• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I Rasem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I Rasem"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga berperan sebagai penyumbang devisa negara serta sebagai penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Produk pertanian mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri besar, industri menengah, industri kecil maupun industri rumah tangga.

(2)

Dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan desa masyarakat mengandalkan sumber daya alam yang tersedia seperti bertani, berkerbun dan bahkan menjadi pengrajin atau pembuat gula merah yang pada umumnya dilakukan juga oleh para petani sebagai pekerjaan sampingan. Dalam pembuatan gula di desa biasanya menggunakan cara-cara pembuatan yang masih sederhana atau tradisional.

Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap dapat membantu perekonomian masyarakat yang mayoritas sudah berprofesi sebagai pembuat gula merah. Kegiatan tersebut sudah lama dilakukan oleh penduduk desa Sekarmayang, bahkan sudah ada yang berpuluh-puluh tahun melakukan kegiatan menjadi pembuat gula merah.Gula merah selain untuk dikonsumsi sendiri juga dijual.Nilai ekonomis yang tinggi menjadi salah satu faktor banyaknya orang-orang membuat gula merah, sehingga menjadi budaya turun temurun, pembuat gula merah sudah berlangsung dari dulu hingga sekarang.

Sebagai barang konsumsi, gula mempunyai peranan penting dalam sistem pangan manusia, selain sebagai penyedia rasa manis, gula menjadi pemasok kalori yang cukup penting. Penyedia kalori paling besar untuk tubuh sebenarnya adalah beras dan makanan tepung lain.

(3)

kehidupan sehari-hari telah menyebabkan komoditas ini memperoleh kedudukan yang baik, selain itu juga telah menjadi salah satu bahan kebutuhan pokok di Indonesia. Dapat dipastikan tingkat kebutuhan pemanis di negara akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya bidang industri pangan.

Semakin meningkatnya permintaan gula seiring lajunya pertumbuhan penduduk, maka terdapat sebagian masyarakat yang membuat gula sendiri di rumah untuk kebutuhannya sehari-hari dan sebagiannya dapat dijual salah satunya adalah gula merah. Ada sebagian masyarakat yang menjadikan pembuatan gula merah ini sebagai suatu kegiatan usaha sehari-hari mereka atau sebagai mata pencaharian mereka. Di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, banyak sekali tanaman kelapa sehingga masyarakat di sana banyak yang mengolahnya sendiri menjadi gula merah karena bahan dasar dari pembuatan gula merah itu sendiri adalah terbuat dari air badheg.

(4)

konsumtif tetapi tetap terkontrol dan dari ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang tinggi atau mapan.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan akan melakukan penelitian dengan judul penelitiannya, yaitu Kehidupan Sosial Budaya Pembuat Gula Merah di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan

Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap sebagai berikut: 1. Sejarah desa dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan,

Kabupaten Cilacap.

(5)

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang dan bahan kajian lebih lanjut.

b. Memberikan bekal kepada pembuat gula merah agar dapat memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bekal pengetahuan pada masyarakat tentang gagasan kehidupan sosial budaya pembuat gula merah, sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para pembuat gula merah dalam meningkatkan dan mengembangkan home industry. c. Sebagai masukan pada para pedagang agar mengupayakan alat

transportasi dan komunikasi yang lebih baik agar pemasaran gula merah ke konsumen dapat lebih lancar.

E. Tinjauan Pustaka

(6)

antara lain, dalam penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga.

Pada penelitian ini menjelaskan tentang sosial budaya dari kisah Nyi Pandansari dan Ki Kramat, yang dapat memberi contoh kepada masyarakat sekarang bagaimana cara bergaul dengan sesama, agar tidak memperlihatkan kesombongan, dengan melestarikan kebudayaan yang sudah ada seperti nanggap wayang. Banyak bukti sejarah atau petilasan dari Nyi Pandansari yang terletak di desa Pandansari, kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga diantaranya makam Nyi Pandansari, Makam Nyi Gendhuk Wasiyah, Makam Ki Kramat, Makam Nyi Rr Juminten, Makam Ki Kebo Kuning, Sumur Mas, Sebuah lingga tinggi 55 cm, keliling lingkar 57 cm.

Dalam penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Dalam Pembangunan

Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen Kabupaten

Banyumas.Dalam penelitian ini menjelaskan tentang membangun sosial

(7)

Perbedaan dari penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga

adalah penelitian yang meneliti tentang kehidupan sosial dari seorang tokoh masyarakat di desa Pandansari sedangkan, penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Dalam Pembangunan Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas adalah penelitian yang meneliti tentang

membangun sosial budaya dan hambatan-hambatan pelaksanaan tugas kepala desa.

Dalam penelitian diatas menyimpulkan bahwa sosial budaya dalam masyarakat sangat berperan penting dalam perubahan nilai sosial budaya sebab dengan adanya kajian-kajian sosial budaya dapat memberi contoh pada masyarakat tentang cara bergaul dengan sesama, melestarikan kebudayaan, dan akan berdampak pada perubahan sosial.

F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Landasan Teori

(8)

bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal (Soejono, 1989:158).

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia (Warsito, 2012:51). Ketujuh unsure kebudayaan tersebut adalah : 1. Sistem bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Sistem sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi, 7. Sistem kesenin (Warsito, 2012:71)

a. Sistem Bahasa

(9)

b. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya (Warsito, 2012:75)

c. Sistem Sosial

(10)

kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya (Warsito, 2012:72)

d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akanselalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik (Warsito, 2012:71)

e. Sistem Mata Pencaharian Hidup

(11)

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar mata pencaharian pokok. Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.

Industri menurut Hartanto (1987) adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang meningkatkan nilai guna dari bahan atau barang dengan mengarahkan suatu teknologi dan ketrampilan fisik maupun sumber alam yang ada. Pengembangan merupakan sutu jalur kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu (Arsyad, 1992)

(12)

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri kecil adalah jenis usaha mikro dengan modal dasar dibawah 500 juta, dengan menggunakan peralatan yang sederhana untuk proses produksinya (Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008)

Ada dua industri kecil yang ada di Indonesia. Pertama, industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta. Kedua, menurut kategori Biro Pusat statistik (BPS), usaha kecil identik dengan usaha kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999).

(13)

yang telah digunakan turun temurun, atau berkaitan dengan seni dan budaya (Sutrisno, 2002:47-48)

Istilah industri biasanya menimbulkan gambaran dalam pikiran akan adanya pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan yang mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan alat-alat seperti mesin-mesin dan lain-lain, yang dilayani karyawan dengan kecakapan tertentu (Swasta dan sukotjo 2001:10).

Adapun ciri-ciri industri kecil yaitu: (1) Modal yang ada kecil, (2) Alat-alat dan cara-cara ymasih sederhana, (3) Dilakukan di rumah (perusahaan kecil), (4) Umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha agraris, (5) Pengetahuan khusus tidak banyak, (6) Membuat barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari.

(14)

bisa dibagi menjadi dua yaitu antara masyarakat petani tradisonal dan petani modern, yang membedakan antara keduanya adalah bagi kelompok petani yang pertama mereka masih tergantung dan ditentukan oleh alam karena masih rendahnya teknologi dan pengetahuan mereka, produksi yang mereka hasilkan hanya untuk usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghidupi keluarganya, dan tidak mengejar keuntungan sedangkan kelompok petani yang ke dua mereka lebih mengutamakan mendapatkan keuntungan, mereka juga menggunakan teknologi dan sistem pengelolaan yang modern dan menanam tanaman yang laku di pasaran.

(15)

Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta volume 6, nomor 2, desember 2010)

f. Sistem Religi

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitive (Warsito, 2012:76). g. Kesenian

(16)

tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat (Warsito, 2012:73).

William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang materiil maupun yang immaterial, dengan terutama menekankan pengaruh yang besar dari unsure-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial. Kingsley Davis mengatakan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soerjono, 1989:284)

Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono, 1989:285)

(17)

masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, (7) Sikap mudah menerima hal-hal baru.

Kalau bicara tenteng status dan perubahan sosial, kecenderungan masyarakat merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial seseorang dalam kaitanya dengan jabatan (kekuasaan), dan peran yang bersangkutan didalam masyarakat dimana ia menjadi anggota atau partisipan. Dengan demikian, pengertian tentang status sosial cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubunganya dalam status orang lain berdasarkan ukuran tertentu. Ukuran itu yang menjadi tolak ukur adalah mencakup tingkat pendapatan, pendidikan atau kekuasaan.

Seperti telah dibicarakan diatas, maka terjadi suatu lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat ada suatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut. Menurut (Soekanto,1982:231) ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam lapisan-lapisan tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.

(18)

2. Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya, serta hubungannya dengan hubungan lain (Kartodirdjo, 1994:4). Pendekatan sosiologi melihat suatu gejala dari aspek sosial yang mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan sosial, yang kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia (Kartodirdjo, 1992:87). Melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.

Roucek dan Werren (Soerjono, 1982:16) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompoknya. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Soerjono, 1982:16), menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.

(19)

dalamnya perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha memberi pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam tulisan ini yaitu metode sejarah.Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekat objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstuktur sehingga akan mempermudah dalam perolehan data sejarah. Dalam penelitian sejarah data berkedudukan sangat penting sebab tanpa data sejarah tidak mungkin ditulis (nodata, no history). Data menjadi harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (Priyadi, 2013:111)

(20)

Data merupakan harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa akan meninggalkan jejak sejarah yang dapat diamati dari proses pencarian dan penemuan. Jika sebuah peristiwa telah kehilangan jejaknya, maka sejarah sangat sulit untuk diteliti dan ditulis. (priyadi, 2013:111)

1. Heuristik

Penulis mengumpulkan sumber-sumber dari pelaku pembuat gula merah (orang mengetahui tentang pembuat gula merah). Pengumpulan data dan informasi mengenai pembuatan gula merah melalui wawancara atau sejarah lisan. Sejarah lisan adalah karya sejarah atau historiografi didominasi oleh sumber sejarah lisan.Sumber sejarah lisan disebut dominan apabila lebih dari 50 % sumber yang dipakai sumber yang dipakai adalah non-dokumen dan non benda (Priyadi, 2014:15).

Dalam mengumpulkan sumber penulis melakukan wawancara dengan informan yaitu pembuat gula merah di desa Sekarmayang. Penulis melakukan wawancara dan dokumentasi dengan beberapa pembuat gula merah untuk mendapatkan data yang relevan.

2. Kritik

(21)

dengan cara kritik intern. Keotetikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitasan mengkritik hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013:118).

Langkah selanjutnya setelah penulis menemukan fakta-fakta mengenai data, kemudian penulis melakukan suatu penilaian terhadap data tersebut.Penilaian dilakukan untuk memastikan data-data tersebut asli atau palsu.

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern digunakan untuk mencari keotentikan (keaslian) sumber. Dan kritik ekstern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebisaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011:75)

Dalam hal ini penelitian berusaha mencari dan menguji sumber-sumber yang akan dijadikan reverensi terhadap penelitian yang disusun, apakah sumber yang didapat itu benar-benar asli atau tidak. Peneliti akan menguji mengenai kejiwaan, umur, dan pola pikir sumber atau tokoh yang terlibat langsung dalam pembuatan gula merah.

b. Kritik Intern

(22)

Tahap selanjutnya penulis melakukan kritik intern yaitu dengan membandingkan dan menyeleksi informasi yang telah diperoleh. Kritik intern ini dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatanya dan tanggung jawab.

3. Interpretasi atau Penafsiran

Peneliti mendeskripsikan fakta sejarah. Deskripsi ini dilakukan oleh peneliti agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan saling berkaitan. Fakta yang satu akan menjelaskan kedudukan fakta yang lain. Setelah dianalisis, sejarawan kemudian akan merangkai atau menyusun hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri sehingga fakta-fakta tersebut akan saling menyulam, dan saling membentuk jaringan atau teks akan saling menguatkan (Priyadi, 2013:122)

Penulis mendeskripsikan data-data telah diperoleh agar saling berkaitan sehingga dapat menjelaskan fakta-fakta sejarah yang diperoleh. Setelah penulis menganalisis kemudian data-data tersebut dirangkai menjadi sebuah penelitian atau karya ilmiah.

4. Historiografi

(23)

Proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk rekonstruksi sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data yang ada, sejarawan harus menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetati untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu peneliti perlu mempertimbangkan struktur gaya bahasanya.

H. Sistematika Penyajian

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan bagian demi bagian dengan sistematika sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan pendekatan, metode penelitian sejarah serta sistematika penulisan.

Bab Dua Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi wilayah desa Sekarmayang. Bab ini menjelaskan tentang keadaan geografis dan keadaan demografis.

Bab Tiga Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan Patimuan, Kabupaten cilacap. Bab ini menjelaskan tentang awal munculnya pembuat gula merah, perkembangan pembutan gula merah dari tahun 2011-2014, proses penyadapan atau pengambilan nira kelapa (nderes), proses pengolahan nira menjadi gula kelapa.

(24)

Bab ini menjelaskan tentang kehidupan sosial budaya dan kehidupan sosial ekonomi.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari isi paper ini adalah untuk menganalisa unjuk kerja sistem kompresi citra grayscale asli, apakah informasi data citra hasil rekonstruksi benar-benar dapat

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Tjiptono (2001: 61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi 0.. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū