• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan menjamin agar setiap rumah tangga dapat mengakses pangan sesuai kebutuhannya, merupakan sasaran utama dalam pembangunan ketahanan pangan wilayah, yang akan terakumulasi pada pembangunan ketahanan pangan nasional.

Pembagian tugas mengenai cadangan pangan tersebut, dituangkan dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Pada pasal 5 menjelaskan: (a) cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat; (b) cadangan pangan pemerintah terdiri atas cadangan pangan pemerintah desa, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah propinsi, dan cadangan pangan pemerintah pusat. Cadangan pangan dilakukan untuk menanggulangi masalah pangan yang mencakup terjadinya kelebihan pangan, kekurangan pangan, dan atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Telah banyak kegiatan peningkatan cadangan pangan oleh pemerintah di perdesaan, tetapi seringkali hasil kegiatan tersebut belum diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilanjutkan pada pemerintah desa guna pembinaan lebih lanjut. Akhirnya tidak satu SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) pun merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pembinaan dan keberlanjutan kegiatan dimaksud, sehingga baik kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dan kemampuan mengelola cadangan pangan di desa semakin melemah.

Pemenuhan kebutuhan pangan tidak hanya masalah produksi tetapi juga masalah distribusi yang banyak menimbulkan persoalan, karena hampir di semua daerah penghasil utama pangan banyak dijumpai anggota masyarakat yang tidak mempunyai akses pangan secara memadai. Hampir semua hasil produksi berubah menjadi komoditi perdagangan daripada menjadi cadangan pangan sebagaimana dahulu dipraktekkan melalui lumbung-lumbung pangan masyarakat dan desa. Ketahanan pangan di desa menjadi sangat rentan. Kondisi desa yang rentan dan

(2)

rawan pangan menjadi ironis jika mengingat desa sebagai basis utama penghasil pangan (beras).

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah. Ada tiga alasan penting yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (a) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (b) konsumsipangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; (c) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat (Panduan Umum kegiatan P-LDPM).

Ketahanan pangannasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro. Saat ini masih ada beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang cukup. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang miskin sehingga mereka tidak memperoleh aksesterhadap pangan. Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung ketersediaan sarana prasarana pertanianuntuk produksi, pengolahan, dan penyimpanan bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain. Demikian juga waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, menimbulkan masalah bagi petani.

Petani selalu dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya: (a) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistibusian atau pemasaran; (b) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara); (c)keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.Dampak dari ketidakberdayaan petani, dapat menyebabkanketidakstabilan harga di wilayah

(3)

sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan) di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) cq Badan Ketahanan Pangan (BKP), telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehinggamempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (kegiatan P-LDPM).

Kegiatan P-LDPM adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN tahun anggaran 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.Adapun pola kegiatan yang dilaksanakanpadakegiatan P-LDPM adalah dengan pemberdayaan Gapoktan berupa pembinaan kelembagaan Gapoktan dan pemberian dana modal untuk menyiapkana sarana dan prasarana berupa pembangunan gudang atau lumbung serta penambahan modal untuk usaha jual beli(Panduan Umum Kegiatan P-LDPM).

Kegiatan Penguata-LDPM juga memiliki dasar hukum untuk mengatasi gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit telah dituangkan dalam Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal 48). Sasaran dari pengguna Pedoman Teknis Kegiatan P-LDPM tahun 2011 adalah Aparat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten atau Kota, yang akan melaksanakan kegiatan P-LDPM tahun 2011 dan PPL yang akan melakukan pembinaan terhadap Gapoktan tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian.

(4)

Perumusan Masalah

Gapoktan merupakan kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan P-LDPM dalam hal pengelolaan bantuan modal usaha bagi petani serta pengelolaan program secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam keberhasilan implementasi program ini. Namun, hal ini tak lepas dari komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan tersebut baik komunikasi yang terjadi antara Gapoktan kepada Poktan dan petani serta Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai pengawas kegiatan.

Dalam suatu proses penyampaian sebuah kegiatan dibutuhkan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat diajak, dibimbing, diarahkan sehingga menjadi masyarakat yang mau dan mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dalam menentukan masa depannya sendiri. Namun demikian, kegiatan komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila tidak terdapat interaksi dinamis dan harmonis antara komunikator dan komunikannya. Interaksi yang dinamis dan harmonis akan terjadi apabila di antara komunikator dan komunikan telah ada rasapercaya dan keterbukaan.

Kegiatan P-LDPM telah dilaksanakan tetapi pemahaman masyarakat terhadap kegiatan ini masih beragam. Masih banyak petani anggota Gapoktan yang ikut menjual hasil panen pada Gapoktan namun mereka tidak mengetahui apa tujuan mereka menjual hasil panen pada Gapoktan. Kegiatan ini bertujuan apabila musim paceklik datang petani tidak mengalami kesulitan pangan karena memiliki ketersedian cadangan pada gudang milik Gapoktan. Lambatnya perkembangan kegiatanini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah berasal dari dalam Gapoktan itu sendiri dalam menyampaikan informasi tentang kegiatan P-LDPM dan dari Poktan yang ada dibawah Gapoktan itu sendiri yang tidak dapat mengkoordinir setiap anggotanya.Gapoktan yang diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan P-LDPM tersebut.

Komunikasi yang efektif juga sangat diperlukan agar apa yang diinginkan dari kegiatan P-LDPM baik oleh Kementan, BKP, Gapoktan, Poktan dan juga petani dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat tercapai. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat menghilangkan berbagai hambatan terutama

(5)

dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM. Oleh karena itu, penelitian ini menguji dan mengkaji sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM. Apakah melalui karakteristik kegiatan P-LDPM merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM bebelum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar kegiatan Penguatan-LDPM dapat lebih dikembangkan lagi.

Berdasar pemaparan tersebutmaka masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan?

2. Bagaimana bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”?

3. Bagaimana efektivitas komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan”?

Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas komunikasi yang terjadi Gapoktan pelaksana kegiatan P-LDPM di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Secara terperinci untuk mendukung tujuan utama tersebut disusun secara spesifik tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicarikan jawabannya, yaitu untuk: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan.

2. Menganalisis bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”.

3. Menganalisis efektivitas komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan”.

(6)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat:

1. Para pengambil kebijakan Badan Ketahanan Pangan Daerah Lampung dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lampung Timur, Sebagai bahan masukan dalam menyempurnakan kegiatan P-LDPM dimasa yang akan datang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan tentang efektivitas

komunikasi khususnya dalam kegiatan P-LDPM Gapoktan di perdesaan. 3. Dapat menjadi kerangka acuan atau refrensi dalam mengembangkan ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Jalan merupakan unsur yang menjembatani Kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil Pembangunan di Provinsi Riau, lalu lintas dan angkutan jalan sebagai dari

Hasil eksperimen Westhuis, dkk (2001) memperlihatkan bahwa pemuncakan elevasi gelombang yang tinggi dipengaruhi oleh perbandingan amplitudo dan selisih bilangan

Sistem pengukuran kinerja dalam kaitannya terhadap peningkatan kejelasan peran individu dilakukan dengan cara, yaitu dengan menjelaskan akan peranan tersebut, menjelaskan

Kombinasi kedua tipe truss tersebut akan menghasilkan sebuah truss yang lebih efektif dalam pendistribusian gaya yang bekerja, serta memperkecil gaya tekan yang terjadi

Pujisyukurkehadiran Allah SWT ataslimpahanrahmatdanhidayah-Nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanskripsi yang berjudul: PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP

Jawaban dari permasalahan tersebut adalah bahwa rekayasa balik yang dilakukan dalam rangka pembuatan program keygen termasuk perbuatan yang dilarang dalam pasal 30 ayat

Aplikasi pembelajaran dunia hewan untuk pembelajaran ini penulis menggunakan perangkat lunak Eclipse IDE dan Android Development Tools (ADT). Aplikasi berisi

Data disini akan menjelaskan berkenaan apa saja prolematika guru dalam pembelajaran di MIS Nurul Huda di desa Kiapak (salah satu desa tertinggal) Kecamatan