1 BAB I
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat lebih dari 1800 gunung lumpur yang tersebar di dunia (Dimitrov, 2002). Mayoritas distribusi dari gunung lumpur terdapat di benua Asia, Eropa, dan Amerika. Sekitar 70% dari total distribusi tersebut terdapat di Asia dan sekitar laut Caspian (Yazdi, 2013). Di Indonesia terdapat lebih dari 100 gunung lumpur yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Rotti, Sumba Tanimbar dan daerah lainnya (Dimitrov, 2002).
Di pulau Jawa terdapat beberapa fenomena gunung lumpur. Di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai dengan Madura terdapat sekitar 15 tempat yang terindikasi gunung lumpur (Istadi, dkk. 2009). Tempat - tempat tersebut diantaranya Sangiran, Denanyar, Pegangson, Lusi, Porong, Probolinggo, Pulungam, K. Anyar, Socah, G. Anyar, Dawar Blandong, Gresik, Tuban, Bleduk Kuwu, dan terdapat satu yang terletak di dasar laut (offshore) (Gambar 1.3). Lusi merupakan salah satu gunung lumpur di pulau Jawa yang sangat fenomenal. Hal itu disebabkan dari proses terjadinya Lusi yang dipicu karena pengeboran lapisan limestone pada kedalaman 2830 m di bawah permukaan (Davies, dkk. 2007). Area di sekitar Lusi yang padat penduduk juga menyebabkan gunung lumpur ini menjadi pusat perhatian. Selain Lusi, gunung lumpur yang menjadi pusat perhatian adalah Bledug Kuwu. Hal tersebut disebabkan karena Bledug Kuwu dijadikan salah satu objek wisata di daerah Grobogan. Lokasi dari Bledug Kuwu juga sangat strategis dan mudah dijangkau, seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Bledug Kuwu merupakan salah satu gunung lumpur yang masih sangat aktif. Dimensi letupannya bervariasi dari ukuran kecil sampai besar. Intensitas letupan terjadi beberapa kali di dalam satu menitnya. Letupan tersebut terjadi mulai dari ukuran kecil sampai dengan letupan yang berukuran besar. Kenampakan letupan dari Bledug Kuwu seperti terlihat pada Gambar 1.2. Setiap terjadi letupan selalu membawa gas berwarna putih dan mengandung garam di
dalam material yang dikeluarkan. Warga Kuwu setempat memanfaatkan garam Bledug Kuwu untuk pembuatan garam dapur.
Gambar 1.1 Peta lokasi Bledug Kuwu di Purwodadi Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. a) Peta Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanda merah menunjukkan tempat lokasi Bledug Kuwu. b) Peta lokasi penelitian menggunakan citra satellite (Google Earth).
Gambar 1.2 Beberapa bentuk letupan di Bledug Kuwu. Pengambilan gambar dari stasiun titik amat Timur hari Senin, 30 September 2013. Waktu letusan ditunjukkan di bawah kanan gambar.
Beberapa penelitian geofisika yang pernah dilakukan di Bledug Kuwu diantaranya oleh Sugiantoro (1989) dengan menggunakan metode seismik, Manurung (1989) dan Darmawan, dkk. (2012) dengan menggunakan metode magnetik, dan Dwi, dkk. (2007) dengan menggunakan metode self potential.
15.03.02 WIB 15.05.08 WIB
15.06.41 WIB 15.12.32 WIB
15.26.34 WIB 15.27.12 WIB
15.42.39 WIB 15.36.46 WIB
Penelitian menggunakan metode seismik yang dihubungkan dengan perekaman video belum pernah dilakukan di Bledug Kuwu. Penelitian ini berjudul “Karakteristik Visual dari Erupsi Gunung Lumpur Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah Berdasarkan Volume Letupan Material”, merupakan analisis sinyal seismik yang dihubungkan dengan karakteristik letupannya. Karakteristik letupan meliputi tipe-tipe letupan yang mencakup bentuk, diameter, dan volume.
Gambar 1.3 Peta sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lingkaran warna merah menunjukkan tempat yang terindikasi gunung lumpur. Bledug Kuwu ditunjukkan dengan lingkaran warna ungu. (Istadi, dkk., 2009)
Pada gunungapi telah dikenal beberapa tipe erupsi, antara lain tipe pele, tipe volcano, tipe stromboli, dll. Masing-masing dari tipe erupsi tersebut mempunyai karakteritik letupan yang berbeda-beda. Dalam Kirbani (1990), Hartman mengklasifikasikan bentuk erupsi dari gunung Merapi menjadi empat kelompok. Klasifikasi Hartman tersebut didasarkan dari pergerakan magma beserta gas dan gempa tremor yang diakibatkan dari pergerakan tersebut. Selain itu, Wassermann (2012) menjelaskan tentang karakteristik bentuk sinyal seismik yang disebabkan oleh aktifitas internal maupun eksternal pada gunungapi. Sehingga dengan mengacu pada beberapa referensi tentang karakteritik sinyal
seismik gunungapi, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mencari karakteristik sinyal seismik yang dihubungkan dengan letupan yang terjadi di Bledug Kuwu. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan bentuk letupan akan menimbulkan perbedaan sinyal seismik. Asumsi yang kedua yaitu setiap terjadi letupan Bledug Kuwu, gelombang yang dihasilkan akan disalurkan ke segala arah dan ditangkap oleh seismometer. Besar kecilnya letupan yang terjadi berpengaruh terhadap energi gelombang yang disalurkan. Semakin besar letupan, maka semakin besar pula energi yang disalurkan dan ditangkap oleh seismometer, begitu pula sebaliknya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekaman seismik dan data rekaman video (visual). Kamera perekam digunakan untuk merekam bentuk letupan. Bentuk letupan tersebut kemudian dihubungkan terhadap data rekaman seismik yang terekam oleh seismometer. Alat perekam seismik menggunakan tiga set seismometer short period tiga komponen yang dipinjam dari BMKG. Sedangkan perekam visual menggunakan kamera perekam handycam JVC Everio.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain :
1. Apa saja macam-macam bentuk letupan yang terjadi di Bleduk Kuwu? 2. Berapa diameter dari masing-masing letupan Bleduk Kuwu?
3. Berapa volume letupan Bleduk Kuwu?
4. Berapa frekuensi dan amplitudo dari letupan Bleduk Kuwu? 5. Bagaimana bentuk sinyal seismik letupan Bleduk Kuwu?
6. Bagaimana hubungan antara amplitudo gelombang seismik dengan diameter dan volume dari letupan Bledug Kuwu?
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu melebar, maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu:
1. Penelitian dilakukan di Bledug Kuwu, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah pada bulan September – Oktober 2013.
2. Pengamatan penelitian dilakukan pada satu sumber letupan Bledug Kuwu. Sumber letupan tersebut adalah sumber yang berada pada bagian tengah seperti terlihat pada Gambar 4.1.
3. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang terekam oleh seismometer dan kamera video pada waktu pengambilan data.
4. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan volume letusan adalah bentuk letupan dianggap berbentuk setengah elipsoid.
1.4 Tujuan
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi tipe-tipe letupan Bledug Kuwu berdasarkan bentuk letupan, diameter letupan, dan volume letupan.
b. Mengidentifikasi sinyal seismik berdasarkan frekuensi, amplitudo, dan bentuk sinyal seismiknya.
c. Mencari hubungan antara amplitudo gelombang seismik dengan diameter dan volume dari letupan Bledug Kuwu.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat secara teoritis antara lain dapat mengetahui macam-macam bentuk letupan, diameter letupan, volume letupan, frekuensi letupan, amplitudo, bentuk sinyal, dan hubungan antara amplitudo gelombang seismik dengan panjang diameter dan besar volume dari letupan Bledug Kuwu. Manfaat secara praktis antara lain :
a. Untuk Desa Kuwu dan sekitarnya yaitu dapat menambah informasi tentang pengetahuan fenomena Bledug Kuwu secara keilmuwan (exact science) dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dari segi ekonomi.
b. Bagi akademisi dan peneliti yaitu dapat menambah perbendaharaan ilmu tentang gunung lumpur di Indonesia, khususnya di Bledug Kuwu.
c. Untuk Departemen Pariwisata yaitu menambah informasi dan wawasan
wisata kebumian (geotourism) dan objek wisata pendidikan. Akhirnya, dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. d. Sebagai media yang mendukung untuk penelitian di bidang geofisika, fisika,
dan disiplin ilmu yang lainnya, serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.