlukan,

3) Mencuci beras dengan air yang mengalir, bertujuan agar kotoran yang masih melekat pada beras dapat terlarut dibawa air.

Gambar 8. Proses Pencucian Beras

4) Merendam beras selama ± 8 jam, agar beras menjadi lebih lunak dan memudahkan proses selanjutnya, yaitu proses penepungan.

Gambar 9. Proses Perendaman Beras

(10)

Gambar 10. Proses Penepungan Beras dengan Alu Lumpang 6) Mengayak tepung beras dengan ayakan agar ukurannya seragam

dan mudah digunakan untuk proses selanjutnya.

Gambar 11. Proses Pengayakan Tepung Beras 7) Menyimpan tepung beras ke dalam toples

c) Madu

Madu yang digunakan merupakan madu murni siap pakai sehingga tidak memerlukan tahap pre treatment bahan baku.

Gambar 12. Madu Murni Siap Pakai 2. Tahap Proses Produksi

(11)

gram. Perbandingan komposisi bahan baku antara arang aktif dan tepung beras adalah 2:5 dengan asumsi bahwa tepung beras merupakan bahan dasar pembuatan masker sehingga jumlahnya lebih banyak. Tepung beras juga berfungsi sebagai scrub yang bermanfaat untuk membersihkan kotoran dan mengangkat sel kulit mati.

Gambar 13. Proses Penimbangan Serbuk Arang Aktif

Gambar 14. Proses Penimbangan Tepung Beras

(12)

Gambar 15. Proses Pencampuran Serbuk Arang Aktif dan Tepung Beras

Gambar 16. Proses Pencampuran Serbuk Arang Aktif, Tepung Beras, dan Madu.

Masker yang sudah jadi selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah kemasan masker sebanyak @40 gram. Kemasan lalu disegel dengan menggunakan alumunium foil. Alumunium foil direkatkan dengan cara memasang alumunium foil sesuai ukuran pada leher pot lalu di press

(13)

Gambar 17. Pengemasan Masker ke dalam Wadah Kemasan Masker Sebanyak @40 gram

(14)

Gambar 19. Pemberian Label pada Kemasan

Gambar 20. Produk Jadi “BEAUTYBELLE” 3. Pengemasan

Definisi pengemasan secara sederhana menurut (Tjiptono, 1997:106) adalah sarana yang membawa produk dari produsen ke tempat pelanggan atau pemakai dalam keadaan yang memuaskan. Bahan kemasan harus memiliki beberapa sifat komersial agar dapat difungsikan dengan baik,yang antara lain: harus dapat mewadahi produk, harus dapat melindungi produk, harus dapat menjual produk dan biaya-biaya bahan pengemasan tersebut ditinjau secara keseluruhan adalah wajar dan otomatis.

a) Kemasan

Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. Untuk suatu produk. Tujuan penggunaan kemasan antara lain:

(15)

b. Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya supaya tidak tumpah,

c. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali (refill) atau untuk wadah lain.

d. Memberikan daya tarik (promotion), yaitu aspek artistic, warna, bentuk maupun desainnya.

e. Sebagai identitas (image) produk, misalnya berkesan kokoh/awet, lembut, atau mewah.

f. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung, dan ditangani.

g. Informasi (labeling), yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan kualitas.

h. Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang.

(Tjiptono, 1997:106).

Gambar 21. Wadah Kemasan Masker

Kemasan “BEAUTYBELLE” adalah wadah kemasan masker lulur dan standar ukuran 50 gram berwarna putih bersih yang diperoleh dari Toko Cipta Kimia yang beralamatkan di JL Yos Sudarso No.244, Solo. Wadah kemasan masker tersebut sudah memenuhi tujuan dari proses pengemasan. Kemasan “BEAUTYBELLE” mampu melindungi produk dari kerusakan, mudah digunakan, reusable, mudah didistribusikan, dan awet.

(16)

dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang ditempelkan pada produk.

Gambar 22. Label Kemasan “BEAUTYBELLE”

Brand Label pada kemasan yaitu “BEAUTYBELLE” merupakan nama merk dari produk masker wajah. Brand label diletakkan di sisi depan dengan posisi center agar mudah dilihat dan dibaca. Bagian sisi depan label berisi konten gambar komposisi bahan, slogan “all you need is”, dan berat bersih produk. Backgroud

(17)

komposisi, tanggal kadaluwarsa, layanan konsumen, dan nama produsen. Desain label kemasan tersebut terlihat unik, mewah, dan elegan karena jarang sekali produk masker wajah yang mengenakan label berwarna hitam, kebanyakan berwarna putih atau warna cerah lainnya. Desain yang eyecatching tersebut mampu menarik minat para konsumen untuk membeli karena merasa penasaran dan ingin mencoba produk “BEAUTYBELLE”.

4. Evaluasi Sediaan a) Organoleptik

Secara organoleptik sediaan masker wajah “BEAUTYBELLE” berwarna hitam legam dan agak berkilau, karena dipengaruhi oleh kilau madu. Masker berbentuk pasta yang kental dengan scrub di dalamnya. Masker beraroma khas arang dan madu, sehingga terkesan manis.

b) Lama Waktu Sediaan Mengering

Lama waktu mengering ditentukan dengan cara mengoleskan masker pada punggung tangan sampai mengering, dan dihitung jangka waktu mengeringnya. Setelah beberapa waktu didapatkan waktu mengering selama 30 menit untuk kering secara sempurna. D. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu kegiatan sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler 1997).

1. Strategi Pemasaran a) Produk

(18)

“BEAUTYBELLE”

membantu permasalahan pada kulit wajah dengan kandungan zat aktif di dalamnya. Masker wajah “BEAUTYBELLE” dapat diaplikasikan pada semua jenis kulit baik kulit normal,kering, maupun berminyak. Sediaan fisik masker dalam bentuk pasta memudahkan para konsumen untuk langsung mengaplikasikannya pada kulit wajah tanpa harus mencampur dengan air terlebih dulu seperti masker pada umumnya. Wadah kemasan masker yang ekonomis dan fleksibel sehingga mudah dibawa kemana-mana. Kemasan juga dilengkapi dengan segel yang berfungsi menjaga kualitas produk dan mencegah produk agar tidak mudah tumpah. Desain kemasan yang eye catching

mampu menarik minat pembeli dari kalangan pria maupun wanita, remaja maupun tua untuk membeli produk masker wajah “BEAUTYBELLE”. Masker wajah dari bahan alam ini selain aman digunakan juga sangat ekonomis.

b) Price (Harga)

(19)

Rp 17.000,00, merupakan harga yang cukup terjangkau bagi semua kalangan.

c) Promosi

(20)

Gambar 23. Pemasaran/ Promosi via Whatsapp

(21)

Gambar 25. Promosi dan Respon Konsumen via Media Sosial Instagram

d) Distribusi (Place)

Menurut Daryanto (2013:100), distribusi adalah saluran yang dipakai oleh produsen untuk menyalurkan barang hasil produksinya kepada konsumen, baik berpindahnya hak (penguasaan) hingga pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya. Produk masker wajah “BEAUTYBELLE” dipasarkan di lingkungan sekitar rumah produsen, lingkungan kampus UNS Surakarta, dan lingkungan Karanganyar. Distribusi di sekitar kampus UNS Surakarta dan Karanganyar dilakukan dengan cara Cash on Delivery (COD), yaitu pembeli sebelumnya melakukan pemesanan secara online kepada produsen via media sosial atau aplikasi chat, namun calon pembeli tidak perlu melakukan transfer pembayaran, karena calon pembeli mendapatkan produk tepat setelah pembayaran secara tunai

(22)

sebaliknya kaum pria juga demikian. Usia remaja yang suka mencoba hal-hal baru cocok untuk pemasaran masker wajah “BEAUTYBELLE”, begitu pula usia dewasa yang cenderung sudah lebih banyak mengalami permasalahan pada kulit wajah. Masker wajah “BEAUTYBELLE” dipasarkan dengan label masker alami yang menggunakan bahan dari alam yang sangat aman bagi kulit wajah.

Sediaan masker dengan bentuk pasta cocok untuk para konsumen yang cenderung fleksibel dalam berbagai hal, sangat cocok karena tidak perlu dicampur dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan. Masker wajah “BEAUTYBELLE” dikemas dalam kemasan yang efisien yang mudah dibawa kemana saja, mudah penyimpanannya, dan sangat

reuseable. Harga masker wajah “BEAUTYBELLE” yang cukup

terjangkau yaitu Rp 17.000.00 sangat terjangkau bagi semua kalangan. Semua konsumen dari kalangan bawah sampai atas dapat menjangkau harga tersebut.

E. Analisa Usaha

(23)

1. Biaya tetap (Fixed cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Biaya tetap meliputi peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi dan juga terdiri dari biaya penyusutan alat (Soeharjo 1973). Berikut biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” 20 buah dengan berat 40 gram :

Tabel 4.12. Biaya Tetap Produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” Nama Barang Jum Lah Harga / Satua n (Rp) Nilai Awal (Rp) Nilai Sisa (Rp) Um ur (Bul an) Biaya Penyusut an/Bulan (Rp) Lumpang Alu

1 50.000 50.000 5.000 36 1250

Timbangan 1 40.000 40.000 4.000 24 1500 Sewa

Bangunan

1 100.000 100.000 10.000 1 90.000

Baskom 1 5.000 5.000 500 12 375 Mangkok

Kaca

3 3.000 9.000 900 12 675

Toples 2 7.000 14.000 1.400 12 1050 Saringan 1 2.000 2.000 200 12 150 Sendok 4 2.000 8.000 800 12 600 Panci 1 20.000 20.000 2.000 12 1500 Nampan 1 8000 8000 800 12 600 Gunting 1 3.000 3.000 300 12 225

Total Biaya 97.825

Sumber: Data Primer

Keterangan: 1 tahun = 12 bulan

*Nilai Sisa = 10% Nilai Awal *Penyusutan =

(24)

“BEAUTYBELLE”

2. Biaya Tidak Tetap (Biaya Variabel / VC)

Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi, yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume produksi (Soeharjo, 1973). Biaya tidak tetap disebut juga biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Berikut biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah dengan berat 40 gram :

Tabel 4.2. Biaya Variable Produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” Nama

Bahan

Kuantitas Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Masker 1 buah 1.000 1.000

Lateks 1 buah 1.000 1.000

Arang Aktif 250 gram 18.000/kg 5.400 Beras 500 gram 10.000/kg 5.000 Madu 200 gram 70.000/kg 14.000 Alumunium

Foil

2 meter 18.000/8 m 4.500

Wadah kemasan masker

20 buah 2.000 40.000

Stiker 40 buah 300 12.000

Lap 1 buah 3.000 3.000

Tenaga Kerja

10 jam 6.000 60.000

Promosi 10.000 10.000

Transport 2 liter 8.000 16.000 Listrik 1 kali produksi 5.000 5.000

Total Biaya 176.900

(25)

Berdasarkan Tabel 4.6.2 menunjukan total biaya variabel yang harus dikeluarkan dalam produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”. Total biaya variabel yang dihasilkan dalam produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah dengan berat 40 gram adalah sebesar Rp 176.900,00

3. Biaya Total Produksi (Total Cost/ TC)

TC = Biaya Tetap (FC) + Biaya Variabel (VC) = Rp 97.825 + Rp 176.900

= Rp 274.725

Total biaya produksi merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya variabel yang dikeluarkan dalam 1 periode produksi. Jadi, total biaya keseluruhan untuk produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 buah adalah sebesar Rp. 274.725,00. 4. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan) dimaksudkan untuk menetapkan modal atau biaya yang diperlukan untuk membuat suatu produk, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual produk (Soekartawi 1995). Harga pokok produksi (HPP) merupakan harga suatu barang yang dapat ditentukan dan dikontrol oleh produsen. Berikut adalah Harga Pokok Penjualan Masker Wajah “BEAUTYBELLE” per kemasan (buah) :

HPP = Biaya Total TC

Total unit produk

= p . = Rp 13.736

Berdasarkan perhitungan HPP produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE” diatas, diperoleh HPP per unit sebesar Rp 13.736,00. Hal tersebut berarti nilai biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk Masker Wajah “BEAUTYBELLE” per kemasan adalah sebesar Rp 13.736,00/ unit.

(26)

dari harga pasar mengakibatkan barang tidak laku dijual, sebaliknya bila HJP jauh dibawah harga pasar berakibat kepada berkurangnya keuntungan atau laba.

HJP = HPP + Laba Usaha

= Rp 13.736+ Rp 3.264 (24 %) = Rp 17.000

Harga jual produk dimaksudkan untuk menghindari kerugian dengan mendapatkan keuntungan yang layak. Berdasarkan perhitungan HJP diatas, harga jual produk Masker Wajah “BEAUTYBELLE” adalah sebesar Rp 17.000,00/ unit dengan laba yang diinginkan sebesar Rp 3.264,00/ unit.

6. Total Penerimaan (TR)

Penerimaan (Revenue) usaha adalah penerimaan dari hasil penjualan

outputnya (Boediono, 2002). Penerimaan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan produk yang sebanding dengan banyaknya produk yang berhasil dijual. Berikut adalah total penerimaan usaha dari produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”:

Total Penerimaan (TR) = Harga Produk x Jumlah Produksi = Rp 17.000 x 20

= Rp 340.000

(27)

Masker Wajah “BEAUTYBELLE” sebanyak 20 unit dengan harga jual produk sebesar Rp 17.000,00 adalah sebesar Rp. 340.000,00.

7. Keuntungan

Total Keuntungan = Penerimaan Usaha – Biaya Total = Rp 340.000 – Rp 274.725

= Rp 65.275

Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan biaya total produksi. Keuntungan yang didapat dari penjualan Masker Wajah “BEAUTYBELLE” ini adalah sebesar Rp. 65.275,00.

F. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha penting dilakukan guna menghindari kerugian dan tolak ukur dalam pengembangan serta kelangsungan usaha. Analisis Kelayakan Usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha, baik dari segi ekonomis, teknik maupun finansial. Pada usaha skala kecil (mikro) paling tidak menggunakan BEP, R/C Ratio dan B/C Ratio sebagai alat analisis kelayakan agribisnis (Mahyuddin, 2008).

1. BEP(Break Event Point)

BEP adalah situasi dimana suatu usaha tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak menderita kerugian usaha. Break Event Point

(BEP) adalah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan dan biaya bertemu seimbang sehingga belum terdapat selisih atau keuntungan maupun kerugian. BEP memiliki dua tinjauan yaitu ditinjau dari unit atau jumlah produksi dan ditinjau dari harga penjualan produk. Menurut Suratiyah (2006), ada 3 pendekatan penetapan BEP, yaitu BEP Unit, BEP Penerimaan dan BEP Harga. Berikut adalah BEP dari produksi Masker Wajah “BEAUTYBELLE”:

a. BEP Unit (Produksi)

(28)

= p . p . - p .

= p p .

= 11,9 = 12 unit

Berdasarkan perhitungan diatas, BEP Produksi (Unit) Masker Wajah “BEAUTYBELLE” adalah 12 unit. Artinya, untuk mendapatkan titik impas dimana tidak mengalami keuntungan dan kerugian maka perlu melakukan penjualan sebanyal 12 unit.

b. Nilai BEP

Nilai BEP yaitu sejumlah uang yang didapatkan produsen dari hasil penjualan produk agar tidak mengalami untung atau rugi..

BEP Rupiah (Rp) = Biaya Tetap

-Biaya Variabel UnitHarga Produk

= p .

- p . p .

=

= Rp 203.802,00

= Rp 204.000,00

. Nilai BEP artinya uang penjualan Masker Wajah “BEAUTYBELLE” yang perlu diterima agar terjadi BEP adalah sebesar Rp 204.000,00

(29)

Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan efisiensi usaha, yaitu ukuran perbandingan antara Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = TC). Dengan nilai R/C, dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Usaha efisiensi (menguntungkan) jika nilai R/C > 1.

R/C Ratio Total PenerimaanBiaya total = p .

p .

= 1,23 > 1

(30)

Proses produksi masker wajah “BEAUTYBELLE”

dengan baik dan cukup berhasil. Tahapan produksi dimulai dari pemilihan bahan baku, persiapan bahan baku (arang aktif yang telah dihaluskan, tepung beras, dan madu), proses pembuatan masker (menimbang arang aktif 200 gr, tepung beras 500 gr, madu 200 gr, lalu mencampur arang aktif dan tepung beras hingga merata, mencampur serbuk arang dan tepung beras yang sudah rata dengan madu hingga homogen, mengemas masker ke dalam wadah kemas sebanyak @40 gr, menyegel kemasan dengan alumunium foil, kemudian diberi label pada kemasan) hingga produk siap dipasarkan.

b. Pemasaran masker wajah “BEAUTYBELLE” bertajuk Herb Black Mask with Carbon Active yang dilakukan melalui media sosial Instagram dan aplikasi chat Whatssapp dan BBM serta pemasaran secara langsung dari mulut ke mulut. Kedua media pemasaran sangat efektif dan efisien, produk “BEAUTYBELLE” yang berjumlah buah dapat terjual habis selama kurang lebih 14 hari.

c. Usaha masker wajah “BEAUTYBELLE” bertajuk Herb Black Mask with Carbon Active mempunyai R/C Ratio sebesar 1,23 yaitu lebih dari satu, yang artinya layak untuk dijalankan.

B. Saran

Untuk menghasilkan kosmetik herbal yang teruji keamanannya secara klinis maka perlu dilakukan uji laboratorium yang lebih mendalam. Kosmetik yang sudah memiliki sertifikat pengujian, lebih disukai oleh konsumen secara luas. Oleh sebab itu, diperlukan pengujian skala laboratorium agar benar-benar teruji khasiat dan keamanannya.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Aceng Ridwan Fauzi dan Nurmalina. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Elex Media Komputindo

Anonim. 2017. 5 Manfaat Rahasia Arang Untuk Kecantikan Alam.

http://breaktime.com.Diakses pada 6 Juni 2017 Pukul 11.15

WIB

2017. Manfaat Tepung Beras Untuk Kecantikan Anda.

http://lifestyle.liputan6.com. Diakses pada 6 Juni 2017 Pukul 11.20 WIB

2017. Kandungan Tepung Beras. www.organisasi.org.. Diakses pada

6 Juni 2017 Pukul 10.57 WIB

2017. Tepung Beras Untuk Kecantikan . www.boldsky.com. Diakses

pada 19 Mei 2017 Pukul 11.01 WIB

Austin, G.T. . Shreve’s Chamical Process Industry. Fifth Edition. MCGraw -Hill Book Company, New York : 136-138.

Budiono. 2002. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis: Pengantar Ilmu Ekonomi No.1. BPFE, Yogyakarta.

Christine Suharto Cenadi, Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran

Jurnal Nirmana Vol. 2 – No. 1, Januari 2000, Universitas Kristen Petra Surabaya

Daryanto. 2013. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Cetakan II. Januari 2013. PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.

David. 2000. Manajemen Strategi. Prendhallindo, Jakarta

Dewi Muliyawan dan Neti Suriana. 2013. A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media

Dwikarya, Maria. 2002. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka. Engel, J; Blackwell, R. 2004. Consumer Behavior. Dryden Press Chicago Fehri,

B., Aiache, J. M., Mrad, S., Korbi, S. & Lamaison, J. L. 1996. Olea europaea L. : stimulant, anti-ulcer and anti-inflammatory effects. Boll. Chim. Pharm. Vol 135 (1), 42-49.

Fellow, P.J. 1988. Food Processing Technology Principle and Practice. Ellis Horwood, New York.

Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku dua Edisi delapan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

(32)

1. Bandung: Pionir Jaya.

Jamilatun, Siti, Martomo S. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair Spektrum Industri, 2014, Vol. 12, No. 1, 1 – 112

Kadariah. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Karo - karo et al. 1995. Tingkat Pendapatan Usaha Kereman Sapi Aceh (The Level of Income From Aceh Cattle Fattening Scheme), JPPS Vol 1 No. 5, Januari 1995.

Kotler Philip dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Penerbit Prentice Hall, Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, P., V.Wong, J. Saunders, G. Armstrong. 2006. Principles of Marketing. Pearson Education Limited, England.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Kottler, Philip dan Keller, K. 2008. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta. Lempang, M. 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Jurnal Penelitian

Kehutanan Vol 11 No 2. Balai Penelitian Kehutanana Makassar, Makassar. Madjid, Emma. 2011. 500 Rahasia Cantik Alami. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Maysuhara, S., 2009, Rahasia Cantik, Sehat, dan Awet Muda, Yogyakarta (ID), Pustaka Panasea.

Meilita, Taryana. 2002. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya),

Skripsi Jurusan Teknik Industri, FT-USU, (2002)

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Mulyadi. 1993. Akutansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Penjualan Pengendalian Biaya. Yogyakarta. BPFE UGM.

(33)

Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Prawirosentono, Sujadi. 1997. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sacharow, S and Griffin, R. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI Publishing Co Inc., Westport Connecticut.

Saraf, S. 2006. Textbook of Oral Pathology. Jjeypee Brother Publisher, USA. Sari, Reny Puspita. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha

Agroindustri Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) di Kabupaten Trenggalek. Malang.

Sethpakdee, S. 2002. Citrus aurantifolia, In: adible fruit and nut: prosea sent resources of south east asia. 2, 126-128.

Setiadi, 2007 cit Sutarna, Titta, 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel dari Ekstrak Etanol Daun The Hijau (Camelia sinensis L.) dan madu Hitam (Apisordata) sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1 (1), 17-23

Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press, Malang

Slavtcheff, 2000 cit Rahmi, Formulasi dan Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak daging Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Perbedaan Konsentrasi PVA. Karya Tulis Ilmiah: Progam Studi D3 farmasi. STIKES Muhammadiyah Ciamis.

Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi - sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta

Sriyono, R.A., Andriani, I., 2014, Naskah Publikasi: Daya Bakteri Ekstrak Eetanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap Bakteri Porphyromonas gingivalis, Yogyakarta: FKIK UMY

Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik.. Jakarta. Penebar Swadaya.

Suranto, 2004 cit Sutarna, Titta, 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel dari Ekstrak Etanol Daun The Hijau (Camelia sinensis L.) dan madu Hitam (Apisordata) sebagai Antioksidan. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 1 (1), 17-23

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya

(34)

Tranggono, R.I., dan F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia, Jakarta

Vita, M. 2015. Pembuatan Ketan Hitam sebagai Masker. Skripsi. Fakultas Teknik. Uness.Semarang

Widiyono dan Mukhaer Pakkanna. 2013. Pengantar Bisnis : Respon terhadap Dinamika Global. Mitra Wacana Media. Jakarta.

(35)

Gambar

Gambar 4. Proses Penimbangan Arang Aktif
Gambar 6. Proses Pengayakan Serbuk Arang Aktif
Gambar 9. Proses Perendaman Beras
Gambar 12. Madu Murni Siap Pakai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peran Uni Afrika sendiri terhadap lahirnya Perjanjian Pretoria cukup signifikan, karena Uni Afrika secara langsung melakukan pendekatan kepada pihak-pihak

Dora diminta untuk mengambil keris pusaka, sedangkan Sembada diminta untuk tetap menjaga keris pusaka itu sampai Aji Saka sendiri yang datang mengambilnya. Dora

setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan kit Bovipreg dan satu ekor kambing betina didiagnosis tidak bunting (negatif). Gambaran hasil dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil

Faktor-faktor yang Memengaruhi Repeat Breeder Pada Sapi Potong di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah..

Setelah melakukan penelitian dan observasi peneliti mencoba mengemukakan alternatif pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi, yaitu perlu dibuat suatu sistem yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan–kesulitan yang dialami siswa kelas VII SMP PGRI Arjosari dalam menyelesaikan persoalan aljabar yang berkaitan dengan konsep dan prinsip

Informasi Saldo Transfer Uang Baca Kode Operator Baca Password Baca No Kartu Baca PIN Get Unconfigrm Deposit Request Bank Confirm Deposit Baca Jumlah Penarikan Baca Jumlah

Dari hasil survei statis pada hari Senin sampai dengan hari Minggu, dapat diketahui bahwa frekuensi pelayanan memiliki jumlah yang sama banyaknya, yaitu sebanyak 4 (empat)