Jurnal
Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
ANALISIS STRUKTUR POPULASI IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS)PADA DAERAH RUMPON TERHADAP TEKANAN EKSPLOITASI DI PERAIRAN TELUK BONE
Oleh Harfika Sari Baso Email: [email protected]
Ps. Aquakultur Universitas Andi Djemma Palopo ABSTRAK
Ikan cakalang memiliki Nilai ekonomis yang tinggi disertai permintaan yang makin meningkat membuat populasi ikan cakalang di perairan Teluk Bone menurun. Peneltian ini bertujuan: (1) menganalisis struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon pada perairan Teluk Bone (2) menganalisis kondisi biologi populasi ikan cakalang yang tertangkap dengan menggunakan alat bantu rumpon di perairanTeluk Bone.
Metode pengumpulan data, yaitu menganalisis struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon dengan menggunakan uji-t student, kelompok umur di analisis dengan menggunakan metode selisih frekuensi panjang, Pertumbuhan ikan cakalang di analisis dengan menggunakan persamaan pertumbuhan eksponential Von Bertalanfi, kebiasaan makanan ikan cakalang akan digunakan metoda “ Indeks Relatif Penting” , hubungan panjang berat menggunakan persamaan Effendi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda, 2) jumlah kelompok umur yang tertangkap pada daerah rumpon yaitu 3 kelompok umur, tetapi panjang rata-rata menurut kelompok umur
berbeda. (3) pertumbuhan ikan cakalang di Teluk Bone daerah rumpon mencapai ukuran L =
83.9152 dengan koefisien laju pertumbuhan 0,31589 pertahun. (4) kebiasaan makanan pada daerah rumpon terdiri dari ikan teri, ikan lain, cumi-cumi, dan krustacea. (5) hubungan panjang dan berat di daerah rumpon adalah alometrik negatif, yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.
Kata kunci : Teluk Bone, Ikan Cakalang, Rumpon
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
adalah salah satu jenis ikan pelagis besar perairan Teluk Bone yang bernilai ekonomis tinggi sehingga banyak dimanfaatkan oleh nelayan Pantai Timur Sulawesi Selatan. Populasi ikan cakalang di perairan Teluk Bone dieksploitasi oleh nelayan yang berbasis di sepanjang perairan Teluk Bone mulai dari
ujung Selatan Perairan Teluk Bone
(Kabupaten Bulukumba, Sinjai dan Bone),
perairan bagian Tengah Teluk Bone
(Kabupaten Luwu dan Kota Palopo) sampai ke ujung Utara Perairan Teluk Bone (Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara dan Kolaka) bahkan sampai pada perairan Selat Makassar dan perairan Pantai Selatan (LautFlores) (Mallawadkk, 2010).
Cakalang ditangkap dengan
menggunakan berbagai macam alat tangkap dan tingkat teknologi yang bervariasi seperti huhate (pole and line), pancing tangan (hand line), pancing tonda (trolling line), pukat
cincin (purse seine) dan kadang jaring insang
permukaan (surface gill net), yang
menggunakan alat bantu rumpon atau memburu gerombolan ikan (Yahya dkk, 2001).
Saat ini kegiatan penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone berlangsung secara bebas (open access) sehingga semua nelayan dan berbagai alat tangkap yang ada di daerah pesisir kabupaten/kota bebas mengakses
untuk menangkap cakalang. Nelayan
memiliki kecenderungan kapan dan dimana saja dengan bebas melakukan penangkapan termasuk ikan yang masih berukuran belum
layak tangkap. Sehingga hal tersebut
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
Ikan cakalang dieksploitasi sepanjang tahun, dan sepanjang masa ruaya mencari
makannya (feeding migration) di perairan ini.
Ukuran yang tertangkap mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar tanpa adanya
pengaturan. Jika keadaan ini terus
berlangsung tanpa dibatasi maka
dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian populasinya.Hal ini mulai terlihat dari produksi hasil tangkapan cakalang yang mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Padatahun 2007 hasil tangkapan di wilayahTeluk Bone untuk perairan Kabupaten Bone, Wajo, Luwu, Kota Palopo, Luwu Utara, dan LuwuTimur, totalnya mencapai 12.965,3 ton. Mengalami penurunan sampai pada tahun 2011 yaitu hanya sekitar 3.738 ton (DKP, 2012).
Tekanan eksploitasi terhadap ikan cakalang yang terus meningkat dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap populasinya di perairan Teluk Bone. Untuk itu perlu adanya pengkajian Biologi Populasi sebagai data base
dalam menentukan pemanfaatan dan
pengelolaan Ikan Cakalang di Teluk Bone.
B. Bahan Dan Metode
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit alat tangkap kapal pole and line, gps, coolbox, kamera digital, timbangan elektrik, papan ukur, alat tulis menulis, peta DPPI. Bahan yang digunakan
yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama11 (sebelas) bulan dalam 3 (tiga) musim penangkapan ikan cakalang yaitu musim Timur, musim peralihan Timur ke Barat, dan musim Barat. Yaitu dari bulan Agustus 2012
sampai dengan Juni 2013. Lokasi
pengambilan sampel dilakukan di perairan Teluk Bone. Fishing base dipilih berdasarkan basis nelayan untuk penangkapan ikan cakalang di Perairan Teluk Bone yaitu
Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan
(gambar.1)
Gbr 1. Peta lokasi penelitian di Perairan Teluk Bone Yaitu Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan
II.METODE PENELITIAN
A. Metode Pengumpulan Data
1. Pengambilan Dan Pengukuran Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan (insitu) dan data sekunder yang dikumpulkan melalui desk study. Sebelumnya dilakukan
penentuan daerah penangkapan yang
sebelunya sudah diletakkan alat bantu berupa
rumpon informasi daerah dan musim
penangkapan dari nelayan setempat. Lokasi tersebut akan ditentukan melalui bantuan GPS.
Sampel ikan cakalang (katsuwonus pelamis) didapatkan oleh nelayan setempat yang melakukan kegiatan penangkapan pada alat tangkap pole and line selanjutnya dilakukan pengukuran sebagai dasar untuk menentukan ukuran ikan cakalang.
2. Analisis Data
Struktur ukuran. Struktur ukuran ikan
yang tertangkap disajikan dalam bentuk histogram. Perbedaan struktur ukuran antara ikan cakalang hasil tangkapan pole and line rumpon dan non rumpon dianalisis dengan menggunakan uji t student.
Kelompok umur. Kelompok umur di
analisis dengan menggunakan metode selisih frekuensi panjang (Bhattacharya, 1967), yaitu dengan memetakan antara logaritma selisih frekuensi (∆ log F) sebagai sumbu Y dan
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
0 20 40 60 80 100 120 140 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 F rek u ensi (ek o r) Tengah Kelas (cm)tengah kelas sebagai sumbu X. Sebelum dilakukan perhitungan ∆ log F, terlebih
dahulu dilakukan normalisasi frekuensi
panjang menurut kelas panjang melalui persamaan distribusi normal.
Hasil perpotongan garis regresi yang terbentuk dengan sumbu y memberikan hasil nilai rata-rata panjang setiap wilayah kelompok umur. Jumlah garis regresi yang terbentuk menunjukkan jumlah kelompok umur. Kemudian dilakukan perbandingan secara deskriptif jumlah kelompok umur dan panjang rata-rata individu dalam kelompok umur menurut daerah penangkapan di wilayah rumpon.
Pertumbuhan. Pertumbuhan ikan
cakalang dianalisis dengan menggunakan persamaan pertumbuhan eksponential Von Bertalanffy (Sparre et al, 1989) yaitu :
L(t) = L~ [ 1 – e –K(t – to)]
Dimana
L(t) : panjang ikan pada umur t L ~ : panjang asimptot : umur ikan to : umur teoritis pada saat panjang ikan 0 K : koefisien laju pertumbuhan
Pendugaan parameter laju pertumbuhan (K) dan panjang asimptot akan menggunakan metoda Ford – Walford (Sparre et al, 1989). Kemudian dilakukan analisis perbandingan
model pertumbuhan menurut daerah
penangkapan ikan pada wilayah rumpon.
Kebiasaan makanan. Untuk
mengetahui jenis makanan ikan cakalang akan digunakan metoda “ Indeks Relatif Penting (Yesaki, 1981) dengan persamaan : IRP = (% W ) x (% F)
Dimana % W adalah persentase berat suatu jenis makanan dan, % F adalah persentase kejadian suatu jenis makanan.
Hubungan Panjang Berat,
Perhitungan hubungan panjang berat
menggunakan persamaan Effendi (1997) yaitu :
𝑊 = 𝑎𝐿𝑏
Dimana W adalah berat ika L adalah
panjang ikan a dan b adalah konstanta, di mana nilai “b” menggambarkan bentuk tubuh ikan cakalang (montok atau ramping).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Struktur Ukuran Ikan Cakalang
Untuk menentukan struktur ukuran ikan dilakukan pengukuran panjang cagak pada ikan cakalang yang tertangkap saat operasi. Pengukuran sampel ikan yang diambil selama penelitian di perairan teluk bone pada daerah penangkapan selama penelitian sebanyak 1126 ekor ikan cakalang dengan berbagai ukuran. Struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Struktur Ukuran Ikan Cakalang Di Daerah Rumpon
Berdasarkan data grafik di atas
dijelaskan bahwa ikan cakalang yang
tertangkap pada daerah rumpon didominasi pada kisaran 50.2 cm – 52.2 cm FL,sebanyak 121 ekor. Hasil tangkapan yang paling sedikit
didapatkan pada ukuran 42.2 cm – 44.2 cm (FL) yaitu sebanyak 9 ekor. Kisaran panjang yang diperoleh adalah 30.2 cm – 69.2 cm FL (50.00±2.65). Histogram memperlihatkan tiga puncak dengan ukuran dominan pada kisaran
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
panjang masing-masing 34.2 cm – 40,2 cm FL, 48.2 cm – 54,2 cm FL, dan 58.2 cm – 64,2 cm FL.
Hasil yang berbeda didapatkan
beberapa tahun yang lalu oleh Baso (2011) menjelaskan bahwa Ikan cakalang yang tertangkap dengan pole and line di perairan Teluk Bone memiliki ukuran panjang total 14,0 – 86,0 cm, dengan frekuensi panjang terbesar pada kelas panjang 26,0 – 29,0 cm sebanyak 132 ekor dan frekuensi panjang terkecil pada ukuran 83,0 – 86,0 cm sebanyak 7 ekor.
Ikan cakalang di perairan Teluk Bone dapat mencapai ukuran yang lebih panjang (86,0 cm) dibanding dengan perairan lainnya. Syamsuddin dkk (2003) menjelaskan bahwa komposisi ukuran ikan yang tertangkap di perairan Kupang berkisar 29,0 cm – 58,9 cm. Jumlah tangkapan terbanyak adalah ukuran 47,0 cm – 49,9 cm (17,90 %), dan disusul oleh ukuran 44,0 – 46,9 cm (16,64 %) dan ukuran 38,0 – 40,9 cm (16,36 %).
B. Kelompok umur
Jumlah sampel ikan cakalang yang diperoleh selama penelitian di perairan teluk bone pada daerah penangkapan rumpon
dengan menggunakan alat tangkap pole and
line adalah 711 ekor. Berdasarkan hasil
analisa metode battacharya yaitu hasil yang diperoleh memperlihatkan tiga kelompok umur untuk daerah rumpon memiliki ukuran masing-masing L1 = 37 cm, L2 = 51 cm dan L3 = 61 cm.
Adanya perbedaan ukuran pada
kelompok umur ini disebabkan terjadinya migrasi atau perpindahan dari berbagai wilayah peraiaran, ini sehubungan dengan ketersedian makanan.Klorofil-a merupakan
faktor yangdapat memberikan indikasi
langsung keberadaan makanan ikan maupun jalur wilayah migrasi ikan tuna (Polovina et al. 2001). Kandungan klorofil-a dapat juga
digunakan sebagai ukuran banyaknya
fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan
dapat digunakan sebagai petunjuk
produktivitas perairan. Daerah-daerah dengan nilai klorofil-a tinggi mempunyai hubungan erat dengan adanya proses penaikan massa air/upwelling (Nontji 1993).
Gambar 3. Kohor Hasil Tangkapan Yang Tertangkap Di Daerah Rumpon Pada Perairan Teluk Bone
Hasil analisis frekuensi panjang ikan
cakalang dengan metoda Tanaka (1960 diacu
dalam Sparred & Venema 1999), pada kawasan teluk Bone terdiri dari 4 (empat) kelompok umur dengan modus ukuran atau panjang rata-rata untuk ikan cakalang adalah 384 mm, 455 mm, 493 mm dan 549 mm.
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Suhendrata et al. (1986), memperoleh 3
kelompok umur ikan cakalang yang
tertangkap dengan alat pole andline di
perairan sorong dengan menggunakan analisis modus yaitu 370 mm, 540 mm dan 640 mm, selanjutnya diperoleh 4 kelompok umur ikan cakalang yang tertangkap di laut Banda yaitu 410 mm, 580 mm, 670 mm dan 720 mm, sedangkan kelompok umur ikan cakalang yang tertangkap di Pelabuhan Ratu dengan metode analisis modus diperoleh 4 kelompok
-1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 31 .2 33 .2 35 .2 37 .2 39 .2 41 .2 43 .2 43 .2 45 .2 47 .2 49 .2 51 .2 53 .2 55 .2 55 .2 57 .2 59 .2 61 .2 63 .2 65 .2 67 .2 69 .2 Δ L n Fc Tengah Kelas (cm) L2 = 51 L3 = 61 L1 = 37
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
umur yaitu 330 mm, 500 mm, 570 mm dan 660 mm.
Selanjutnya Sumadhiharga dan
Hukom (1987), menyatakan bahwa sebaran frekuensi panjang cagak dari 5040 ekor ikan cakalang yang diukur menunjukkan panjang minimum 300 mm dan panjang maksimum 699 mm, dengan kelompok ikan yang dominan terletak pada selang kelas 450-559 mm.
C. Pertumbuhan
Dari persamaan pertumbuhan ikan cakalang pada daerah penangkapan rumpon
tersebut dapat diketahui panjang ikan
cakalang dari berbagai umur relatif, sehingga
di peroleh pertambahan panjang ikan
cakalang setiap tahunnya hingga mencapai panjang asimptotnya pada panjang 83,9 cm pada umur 48 bulan (Gambar 4).
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Bone Pada Wilayah Rumpon
Bentuk kurva pertumbuhan pada
gambar 4 disebut kurva spesifik dimana ikan cakalang pada fase awal dari hidupnya mengalami pertumbuhan cepat dan akan diikuti pertumbuhan yang lambat pada umur tua.hal ini disebabkan karena energi yang
didapatkan dari makanan tidak lagi
dipergunakan utuk pertumbuhan melainkan
dipergunakan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak.
Data analisis mengenai pertumbuhan ikan cakalang di perairan teluk bone menggunakan analisis Ford Walford (Sparre
et al. 1989), didapatkan nilai parameter pertumbuhan masing-masing dilihat tabel dibawah ini
Tabel 1.
Nilai Parameter Pertumbuhan di Daerah Penangkapan Rumpon
Tabel diatas menunjukkan bahwa panjang asimptot (L) untuk daerah rumpon
yaitu 83.91527cm. Koefisien laju
pertumbuhan (K) di daerah rumpon nilai rendah karena dibawah 0.15 per tahun sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mencapai panjang asimptotnya Maka di
dapatkan umur teoritis (t0) untuk ikan
cakalang yang tertangkap di daerah rumpon
adalah -0.3474 (waktu relative). Berdasarkan nilai parameter pertumbuhan yang di peroleh
(L, K, t0) maka persamaan pertumbuhan
ikan cakalang yang tertangkap di perairan teluk bone pada daerah rumpon berdasarkan von berthalanfy adalah :
L (t) = L[ 1 – e –K (t - t0)] L (t) = 83.91527 [ 1 – e –0.31589 (t + 0.3474)] 0 20 40 60 80 100 -2 8 18 28 38 48 P an jan g t otal ( cm)
Umur (waktu relatif)
Parameter pertumbuhan Daerah penangkapan
rumpon
Panjangasimptot (cm) (L) 83.91527
Koefisienlajupertumbuhan (K) (tahun)
0.31589
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
Hasil Penelitian Jamal (2011) yang juga dilakukan di teluk bone mendapatkan
hasil dengan persamaan parameter
pertumbuhan L(t) = 76 [1– e 0,19 (t + 0,36)].
Persamaan tersebut dapat memberikan
indikasi bahwa cakalang mencapai FL maksimum (L∞) sebesar 76 cm pada umur 84 bulan. Panjang maksimum ikan cakalang di kawasan Teluk Bone berbeda dari cakalang yang ditangkap di perairan Sumatera Barat, yaitu L =87,8 cm pada umur 120 bulan (merta, 1989). Perbedaan nilai parameter pertumbuhan tersebut (L dan K) dari spesies ikan yang sama pada lokasi yang berbeda dipengaruhi oleh faktor lingkungan
masing-masing perairan seperti ketersediaan
makanan, suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan dan kematangan gonad (Merta, 1992).
D.Kebiasaan Makanan
Isi lambung ikan cakalang yang diperoleh dari daerah penangkapan rumpon meliputi ikan teri, cumi-cumi, crustacea dan ikan lain . Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa ikan teri IP tertinggi dari semua jenis makanan yang terdapat pada
lambung ikan cakalang, dimana nilai
persentase kehadiran (FK) mencapai 46 % , kemudian diikuti oleh crustacea, cumi-cumi, dan ikan lain dengan presentase masing-masing FK yaitu 11%, 15%, dan 29% Dari nilai FK maka dapat diketahui apa saja
makanan ikan cakalang yang utama,
pelengkap dan makanan tambahannya.
Gbr 6. Komposisi Makanan Ikan Cakalang Tertangkap Di Rumpon
E. Hubungan Panjang Berat Ikan
Cakalang di Daerah Rumpon
Hubungan panjang berat ikan cakalang yang tertangkap oleh nelayan di perairan
Teluk Bone Kabupaten Luwu pada rumpon disajikan pada Gambar 34 di bawah ini:
Gbr 7. Hubungan Panjang Berat Ikan Cakalang Perairan Luwu Teluk Bone di Rumpon
Hasil perhitungan hubungan panjang berat ikan cakalang pada daerah rumpon dengan menggunakan persamaan hubungan panjang berat yang dilinierkan didapatkan bahwa untuk hasil tangkapan rumpon hubungan panjang berat ikan adalah : W =
0.0012219 L1.9369,penentuan pola
pertumbuhan dapat diketahui melalui
hubungan antara panjang dan berat . dari hasil analisa diperoleh nilai b = 1.9369 untuk ikan yang tertangkap di daerah rumpon. Nilai b yang diperoleh lalu di uji apakah b = 3 atau b tidak sama dengan 3 (lampiran 1).
Dari hasil uji t untuk ikan yang tertangkap di daerah rumpon nilat t hitung lebih kecil dari t tabel, ini berarti nilai b tidak sama dengan 3. Berdasaarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa pola
pertumbuhan ikan cakalang yang tertangkap pada perairan teluk bone di daerah rumpon termasuk alometrik negative , ini berarti pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh.
Hasil yang berbeda didapatkan oleh (Jamal dkk, 2011) mengatakan bahwa tubuh ikan cakalang di kawasan perairan teluk bone memiliki pola ismotrik atau pertambahan panjang yang sama dengan pertambahan
berat. Merta (1992) diacu dalam Manik
(2007), menyatakan karena kondisi
lingkungan sering berubah dan atau kondisi ikannya berubah, maka hubungan panjang berat akan sedikit menyimpang dari hukum kubik (b≠3).
Sedangkan menurut (Ricker 1973
diacu dalam Kalayci et al. 2007), menyatakan
bahwa perbedaan tersebut dapat juga
diakibatkan oleh faktor ekologi seperti
y = 0.086x - 1.814 R² = 0.7396 0 2 4 6 0 20 40 60 80 b o b o t (k g) panjang (cm)
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
temperatur, ketersediaan makanan, kondisi pemijahan atau faktor-faktor lain seperti
kelamin, umur, daerah dan waktu
penangkapan serta kapal penangkapan yang digunakan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Kisaran ukuran ikan cakalang yang
tertangkap pada daerah rumpon yaitu berkisar antara 50.2 cm – 52.2 cm FL.
2. Jumlah Kelompok umur yang tertangkap
pada daerah rumpon yaitu 3 kelompok umur, memilikiukuranmasing-masing L1 = 37 cm, L2 = 51 cm dan L3 = 61 cm.tetapi panjang rata-rata menurut kelompok umur berbeda.
3. Pertumbuhan Ikan cakalang di Teluk
Bonedaerah rumpon mencapai ukuran
L = 83.9152 dengan koefisien laju
pertumbuhan 0,31589 pertahun.
4. Kebiasaan makanan pada daerah rumpon
terdiri dari ikan teri, Ikan lain, cumi-cumi, dan krustacea, namun pada daerah non rumpon juga dijumpai, ikan peperek.
5. Hubungan panjang berat daerah rumpon
adalahb ≠ 3 yaitu pertambahan panjang
lebih cepat daripada pertambahan
berat.Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan cakalang di perairan teluk bone berpola alometrik negative
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian
lanjutan tentang aspek biologi ikan Cakalang
(Katsuwonuspelamis) sehingga pupolasi ikan cakalang dapat dimanfaatkan secara lestari serta mengkaji model pengelolaan perikanan yang sesuai dengan kondisi kawasan perairan Teluk Bone.
DAFTAR PUSTAKA
Baso, H.S., 2011. Efektivitas Jenis Umpan Hidup Terhadap Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Pole And Line di Sekitar Perairan Teluk Bone Kab.
Luwu. Skripsi Fakultas Ilmu
Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar
DinasKelautandanPerikanan. 2012. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.157 hlm.
Jamal M., M.F.A. Sondita, J. Haluan, dan B. Wiryawan. 2011. Pemanfaatan Data
Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) dalam Rangka Pengelolaan PerikananBertanggung Jawab di
Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur
Indonesia 14(1)11: 107-113.
Kalayci, F., Samsun, N., Bilgin, S. & Samsun, O. 2007. Lengthweight relationship of 10 caught by bottom trawl and
midwater trawl from the middle Black Sea, Turkey. Tourkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 7: 33-36
Mallawa, A., Syafruddin dan Palo, M., 2010.
Aspek Perikanan Dan Pola Distribusi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Teluk Bone, Sulwesi Selatan. J. Ilmu Kelautan dan Perikanan vol 20 no 1 : 17 – 24. Merta, I.G.S. 1989. Dinamika populasi ikan
cakalang, Katsuwonu pelamis
Linnaeus 1758 (Pisces : Scombridae) dari perairan Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 53: 33-48.
Merta, I.G.S. 1992. Dinamika Populasi Ikan
Lemuru S. Lemuru Bleekeri, 1 8 5 3 (Pisces :Clupeidae) di Perairan Selat Bali dan Alternatif Pengelolaan.
Disertasi. Plogram Pascasarjana,
InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Nontji.A. 2007. Laut Nusantara. Djambaran.
Jakarta
Sparred, P., E, Ursin and S.C. Venema. 1989.
Introduction to tropical fish stock assessment. Part I manual. FAO Rome 337p
Suhendrata, T. Dan Merta, S.G.I., 1986.
Hubungan Panjang Berat, Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Sorong. Jurusan Perikanan Laut 43 : 11 – 19.
Syamsuddin, Mallawa, A., Najamuddin dan
Sudirman, 2003. Analisis
pengembangan perikanan ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis
Linneaus) berkelanjutan di perairan Kupang Nusa Tenggara Timur. J.
Electronik PPs UnHas.
Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017
Yahya, A. M. Diniah. Pujiyati. S,
Parwinia,E.Sobri, H, Muh.
Sabri,rusyadi, Ahmad farhan. 2001.
Pemanfaatan sumberdaya Tuna – Cakalang secara terpadu. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Yesaki, M. 1981. Demersal Resources of the Gulf and Gulf of Oman: FAO. Publ. Rab[71]278.10 pp 89-115.