• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Untuk dapat memahami informasi keuangan tersebut diperlukan analisa laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Rasio yang dimaksud adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan

(2)

digunakan sebagai standar (Munawir, 2000 : 64). Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas,

solvabilitas, dan profitabilitas perusahaan. Rasio keuangan sebagai hasil analisa terhadap laporan keuangan dapat dijadikan sarana untuk semua elemen/unsur laporan keuangan, tergantung tujuan dan kepentingan pemakai.

Lebih lanjut, rasio keuangan merupakan ukuran pengganti dalam mengobservasi karakteristik sebenarnya dari suatu perusahaan. Studi yang menggunakan rasio keuangan mulai dilakukan pada tahun 1930-an dan kemudian beberapa studi lanjutan lebih menekan pada financial distress

perusahaan (Horrigan James O, 1968). Kebanyakan hasil penelitian tersebut meyakini bahwa perusahaan yang mengalami kebangkrutan memiliki rasio yang berbeda dari perusahaan yang tidak bangkrut. Secara umum, rasio yang mengukur profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas telah berhasil menunjukkan keberhasilan sebagai indikator akan terjadinya kebangkrutan perusahaan atau yang lebih terkenal denganfinancial distress. Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu:

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistic yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

(3)

prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atauFinancial distress). Fenomena-fenomena kegagalan perusahaan sebenarnya dapat dicermati melalui analisis laporan keuangan yang menggunakan teknik analisis rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio tersebut bisa dimanfaatkan untuk memprediksi kejadian yang akan datang dengan menghubungkan rasio-rasio keuangan dengan fenomena ekonomi. Permasalahan dalam penggunaan rasio-rasio ini, rasio keuangan sangat banyak macamnya dan sangat variatif. Selain itu, hasil perhitungan yang didapat bersifat individual serta tidak dapat langsung digunakan sebagai pemberi sinyal kinerja perusahaan. Lagi pula, rasio-rasio keuangan tidak dapat berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap suatu prediksi kebangkrutan.

(4)

Tingkat kesehatan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi kebangkrutan. Selain itu dengan analisis tingkat kesehatan keuangan, maka akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar serta memprediksi potensi kebangkrutan yang akan dicapai. Salah satu pentingnya analisis terhadap laporan keuangan adalah untuk meramalkankontinuitasatau kelangsungan hidup perusahaan danfinansial distress.

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model Financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi

(5)

diketahui kelemahan-kelemahan serta kemajuan yang telah diperoleh yang akan dijadikan pedoman untuk masa yang akan datang. Banyak sekali literatur yang menggambarkan model prediksi kebangkrutan perusahaan, tetapi hanya sedikit penelitian yang berusaha untuk memprediksi financial distress perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit mendefinisikan secara objektif permulaan adanya Financial distress. Rasio analisis tradisional berfokus pada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Perusahaan yang mengalami kerugian, tidak dapat membayar kewajiban atau tidak likuid

mungkin memerlukan restrukturisasi. Untuk mengetahui adanya gejala akan terjadinya kebangkrutan, diperlukan suatu model untuk memprediksi

Financial distressguna menghindari kerugian dalam nilai investasi.

(6)

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji manfaat yang bisa dipetik dari analisis rasio keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968), merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Fungsi diskriminan yang dikembangkan oleh Altman adalah sebagai berikut: Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki indeks kebangkrutan 2,99 atau lebih maka perusahaan tidak termasuk perusahaan yang dikategorikan akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks kebangkrutan 1,81 atau kurang maka perusahaan termasuk kategori bangkrut. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Kelima rasio tersebut terdiri daricash flow to total debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan

(7)

menggunakan EBT (Earning Before Tax), dan ini bisa menyebabkan beragamnya data EBIT.

Machfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba perusahaan di masa yang akan datang. Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model, bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun kedepan, namun tidak bermanfaat untuk memprediksi lebih dari satu tahun.

Jamilah Sidik (2003) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap kualitas laba perusahaan dengan menggunakan 33 rasio keuangan sebagai variabel independennya yang bersumber pada penelitian Machfoedz (1994). Sedangkan variable laba yang digunakan adalah laba operasi, laba sebelum pajak dan laba setelah pajak. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel rasio keuangan dengan ketiga variabel laba. Sedangkan variabel laba yang paling dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan tersebut adalah perubahan laba setelah pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai F dan adjusted R Square sebesar 69,543 & 64,8% yang berarti bahwa perubahan laba setelah pajak dipengaruhi oleh variabel-variabel rasio keuangan sehingga laba tersebut berkualitas. Di samping itu, ada 4 rasio keuangan yang signifikan dengan perubahan laba setelah pajak, yaitu :S/TA, TL/TA, EBT/TA DAN NI/TA.

(8)

Rasio keuangan tersebut adalahnet income/sales, net income/total assets, net income/equity, total liabilities/total assets, current liabilities/total assets,

current liabilities/total liabilities, notes payable/total assets, notes

payable/total liabilities, term debt/total assets, equity/total assets,

long-term debt/equity, current assets/current liabilities, (current

assets-inventory)/current liabilities, current assets/total assets, net fixed assets/total

assets, cash/current liabilities, s-growth%, net income/total assets

growth%, cost of goods sold/inventory, sales/account receivable, account

receivable/total assets, sales/work capital, sales/current assets, account

receivable/inventory, (account receivable + inventory)/total assets, cost of

goods sold/sales, sales general administration expense/sales, (cost of goods

sold + sales general administration expense)/sales, ebit/interest expense,

long-term debt/sales, interest expense/sales, account payable/sales. Sedangkan variabel depedennya adalah financial distress yang merupakan variabel dikotomi. Pada penelitian tersebut, bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel depedennya. Dengan kata lain tidak ada satupun rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan selain rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam model Altman.

(9)

distress dan 37 perusahaan tidak mengalami financial distress. Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio keuangan perusahaan berdasarkan penelitian yang dilakukan Plat dan Plat (2002). Rasio keuangan tersebut adalah laba bersih/penjualan, aktiva lancar/kewajiban lancar, modal kerja/total aktiva, aktiva lancar/total aktiva, aktiva tetap bersih/total aktiva, penjualan/total aktiva, penjualan/aktiva lancar, penjualan/ modal kerja, laba bersih/total aktiva, laba bersih/equitas saham, total hutang/total aktiva, hutang lancar/total aktiva, notes payable/total aktiva, note payable/total hutang, equitas saham/total aktiva, kas/hutang lancar, kas/total aktiva, prosentase pertumbuhan penjualan, laba bersih/total aktiva. Rasio keuangan dianalisa dengan menggunakan metode regresi logit dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan.

Prediksi financial distress perusahaan menjadi perhatian dan banyak pihak. Umumnya model financial distress berpegang pada data-data kebangkrutan, karena data-data ini mudah diperoleh. Dalam penelitian yang terdahulu, untuk melakukan pengujian apakah suatu perusahaan mengalami

(10)

arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini. Dan pada penelitian John, Lang dan Netter (1992) mendefinisikan financial distress

sebagai perubahan harga ekuitas.

Platt dan Platt (2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang mengalamifinancial distress dan 62 perusahaan yang tidak mengalami

financial distress, dengan menggunakan model logit mereka berusaha untuk menentukan rasio keuangan yang paling dominan untuk memprediksi adanya

financial distress. Temuan dari penelitian adalah variabel EBITDA/sales,

current assets/current liabilitiesdancashflow growh ratememiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalamifinancial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalamifinancial distress. Variabelnet fixed assets/total assets,long-term debt/equitydannotes payable/total assetsmemiliki hubungan positif terhadap kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memprediksikan kemungkinan terjadinya kebangkrutan sebuah perusahaan, maka penulis mengangkat judul “ANALISIS RASIO

KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL

(11)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah rasioprofit margin(NI/S) berpengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distressperusahaan?

2. Apakah rasio likuiditas (CA/CL) berpengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distressperusahaan?

3. Apakah rasio likuiditas (NFA/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distressperusahaan?

4. Apakah rasio efisiensi operasi (S/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan?

5. Apakah rasio efisiensi operasi (S/CA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan?

6. Apakah rasiofinancial leverage (TL/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan?

(12)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang diteliti, maka peneliti membatasi permasalahan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur dalam bidang industri barang konsunsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009.

2. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2006-2009 dengan indikasifinansial distress:

a. Selama 2 tahun periode penelitian mengalami laba bersih operasi negatif.

b. Selama lebih dari 1 tahun periode penelitian tidak melakukan pembayaran deviden.

Sebagai kontrol juga dipilih perusahaan yang sehat dengan indikasi : a. Selama 2 tahun periode penelitian penelitian selalu mengalami laba

bersih operasi positif.

b. Selama lebih dari 1 tahun periode penelitian pernah melakukan pembayaran deviden.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah rasio profit margin (NI/S) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

(13)

3. Untuk mengetahui apakah rasio likuiditas (NFA/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

4. Untuk mengetahui apakah rasio efisiensi operasi (S/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

5. Untuk mengetahui apakah rasio efisiensi operasi (S/CA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

6. Untuk mengetahui apakah rasio financial leverage (TL/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

7. Untuk mengetahui apakah rasio pertumbuhan (GROWTH NI/TA) berpengaruh signifikan terhadap kondisifinancial distressperusahaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui terjadinya financial distress pada perusahaan sehingga dapat mengambil kebijakan dan strategi untuk mencegah perusahan tersebut benar-benar mengalami kebangkrutan.

2. Bagi para investor yang ingin melakukan investasi, bisa melakukan investasi pada perusahaan yang tepat karena mengetahui informasi perusahaan mana yang nantinya bisa bertahan dan perusahaan mana yang saat itu sedang mengalami goncangan dan terancam kebangkrutan.

(14)

kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.

4. Bagi peneliti/penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti tentang rasio keuangan dalam memprediksifinancial distress.

Referensi

Dokumen terkait

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Bagi peserta pelelangan yang merasa keberatan atas hasil pelelangan tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara on line melalui portal LPSE Provinsi

bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi riset budidaya rumput laut di bidang sumber daya, biologi, ekologi, bioteknologi, serta lingkungan, dan adanya perubahan

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

1) Programming learning platform helps the students to learn basic java programming by using heuristic method where the students have to solve all of the problems that the

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara empiris sejauh mana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja akhir yang mengikuti modem

[r]

are not able to acknowledge in writing to the “Pengawal Perumahan” and confirmed as abandoned project by the Ministry of Housing and Local Government.. under section