• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada masyarakat yang melakukan pembelian ikan laut baik di pasar tradisional maupun pasar modern di wilayah Kabupaten Ngawi. Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan.

Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 300 eksemplar, sehingga diperoleh data sebanyak 300 responden. Dari data yang dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menjelaskan pengaruh persepsi kesehatan, keamanan, ramah lingkungan dan persepsi kualitas pada produk iklan laut terhadap niat beli dan perilaku pembelian aktual di kabupaten Ngawi.

Analisis data dalam penelitian ini meliputi, uji instrumen penelitian, analisis profil responden, analisis deskriptif persepsi responden terhadap variabel penelitian, analisis Structural Equation Model (SEM) dengan program AMOS dan pembahasan hasil penelitian.

(2)

48 4.1. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation, dihitung dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0.Suatu instrumen dinyatakan valid jika memiliki koefisien korelasi Pearson Product Moment >r tabel (0,306), (Sugiyono, 2013). Hasil uji validitas dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas

Var. Item rhitung r tabel Ket. Var. Item rhitung r tabel Ket. P. Ke seha tan S1 0.841 0.306 Valid P. Kua litas K1 0.749 0.306 Valid S2 0.624 0.306 Valid K2 0.813 0.306 Valid S3 0.77 0.306 Valid K3 0.655 0.306 Valid S4 0.851 0.306 Valid K4 0.738 0.306 Valid S5 0.768 0.306 Valid K5 0.809 0.306 Valid S6 0.771 0.306 Valid K6 0.81 0.306 Valid S7 0.763 0.306 Valid Niat Beli N1 0.813 0.306 Valid P. Kea manan A1 0.717 0.306 Valid N2 0.825 0.306 Valid A2 0.711 0.306 Valid N3 0.748 0.306 Valid A3 0.842 0.306 Valid N4 0.626 0.306 Valid A4 0.583 0.306 Valid N5 0.779 0.306 Valid A5 0.83 0.306 Valid N6 0.677 0.306 Valid N7 0.743 0.306 Valid

(3)

49 P. Ra mah lingku ngan RL1 0.804 0.306 Valid P. Beli PB1 0.538 0.306 Valid RL2 0.672 0.306 Valid PB2 0.701 0.306 Valid RL3 0.579 0.306 Valid PB3 0.442 0.306 Valid RL4 0.707 0.306 Valid PB4 0.754 0.306 Valid RL5 0.795 0.306 Valid PB5 0.837 0.306 Valid RL6 0.794 0.306 Valid PB6 0.573 0.306 Valid RL7 0.809 0.306 Valid PB7 0.542 0.306 Valid RL8 0.798 0.306 Valid PB8 0.712 0.306 Valid RL9 0.884 0.306 Valid PB9 0.401 0.306 Valid PB10 0.489 0.306 Valid Sumber ; Data primer diolah, 2015

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui seluruh butir pertanyaan memiliki nilai r hitung >r tabel (0,306), sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh butir pertanyaan yang terkandung dalam kuesioner dapat dinyatakan valid.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan Cronboach’s Alpha, dimana tingkat signifikan yang dipakai adalah 5% dengan dasar pengambilan keputusan. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki Cranboach Alpha Coefisien di atas 0,6 (Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas pertanyaan tentang variabel kualitas pelayanan, kepuasan konsumen, dan loyalitas dapat diringkas sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 4.2 berikut ini :

(4)

50 Tabel 4.2

Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel

Koefisien

Cronbach’s Alpha Keterangan

Perpsepsi Kesehatan 0,884 Reliabel/Handal

Persepsi Keamanan 0,791 Reliabel/Handal

Persepsi Ramah Lingkungan 0,902 Reliabel/Handal

Persepsi Kualitas 0,863 Reliabel/Handal

Niat Beli 0,874 Reliabel/Handal

Perilaku Beli 0,810 Reliabel/Handal

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan ringkasan hasil uji reliabilitas seperti yang terangkum dalam Tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha pada masing-masing variabel nilainya lebih besar dari 0,6. Dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Ghozali (2005) semua butir pertanyaan dalam variabel penelitian adalah handal. Sehingga butir-butir pertanyaan dalam variabel penelitian dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

4.2. Analisis Deskriptif Responden

Analisis deskriptif responden menjelaskan tentang gambaran responden yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, jumlah anggota keluarga,

(5)

51 pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, dan pengambil keputusan menu makanan.

4.2.1. Jenis Kelamin

Deskriptif jenis kelamin responden ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki – laki 103 34.3%

Perempuan 197 65.7%

Total 300 100.0%

Sumber : Data primer, 2015

Ditinjau dari jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 197 orang atau 65,7%. Perempuan merupakan anggota keluarga yang memiliki tugas utama adalah menentukan menu makanan di keluarganya, sehingga sangat berpengaruh dalam memilih produk-produk makanan seperti ikan laut.

4.2.2. Usia Responden

Dari data yang diperoleh dengan responden, dapat digambarkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Usia Responden

Usia Jumlah Persentase

(6)

52 20 - 30 tahun 81 27.0% 31 - 40 tahun 105 35.0% 41 - 50 tahun 66 22.0% > 50 tahun 28 9.3% Total 300 100.0%

Sumber : Data primer diolah, 2015

Ditinjau dari usia responden mayoritas responden berusia antara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 105 orang atau 35%. Hal ini menunjukkan bahwa responden berusia produktif, sehingga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap produk-produk makanan yang sehat, aman, halal dan ramah lingkungan seperti produk ikan laut.

4.2.3. Status Perkawinan

Hasil deskriptif tentang status perkawinan ditunjukkan pada tabel 4.5 : Tabel 4.5

Status Perkawinan

Status Jumlah Persentase

Belum Menikah 88 29.3%

Menikah 199 66.3%

Janda/Duda/Pisah 13 4.3%

Total 300 100.0%

Sumber : Data primer diolah, 2015

Hasil deskriptif tentang status perkawinan menunjukkan mayoritas responden telah menikah yaitu sebanyak 199 orang atau 66,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan keluarga akan makanan yang sehat lebih tinggi

(7)

53 pada kelompok responden ini, karena orang yang menikah tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadinya tetapi juga keluarganya.

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga

Hasil deskriptif pada jumlah anggota keluarga ditunjukkan pada tabel 4.6 : Tabel 4.6

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota

keluarga Jumlah Persentase

< 3 orang 85 28.3%

3 - 4 orang 125 41.7%

5 - 6 orang 61 20.3%

> 6 orang 29 9.7%

Total 300 100.0%

Sumber : Data primer, diolah 2015

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga mayoritas adalah antara 3 – 4 orang yaitu sebesar 41,7% (125 orang). Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan keluarga yang cukup besar berpengaruh terhadap banyak sedikitnya tingkat konsumen ikan laut.

4.2.5. Pendidikan Responden

Hasil deskriptif berdasarkan tingkat pendidikan, seperti ditunjukkan pada tabel 4.7 :

(8)

54 Tabel 4.7

Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir Jumlah Persentase

s/d SD 21 7.0% s/d SMP 35 11.7% s/d SMA 105 35.0% s/d Diploma 55 18.3% s/d Sarjana 64 21.3% s/d Pasca Sarjana 20 6.7% Total 300 100.0%

Sumber : Data primer, diolah 2015

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan konsumen yang membeli ikan laut di kabupaten Ngawi mayoritas adalah SMA / sederajat yaitu sebesar 35% (105 orang). Hal ini berarti responden telah berpendidikan menengah keatas, sehingga memiliki kepedulian yang tinggi akan gizi keluarga dengan mengkonsumsi ikan laut.

4.2.6.Jenis Pekerjaan Responden

Berdasarkan jenis pekerjaan responden, dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Jenis Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Persentase

Pelajar / Mahasiswa 36 12.0%

Pegawai Swasta 93 31.0%

(9)

55

PNS 40 13.3%

Guru / Dosen 28 9.3%

TNI / POLRI 17 5.7%

Ibu Rumah Tangga 38 12.7%

Lain-Lain 10 3.3%

Total 300 100.0%

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan jenis pekerjaan konsumen mayoritas adalah pegawai swasta yaitu sebesar 31% (93 orang). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen telah memiliki pekerjaan tetap sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan pembelian produk ikan laut untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya.

4.2.7. Tingkat Penghasilan Responden

Hasil analisis data ini diperoleh nilai distribusi frekuensi terhadap tingkat penghasilan konsumen seperti ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.9

Tingkat Pennghasilan per Bulan Responden

Penghasilan Jumlah Persentase

< Rp.1.000.000 37 12.3% Rp.1.000.001 - 2.000.000 66 22.0% Rp.2.000.001 - 3.000.000 87 29.0% Rp.3.000.001 - 4.000.000 61 20.3% Rp.4.000.001 - 5.000.000 25 8.3% > Rp.5.000.000 24 8.0% Total 300 100.0%

(10)

56 Sumber : Data primer, 2015

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan per bulan responden mayoritas adalah antara Rp.2.000.001 – Rp.3.000.000 yaitu sebesar 29 % (87 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden telah memiliki penghasilan yang cukup tinggi, sehingga berpengaruh terhadap daya beli terhadap produk ikan laut.

4.2.8. Pengambil Keputusan

Pengambil keputusan menu makanan di keluarga ditunjukkan pada Tabel 4.10 :

Tabel 4.10

Pihak yang mengambil keputusan

Pengambil Keputusan Jumlah Persentase

Ayah 62 20.7%

Ibu 149 49.7%

Ayah dan Ibu 76 25.3%

Anak 13 4.3%

Pembantu RT 0 0%

Total 300 100.0%

Sumber : Data primer, 2015

Dari tabel 4.10 dari 300 responden yang diteliti menyatakan bahwa pengambil keputusan (yang menentukan) menu makanan mayoritas ditentukan oleh seorang Ibu yaitu sebanyak 149 orang atau 49,7%. Ibu merupakan anggota keluarga yang berhak dalam menentukan menu makanan apa yang akan dipilih, karena

(11)

57 tanggung jawab terbesar dalam menyediakan menu makanan di keluarga adalah seorang ibu.

4.3. Analisis Deskriptif Penelitian

Untuk menilai persepsi konsumen terhadap variabel persepsi kesehatan pangan, keselamatan pangan, ramah lingkungan, kualitas produk, niat beli dan perilaku pembelian berdasarkan mean aritmathic atau rata-rata hasil jawaban responden. Dalam penelitian ini penilaian responden diukur dengan skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dan tertinggi 4 untuk jawaban sangat setuju. Dengan demikian batasan interval dapat ditentukan sebagai berikut :

Skor persepsi terendah adalah : 1 Skor persepsi tertinggi adalah : 4

4 - 1

Interval = = 0,75 4

Sehingga diperoleh batasan persepsi seperti pada Tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11

Kriteria Persepsi Konsumen Interval Persepsi Konsumen 1,00 – 1,75 Sangat tidak baik 1,76 – 2,50 Tidak baik

2,51 – 3,25 Baik

(12)

58 Hasil analisis deskriptif terhadap persepsi kesehatan pangan dapat ditunjukkan dengan Tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12

Deskriptif Variabel Persepsi terkait kesehatan pangan

No. Variabel Persepsi Rata-rata Kategori

1 Ikan laut mengandung lebih banyak nutrisi berupa protein

hewani, omega3, mineral dan vitamin 2.98 Baik

2 Mengkonsumsi ikan laut lebih baik untuk kesehatan 2.84 Baik 3

Ikan laut memiliki protein yang lebih mudah diserap oleh tubuh dan melancarkan pencernaan dibanding protein dari

ikan tawar dan daging sapi atau kambing 2.91 Baik

4

Kandungan omega3 pada ikan laut dapat membantu merangsang pertumbuhan otak dan meningkatkan

kecerdasan & kekebalan tubuh 2.84 Baik

5 Kandungan vitamin dan mineral pada ikan laut baik untuk

pertumbuhan tulang dan menjaga metabolisme tubuh 2.93 Baik 6

Ikan laut lebih sehat dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing karena budidayanya alamiah (tanpa

obat2-an) 2.81 Baik

7

Ikan laut lebih sehat karena pakan ikan laut sudah tersedia di habitatnya secara alami, bukan pakan buatan seperti

pelet yang mengandung bahan kimia 2.87 Baik

Rata-rata Indikator 2.88 Baik Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis deskriptif seperti pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden pada kesehatan pangan adalah sebesar 2,88. Penilaian responden ini termasuk dalam kriteria yang baik karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Sedangkan penilaian tertinggi terjadi pada item Ikan laut mengandung lebih

(13)

59 banyak nutrisi berupa protein hewani, omega3, mineral dan vitamin dengan rata-rata sebesar 2,98 (baik), dan penilaian terendah terjadi pada item yakin Ikan laut lebih sehat dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing karena budidayanya alamiah (tanpa obat-obatan) dengan rata-rata sebesar 2,81 (baik). Hal ini berarti konsumen telah memberikan penilaian yang baik terhadapkesehatan pada produk-produk ikan laut.

Hasil jawaban responden yang telah dikumpulkan maka dapat dijelaskan distribusi penilaian responden atas variabel Persepsi tentang Keselamatan Pangan.

Tabel 4.13

Penilaian Variabel Keselamatan Pangan

No. Indikator Kualitas Pelayanan Rata-rata Kategori

1 Perikanan laut adalah cara yang paling aman untuk

memenuhi kebutuhan pangan 2.95 Baik

2

Ikan laut lebih aman dikonsumsi dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing yang

pemeliharaannya tidak alami 2.93 Baik

3 Ikan laut aman dikonsumsi bahkan bangkainya pun

halal/ boleh dimakan 2.99 Baik

4 Ikan laut bebas dari bahan kimia berbahaya 2.89 Baik 5 Ikan laut dapat mengurangi resiko keracunan makanan 3.01 Baik Rata-rata 2.95 Baik Sumber : Data primer 2015

Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang persepsi responden terhadap kesehatan pangan seperti pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap variabel ini dipersepsikan konsumen dengan persepsi yang baik dengan rata-rata sebesar 2,95 (baik). Penilaian tertinggi terjadi pada indicator Ikan laut

(14)

60 dapat mengurangi resiko keracunan makanan dengan rata-rata 3,01 (baik) dan penilaian terendah pada indikator Ikan laut bebas dari bahan kimia berbahaya dengan rata-rata sebesar 2,89 (baik).

Hasil deskriptif terhadap variabel persepsi Ramah Lingkungan dapat ditunjukkan pada Tabel 4.14 berikut :

Tabel 4.14

Deskriptif Variabel Ramah Lingkungan

No Indikator Kepuasan Mean Kategori

1 Perikanan laut adalah kegiatan yang ramah

lingkungan 2.95 Baik

2 Penangkapan ikan laut menggunakan cara dan

alat yang ramah lingkungan 2.95 Baik

3 Penangkapan ikan laut secara bijak dapat

menjaga ekosistem laut 2.99 Baik

4 Perikanan laut dapat mencegah kontaminasi

polusi air dan suplai makanan 2.95 Baik

5

Wilayah kelautan di Indonesia yang luas dan kaya akan sumber daya laut dapat menjadi penyuplai makanan yang tepat, murah dan sehat

2.93 Baik

6

Pakan ikan laut disediakan alam (tidak menggunakan pelet), hal ini dapat mencegah kontaminasi polusi air sehingga ramah lingkungan

2.94 Baik

7

Perikanan laut menggunakan energi yang lebih sedikit dalam proses produksinya sehingga ramah lingkungan

2.95 Baik

8 Pengelolaan perikanan laut tidak memerlukan

(15)

61 Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis deskriptif seperti pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap persepsi terkait ramah lingkungan adalah sebesar 2,97. Hal ini berarti konsumen telah memberikan persepsi yang baik terhadap variabel ini karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Persepsi tertinggi ditunjukkan pada item Perikanan laut dapat melindungi lingkungan karena tidak menggunakan pestisida berbahaya dengan rata-rata sebesar 3,05 (baik), dan penilaian terendah pada item wilayah kelautan di Indonesia yang luas dan kaya akan sumber daya laut dapat menjadi penyuplai makanan yang tepat, murah dan sehat dengan rata-rata sebesar 2,93 (baik).

Hasil deskriptif terhadap variabel persepsi terkait kualitas dapat ditunjukkan pada Tabel 4.15 berikut :

Tabel 4.15

Deskriptif Variabel Persepsi Terkait Kualitas

No. Indikator Loyalitas Mean Kategori

1 Ikan laut lebih sehat 2.94 Baik

2 Ikan laut lebih lezat 3.00 Baik

3 Ikan laut lebih hemat 2.88 Baik

4 Ikan laut dapat mengurangi resiko terkena penyakit 2.93 Baik 5

Ikan laut banyak macam ragam nya sehingga lebih banyak pilihan, dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing

2.94 Baik 9 Perikanan laut dapat melindungi lingkungan

karena tidak menggunakan pestisida berbahaya 3.05 Baik

(16)

62 6

Ikan laut lebih bernilai (lebih banyak manfaat dari pada harganya) dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing

2.91 Baik

Mean Persepsi Kualitas 2.93 Baik

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.15 tentang deskriptif terhadap persepsi terkait kualitas pada ikan laut memiliki rata-rata sebesar 2,93. Hal ini berarti konsumen telah memberikan persepsi yang baik terhadap variabel ini karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Persepsi tertinggi ditunjukkan pada item Ikan laut lebih lezat dengan rata-rata sebesar 3,00 (baik), dan penilaian terendah pada item Ikan laut lebih hemat dengan rata-rata sebesar 2,88 (baik).

Hasil deskriptif terhadap variabel niat beli ikan laut dapat ditunjukkan pada Tabel 4.16 berikut :

Tabel 4.16

Deskriptif Variabel Niat Beli Ikan Laut

No. Indikator Loyalitas Mean Kategori

1 Berniat akan membeli ikan laut dalam waktu dekat 2.97 Baik 2 Berencana membeli ikan laut karena murah 2.83 Baik 3 Berencana membeli ikan laut karena mudah

didapatkan 2.98 Baik

4 Berencana membeli ikan laut karena manfaat

kesehatan jangka panjang 2.92 Baik

5 Berencana membeli ikan laut karena terjamin

keamanannya 2.99 Baik

(17)

63 halal-annya

7 Berencana membeli ikan laut karena perikanan laut

lebih ramah lingkungan 3.00 Baik

Mean Persepsi Kualitas 2.95 Baik

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.16 tentang deskriptif terhadap Niat beli ikan laut memiliki rata-rata sebesar 2,95. Hal ini berarti konsumen telah memberikan persepsi yang baik terhadap variabel ini karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Persepsi tertinggi ditunjukkan pada item berencana membeli ikan laut karena perikanan laut lebih ramah lingkungan dengan rata-rata sebesar 3,00 (baik), dan penilaian terendah pada item berencana membeli ikan laut karena murah dengan rata-rata sebesar 2,83 (baik).

Hasil deskriptif terhadap variabel Perilaku pembelian aktual ikan laut dapat ditunjukkan pada Tabel 4.17 berikut :

Tabel 4.17

Deskriptif Variabel Perilaku Pembelian Aktual Ikan Laut

No Indikator Loyalitas Mean Kategori

1 Sudah membeli ikan laut 2.80 Baik

2 Sudah membeli ikan laut secara rutin 3.00 Baik

3 Membeli ikan laut karena murah 2.88 Baik

4 Membeli ikan laut di pasar tradisional 2.90 Baik

5 Membeli ikan laut di super market 2.90 Baik

6 Membeli ikan laut karena ramah lingkungan 2.97 Baik 7 Membeli ikan laut karena aman dikonsumsi 2.96 Baik

(18)

64 8 Membeli ikan laut karena terjamin kehalalannya 2.91 Baik 9 Membeli ikan laut karena lebih berkualitas 2.94 Baik 10 Membeli ikan laut untuk menjaga kesehatan 2.91 Baik

Mean Persepsi Kualitas 2.92 Baik

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.17 tentang deskriptif terhadap perilaku pembelian ikan laut memiliki rata-rata sebesar 2,92. Hal ini berarti konsumen telah memberikan persepsi yang baik terhadap variabel ini karena berada pada interval 2,51 – 3,25. Persepsi tertinggi ditunjukkan pada item sudah membeli ikan laut secara rutin dengan rata-rata sebesar 3,00 (baik), dan penilaian terendah pada item sudah membeli ikan laut dengan rata-rata sebesar 2,80 (baik).

4.4. Analisis Structural Equation Model

Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur atauPath Analisys dan uji asumsi SEM. Model analisis jalur ini digunakan analisis SEM (Structural Equation Model) yaitu sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Analisis ini dipilih untuk mengetahui pengaruh secara bertahap yaitupengaruh menganalisis pengaruh persepsi konsumen pada kesehatan, keamanan, ramah lingkungan dan persepsi kualitas terhadap niat beli ikan laut dan untuk mengetahui pengaruh niat beli terhadap perilaku pembelian nyata ikan laut. Analisis ini sekaligus untuk membuktikan hipotesis penelitian ini yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

(19)

65 Untuk melakukan analisis data dengan metode SEM diperlukan tahap-tahap pengujian yaitu :

4.4.1. Evaluasi Estimasi Parameter atau Bobot Faktor

Analisis measurement model pada dasarnya adalah untuk menguji unidimensionalitas dari indikator-indikator yang menjelaskan sebuah faktor atau sebuah variabel laten. Untuk tujuan tersebut setiap indikator dalam penelitian ini diuji apakah secara bersama-sama cukup kuat mencerminkan sebuah dimensi dari suatu faktor. Evaluasi yang dipakai untuk tujuan tersebut adalah melihat nilai t hitung dari parameter dan nilai signifikansinya. Holmes dan Smith (2001) menyatakan bahwa pada α = 0,05 parameter yang memiliki nilai t 1,96 menunjukkan parameter tersebut signifikan atau valid. Disamping itu nilai signifikansi dibawah 0,05 juga menunjukkan parameter tersebut signifikan merupakan unidimensionalitas dari suatu faktor yang diuji.

Hasil uji t pada seluruh indikator menunjukkan bahwa setiap variabel terdapat 1 item yang tidak terhitung nilai t hitung dan probabilitasnya, karena item tersebut merupakan item dari preferensi variabel tersebut, yaitu item yang memiliki loading faktor terbesar.

Table 4.18

t values and Level of Significant

Variabel Item t hitung sig t Keterangan

Perpsepsi Kesehatan S1 - -

S2 14.625 0.000 Signifikan

(20)

66 S4 14.837 0.000 Signifikan S5 14.731 0.000 Signifikan S6 14.938 0.000 Signifikan S7 14.150 0.000 Signifikan Persepsi Keamanan A1 - - A2 14.966 0.000 Signifikan A3 15.072 0.000 Signifikan A4 13.745 0.000 Signifikan A5 13.081 0.000 Signifikan Persepsi Ramah Lingkungan RL9 - - RL8 15.808 0.000 Signifikan RL7 13.719 0.000 Signifikan RL6 11.773 0.000 Signifikan RL5 13.922 0.000 Signifikan RL4 14.793 0.000 Signifikan RL3 14.463 0.000 Signifikan RL2 13.770 0.000 Signifikan RL1 13.161 0.000 Signifikan Persepsi Kualitas K1 - - K2 12.428 0.000 Signifikan K3 12.478 0.000 Signifikan K4 11.594 0.000 Signifikan K5 12.534 0.000 Signifikan K6 11.662 0.000 Signifikan Niat Beli N1 - - N2 13.454 0.000 Signifikan

(21)

67 N3 16.686 0.000 Signifikan N4 15.268 0.000 Signifikan N5 15.687 0.000 Signifikan N6 15.374 0.000 Signifikan N7 13.841 0.000 Signifikan Perilaku Beli PB1 - - PB2 14.483 0.000 Signifikan PB3 15.864 0.000 Signifikan PB4 12.915 0.000 Signifikan PB5 15.485 0.000 Signifikan PB6 15.373 0.000 Signifikan PB7 16.469 0.000 Signifikan PB8 15.180 0.000 Signifikan PB9 15.820 0.000 Signifikan PB10 14.536 0.000 Signifikan Sumber : Hasil Olah Data Structural Equation Modeling (SEM), 2015.

4.4.2. Menilai Goodness of FitPer Variabel

Tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis dalam SEM. Peneliti dapat melakukan pengujian dengan menggunakan beberapa goodness of fit indeks untuk mengukur baik tidaknya atau “kebenaran” model yang diajukan (Hair et al., 1998). Berikut ini akan diulas beberapa goodness of fit indeks dan cut-off value nya yang dipakai dalam penelitian ini yang nantinya akan digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

(22)

68 Chi Square ( 2). Tes ini mengukur ada tidaknya perbedaan antara matriks kovarians populasi dengan matriks kovarian sampel. Ho dalam pengujian ini menyatakan bahwa matriks kovarians populasi sama dengan matriks kovarian sampel. Model yang baik apabila justru Ho diterima, jadi model yang diuji akan dipandang baik apabila nilai chi square nya rendah dan memiliki probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 (Holmes, 2001).

The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Tes ini

digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar. RMSEA menunjukkan goodness of fit dari model yang diestimasi dalam populasi. Model dapat diterima jika nilai RMSEA ≤ 0,08 (Brown san Cudeck, 1993).

The Goodness of Fit Index (GFI). GFI adalah analog dengan harga R2 dalam regresi ganda (Tabachnick, 2001). Indeks kesesuaian GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang diestimasikan. Rentang nilai GFI antara 0 sampai dengan 1, nilai yang melebihi 0,90 menunjukkan model yang baik (Joreskog dan Sorbom, 1996).

Tucker Lewis Index (TLI). Tes ini adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap baseline model. Nilai yang direkomendasikan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,90 dan jika model tersebut semakin mendekati satu menunjukkan tingkat kesesuaian model yang sangat baik (Hair et al., 1998).

(23)

69 The Comparative Fit Index (CFI). Tes ini bersama dengan TLI dianjurkan dipakai dalam penilaian model karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi pula oleh kerumitan model. Rentang nilai CFI dari 0 sampai dengan 1. Model yang baik mempunyai nilai CFI ≥ 0,95, meskipun demikian nilai diatas 0,90 sudah bisa diterima (Holmes, 2001).

Hasil uji goodness of fit ditunjukkan pada Tabel 4.19 Tabel 4.19

Hasil Goodness of Fit Index Full Model

Sumber : Data Primer yang Diolah 2015

Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa sebagian besar konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian (Full Model), pada proses analisis full model SEM memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Ukuran goodness of fit menunjukkan pada kondisi yang baik yaitu TLI (0,945>0,9); CFI (0,950>0,9); CMIN/DF (1,568<3); RMSEA (0,0044<0,08), GFI (0,936>0,9) dan AGFI (0,910>0,9). Hanya Chi Square saja yang memiliki nilai probabilitas (sig)

Goodness of Fit Cut off Value Hasil Kesimpulan

Chi square Diharapkan kecil 1346.512

Probability >0.05 0.000 Tidak Baik

Cmin/DF <2,0 1.568 Baik RMSEA <0,08 0.044 Baik GFI >0,9 0.936 Baik AGFI >0,9 0.910 Baik TLI >0,9 0.945 Baik CFI >0,9 0.950 Baik

(24)

70 dibawah 0,05. Dengan demikian secara keseluruhan ukuran goodness of fit dalam model penelitian dapat dinyatakan baik, sehingga model penelitian ini telah memenuhi kriteria goodness of fit.

4.4.3. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian terhadap model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber : Data Primer yang Diolah 2015

Gambar 4.1. Hasil Model Penelitian

Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan program AMOS versi 21.0, diperoleh hasil uji hipotesis yang merupakan uji hubungan kausalitas dari masing-masing variabel penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

(25)

71 Hasil Estimasi Dengan Model AMOS

No Model

Koef. Jalur

CR (t

hitung) p-value Keterangan 1 Sehat  Niat Beli 0.215 4.556 0.000 H1 diterima 2 Aman Niat Beli 0.265 4.659 0.000 H2 diterima 3 Ramah  Niat Beli 0.178 3.094 0.002 H3 diterima 4 Kualitas  Niat Beli 0.302 5.937 0.000 H4 diterima 5 Niat Beli  Perilaku Beli 0.847 8.441 0.000 H5 diterima Sumber: Data Primer yang Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat ditulis persamaan : N = 0,215 S + 0,265 A + 0,178 RL + 0,302 K PB = 0,847 N

4.4.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan “Persepsi kesehatan produk ikan laut positif akan mempengaruhi niat beli”. Hasil analisis Amos pengaruh persepsi kesehatan pangan terhadap niat beli diperoleh t hitung sebesar 4,556 dan p=0,000<0,05, dengan demikian hipotesis pertama penelitian ini didterima. Hasil koefisien path positif sebesar 0,215 berarti hubungan antara persepsi kesehatan pangan dan niat beli ikan laut adalah searah, artinya setiap peningkatan persepsi konsumen pada ksehatan sebesar maka niat beli konsumen akan semakin meningkat.

(26)

72 4.4.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan “Persepsi keamanan produk ikan laut positif akan mempengaruhi niat beli”. Hasil analisis AMOS pengaruh persepsi keselamatan pangan (keamanan) terhadap niat beli ikan laut, diperoleh t hitung sebesar 4,659 dan p=0,000<0,05, maka Hipotesis kedua diterima. Hasil koefisien path positif sebesar 0,200 berarti hubungan antara persepsi keamanan dan niat beli adalah searah, artinya jika persepsi konsumen pada keamanan mengalami peningkatan maka niat beli konsumen semakin meningkat.

4.4.3.3. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan “Persepsi ramah lingkungan ikan laut akan berdampak positif terhadap niat beli”. Hasil analisis AMOS pengaruh persepsi ramah lingkungan terhadap niat beli diperoleh nilai t hitung sebesar 3,094 dan p-value sebesar 0,0002<0,05, maka hipotesis ketiga diterima. Hasil koefisien path positif sebesar 0,178 berarti hubungan antara persepsi ramah lingkungan dan niat beli ikan laut adalah positif, artinya jika persepsi konsumen pada ramah lingkungan mengalami peningkatan maka niat beli konsumen akan mengalami peningkatan.

(27)

73 4.4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat dalam penelitian ini yang menyatakan “Persepsi kualitas produk ikan laut positif akan mempengaruhi niat beli”. Hasil analisis AMOS pengaruh persepsi kualitas terhadap niat beli ikan laut diperoleh t hitung sebesar 5,937 dan p=0,000<0,05, maka Hipotesis empat diterima. Hasil koefisien Path positif sebesar 0,302 yang berarti jika persepsi konsumen pada kualitas mengalami peningkatan maka niat beli konsumen akan semakin meningkat.

4.4.3.5. Hasil Pengujian Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima dalam penelitian ini yang menyatakan “Niat untuk membeli produk ikan laut adalah positif dan signifikan mempengaruhi perilaku pembelian aktual dari produk”. Hasil analisis AMOS pengaruh niat beli terhadap perilaku pembelian aktual ikan laut diketahui nilai t hitung sebesar 8,441 dan p=0,000<0,05, maka hipotesis kelima diterima. Ditinjau dari koefisien path positif sebesar 0,847, menunjukkan hubungan antara niat beli dan perilaku pembelian nyata adalah positif. Artinya semakin tinggi niat beli konsumen semakin tinggi pula perilaku pembelian aktual.

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1. Pengaruh Persepsi terhadap Niat Beli Ikan Laut

Hasil analisis dari 4.4.3.1. menemukan bahwa persepsi kesehatan berpengaruh signifikan terhadap niat beli ikan laut di Kabupaten Ngawi. Artinya semakin baikpersepsi konsumen akan kesehatan maka semakin baik pula niat untuk membeli ikan laut. Ditinjau dari kesehatan pangan, ikan laut merupakan ikan yang sehat. Ikan

(28)

74 laut mengandung lebih banyak nutrisi berupa protein hewani, omega3, mineral dan vitamin, ikan laut memiliki protein yang lebih mudah diserap oleh tubuh dan melancarkan pencernaan dibanding protein dari ikan tawar dan daging sapi atau kambing, kandungan omega3 pada ikan laut dapat membantu merangsang pertumbuhan otak dan meningkatkan kecerdasan & kekebalan tubuh, kandungan vitamin dan mineral pada ikan laut baik untuk pertumbuhan tulang dan menjaga metabolisme tubuh, ikan laut lebih sehat dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing karena budidayanya alamiah (tanpa obat-obatan) dan ikan laut lebih sehat karena pakan ikan laut sudah tersedia di habitatnya secara alami, bukan pakan buatan seperti pelet yang mengandung bahan kimia. Hal ini tentunya akan mendorong masyarakat untuk berniat membeli ikan laut. Hasil penelitian mendukung penelitian Roitner-Schobesberger et al., (2008) yang menemukan bahwa kesadaran kesehatan adalah alasan utama untuk membeli makanan organik di Thailand, terutama ketika konsumen prihatin dengan residu dari bahan kimia sintetis yang digunakan dalam pertanian. Molyneaux (2007) mendukung hubungan positif antara kesadaran kesehatan dan pembelian produk makanan organik.

4.5.2. Pengaruh Persepsi Keamanan Terhadap Niat Beli Ikan Laut

Hasil analisis dari 4.4.3.2. menemukan bahwa persepsi keamanan berpengaruh signifikan terhadap niat beli ikan laut di Kabupaten Ngawi. Artinya semakin baik persepsi konsumen akan keamanan maka semakin baik pula niat untuk membeli ikan laut. Ditinjau dari keamanan ikan laut merupakan produk makanan yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena perikanan laut adalah cara yang paling aman untuk memenuhi kebutuhan pangan, sehingga ikan laut ini lebih aman dikonsumsi

(29)

75 dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing yang pemeliharaannya tidak alami. Selain itu secara syariah agama Islam, ikan laut aman dikonsumsi bahkan bangkainya pun halal/boleh dimakan, bebas dari bahan kimia berbahaya sehingga dapat mengurangi resiko keracunan makanan. Hal ini tentunya akan mendorong niat masyarakat untuk melakukan pembelian ikan laut dibandingkan produk lainnya. Hasil penelitian mendukung penelitian Williams dan Hammitt (2001) menemukan bahwa konsumen percaya bahwa produk organik menimbulkan risiko yang lebih sedikit untuk konsumen daripada produk konvensional.

4.5.3. Pengaruh Persepsi Ramah Lingkungan Terhadap Niat Beli Ikan Laut

Hasil analisis dari 4.4.3.3. menemukan bahwa persepsi ramah lingkungan berpengaruh signifikan terhadap niat beli ikan laut di Kabupaten Ngawi. Artinya semakin baikpersepsi konsumen akan ramah lingkungan maka semakin baik pula niat untuk membeli ikan laut. Ditinjau dari penangkapan dan perkembangbiakan ikan laut lebih ramah lingkungan dibandingkan ikan atau daging hewan lainnya. Ikan laut yang diperoleh nelayan dengan menggunakan metode konvensional lebih ramah lingkungan sehingga tetap menjaga ekosistem laut. Dibandingkan daratan yang sudah terkontaminasi polusi, perikanan laut dapat mencegah kontaminasi polusi air dan suplai makanan karena wilayah kelautan di Indonesia yang luas dan kaya akan sumber daya laut dapat menjadi penyuplai makanan yang tepat, murah dan sehat. Begitu juga ditinjau dari jenis pakan ikan laut disediakan alam (tidak menggunakan pelet), hal ini dapat mencegah kontaminasi polusi air sehingga ramah lingkungan tetap terjaga. Ditinjau dari proses produksinya perikanan laut menggunakan energi yang lebih sedikit dalam proses produksinya sehingga ramah lingkungan. Kepedulian lingkungan yang tinggi inilah

(30)

76 yang mendorong niat konsumen untuk melakukan pembelian ikan laut. Hasil penelitian mendukung penelitian Chinnici et al., (2002) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan permintaan konsumen untuk produk pertanian yang diperoleh dengan proses yang memiliki sedikit dampak terhadap lingkungan, terutama untuk produk organik.

4.5.4. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli Ikan Laut

Hasil analisis dari 4.4.3.4. menemukan bahwa persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap niat beli ikan laut di Kabupaten Ngawi. Artinya semakin baikpersepsi konsumen akan kualitas maka semakin baik pula niat untuk membeli ikan laut. Kualitas ikan laut jauh lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar atau daging hewan lainnya. Ikan laut banyak macam ragamnya sehingga lebih banyak pilihan, dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing. Selain itu ikan laut lebih bernilai (lebih banyak manfaat dari pada harganya) dibanding ikan darat, daging sapi, kerbau, atau kambing, dan juga ikan ini lebih sehat, lebih lezat dan hemat. Kualitas yang unggul dari produk ikan laut inilah akan mendorong niat konsumen untuk melakukan pembelian ikan laut. Hasil penelitian mendukung penelitian Magnusson et al, (2001) dan Padel et al., (2005) yang menyatakan bahwa Persepsi kualitas makanan organik oleh konsumen menjadi semakin penting untuk konsumsi yang cepat. Sebagian besar konsumen membeli produk organik karena persepsi bahwa produk ini memiliki atribut unik dibandingkan dengan produk konvensional (Vindigni et al., 2002).

(31)

77 4.5.5. Pengaruh Niat Beli Terhadap Perilaku Pembelian Nyata Ikan Laut

Hasil analisis dari 4.4.3.5. menemukan bahwa niat beli berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian aktual ikan laut di Kabupaten Ngawi. Artinya semakin baikniat konsumen untuk membeli ikan laut maka semakin baik pula perilaku pembeliannya. Konsumen yang memiliki niat yang tinggi untuk membeli ikan laut karena berbagai pertimbangan seperti murah, mudah didapatkan, manfaat kesehatan jangka panjang, terjamin keamanannya, terjamin kehalalannya, dan perikanan laut lebih ramah lingkungan akan meningkatkan perilaku konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Niat didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kinerja dari suatu perilaku tertentu. Perilaku dan niat menunjukkan korelasi yang tinggi jika interval waktu antara niat dan perilaku pembelian itu rendah (Fishbein dan Ajzen, 1981). Dalam penelitian ini niat merupakan prediktor dominan untuk menjelaskan perilaku pembelian nyata pada ikan laut. Menurut Teori Aksi, semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, semakin besar perilaku tertentu akan dilakukan (Ajzen, 1991). Hasil penelitian mendukung penelitian Saba dan Messina, (2003); Tarkiainen dan Sundqvist, (2005); Thøgersen, (2007) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan niat membeli makanan organik terhadap perilaku pembelian nyata.

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas
Tabel 4.4  Usia Responden
Gambar 4.1. Hasil Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini akan fokus pada desain jaringan rantai pasok bahan baku rotan, yaitu meliputi penentuan lokasi terminal dan alokasi bahan baku rotan dari terminal untuk setiap

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

Tiga (3) zona waktu yang berbeda di Indonesia juga harus menjadi bahan pertimbangan, apalagi dengan adanya pandemi Covid-19, bisa saja para pihak atau saksi berada di daerah

(1) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran

$elain itu disini selalu ditegaskan bah+a sertifikasi seperti *PA, *IA, atau sertifikasi auditor sistem informasi (*I$A) merupakan persyaratan untuk posisi tertentu

02 Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 79 model 03 Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna 164 teknologi 04 Jumlah Rekomendasi

Untuk menunjang pelaksanaan akuntansi agar dapat menyajikan informasi yang benar mengenai kas yang dimiliki oleh perusahaan maka diperlukan suatu prosedur audit kas,

Susah kalau orang yang sudah melik, orang yang sudah ngayah sama Beliau ditolak jadi masalah. Kemarin itu saya keluar service motor, ngga ada rencana