• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGGUNAAN QIRA ATII DI TPQ AL-MUTTAQIN PEKIRINGAN ALIT KAJEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENGGUNAAN QIRA ATII DI TPQ AL-MUTTAQIN PEKIRINGAN ALIT KAJEN PEKALONGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGGUNAAN QIRA’ATII DI TPQ ”AL-MUTTAQIN” PEKIRINGAN ALIT KAJEN PEKALONGAN

A. Visi, Misi dan Tujuan TPQ ”Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan

visi dan misi serta tujuan kelembagaan TPQ ”Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan1 adalah sebagai berikut

1. Visi

Terciptanya anak yang aktif, kreatif, inovatif serta menjadi generasi Islam yang qur’ani.

2. Misi

a) Mewujudkan anak yang cerdas dengan pembelajaran melalui pembangunan daya pikir (kognitif)

b) Mewujudkan anak yang aktif dengan rangsangan pembelajaran yang menonjolkan peran anak

c) Mewujudkan anak yang kreatif dan inovatif dengan pembelajaran pengembangan daya cipta dan seni

d) Mewujudkan anak yang beriman, berakhlakul karimah melalui pembiasaan sehari-hari serta mampu mebaca Alquran dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

1 Dokumentasi TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan , diakses tanggal 16 April 2014.

(2)

3. Tujuan TPQ ”Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan

Adapun tujuan penyelenggaran pendidikan di TPQ ”Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan adalah menjadikan anak yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, kreatif, mandiri, dan berakhlakul karimah serta mampu membaca Alquran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. TPQ ”Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan menjadi tempat belajar Alquran yang bermutu, berkualitas, menyenangkan, dan menjadi yang terdepan di desa Pekiringan Alit kajen.

B. Gambaran tentang Qira’atii 1. Pengertian Qira’atii

Kata Qira’atii yang merupakan kata bahasa arab yang berarti bacaan. Qira’atii merupakan bentuk kata matsdar dari qara’a yang artinya bacaan. Dengan demikian jilid Qira’atii adalah suatu cara pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan penggunaan berbagai contoh-contoh bacaan yang banyak dalam rangka memperoleh hasil dari tujuan kegiatan pembelajaran tersebut. Penyebutan Qira’atii dari metode pembelajaran cara cepat memahami Alquran dan memberi kemampuan untuk membaca Alquran.2

Metode Qira’ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (Wafat: 2001 M) dari Semarang Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari Alquran secara cepat

2 Dachlan Salim Zarkasi, Qira'ati, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur'an (Semarang: Kp Kebon Arum, 1990), hlm. ii.

(3)

dan mudah. Kiai Dachlan yang mulai mengajar Alquran pada 1963, merasa metode baca Alquran yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat).3

Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca Alquran untuk TK Alquran untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira'atii. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'atii. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qira’atii kian diperluas. Kini ada Qira’atii untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran menggunakan Qira’atii adalah: a. Klasikal dan privat

b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri ( CBSA)

c. Siswa membaca tanpa mengeja.

d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.4

Penggunaan Qira’atii adalah salah satu pembelajaran ilmu-ilmu kaidah membaca Alquran yang mengambil intisari dari berbagai kitab-kitab ilmu kaidah bacaan berupa ilmu tajwid yang dilengkapi dan

3 Departemen Agama RI, Metode-metode mengajar Al-Qur'an di sekolah-sekolah Umum, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1994/1995), hlm. 64-65.

(4)

diperbanyak dengan contoh-contoh kalimat bacaan yang terdapat dalam ayat-ayat Alquran sebagai suatu cara untuk memudahkan peserta didik yang mempelajarinya. 5

Kepraktisan Qira’atii adalah terletak pada penggabungan rumusan-rumusan dalam kaidah ilmu tajwid dengan contoh-contoh kalimat yang dijumpai dalam bacaan-bacaan ayat suci Alquran. Terlebih lagi jilid

Qira’atii dalam mengetengahkan materi-materi ilmu tajwid disusun secara sistemik dalam suatu pengenalan kaidah yang termudah sampai pada kaidah yang tersulit dari tanda-tanda bacaan dalam membaca Alquran. Jilid Qira’atii dibuat dalam jilid-jilid yang berjumlah enam (6) jilid, pada jilid-jilid tersebut dipenuhi dengan kunci-kunci bacaan tajwid dan kalimah praktis berupa bacaan yang mudah untuk dilantunkan, yang berisi kalimat dari suatu kaidah tajwid yang diketengahkan atau yang dibahas dengan contoh-contoh kalimat yang diambil dari ayat-ayat Alquran.

Jilid Qira’atii yang disusun oleh H. Dachlan Salim Zarkasi ini terdiri atas enam (6) jilid, kemudian dilengkapi dengan Qaidati atau yang disebut dengan rumus dan kaidah tentang kunci tata cara membaca Alquran sesuai dengan hukum bacaan dalam ilmu tajwid. Kaidah tersebut yang menguraikan tentang penerapan rumus tajwid yang diterapkan dalam bacaan Alquran.

Rumusan atau tatamah yang menguraikan tentang praktek penerapan tentang kaidah-kaidah penerapan bunyi bacaan yang sesuai dengan hukum

(5)

tajwid. Jilid Qira’atii yang merupakan satu kesatuan jilid praktis yang ditujukan bagi peserta didik atau dalam usia belajar pada tingkatan taman kanak-kanak dan juga sekolah dasar dalam rangka mendalami Alquran dan meningkatkan kemampuan membaca Alquran dengan baik dan benar.6

Qira’atii bila disandarkan pada ilmu metode pendidikan, dimana metode pendidikan berasal dari kenyataan yang menunjukkan bahwa tujuan pendidikan akan dapat dicapai melalui cara-cara tertentu yang diambil oleh pendidik yang diterapkan bagi peserta didik. Ketidak-tepatan dalam penerapan suatu metode dalam pendidikan kiranya akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat akan membuang waktu dan tenaga yang tidak perlu.7

Qira’atii yang dikembangkan oleh H. Dachlan Salim Zarkasi ini memang berangkat dari pengalaman beliau ketika dalam upaya mengembangkan metode yang praktis dalam meningkatkan kemampuan peserta didik yang masih berusia dini, yaitu 4-6 tahun dalam membaca Alquran secara baik dan benar. Dalam mukadimah yang disampaikanya di buku jilid Qira’atii, beliau mengilustrasikan alasanya menyusun jilid

Qira’atii tersebut sebagai suatu cara atau metode pengajaran yang praktis dan mudah di dalam mendalami Alquran serta menumbuhkan kemampuan anak-anak sebagai peserta didik untuk bisa membaca Alquran dengan baik dan benar.

2. Ibid., hlm. ii.

7 Abdurahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an Cet-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), hlm. 97.

(6)

Penyusuanan buku Qira’atii ini berangkat dari suatu kesadaran bahwa perlu dilakukan suatu cara yang efektif dalam mengenalkan Alquran kepada anak-anak yang masih dalam usia dini agar mampu membaca Alquran dengan fasih sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Dengan adanya metode belajar Alquran yang praktis yang dipegang oleh para ustadz sebagai pembimbing atau pengajar diharapkan memudahkan para santri atau peserta didiknya untuk meningkatkan kemampuan membaca Alquran.

Penggunaan Qira’atii tersebut dimaksudkan untuk membantu para ustadz atau dewan guru dalam membimbingan anak-anak yang masih berusia dini atau balita mampu belajar Alquran dengan mudah dan menyenangkan. Buku berupa jilid-jilid dalam Qira’atii merupakan saduran kalimat-kalimat atau lafadz yang ditata sedemikian rupa dari tahapan yang paling sederhana menuju tahapan yang yang semakin meningkat disertai dengan rumusan ilmu tajwid, sehingga jilid Qira’atii sangat tepat untuk dipelajari baik dikalangan santri atau para peserta didik dari anak-anak usia dini yang berada di lingkungan Madrasah dan Taman Pendidikan Alquran (TPQ).8

Isi dalam Qira’atii dengan jilid-jilid buku tersebut berupa contoh-contoh kalimat yang diambil dari lafadz-lafadz yang ada dalam Alquran bagi para peserta didik dalam usia anak-anak belajar yang senang bernyanyi sehingga lafaz tersebut dapat dilagukan sesuai dengan

(7)

makharijul huruf dengan sebaik-baiknya. Bila lafaz-lafaz tersebut mampu dilafalkan dengan baik, maka peserta didik telah menguasai kaidah-kaidah dari ilmu tajwid tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofis Islam yang mempunyai cara tersendiri dalam mengajarkan syair dan sajak, dimana guru atau pendidik memilihkan lafaz yang mudah dan singkat sehingga akan terasa mudah untuk dilafazkan oleh anak didik.9

Pelaksanaan pembelajaran dengan Qira’atii memang terasa cocok bagi peserta didik dalam usia anak-anak, yaitu pada masa sekolah di Taman Pendidikan Alquran (TPQ) yang umumya bagi mereka yang sekolah formalnya masih berada di tingkat Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibitidaiyah (MI) dan juga tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang masih berada di Taman Kanak-kanak (TK).

Pada dasarnya jilid Qira’atii adalah sebagai sebuah proses di dalam mencari dan menemukan formulasi yang tepat dalam mendalami Alquran sekaligus upaya untuk mencapai kemampuan membaca Alqur'an dengan baik dan benar. Penerapan jilid Qira’atii tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan suatu metode dalam pendidikan yaitu secara bertahap mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks. Hal ini senada dengan bunyi hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa sebagai pendidik yang baik adalah memulai mengajarkan

9 Misbahul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Qur’an dilengkapi dengan Tajwid dan Qasidah, Cet. III (Surabaya: Apollo, 2003), hlm. 31.

(8)

manusia dengan materi pengetahuan yang mudah sebelum mengajarkan yang sulit-sulit.10

Secara umum penggunaan Qira’atii sebagai upaya dalam

pembelajaran membaca Alquran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid dengan sistem pendidikan dan pengajaran qira’atii yang berpusat pada murid atau anak didik dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).

2. Bagian-bagian dalam Qira’atii Jidil I-VI

Bagian-bagian dalam Qira’atii dapat dilihat dari jilid-jilid buku

Qira’atii yang berjumlah enam (6) jilid. Masing-masing pada jilid berupa rumusan-rumusan yang berbentuk kaidah ilmu tajwid dengan dilengkapi penjabarannya berupa kalimat-kalimat contoh yang diambilkan dari bunyi ayat-ayat Alquran.

Untuk mengerti lebih lanjut akan bagian-bagian dari Qira’atii dapat dilihat dari buku jilid Qira’atii yang berisikan rumusan atau kaidah penerapan ilmu tajwid sebagai metode praktis mendalami kaidah tajwid dan tanda-tanda bacaan dalam membaca Alquran. berikut secara singkat isi dari bagian-bagian materi kaidah ilmu tajwid yang diterapkan dalam pembelajaran Qira’atii untuk belajar membaca Alquran yang berisikan enam (6) jilid tersebut.

(9)

Sebelum memulai pembelajaran Alquran dengan jilid Qira’atii terdapat beberapa petunjuk penjelasan teknik mengajar11 dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bahwa buku jilid Qira’atii ini terdiri dari enam (6) jilid

b. Hendaknya setiap kelas maksimal terdiri dari 20 peserta didik atau santri dan khusus untuk jilid I hendaknya 1 kelas terdiri maksimal 15 anak.

c. Mengajar pada jilid I dan II sebaiknya perorangan (tidak klasikal). Supaya keadaan kelas tenang sewaktu guru atau ustdaz mengajar satu demi satu santri, keseluruhan santri atau peserta didik yang lain belajar menulis.

d. Mengajar pada jilid III sampai VI (terakhir) sudah termasuk mengajar Alquran, sebaiknya secara klasikal. Namun setiap murid diberi kesempatan membaca sekitar dua atau tiga baris untuk mengetahui kemampuan membaca para santri atau peserta didik.

e. Murid atau santri dibolehkan melanjutkan ke jilid berikutnya, jika mampu membaca dengan lancar tanpa ada salah baca.

f. Pelajaran sholat, do'a diberikan menjelang usai pelajaran.

Berikut merupakan penjelasan dari bagian-bagian pada jilid Qira’atii yang menempatkan runtutan-runtutan pembelajaran Alquran dari yang sederhana sampai pada tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan urutan Jilid I sampai VI sebagai berikut:

(10)

1) Jilid I

Guru atau ustadz menjelaskan pokok pelajaran, dilanjutkan dengan memberikan contoh membaca sekedar satu atau dua baris, tanpa diuraikan. (alif fatkha a. ba’ fatkha ba) dengan dibaca langsung huruf hidup dua-dua huruf/tiga-tiga huruf dengan cepat dan tidak memanjangkan suara huruf pertama atau huruf yang terakhit. Supaya dibaca sama pendeknya setiap hurufnya. Mengajarkan pada jilid ini tidak dibenarkan menuntun, peserta didik harus mampu baca sendiri sejak jilid satu sampai membaca Alquran. Adapun isi materi dari jilid I adalah pengenalan huruf hijaiyah yang berharokat fatkha dari dua-dua huruf dan tiga-tiga huruf.

2) Jilid II

Guru menjelaskan pokok pelajaran berupa huruf hijaiyah yang disambung dari tiga huruf dengan pengenalan tanda baca fatha dengan coret di atas dibaca a, tanda baca dhomma dibaca u. Kemudian tanda tanwin, dengan tidak menguraikannya. Peserta didik membacanya berulang-ulang samapai bisa. Memasuki halaman 25 sampai terakhir jilid II menjelaskan tentang mad dengan tanda alif, ya dan wawu.12 3) Jilid III

Cara pembelajaran hampir sama dengan jilid-jilid semelumnya yaitu dibaca langsung, tiadak diuraikan dan ustadz atau guru tidak menuntut untuk membaca. Santri atau murid membaca sendiri berupa

(11)

halamanya. Pada jilid III terdapat 3 pokok pembahasan (yang diberi garis bawah) dengan memperhatikan halaman 1, 2, 4, 6, 10, 15, 19, 26, 28, 31, 35, 38 dan 41.13

4) Jilid IV

Cara pembelajaranya mulai dikenalkan nun sukun langsung dengan bacaan tajwid, mengenalkan tanwin harus dibaca dengung sebab sama dengan suara nun sukun (pada halaman 5), mulai dikenalkan bacaan mad wajib/jaiz supaya dibaca panjang nyata (pada halaman 7), pelajaran makhrajsin dan syin, ha dan kha (pada halaman 10 dan 16), mengenalkan nun dan mim bertasydid supaya dibaca ghunnah nyata, mengenalkan huruf-huruf bertasydid supaya ditekan membacanya (halaman 19 dan 23), mengenalkan huruf wawu yang yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda harokat (halaman 25), mengenalkan setiap mim sukun tidak boleh dibaca dengung kecuali bila berhadapan atau betemu huruf mim (halaman 30), mengenalkan setiap nun sukun bertemu dengan huruf mim, suara huruf nun sukun hilang ditukar dengan huruf

mim sukun (halaman 32), mengenalkan setiap nun sukun bertemu huruf

lam/ra suara nun sukun atau tanwin hilang ditukar dengan suara lam/ra sukun (halaman 36 dan 39) dan penjelasan di setiap kata baris paling bawah harus dibaca peserta didik (setiap halaman jilid IV).14

13 Ibid., Jilid III.., hlm. 1-50 14 Ibid., Jilid IV., hlm. 1-50

(12)

5) Jilid V

Cara pembelajarannya mulai dikenalkan dengan tanda bacaan yang ada pada setiap kotak dibarisan paling bawah setiap halaman jilid ini sampai halaman 30, mulai dari hukum nun sukun dan tanwin, mim sukun, tanda mad, tanda waqaf (berhenti) dan qalqalah, diteruskan pada halaman 31 sampai akhir diambilkan darai contoh-contoh bacaan dalam ayat-ayat Alquran.15

6) Jilid VI

Pada jilid ini para santri atau peserta didik mulai membaca bacaan dalam lembar jilid dengan menggunakan kaidah tajwid dan dikenalkan pula membaca Alquran dari juz satu, sebagi latihan membaca Alquran secara baik dan benar. Cara mengajar pada halaman 5, 6,10,11, 16,17, 21, 22, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, dan 44 diawali dengan seluruh peserta didik membaca dilanjutkan dengan membaca satu ayat sampai selesai halaman. Dianjurkan selesai jilid ini, peserta didik melanjutkan ke kelas ghorib.16

Demikian isi dari materi yang ditawarkan dalam jilid Qira’atii yang diterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang mengedepankan materi ilmu-ilmu agama. Jilid Qira’atii tersebut bila diterapkan dengan sebaik-baiknya tentu akan menjadi pembelajaran yang sangat bermanfaat dan diperlukan bagi peserta didik.

15 Ibid., Jilid V., hlm. 1-50 16 Ibid., Jilid VI., hlm. 1-50

(13)

Pembelajaran dengan Qira’atii sebagai suatu usaha penyampaian materi ilmu alat tajwid yang dilakukan oleh pengajar atau guru dengan bentuk dan model klasikal ataupun perseorangan, yaitu guru menjelaskan dan mencontohkan bunyi lafaz dalam kaidah tajwid yang ada dalam buku jilid tersebut, yang kemudian dibunyikam untuk diikuti dan ditirukan oleh peserta didik secara berulang-ulang, setelah itu siswa membaca satu persatu dengan contoh yang tersedia dalam buku jilid Qira’atii tersebut.

Pembelajaran dengan Qira’atii merupakan suatu cara pembelajaran dengan memberikan penekanan pada pemahaman melalui contoh-contoh dengan ayat-ayat Alquran sebagai bentuk dari pengaplikasian kaidah-kaidah tajwid secara runtut sesuai dengan runtutan keterangan secara bertahap yang ada di kotak baris bawah sebagai rumusan cara menbaca Alquran dengan kaidah tajwid.

Pengaplikasian contoh-contoh dalam Qira’atii tersebut akan menuntun para peserta didik untuk cepat memahami dari unsur-unsur kaidah-kaidah sebagai rumusan membaca Alquran ataupun sebagai dasar mendalami Alquran. Sebab didalam jilid Qira’atii juga diterapkan dua rangkaian penerapan antara pelafalan makhrajul huruf dari pembacaan-pembacaan contoh-contoh ayat-ayat Alquran tersebut dan tanda-tanda baca yang selalu dijumpai dalam mushaf Alquran.17

3. Gharib

Materi gharib adalah tambahan untuk mendalami dan memperlancar bacaan Alquran agar ssuai dengan nkaidah ilmu tajwid. Penggunaan gharib

(14)

dilakukan kepada anak didik yang telah menyelesaikan jilid I –VI dan dilakukan uji coba kelulusan dan nyatakan lulus. Isi materi gharib meliputi ayat-ayat pilihan dalam Alqur’an dan pengulangan kesimpulan dari materi ilmu tajwid yang harus dikuasai oleh anak-anak didik untuk membaca Alquran secara penuh atau belajar dengan langsung menggunakan mushaf Alquran.

C. Penggunaan Qira'atii dalam Pembelajaran Membaca Alquran di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan

Penggunaan Qira’atii dalam pembelajaran membaca Alquran di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan mengikuti prosedur yang ditentukan berdasarkan pelatihan guru atau pendidik yang mengikuti program paket belajar menggunakan metode Qira’atii. Pelatihan itu diberikan oleh pembina yang telah mendapat syahadah dari penyusun atau penemu metode pembelajaran Qira’atii yaitu KH. Dachlan Salim Zarkasi dan untuk wilayah Pekalongan diamanatkan kepada KH. Chumaidi yang mengelola Masjid dan TPQ AL-Karomah Tirto Pekalongan.

Dalam kegiatan pembelajaran Qira’atii para santri atau anak didik dapat naik kelas atau pindah jilid berikutnya termasuk yang diberlakukan di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan dengan syarat:

1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas 2. Lulus tes yang telah diujikan oleh TPQ tersebut

Berikutnya yang menjadi prinsip-prinsip dasar dalam penggunaan

(15)

“Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan dengan menikuti panduan dalam syahadah para pengajar yang menggunakan metode Qira’atii dalam pembelajaran membaca Alquran dengan prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru atau ustadz yaitu: (1) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas) dan (2) Daktun (tidak boleh menuntun). Sedangkan prinsip-prinsip yang harus dipegang santri atau anak didik, yaitu (1) CBSA: Cara belajar santri aktif dan (2) LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.

Adapun strategi mengajar dengan mengunakan Qira’atii dalam mengajar Alquran dikenal beberapa macam stategi, term,asuk yang dilakukan di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan, antara lain:

a. Strategi mengajar umum (global)

1) Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. 2) Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk

menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.

3) Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Alquran orang lain.

b. Strategi mengajar khusus (detil)

Strategi mengajar khusus ini agar berjalan dengan baik, maka perlu di perhatikan syarat-syaratnya dalam panduan mengajar dengan metode Qira’ati yaitu mengajarkannya secara khusus atau detil.

Berikut merupakan data atas berbagai target yang ingin dicapai oleh para guru di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan terhadap para anak didik yang menjadi santri mereka adalah sebagai berikut:

(16)

Target Pencapaian Kompetensi Anak Didik/Santri TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan 18

No Kelas Target yang ingin dcapai

1. I -Anak didik dapat mengenal huruf hijaiyah dengan baik sekaligus mampu melafadzkannya dengan baik dan benar. -Anak didik mampu membaca kalimat-kalimat sederhana, baik terpisah maupun yang bersambung dengan baik dan benar (jilid 1 dari Jilid Qira’atii).

-Anak didik mampu menghafal surat-surat pendek dalam juz Amma.

-Anak didik dapat hafal bacaan dalam sholat dan mampu mempraktekan gerakan sholat dengan baik.

2. II -Anak didik dapat melafadzkan bacaan kalimat pendek dalam Alquran yang telah disadur dalam jilid 2 dalam jilid qira’atii

-Anak didik dapat menghafal surat-surat pendek dalam juz amma.

-Anak didik dapat menghafal doa-doa pendek harian.

-Anak didik mampu menghafal bacaan dalam sholat dan mempraktekkan gerakan sholat secara betul.

3. III -Anak didik dapat melafadzkan bacaan kalimat panjang dalam Alquran yang disadur dalam jilid 3 dan 4 dalam jilid Qia’atii -Anak didik mampu menghafal surat-surat pendek dalam juz amma.

-Anak didik mampu melafadzkan doa-doa harian.

-Anak didik dapat membiasakan mengerjakan sholat wajib dengan bacaan dan gerakan sholat yang benar.

-Anak didik mampu menghafal ayat-ayat pilihan dalam Alquran

18Amat Sofan, Kepala TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan,Wawancara Pribadi, pada tanggal 12 April 2014.

(17)

4. IV -Anak didik mampu membaca Alquran secara baik dan benar. -Anak didik mampu membiasakan mengerjakan sholat wajib dengan baik dan benar.

-Anak didik mampu mengenal kaidah bahasa arab dan terjemahannya melalui Jilid qira’atii (jilid 1 dan 2 dari Jilid

qira’atii)

5 V -Anak didik mampu membaca Alquran secara baik dan benar. -Anak didik mampu membiasakan membaca Alquran dengan baik dan benar sesuiai dengan tajwid dan majharijul huruf. -Anak didik mampu mengenal kaidah tajwid dan terjemahannya melalui Jilid qira’atii (persiapan gharib).

6 VI -Anak didik mampu membaca Alquran secara baik dan benar. -Anak didik mampu membiasakan membaca Alquran dengan baik dan benar sesuiai dengan tajwid dan majharijul huruf.. -Anak didik mampu mengenal kaidah tajwid dan terjemahannya melalui Jilid qira’atii (persiapan gharib).

7 Ghorib -Anak didik mampu membaca Alquran secara baik dan benar. - Anak didik mampu membiasakan membaca Alquran dengan baik dan benar sesuiai dengan tajwid dan majharijul huruf... -Anak didik mampu mengenal kaidah tajwid dan terjemahannya melalui Jilid qira’atii (gharib).

Penggunaan Qira’ati ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk kelebihannya antara lain:

1. Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca

Alquran secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Alquran dengan tajwidnya itu fardlu ain. 2. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.

(18)

3. Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.

4. Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.

Adapun kekurangannya adalah bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan atau tahun. Demikian penggunaan Qira’atii dalam pembelajaran membaca Alquran yang dilaksanakan di di TPQ “Al-Muttaqin” Pekiringan Alit Kajen Pekalongan dalam upaya membawa nak didik yang menjadi santri di TPQ tersebut mahir dalam membaca Alquran.

Referensi

Dokumen terkait

Berhasil Pengujian tombol µPDLQ¶ panel pause Klik tombol µUHVXPH¶ panel pause Pemain berjalan kembali Berhasil Pengujian tombol µNHOXDU¶ SDQHO pause Klik tombol

pemeliharan kesehatan gigi pada anak sindrom down dalam menjaga kebersihan gigi mulut dengan terjadinya karies gigi, dan responden terbanyak adalah responden kelompok

Perbandingan Kelimpahan Total Individu Burung Air dan Burung Non-Air yang Ditemukan pada Setiap Titik di Pagi dan Sore Hari Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa kelimpahan burung

Iklan Baris Iklan Baris BODETABEK Serba Serbi RUPA-RUPA Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR JAKARTA TIMUR TANAH DIJUAL SEKOLAH.. ADA ELITE ARLOJI BELI

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai Aktiva Bersih

Subjek adalah 16 orang karyawan perusahaan alat berat yang bertugas memasarkan sparepart, nama jabatannya adalah Parts Sales Service (PSS) dengan lokasi kerja di

Spesiasi yang terjadi pada spesies ikan Baceman ( Hemibagrus nemurus) adalah spesiasi alopatrik karena terpisah secara geografis di tiga sungai yang berbeda, yaitu Sungai

Berkenaan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik melakukan sebuah studi untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam postingan-postingan