• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2006 bertempat di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2006 bertempat di"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2006 bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Energi Biomassa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan baku untuk arang yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu campuran, kayu akasia (Acacia mangium Willd) dan tempurung kelapa (Coconus nucifera). Bahan kimia yang digunakan antara lain H3PO4, yodium, Na2S2O3, larutan kanji, metanol, karbon tetraklorida (CCl4), kloroform (CHCl3), formaldehida, benzena serta bahan untuk aplikasi adalah air limbah industri pelapisan nikel, limbah rumah sakit dan limbah rumah tangga.

Alat

Alat yang digunakan antara lain desikator, oven, tanur listrik, plastik, gelas ukur, cawan porselin, cawan petri, buret, mortal dan penggerus, gegep, saringan, kiln drum hasil modifikasi, kiln semi kontinyu dan retort skala produksi kapasitas 100 kg.

(2)

Metode Penelitian

Pembuatan Arang

1. Pembuatan Arang Kayu Mangium (Acacia mangium) dan Tempurung Kelapa (Coconus nucifera)

Kayu Mangium (Acacia mangium) dan tempurung kelapa (Coconus nucifera) diarangkan dalam kiln drum hasil modifikasi yang terbuat dari drum bekas pakai (Gambar 3). Kiln drum terdiri dari 4 bagian yaitu badan drum yang dibuka salah satu ujungnya, tutup kiln atas, cerobong asap dan lubang- lubang udara pada bagian bawah drum, lubang- lubang udara pada bagian bawah drum juga berfungsi sebagai tempat pembakaran pertama. Kayu Mangium (Acacia mangium) dipotong-potong dengan ukuran panjang maksimum 20 cm dan tempurung kelapa (Coconus nucifera) dimasukkan ke dalam kiln drum pada bagian atas dan ditata sedemikian rupa, kemudian dinyalakan dengan cara membakar bagian lubang udara dengan umpan bakar ranting- ranting kayu. Sesudah bahan baku menyala dan diperkirakan tidak akan padam maka kiln ditutup dan cerobong asap dipasang.

Pengarangan dianggap selesai apabila asap yang keluar dari cerobong menipis dan berwarna kebiru-biruan, selanjutnya kiln diturunkan sejajar dengan tanah dan cerobong asap ditutup dengan kertas atau kain yang sebelumnya dibasahi dengan air.

(3)

Gambar 3. Kiln Drum Hasil Modifikasi Spesifikasi : 1. Type : silinder 2. Tinggi kiln : 90 cm 3. Diameter : 55 cm 4. Tinggi cerobong : 40 cm 5. Diameter cerobong : 10 cm 6. Diameter lubang uadara : 2,5 cm

2. Pembuatan Arang dari Serbuk Gergaji Kayu Campuran

Serbuk kayu gergajian diarangkan dalam kiln semi kontinyu yang terbuat dari logam (Gambar 4), serbuk dimasukkan ke dalam kiln yang bagian bawahnya dilengkapi dengan rak yang terbuat dari besi behel ukuran 10 dan 12 mm yang dibentuk persegi panjang. Proses pengarangan dilakukan di bagian bawah kiln dengan cara mengaduk serbuk yang turun pada bagian atasnya. Arang yang dihasilkan dimatikan dengan cara melewatkan arang membara ke dalam bak yang berisi air.

(4)

Gambar 4. Kiln Semi Kontinyu Type P3THH

Spesifikasi :

1. Type : kubus (120 x 100 cm)

2. Tinggi pengarangan : 30 cm 3. Tinggi ruang pembakaran : 130 cm 4. Tinggi leher cerobong : 70 cm

5. Tinggi cerobong : 146 cm

6. Diameter cerobong : 50 cm

Pembuatan Arang Aktif

Arang dari serbuk gergaji kayu campuran, kayu Acacia mangium dan tempurung kelapa masing- masing dimasukkan ke dalam retort (kapasitas 100 kg), selanjutnya dipanaskan pada suhu 700 - 900ºC untuk mempercepat naiknya suhu pemanasan di dalam retort, sewaktu-waktu dialirkan udara dari kompresor. Apabila suhu telah tercapai, dialirkan uap air panas selama 1, 2 dan 3 jam pada tekanan 1 – 1,5 bar yang sebelumnya melewati tabung pemanas pada suhu 400ºC.

(5)

Gambar 5. Retort Untuk Aktivasi Arang Kapasitas 100 Kg (0,6 m3)

Karakterisasi Pola Struktur Arang

Arang yang dihasilkan diidentifikasi gugus fungsinya menggunakan (1) Spektrofotometer Inframerah untuk mengetahui perubahan gugus fungsi akibat kenaikan suhu karbonisasi. Analisis ini dilakukan dengan cara mencampur contoh dengan KBr menjadi bentuk pelet, yang selanjutnya diukur serapannya pada bilangan gelombang 600 – 4000 cm-1. (2) Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui topografi permukaan arang aktif dan ukuran pori. dan (3) XRD untuk mengetahui derajat kristalinitas, tinggi, lebar, jarak dan jumlah lapisan aromatik dilakukan dengan cara menginterpretasi pola difraksi dari hamburan sinar X pada contoh. Penetapan derajat kristalinitas, tinggi (Lc), lebar (La), jarak

(6)

(d) dan jumlah lapisan (N) aromatik dilakukan menurut Kercher (2003) dalam Pari (2004) dengan perhitungan sebagai berikut :

Bagian kristalin x 100 % Derajat kristalinitas (X) =

Bagian kristalin + bagian amorf Jarak antar lapisan aromatik (d002): ? = 2 d sin ?

Tinggi lapisan aromatik (Lc) pada ? 24-25: Lc(002) = K ? / ß cos ? Lebar lapisan aromatik (La) pada ? 43: La(100) = K ? / ß cos ? Jumlah lapisan aromatik (N): N = Lc / d

? = 0,15406 nm (panjang gelombang dari radiasi sinar Cu) ß = intensitas ½ tinggi dan lebar intensitas difraksi (radian ?) K = tetapan untuk lembaran graphene (0,89)

? = sudut difraksi X = derajat kristalinitas

Gambar 6. Skema Tinggi Lapisan (Lc), Jumlah Lapisan (N) dan Lebar Lapisan (La) Aromatik

(7)

Karakterisasi Struktur Arang Aktif

Untuk membuat arang aktif, proses aktivasi dilakukan dengan cara mengalirkan uap H2O selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Arang aktif yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD dan SEM. Selain itu dilakukan uji mutu terhadap arang aktif yang dihasilkan berdasarkan SNI (1995) yang meliputi penetapan rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon, daya serap terhadap iodin, benzena, metanol, khloroform (CHCl3), karbon tetraklorida (CCl4) dan formaldehida.

Peningkatan Mutu Arang Aktif

Untuk meningkatkan kualitas arang aktif, proses aktivasi dilakukan dengan cara kombinasi fisika dan kimia yaitu menggunakan larutan H3PO4 5 % pada arang aktif yang memiliki daya serap terhadap iodin tertinggi, hasil dari uji kualitas arang aktif. Arang aktif yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD dan SEM. Selain itu dilakukan uji mutu terhadap arang aktif yang dihasilkan berdasarkan SNI (1995) yang meliputi penetapan rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon, daya serap terhadap iodin, benzena, metanol, khloroform (CHCl3), karbon tetraklorida (CCl4) dan formaldehida.

Aplikasi Arang Aktif

Arang aktif yang memenuhi standar dari hasil peningkatan mutu selanjutnya diaplikasikan sebagai adsorben pada pengolahan air limbah rumah tangga, rumah

(8)

sakit dan industri pelapisan nikel dengan cara mencampurkan arang aktif pada ketiga air limbah tersebut dengan konsentrasi masing- masing 0, 1, 2 dan 3 %.

Pengolahan terhadap air limbah ini dilakukan dengan cara menambahkan arang aktif masing- masing sebanyak 0, 1, 2 dan 3 gram ke dalam air limbah dengan volume 100 mL dalam gelas piala. Kemudian campuran tersebut diaduk sampai homogen dengan menggunakan shaker dan disaring. Air hasil saringan tersebut kemudian dianalisa kualitasnya.

Diagram Alir Penelitian

Kegiatan penelitian tersebut di atas dapat digambarkan pada diagram alir seperti tertera pada Gambar 7. Bahan baku serbuk gergaji kayu campuran, kayu Acacia mangium dan tempurung kelapa diarangkan. Kemudian diuji pola strukturnya dengan FTIR, XRD dan SEM. Arang yang diperoleh kemudian dibuat arang aktif dengan menggunakan H2O sebagai aktivator dengan lama aktivasi 1, 2 dan 3 jam. Setelah dilakukan pengkajian dengan FTIR, XRD dan SEM akan didapatkan struktur dan mutu arang aktif yang terbaik. Apabila hasilnya belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI, 1995), maka dilakukan peningkatan mutu arang aktif dengan menggunakan larutan H3PO4 5 % sebagai aktivator. Arang aktif ini dicoba untuk mengadsorpsi bahan pencemar (polutan) yang terdapat pada air limbah industri pelapisan nikel, limbah rumah sakit dan limbah rumah tangga dengan jalan mencampurkan arang aktif pada air limbah dengan konsentrasi 1, 2 dan 3 %.

(9)

Prosedur Penetapan Mutu Arang Aktif (SNI 1995) Penetapan Rendemen

Arang aktif yang diperoleh terlebih dahulu dibersihkan, kemudian ditimbang. Perbandingan yang dihitung adalah perbandingan bobot bahan baku sebelum dan setelah melalui aktivasi.

Berat arang aktif

Rendemen (%) = x 100 % Berat bahan baku

Penetapan Kadar Air

Contoh sebanyak 2 gram (bobot kering udara) dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobot keringnya, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 3 jam. Setelah itu, didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang sampai bobotnya tetap.

Berat (sebelum – sesudah) dikeringkan

Kadar air (%) = x 100 % Berat sesudah dikeringkan

Penetapan Zat Mudah Menguap

Contoh kering sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobot keringnya. Kemudian contoh dipanaskan dalam tanur pada suhu 950°C selama 10 menit. Selanjutnya cawan didinginkan dalam desikator selama 1 jam dan ditimbang. Cawan ditutup serapat mungkin (bila perlu diikat dengan kawat) selama pemanasan dan hindari pembakaran contoh. Jika contoh terbakar maka pengerjaan diulang.

Berat contoh yang hilang

Kadar Zat Mudah Menguap (%) = x 100 % Berat contoh awal

(10)

Penetapan Kadar Abu

Contoh sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobot keringnya, kemudian ditempatkan dalam tanur listrik pada suhu 750°C selama 6 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama satu jam dan selanjutnya ditimbang hingga bobotnya tetap.

Berat sisa contoh Kadar Abu (%) = x 100 % Berat contoh awal

Penetapan Kadar Karbon Terikat

Karbon dalam arang adalah zat yang terdapat pada fraksi padat hasil pirolisis selain abu (zat anorganik) dan zat- zat atsiri yang masih terdapat pada pori-pori arang. Definisi ini hanya berupa pendekatan.

Kadar Karbon Terikat (%) = 100 % - (kadar abu + kadar zat mudah menguap)

Penetapan Daya Serap terhadap Iodium

Contoh kering sebanyak 0,2 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL larutan iodium 0.1 N dan dikocok selama 25 menit pada suhu kamar, larutan langsung disaring. Selanjutnya 10 mL contoh diambil dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai didapatkan larutan berwarna kuning muda lalu ditambahkan beberapa tetes larutan kanji 1% sebagai indikator. Kemudian titrasi dilakukan kembali sampai warna biru tepat hilang.

[10 – (mL x N Na2S2O3)] x 126.93 x fp Daya Serap Iodium (mg/g) =

(11)

Pene tapan Daya Serap terhadap Gas

Satu gram contoh kering dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diketahui bobot keringnya. Cawan yang berisi contoh tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator yang telah dijenuhkan dengan uap benzena, metanol, kloroform, CCl4 dan formaldehida kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 19 - 20°C agar tercapai kesetimbangan adsorpsi. Sebelum ditimbang contoh dibiarkan selama 5 menit untuk mengeluarkan uap yang menempel pada permukaan kaca cawan petri untuk mengurangi kesalahan positif.

Berat uap yang terserap Daya Serap Gas (%) = x 100 % Berat contoh awal

Prosedur Pe netapan Kualitas Air Limbah (Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater/SMEWW, 1998)

Penetapan pH

Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan pH meter, dimana pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Pada pH meter dipasang elektroda gelas kemudian dicelupkan ke dalam larutan penyangga yang mendekati pH contoh. Selanjutnya bersihkan elektroda dengan air suling, kemudian celupkan ke dalam contoh yang akan diperiksa. Derajat keasaman (pH) dapat langsung dibaca dari skala atau digital alat pH meter.

Penetapan Biological Oxygen Demand (BOD)

Pengukuran BOD dilakukan dengan cara memeriksa oksigen terlarut nol hari dari salah satu botol yang berisi benda uji, kemudian masukkan botol yang

(12)

berisi benda uji ke dalam lemari pengeram bersuhu 20 ºC selama 5 hari. Selanjutnya periksa kadar oksigen terlarut pada lima hari dan hitung BOD dengan rumus berikut :

(Xo – X5) – (Bo – B5) (1 – P) BOD =

P Dimana :

Xo = oksigen terlarut sampel pada saat t = 0 (mg O2/L) X5 = oksigen terlarut sampel pada saat t = 5 hari (mg O2/L) Bo = oksigen terlarut blanko pada saat t = 0 (mg O2/L) B5 = oksigen terlarut blanko pada saat t = 5 hari (mg O2/L) P = pengenceran

Penetapan Chemical Oxygen Demand (COD)

Pipet 5 mL larutan campuran kalium dikromat merkuri sulfat dan masukkan ke dalam benda uji. Tambahkan 10 mL larutan campuran asam sulfat perak sulfat, aduk campuran di dalam tabung kemudian tutup. Ulangi cara tersebut terhadap 10 mL air suling untuk blanko. Kemudian masukkan ke dalam oven pada suhu 150 ºC selama 2 jam, lalu pindahkan campuran dari tabung ke dalam labu erlenmeyer 100 mL dan bilas dengan 10 mL air suling. Tambahkan 2 mL asam sulfat pekat, 3 tetes indikator feroin lalu titrasi dengan larutan fero amonium sulfat 0,0025 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi merah coklat.

COD (mg O2/L) = { (A – B) x N x 800 } x p Dimana :

A = mL larutan fero amonium sulfat untuk titrasi blanko B = mL larutan fero amonium sulfat untuk titrasi benda uji N = kenormalan larutan fero amonium sulfat

(13)

Penetapan Kadmium (Cd)

Kadmium ditentukan dengan mengukur 100 mL contoh yang telah diasamkan ke dalam gelas piala 125 mL, tambahkan 5 mL HCl pada tiap contoh. Panaskan contoh di atas penangas listrik dalam ruangan asam sampai isi larutan berkurang 15-20 mL. Kemudian dinginkan dan saring contoh dengan kertas saring ke dalam labu takar 100 mL, kemudian encerkan sampai tanda batas. Salurkan masing- masing contoh dan catat pembacaan instrumen spektrofotometer serapan atom pada 228,8 nm.

Cd (mg/L) = (1000 / volume contoh) x berat kadmium dalam contoh

Penetapan Kromium Total (Cr)

Kromium total ditentukan dengan mengukur 100 mL contoh yang telah diasamkan ke dalam gelas piala 125 mL, tambahkan 5 mL HCl pada tiap contoh. Panaskan contoh di atas penangas listrik dalam ruangan asam sampai isi larutan berkurang 15-20 mL. Kemudian dinginkan dan saring contoh dengan kertas saring. Pipet 10 mL contoh masukkan ke dalam 50 mL gelas piala dan tambahkan 1 mL 8-hydroxyquinoline. Salurkan masing- masing contoh dan tetapkan serapan spektrofotometer yang bekerja pada panjang gelombang 540 nm.

Penetapan Seng (Zn)

Penentuan kadar seng dilakukan dengan cara spektrofotometri serapan atom pada 213,8 nm. Seng ditentukan dengan mengukur 100 mL contoh yang telah diasamkan ke dalam gelas piala 125 mL, tambahkan 5 mL HCl pada tiap contoh. Panaskan contoh di atas penangas listrik dalam ruangan asam sampai isi larutan

(14)

berkurang 15-20 mL. Kemudian dinginkan dan saring contoh dengan kertas saring. Salurkan HNO3 setiap kali penentuan antara contoh-contoh.

Penetapan Timbal (Pb)

Timbal ditentukan dengan mengukur 100 mL contoh yang telah diasamkan ke dalam gelas piala 125 mL, tambahkan 5 mL HCl pada tiap contoh. Panaskan contoh di atas penangas listrik dalam ruangan asam sampai isi larutan berkurang 15-20 mL. Kemudian dinginkan dan saring contoh dengan kertas saring ke dalam labu takar 100 mL dan cuci kertas saring 2 atau 3 kali dengan air kemudian encerkan sampai tanda batas. Salurkan HNO3 setiap kali penentuan antara contoh-contoh dan catat pembacaan instrumen spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 283 nm.

Penetapan Nikel (Ni)

Kocok contoh air sampai bercampur rata. Pipet 50 mL contoh air sampel masukkan ke dalam labu takar 100 mL. Tambah 10 mL larutan amonium sitrat, 5 mL larutan iodium dan 20 mL larutan amoniakal dimetilgiloksim. Encerken dengan air sampai tanda batas, kocok dan diamkan selama 10 menit. Pindahkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dan ukur serapan warna pada panjang gelombang 530 nm.

Penetapan Tembaga (Cu)

Kocok contoh air sampai bercampur rata. Pipet 100 mL contoh air sampel masukkan ke dalam corong pemisah 250 mL. Netralkan larutan contoh dengan penambahan HCl atau NH4OH. Kemudian tambahkan 5 mL larutan hidroksilamin hidroklorida dan 10 mL CHCl3, kocok selama 2 menit. Saring larutan ekstraksi ke

(15)

dalam kuvet dan tetapkan serapan spektrofotometer pada panjang gelombang 484 nm.

Penetapan Amoniak (NH3)

Dengan menggunakan pipet, pindahkan sampel sebesar 50 mL ke dalam labu takar 50 mL. Kemudian tambahkan 2 mL reagen Nessler ke dalam larutan tersebut. Kocoklah sampel dengan cara membalik-balik sampel ke dalam labu takarnya paling sedikit 6 kali. Biarkan reaksi berjalan paling cepat 10 menit. Dengan menggunakan spektrofotometer, ukurlah panjang gelombang standar pada 400-425 nm blanko.

Penetapan Phosphat (PO4)

Pipet 50 mL sampel tuang ke dalam erlenmeyer 250 mL dan tambah 1 tetes indikator fenolftalein. Kalau larutan berwarna merah, tambah larutan asam tetes demi tetes sampai warna merah tersebut hilang. Lalu tambah 1 mL lagi dari larutan asam tersebut, serta 0,4 g (NH4)2S2O8. Letakkan gelas erlenmeyer pada penangas listrik selama 30 menit atau volume larutan berkurang menjadi kira-kira 10 mL. Dinginkan, lalu tambah air suling sampai volume menjadi kira-kira 30 mL, tambah 1 tetes indikator fenolftalein dan netralkan dengan NaOH 1 N sampai warnanya kemerah- meraha n.

Penetapan Total Suspended Solid (TSS)

Lakukan penyaringan dengan vakum, kemudian pipet sampel dengan volume tertentu. Cuci kertas saring dengan 30 mL air suling, biarkan kering sempurna dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit. Pindahkan kertas saring dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbang

(16)

aluminium sebagai penyangga. Lalu keringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 103 – 105 ºC, kemudian dinginkan dalam desikator. Selanjutnya lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan.

(A – B) x 1000 TSS (mg/L) =

Volume contoh uji

dimana A = berat kertas saring + residu kering B = berat kertas saring

Penetapan Minyak dan Lemak

Pindahkan contoh uji ke corong pemisah, bilas botol contoh uji dengan 30 mL pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci. Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan memisah, keluarkan lapisan air. Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g Na2SO4 anhidrat. Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi selama 5 menit. Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah kemudian ekstraksi 2 kali dengan pelarut 30 mL tiap kalinya. Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi dengan tambahan 10 – 20 mL pelarut. Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85 ºC, lalu dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang sampai diperoleh berat tetap.

(A – B) x 1000 Kadar minyak- lemak (mg/L) =

Volume contoh uji

dimana A = berat labu + ekstrak B = berat labu kosong

(17)

Analisis Kualitas Limbah

Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan berdasarkan metode analisis yang telah baku pada Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater (1998). Analisis dan pengukuran dilakukan di Laboratorium Air Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.

Parameter yang dianalisa pada air limbah industri pelapisan nikel mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri meliputi Total Suspended Solid (TSS), kromium total, tembaga, seng, nikel, kadmium, timbal dan pH (Peraturan Perundang-undangan Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

Parameter yang dianalisa pada air limbah rumah sakit mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58/MENLH/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit meliputi parameter kimia (pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4) dan parameter mikrobiologik (MPN-kuman

golongan koli/100 mL) (Peraturan Perundang-undangan Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

Sedangkan parameter yang dianalisa pada air limbah rumah tangga mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112/MENLH/2003 tentang baku mutu air limbah domestik meliputi pH, BOD, TSS, minyak dan lemak (Peraturan Perundang- undangan Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

(18)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh jenis bahan baku dan lama aktivasi terhadap mutu arang aktif dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang dilanjutkan dengan uji sidik regresi serta uji Duncan. Model umum yang digunakan adalah (Sudjana, 1992) :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ijk + Sijk Dimana :

Yijk = Nilai respon yang diamati µ = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh bahan baku dari taraf ke- i Bj = Pengaruh waktu aktivasi dari taraf ke-j

ABijk = Pengaruh interaksi antara bahan baku taraf ke-i dengan waktu aktivasi taraf ke-j pada ulangan ke-k

Sijk = Pengaruh galat

Gambar

Gambar 3. Kiln Drum Hasil Modifikasi  Spesifikasi :  1. Type  :  silinder  2. Tinggi kiln   :  90 cm  3
Gambar 4. Kiln Semi Kontinyu Type P3THH
Gambar 5. Retort Untuk Aktivasi Arang Kapasitas 100 Kg (0,6 m 3 )

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan publik terhadap tingkat kepuasan masyarakat (studi kasus di Kantor Kecamatan Cijeungjing Kabupaten

Perjuangan kemerdekaan bangsa telah berhasil kita lewati. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran serta para tokoh pejuang. Hatta, Sultan Hamengkubuwono IX, dan

Identifikasi natrium alginat secara kualitatif memberikan hasil yang positif terhadap semua perlakuan, rendemen natrium alginat tertingi adalah 16,63% dengan konsentrasi pemutih

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis ingin menganalisa dengan menggunakan analisis semiotika, yang digunakan dalam surat kabar atau koran khususnya surat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelayanan penerbitan dokumen SKTS dikecamatan rungkut mengenai kualitas pelayanan bahwa kebijakan tersebut cukup

Penelitian pengembangan media maket Tulungagung’s Arts ini dilatar belakangi oleh permasalah yang ada di SDN 02 Ngranti pada kelas 4 yaitu proses pembelajaran yang hanya

Dari gambar grafik perbandingan respon perpindahan, kecepatan, percepatan pada seperempat kendaraan mobil dengan suspensi yang menggunakan shock absorber hidrolis

Model pembelajaran karakter di RA Al Hikam di lingkungan ponpes Al Hikam bertujuan membentuk karakter santri pada murid RA Al Hikam sejak dini, dengan ciri khas