• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IVB PADA MATERI LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN KABUPATEN, KOTA DAN PROVINSI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DI SD NEGERI KARANGSARI - reposi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IVB PADA MATERI LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAHAN KABUPATEN, KOTA DAN PROVINSI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DI SD NEGERI KARANGSARI - reposi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

Gutmann (Benninga, 1991:4) berpendapat bahwa moral adalah education is a conscious effort shared by parents, society, and

professional educators to help “shape the character of less well

educated people”. The founders of our democratic society and the formulators of its schools certainly believed that one of the central puposes of education was to provide training in citizenship and related responsibilities.

Maksud dari penjelasan di atas adalah karakter anak dapat dibentuk melalui pendidikan moral yang dilakukan secara sadar oleh orang tua, masyarakat, dan guru. Guru dapat memberikan pendidikan moral di sekolah melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan memberikan pelatihan-pelatihan agar siswa menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.

(2)

Tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab siswa sebagai

generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan.

Pendidikan karekter yang diterapkan di sekolah harus terintegrasi ke dalam penyusunan silabus dan indikator yang merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP. Seorang guru harus mampu membentuk karakter yang baik pada anak melalui pelajaran-pelajaran yang diterapkan di Sekolah Dasar.

2. Disiplin

a. Pengertian Disiplin

(3)

Morrison (1998: 388) mengatakan bahwa discipline generally refers to correcting and directing children toward acceptable behavior. Other concepts of discipline have to do with

getting children to obey, do what they are told to do, and “listen”

to whomever is giving instructions. Results from a Gallup Poll indicate that when the public uses the word discipline, its means:

“obeying rules/ regulations, authority/ control by teachers and

respect for teacher. This is a somewhat negative view of discipline that focuses on control rather than on helping children build positive behaviors.

Morrison menjelaskan bahwa disiplin mengacu pada mengoreksi dan mengarahkan anak menuju perilaku yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat umum. Konsep disiplin harus dilakukan dengan melatih anak-anak untuk taat, melakukan sesuatu sesuai yang diperintahkan, serta mendengarkan intruksi.

Tim Dikti (2010: 9) menjelaskan bahwa disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Seorang siswa dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Pihak sekolah harus melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Pihak sekolah juga harus menaati peraturan yang telah dibuatnya agar siswa merasa dihargai dan dianggap sama kedudukannya sebagai warga sekolah, yaitu sama-sama mendapat aturan yang harus ditaati.

(4)

Hukuman berarti konsekuensi yang harus dihadapi ketika kita melakukan pelanggaran hukum.

Kesimpulannya, disiplin merupakan suatu sikap dan perbuatan yang menunjukkan tertib dan menaati semua peraturan yang telah disepakati termasuk selalu berusaha tepat waktu dalam mengerjakan segala hal. Disiplin dapat membimbing siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan yang nantinya berdampak positif bagi siswa dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Pelatihan disiplin terhadap siswa dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang disertai sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.

b. Unsur-Unsur Disiplin

Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial atau masyarakat yang ada di sekitar mereka. Hurlock (1990: 84) berpendapat bahwa disiplin harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:

1) Peraturan

Peraturan yang diterapkan berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan yang bersifat tegas dan dapat memotivasi siswa.

2) Hukuman

Hukuman yang diberikan harus sesuai dengan pelanggaran dan bersifat konsisten dan mampu memotivasi siswa.

(5)

Penghargaan tidak harus berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau tepukan di punggung. Penghargaan berfungsi sebagai alat untuk memotivasi siswa. Siswa akan merasa senang apabila seorang guru selalu memberikan penghargaan meskipun karya yang siswa hasilkan belum benar.

4) Konsistensi

Konsitensi dalam disiplin mempunyai tiga peran yang penting yaitu: mempunyai nilai mendidik yang besar, mempunyai nilai motivasi yang kuat, dan mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.

c. Cara-Cara Menanamkan Disiplin

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin siswa menurut Aunillah (2011: 55-60) antara lain sebagai berikut:

1) Bersikap konsisten terhadap kesepakatan yang telah dibuat 2) Membuat peraturan yang jelas dan tegas

3) Tidak menegur siswa yang melakukan pelanggaran di depan siswa lain

4) Memberikan pujian terhadap siswa yang telah mematuhi peraturan 5) Memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan yang

telah disepakati

(6)

8) Guru harus menghindari emosi yang berlebihan ketika memberikan hukuman kepada siswa.

d. Fungsi Disiplin

Fungsi disiplin adalah sebagai berikut:

1) Mengajarkan anak bahwa suatu perilaku akan diikuti oleh sanksi bagi yang melanggarnya dan pujian atau hadiah bagi yang mematuhinya.

2) Mengajarkan anak untuk bersifat konsisten

3) Mengajarkan anak agar tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

yang berperilaku negatif

4) Melatih anak agar selalu tepat waktu dalam melakukan semua kegiatannya.

5) Melatih anak agar melakukan segala sesuatu dengan didasari rasa tanggungjawab, bukan hanya karena adanya hukuman saja tetapi karena dorongan dari hati nurani anak.

e. Indikator Keberhasilan Disiplin

Nilai karakter akan dikatakan berhasil ditanamkan kepada siswa apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Indikator keberhasilan disiplin menurut Fitri (2012: 41) adalah sebagai berikut: 1) Tepat waktu dalam melakukan sesuatu

2) Menjalankan tata tertib

(7)

5) Berpakaian sopan dan rapi

3. Prestasi

a. Hakekat Prestasi

Arifin (2011: 12) mengatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam bahasa Indonesia menjadi

“prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar”

(achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.

Algarabel dan Carmen (2001: 46) berpendapat bahwa achievement is the competence of a person in relation to a domain of knowledge. What we can externally observe is performance. the current view states that to reach a specific level of performance it may be necessary to bring into play complex cognitive tools like strategies, heuristics or skills.

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah ia berusaha secara bersungguh-sungguh dan bersemangat untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Hamdani (2011: 139) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar.

(8)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Hamdani, 2011: 139 mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar antara lain:

a) Faktor Internal

Faktor ini antara lain sebagai berikut: 1) Kecerdasan (inteligensi)

Tingkat kecerdasan yang tinggi akan mengakibatkan seseorang mencapai prestasi tinggi pula. Inteligensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi seorang siswa maka semakin tinggi pula peluang siswa tersebut untuk meraih dan mendapatkan prestasi yang tinggi yang tentunya memuaskan.

2) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Seorang anak yang mengalami kelainan otak sering kali prestasi yang diraihnya tidak akan sama dengan anak yang tidak berkelainan.

3) Sikap

Sikap positif yang dimiliki siswa akan menggerakannya untuk belajar. Siswa yang sikapnya negatif kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauam untuk belajar. 4) Minat

(9)

akhirnya prestasi belajar yang dihasilkan rendah, dan apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi dalam melakukan belajar maka seseorang itu akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi dan memuaskan.

5) Bakat

Siswa yang memiliki bakat menggambar akan mendapat prestasi menggambar lebih tinggi daripada siswa yang memiliki bakat menari.

6) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Siswa akan mendapat prestasi yang tinggi apabila ia selalu mendapat motivasi dari orangtua dan gurunya.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

1) Keadaan keluarga

(10)

2) Keadaan sekolah

Keadaan sekolah meliputi cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Siswa akan merasa termotivasi oleh gurunya apabila guru selalu memperhatikan dan menghargai siswanya ketika pembelajaran. Siswa yang tidak diperhatikan di sekolah biasanya akan berlaku seenaknya sendiri, mereka tidak mau menghargai guru dan teman-temannya.

3) Lingkungan masyarakat

Siswa akan berperilaku seperti yang ada di lingkungannya. Misalnya, siswa yang tinggal di daerah yang warganya adalah sebagai pencuri maka anak tersebut juga akan berperilaku sebagai pencuri seperti warga lain yang ada di lingkungannya. Siswa yang tinggal di daerah orang-orang yang alim maka siswa tersebut juga akan berperilaku baik dan alim seperti yang ada di lingkungannya. 4. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

(11)

interaksi anak didik dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan dan dilakukan secara terus menerus. Hamalik (2011: 27-28) mengatakan bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari berbagai pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk mendapat pengalaman dan ilmu atau pengetahuan yang baru serta mengubah tingkah lakunya agar berperilaku lebih baik dan mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. 2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Hamalik (2011: 32-33) mengatakan bahwa belajar yang efektif sangat dipengaruhi faktor-faktor kondisional yang ada, antara lain:

a) Faktor kegiatan

Pada umumnya siswa yang banyak melakukan kegiatan lain akan merasa malas belajar. Siswa merasa capek karena telah melaksanakan kegiatan yang lain, sehingga belajar menjadi tidak efektif.

b) Belajar memerlukan latihan

(12)

c) Pengalaman masa lampau

Pengalaman yang dimiliki oleh siswa besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.

d) Faktor kesiapan belajar.

Siswa yang siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

e) Faktor minat dan usaha.

Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila murid tertarik sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

f) Faktor-faktor fisiologis

Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Kondisi siswa yang lemah akan menyulitkan siswa untuk belajar.

g) Faktor intelegensi

(13)

b. Pembelajaran

Arifin (2011: 10) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Sagala (2010: 61) juga berpendapat bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

(14)

5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Sapriya, Rahmat, dan Dadang S. (2008: 1) berpendapat bahwa seorang guru sangat penting mempelajari tentang konsep dasar PKn. Konsep dasar PKn membahas tentang warga negara dan pemerintahan. Sebagai warga negara seseorang perlu memahami dan menyadari bahwa di luar statusnya ada pihak yang lain yang mengatur, melindungi sekaligus melayani dan memaksa ketika melaksanakan hasil keputusan-keputusan yang mengikat seluruh penduduk atau warga negara. Para siswa harus dikenalkan dengan warga negara dan masalah pemerintahan yang ada di Indonesia.

Seorang guru harus benar-benar memahami dan menerapkan konsep dasar PKn pada para siswa. Guru harus memberikan pengertian-pengertian tentang warga negara dan pemerintahan yang ada di Indonesia agar siswa memahami dan mengerti status mereka di negaranya serta bagaimana menjadi warga negara yang baik.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan menurut Tim Dikti (2010: 99-100), adalah sebagai berikut:

(15)

partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. 2) Norma, hukum, dan peraturan yang meliputi: tertib dalam

kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsadan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5) Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6) Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. 7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan

(16)

pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari -hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, serta mengevaluasi globalisasi.

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Savage and Armstrong (1992: 9) berpendapat bahwa though views about the function of citizenship vary, three common threads run through many discussions of this issue. First, there is general agreement that young people need to be encouraged to commit to core american values as democratic decision making. second, it is widely acknowledged that citizenship education lessons should encourage pupils to critique present ways of doing things (Leming, 1989). Third, it is expected that good citizenship education programs will produce young people who will leave school with a predisposition to become actively involved in public affairs.

Pendidikan kewarganegaraan harus menciptakan insan-insan pancasila yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa. Melalui Pendidikan kewarganegaraan guru dapat melatih siswa agar berkarakter baik dan dari pembelajaran yang diberikan dapat dijadikan pelajaran yang berharga sebagai bekal ketika para siswa sudah mencapai usia dewasa.

(17)

warga negara. Tim Dikti (2010: 99) mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa persatuan dan kesatuan.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan untuk memberikan pengajaran dan pelatihan kepada para siswa tentang pembentukan karakter sesuai dengan harapan bangsa, menjadi generasi penerus yang selalu mematuhi aturan-aturan yang ada di negaranya, berbuat dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai pancasila sehingga mampu menjadi warga negara yang dapat memajukan bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan nilai-nilai yang harus diterapkan oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Materi PKn Kelas IV Semester I

(18)

6. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010: 15).

Solihatin dan Raharjo (2009: 4) mengatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap kelompok itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak yang mengakibatkan anak menjadi aktif. Ciri khas dari pembelajaran kooperatif adalah adanya penghargaan bagi kelompok yang mendapat nilai terbaik.

Isjoni (2010 : 20) mengatakan bahwa ciri-ciri model cooperative learning adalah sebagai berikut:

1) Setiap anggota memiliki peran

2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok

(19)

7. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Think Pair and Share

Think pair share introduces the idea of small-group learning by getting the pupils together in groups of two. In this technique we begin by giving the class a question or a problem. In the first phase, each student is to think individually about the question or problem. After a short time, we give a signal, and pupils then begin to work in pairs to share their respons. (Mc Tighe & Lyman in Savage and David G. Armstrong, 1996: 205).

Think Pair Share merupakan model pembelajaran dengan cara

membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang yang nantinya mereka berpasangan dalam berdiskusi. Guru memberikan sebuah pertanyaan atau masalah. Setiap siswa berpikir secara individual tentang pertanyaan atau masalah dan guru memberikan waktu yang singkat kepada siswa untuk berpikir. Trianto (2011: 81) berpendapat bahwa strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

(20)

b. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe TPS (Think

Pair and Share)

Gunter, Estes, and Mintz (Borich, 2011: 285) berpendapat bahwa a pair arrangement based on the work of Lyman. Think pair share is a simple technique in wich students learn from one another and get to try out their ideas in a nonthreatening context before presenting them to the class. The benefits for the teacher include increased time on task in

the class room and greater quality of students’s contributions of class discussions.

There are four steps’s to think , pair, share, and a time limit on each step is signaled by the teacher ;

1) The teacher poses a question. 2) The students think individually.

3) Each student discusses his or her answer with a fellow student (pair).

4) Students share their answers with the whole class and then individuals present solutions individually or cooperatively to the whole class.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS di dalam kelas adalah sebagai berikut:

1) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk berpikir (think) secara individu. Waktu ditentukan oleh guru sesuai dengan tingkat kesukaran soal dan kemampuan siswa. 2) Setelah beberapa menit, guru menyuruh siswa untuk berpasangan

(pair) dan mendiskusikan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pasangan ditentukan secara acak.

(21)

memberikan pendapat tentang jawaban yang dipresentasikan oleh temannya.

c. Kelebihan dan kekurangan Model Cooperative Learning Tipe TPS

(Think Pair Share)

1) Kelebihan:

a) Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah

b) Siswa dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan keterampilan sosial.

c) Setiap siswa dalam kelompoknya berusaha mengetahui jawaban

pertanyaan yang diberikan (semua siswa aktif).

d) Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi melalui diskusi kelompok dan presentasi jawaban suatu pertanyaan atau permasalahan.

e) Meningkatkan keterampilan berpikir secara individu maupun kelompok.

f) An advantage of the think pair share approach is that it helps pupils learn how to discuss and share their ideas with others. It can help them learn that two heads are often better than one. The technique also help pupils to understand the importance of integrating ideas and of compromising (Savage and David G. Armstrong, 1996: 205).

2) Kekurangan:

Basri (Thobroni dan Mustofa, 2011: 302) berpendapat bahwa kekurangan TPS adalah sebagai berikut:

a) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai

(22)

b) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas. c) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita

waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu, guru harus membuat perencanaan yang saksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan untuk mendukung Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Disiplin dan Prestasi Belajar PKn Materi Lembaga-Lembaga Pemerintahan Kabupaten, Kota dan Provinsi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share di Kelas IVB SD Negeri Karangsari” adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Any Fatmawati, mahasiswa PMIPA IKIP Mataram dalam Jurnal Pendidikan Biologi dengan judul penelitian

(23)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kadir Tiya mahasiswa Jurusan PMIPA FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari dalam jurnal (2008) Vol.7 No.2 dengan judul Peningkatan Prestasi matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa SMP Kendari yang memiliki hasil evaluasi pada siklus I secara klasikal siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 sebesar 60%. Pada siklus II hasil evaluasi mengalami

peningkatan yakni secara klasikal siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebesar 86, 67%. Kesimpulannya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS memberikan dampak positif.

Jika penelitian yang dilakukan Any Fatmawaty menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan Kadir Tya menggunakannya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, maka peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk meningkatkan sikap disiplin dan prestasi belajar siswa kelas IVB SD Negeri Karangsari pada mata pelajaran PKn materi Lembaga-Lembaga Pemerintahan Kabupaten, Kota, dan Provinsi.

C.Kerangka Berpikir

(24)

respon antar siswa. Pembelajaran ini dapat melatih disiplin siswa karena siswa dituntut berpikir bekerjasama hanya dengan pasangannya saja dan menaati semua peraturan yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe TPS. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat meningkatkan disiplin dan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran PKn meteri Lembaga-Lembaga Pemerintahan Kabupaten, Kota, dan Provinsi.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hasil uji anova beda rata-rata konsumsi garam individu pada setiap wilayah tidak menunjukkan beda yang signifikan baik antara wilayah I dengan II dan III maupun antara

Model pembelajaran ini dalam bentuk program tersendiri sesuai sasaran dan melayani bentuk kegiatan ekspresi misalnya bahasa Staf berkedudukan sebagai perencana dan pengendali situasi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Pada reaktor dengan durasi pengolahan aerobik selama 31,5 jam- anoksik 31,5 jam dapat dilihat bahwa nilai pH selalu mengalami kenaikan pada fase aerobik dan nilai DO

memiiki nilai α pada frekuensi 4000 Hz dibandingkan dengan spesimen lainnya dikarenakan spesimen ini memiliki rongga yang mungkin terisi udara dimungkinkan porositas

Dalam menganalisa biaya penggunaan kontruksi kayu penulis menggunakan SNI-3434-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk kontruksi

Dengan mengadopsi penelitian yang telah dilakukan oleh Pikaev dengan sistem aliran aerosol seperti Gambar 2, maka proses detoksifikasi dan desinfeksi limbah cair dari

To identify what kinds of games based on Multiple Intelligence Theory can be used to introduce English vocabulary to the students of TK Negeri 2 Yogyakarta.. To discover how the