BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penglihatan, indra kita yang paling dominan, memainkan peran penting dalam setiap hal ditahap kehidupan kita. Informasi yang kita terima 80% dari indera penglihatan dan sisanya dari indera-indera lainnya. Tanpa penglihatan yang baik Sebagian besar aktivitas akan terganggu mulai dari membaca, berjalan, bersosialisasi maupun bekerja. (Gian dkk, 2017)
Gangguan penglihatan terjadi ketika kondisi mata mempengaruhi penglihatan sistem dan satu atau lebih fungsi Penglihatannya. Memiliki gangguan penglihatan konsekuensi serius bagi individu di sepanjang kehidupan. Kebanyakan konsekuensi ini, bagaimanapun, dapat dikurangi dengan akses yang tepat waktu perawatan dan rehabilitasi mata yang berkualitas. (Gian dkk., 2017)
Secara global, 1 miliar orang memiliki gangguan penglihatan yang sebenarnya bisa dicegah atau belum ditangani. 1 miliar orang ini termasuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan jarak sedang atau parah atau kebutaan akibat kelainan refraksi yang belum terselesaikan (123,7 juta), katarak (65,2 juta), glaukoma (6,9 juta), kekeruhan kornea (4,2 juta), retinopati diabetik (3 juta) , dan trachoma (2 juta), serta gangguan penglihatan dekat yang disebabkan oleh presbiopia yang belum terselesaikan (826 juta). (Setyowati dkk., 2019)
The International Classification of Diseases 11 (2018) mengklasifikasikan gangguan penglihatan menjadi dua kelompok, gangguan penglihatan jarak dan dekat. Gangguan penglihatan jarak jauh:
Ringan menampilkan ketajaman visual yang lebih buruk dari 6/12, Sedang menampilkan ketajaman visual yang lebih buruk dari 6/18, Parah menampilkan ketajaman visual yang lebih buruk dari 6/60, Kebutaan menampilkan ketajaman visual yang lebih buruk dari 3/60, Gangguan penglihatan dekat: menampilkan ketajaman visual dekat yang lebih buruk daripada N6 atau M.08 dengan koreksi yang ada. (Sivak, 2012)
Miopia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup menonjol dan merupakan penyebab utama kelainan penglihatan di dunia.
Kelainan ini terdapat pada 25% penduduk di Amerika dan presentase lebih tinggi didapatkan di Asia, yang bahkan mencapai 70%-90% populasi di berbagai Negara Asia. Prevalensi miopia di Eropa sebesar 30%-40% dan di Afrika 10%-20%(Wu dkk., 2016)
Dalam hal ini gejala miopia yaitu kelainan pada jarak pandang, dan untuk penderita dengan miopia ringan dapat diketahui dengan pemeriksaan visus mata (Israr & Yayan, 2010). Miopia bersifat progresif pada masa anak-anak dan cenderung stabil ketika mereka mencapai usia 20 tahun atau akhir remaja (Tarutta dkk., 2019)
Miopia merupakan kelainan refraksi berupa bayangan sinar dari objek yang jauh difokuskan di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi.
Miopia dapat disebabkan karena peningkatan panjang aksial bola mata,
peningkatan kelengkungan kornea atau lensa, perubahan letak lensa, dan peningkatan indeks refraksi pada lensa. Terbentuknya miopia umumnya berlangsung seiring dengan perkembangan mata dan prevalensinya meningkat terutama pada usia 8-12 tahun, sehingga sering disebut school myopia. Perkembangan pada masa ini umumnya merupakan perubahan panjang aksial bola mata (Wong dkk., 2021)
Berbagai faktor yang berhubungan dengan miopia seperti faktor keturunan dan lingkungan yang merupakan faktor multifactorial. (Tarutta et al., 2019). Membaca dan menonton televisi dapat memberi pengaruh terhadap miopia juga tidak menutup kemungkinan, bahwa gaya hidup contohnya dalam penggunaan gadget, seperti telepon selular (Smartphone), laptop, komputer yang terlalu lama dengan jarak pandang yang tetap juga dapat mempengaruhi Progresivitas miopia.(Riyanto & Riyanto, 2019) Miopia yang diakibatkan oleh kebiasaan melihat atau membaca dalam jarak yang terlalu dekat dapat mengakibatkan pemanjangan sumbu bola mata. Hal ini dikarenakan saat melihat atau membaca dengan jarak dekat menyebabkan otot siliaris yang berperan dalam pembentukan lensa mata lama kelamanaan akan mengalami spasme kronik yang dapat berujung pada pemanjangan aksis bola mata (de Souza & Veríssimo, 2015)
Keadaan di luar prediksi berupa wabah penyakit covid-19 telah membawa perubahan yang mendesak pada berbagai sektor. Perkembangan virus dengan cepat menyebar luas di seluruh dunia. Setiap hari data di dunia mengambarkan bertambahnya cakupan dan dampak covid-19. Indonesia
pun masuk dalam keadaan darurat nasional. Angka kematian akibat Corona terus meningkat sejak diumumkan pertama kali ada masyarakat yang positif terkena virus covid-19 pada awal Maret 2020. Hal ini menyebabkan beberapa negara bahkan mungkin di semua negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona tersebut. di Indonesia sendiri memberlakukan sistem PSBB, PSBB itu sendiri adalah singkatan dari “Pembatasan Sosial Berskala Besar”. Hal
ini diberlakukan agar semua masyarakat Indonesia dapat mengurangi keterlibatan antar satu dengan yang lain dan juga bisa menjaga jarak (Hasanah dkk., 2020 & Rosita, 2020)
PSBB berdampak menimbulkan lebih banyak beban bagi keluarga dan lembaga untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak-anak tidak dapat melakukan interaksi sosial di sekolah dan bermain di luar, dua hal penting untuk mendukung pembelajaran dan perkembangan mereka. Selama PSBB banyak orang tua yang mengeluh terhadap aktivitas anaknya yang lebih banyak menggunakan gadget, mulai dari pembelajaran secara daring yang memaksakan anak berjam-jam setiap hari didepan laptop, PC atau Smartphone untuk mengikuti pembelajaran sampai bermain game berjam-jam jika tidak ada aktivitas pembelajaran untuk mengisi waktu luang dirumah agar tidak jenuh. (Rosali, 2020)
Para ahli mengatakan bahwa gadget khususnya smartphone semakin sering diproduksi dengan layar lebih cerah digunakan siang dan malam, dan memungkinkan akan lebih sering terjadi. Menggunakan smartphone di
tempat tidur dan dalam gelap dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Hasanah dkk., 2020)
Dari hasil penelitian yang lain menyatakan bahwa terdapat pengaruh jarak pandang saat menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan . Responded yang memiliki kebiasaan menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm mengalami kelainan ketajaman penglihatan sebesar 66,7%. Sedangkan hanya sebesar 39,3% responden mengalami kelainan ketajaman penglihatan dengan kebiasaan menggunakan gadget berjarak lebih dari 30 cm. Penggunaan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm dapat meningkatkan risiko 3 kali lipat terjadinya kelainan refraksi (Lestari dkk., 2020)
Sehubungan dengan perubahan aktivitas anak di masa pandemi Covid19, dimana anak akan lebih sering menggunakan gadget atau komputer dalam pembelajarannya dan aktivitas dekat lainnya, Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakulan penelitian mengenai :
“Gambaran meningkatnya resiko terjadinya miopia akibat aktivitas anak dimasa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini, yaitu: “Gambaran aktivitas yang dilakukan anak dimasa
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dapat beresiko menyebabkan miopia”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran meningkatnya resiko terjadinya miopia akibat aktivitas anak dimasa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini adalah :
a. Mengetahui aktivitas–aktivitas anak selama masa PSBB
b. Mengetahui faktor–faktor resiko menyebabkan terjadinya miopia
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil review ini secara teoritis diharapkan dapat mengetahui informasi gambaran terjadinya resiko miopia akibat aktivitas anak dimasa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua
Dengan karya tulis ini penulis berharap orangtua dapat mengetahui tentang kejadian miopia akibat aktivitas anak dimasa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
b. Bagi Profesi Refraksionis Optisien
Dengan disusunnya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengembangkan keilmuan atau skill di ruang lingkup profesi Refraksionis Optisien.
c. Bagi Institusi
Dengan karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan menjadi salah satu referensi penelitian dan kepustakaan.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Masalah
Masalah pokok dalam karya tulis ini adalah Gambaran meningkatnya Risiko terjadinya miopia akibat aktivitas anak dimasa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
2. Ruang Lingkup Metode
Karya tulis ini merupakan sebuah literatur review yang memiliki tipe Systematic Review (SR) yaitu sebuah literatur review yang mengevaluasi dan merangkum temuan-temuan studi yang relevan, dan menggabungkan
beberapa hasil studi yang sesuai untuk memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan.
Penyusunan karya tulis ini mengambil sumber sekunder, yaitu makalah atau dokumen lain yang merangkum karya asli orang lain berdasarkan pada informasi dari bahan sumber primer. Jurnal-jurnal yang menjadi sumber acuan adalah 4 internasional dan 6 nasional.
Metode yang digunakan dalam proses pencarian jurnal terkait yaitu dengan menggunakan metode PICO (Population/Problem; Intervention;
Comparison; Outcome;) dengan mencocokan kata-kata kunci yang diidentifikasi oleh penulis dengan kata-kata kunci yang diguakan selama pencarian. Setelah jurnal-jurnal terkait didapatkan dilanjutkan dengan menganalisis dan mensistesis literatur.
3. Ruang Lingkup Keilmuan
Penyusunan karya tulis ini merupakan bidang keilmuan refraksi optisi khususnya ilmu Refraksi Klinik, dan Ergonomi Penglihatan.
4. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu
Penyusunan literatur review ini dilakukan pada bulan Februari-juli tahun 2021 berdasarkan pada jurnal-jurnal terkait dengan kurun waktu maksimal 10 tahun kebelakang.
DAFTAR PUSTAKA
de Souza, J. M., & Veríssimo, M. de la Ó. R. (2015). Child development: Analysis of a new concept. Revista Latino-Americana de Enfermagem, 23(6), 1097–1104.
https://doi.org/10.1590/0104-1169.0462.2654
Gian, M. P., Wayan, S. I. E., & Triningrat, A. M. P. (2017). Gambaran Umum Kelainan Refraksi pada Pasien Anak Usia 6-12 Tahun di Divisi Refraksi dan Lensa Kontak Poliklinik Mata RSUP Sanglah Tahun 2014. E-Jurnal Medika, 6(12), 170–174.
Hasanah, A., Sri Lestari, A., Rahman, A. Y., & Danil, Y. I. (2020). Analisis Aktivitas Belajar Daring Mahasiswa Pada Pandemi COVID-19. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Masa Work From Home (WFH) Covid-19 UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2020, 4–8. http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/30565
Lestari, T. T., Anggunan, A., Triwahyuni, T., & Syuhada, R. (2020). Studi Faktor Risiko Kelainan Miopia Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 305–312.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.275
Riyanto, Z., & Riyanto, Z. (2019). Analisis Perilaku Mahasiswa Sains Dan Teknologi Dalam Penggunaan Smartphone (Gadget) Untuk Meningkatkan Prestasi
Akademik. PERFORMA Media Ilmiah Teknik Industri, 17(2), 132–138.
https://doi.org/10.20961/performa.17.2.28802
Rosali, E. S. (2020). Aktifitas Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Geography Science Education Journal (GEOSEE), 1(1), 21–30.
https://www.researchgate.net/publication/340917125_Kendala_Pelaksanaan_Pem belajaran_Jarak_Jauh_PJJ_dalam_Masa_Pandemi/stats
Rosita, R. (2020). Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Umkm Di Indonesia. Jurnal Lentera Bisnis, 9(2), 109. https://doi.org/10.34127/jrlab.v9i2.380
Setyowati, R., Mahayana, I. T., Winarti, T., & Pawiroranu, S. (2019). Angka kejadian miopia pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Banjararum Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal of Community Empowerment for Health, 2(1), 92–96. https://doi.org/10.22146/jcoemph.42913
Sivak, J. (2012). The cause(s) of myopia and the efforts that have been made to prevent it. Clinical and Experimental Optometry, 95(6), 572–582.
https://doi.org/10.1111/j.1444-0938.2012.00781.x
Tarutta, E. P., Proskurina, O. V., Tarasova, N. A., & Markosyan, G. A. (2019).
Analysis of risk factors that cause myopia in pre-school children and primary school students. Health Risk Analysis, 2019(3), 26–37.
https://doi.org/10.21668/health.risk/2019.3.03.eng
Wong, C. W., Tsai, A., Jonas, J. B., Ohno-Matsui, K., Chen, J., Ang, M., & Ting, D. S.
W. (2021). Digital Screen Time During the COVID-19 Pandemic: Risk for a Further Myopia Boom? American Journal of Ophthalmology, 223, 333–337.
https://doi.org/10.1016/j.ajo.2020.07.034
Wu, P. C., Huang, H. M., Yu, H. J., Fang, P. C., & Chen, C. T. (2016). Epidemiology of myopia. Asia-Pacific Journal of Ophthalmology, 5(6), 386–393.
https://doi.org/10.1097/APO.0000000000000236