1
Karawitan Inovatif Harita
I Ketut Gede Sukartha Widiantara
NIM. 201302003
Pembimbing I,
Pembimbing II,
I Wayan Suharta, SSkar., M.Si
Ni Putu Tisna Andayani, S.S., M.Hum
NIP. 196307301990021001
NIP. 197805292005012001
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100
e-mail: gedesukartha@isi-dps.ac.id
ABSTRAK
Bunga Jepun Bali memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sarana upacara agama Hindu khususnya di Bali. Bunga jepun khas Bali memiliki gabungan dua jenis warna yaitu putih dan kuning juga secara umum bunga tersebut memiliki kelopak (mahkota) yaitu lima kelopak namun, ada pula yang berkelopak empat, enam, bahkan sampai sepuluh kelopak. Dari berbagai macam jenis bunga jepun di Bali penata sangat terinspirasi dengan bunga tersebut dari warna yang berbeda, terlihat indah dan melekat pada tempat yang sama. Konsep penata dengan perpaduan warna yang berbeda dalam sebuah karya karawitan inovatif yang berjudul Harita juga dengan pemilihan alat untuk mendukung garapan penata sangat terinspirasi menggunakan dua gamelan yaitu Semar Pagulingan dan Selonding. Untuk lebih menajamkan keutuhan dari garapan yang akan disajikan, maka istilah kawitan, pengawak, dan pengecet akan penata tuangkan dalam garapan Harita menjadi bagian-bagian yaitu: bagian I, bagian II, dan bagian III. Penuangan ide garapan dalam bunga jepun Bali yaitu dari bagian pertama penata menggambarkan keindahan dari bunga jepun Bali, dengan permainannya melodi yang lembut. Bagian kedua dari garapan saling bergantian dan menonjolkan satu per satu dari kedua gamelan Semar Pagulingan dan Selonding. Bagian ketiga menggambarkan perpaduan dari warna kuning dan putih hingga menjadi satu kesatuan. Permainan musik bagian ketiga ini saling bersamaan, juga saling bergantian dan bagian akhir garapan menggambarkan bunga jepun tersebut agar terlihat tetap indah. Garapan komposisi ini dengan durasi 12.30 menit.
Kata kunci: Karawitan inovatif, Semar pagulingan, Selonding, Bunga Jepun.
ABSTRACT
2
of the music game is simultaneous, also interchangeable and the end of the cultivation depicts the jepun flower to look beautiful. Garapan this composition with a duration of 12.30 minutes.
Keywords: Innovative Karawitan, Semar Pagulingan, Selonding, Jepun Flower
PENDAHULUAN
Pulau Bali terkenal dengan keindahan alamnya. Mengamati keindahan lingkungan masyarakat
khususnya di Bali seringkali kita jumpai pemandangan yang indah, elok, dan enak dipandang mata. Di
sepanjang pekarangan rumah, jalan, dan taman-taman banyak sekali ditanami berbagai macam jenis tanaman
hias diantaranya tanaman bonsai, pohon cemara, bunga gemitir, bunga teratai, bunga anggrek, bunga
kembang sepatu, bunga kamboja (jepun), dll. Berbagai macam tanaman itu ditanam untuk mempercantik
lingkungan tersebut sehingga terlihat asri dan indah. Ketika tanaman itu terlihat indah disana kita bisa
mendapatkan inspirasi apapun yang kita inginkan, termasuk penata ketika melihat pemandangan tersebut,
penata jatuh hati khususnya pada bunga jepun Bali yang terlihat begitu indah.
Bunga jepun Bali memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana upacara agama hindu
khususnya di Bali, yaitu sarana persembahyangan maupun untuk menghias Dewa-Dewi (
Ida Betara
),
adapula digunakan sebagai bahan dasar dupa. Bunga jepun juga sering digunakan untuk menyambut
kedatangan wisatawan asing (tamu mancanegara) dengan cara mengalungkan bunga jepun atau menyisipkan
di telinga wisatawan tersebut. Bunga jepun Bali sering digunakan karena mudah didapat dan sering kita
jumpai di berbagai tempat serta bentuknya lebih kecil dari pada bunga jepun lainnya.
Bunga jepun khas Bali memiliki gabungan dua jenis warna yaitu putih dan kuning, bagian luar dari
bunga jepun Bali tersebut berwarna putih dan pada bagian tengah berwarna kuning. Pada bagian dalam
bunga berwarna kuning pekat, lalu dari pertengahan menuju ke bagian luar bunga tersebut bergradasi kuning
menuju warna putih. Secara umum bunga jepun Bali memiliki lima kelopak (mahkota) namun ada pula yang
berkelopak empat, enam bahkan sampai sepuluh kelopak. Dari berbagai macam jenis bunga jepun yang ada
di Bali diantaranya jepun cendana, jepun Bali, jepun salju, dan lain-lain, penata hanya tertarik pada satu jenis
bunga jepun yakni bunga jepun Bali. Penata terinspirasi dan yang sangat menarik bagi penata dari warna
bunga jepun Bali tersebut yang merupakan perpaduan dua warna berbeda yakni putih dan kuning yang
menyatu pada satu kelopak bunga dan menarik pula pada bunga ketika kembang bunga tersebut bentuknya
yang sangat kecil, tidak seperti bunga jepun yang lainnya.
Perpaduan dari warna kuning dan putih yang terlihat sangat indah dari bunga jepun Bali tersebut
merupakan konsep dari garapan penata yang berjudul
Harita.
Judul ini dapat didefiniskan,
Harita
yang
berarti kuning muda, karena warna putih dan kuning yang dicampur hingga warna tersebut menjadi satu
kesatuan yakni warna yang dicampur tersebut menjadi warna kuning muda, didalam bahasa jawa anak
perempuan yaitu kuning muda istilah nama lain disebut
Harita
. Garapan ini mempunyai dua perpaduan
unsur warna yang berbeda yaitu putih dan kuning yang dituangkan melalui media ungkap yaitu
Gamelan
Semar Pagulingan
dan
Gamelan Selonding
ke dalam karawitan inovatif.
Bagian-bagian dari garapan
Harita
ini perlu penata jelaskan secara singkat dari Bagian pertama
garapan menggambarkan keindahan dari bunga jepun Bali dengan karakter gending yang lembut (
Semar
Pagulingan
dan
Selonding
). Pada bagian kedua menggambarkan warna putih yang berarti kebahagiaan
(
Semar Pagulingan
) dan warna kuning yang berarti kesucian (
Selonding
). Selanjutnya pada bagian ketiga
garapan merupakan perpaduan warna putih dan kuning yang menggambarkan keindahan dan kebahagiaan
bunga jepun Bali dan pada akhir garapan menggambarkan bunga jepun Bali agar tetap terlihat indah dan asri
(
Semar Pagulingan
dan
Selonding
).
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas perlu juga yang sangat penting bagi tulisan ini yaitu
rumusan masalah. Rumusan masalah yang akan diangkat dalam garapan yang berjudul
Harita
ini adalah:
1. Bagaimana cara menuangkan inspirasi dari bunga jepun Bali tersebut ke dalam garapan karawitan
inovatif?
3
3. Bagaimana proses penggarapan dan kreativitas seni yang dituangkan ke dalam penciptaan garapan
karawitan inovatif?
Ide Garapan
Menentukan ide garapan adalah sebuah proses yang paling awal dari serangkaian proses penciptaan.
Ide garapan mencakup gagasan pikiran yang ingin disampaikan melalui hasil garapan itu sendiri. Untuk
mendapatkan sebuah ide yang original (baik) agar menyatu kepikiran kita masing-masing memang menjadi
suatu hal yang gampang-gampang susah, ide terkadang muncul dengan secara tiba-tiba, namun terkadang
juga penata mencari ide dengan beberapa aktivitas seperti kegiatan yang dilakukan yaitu membaca,
menonton, mendengarkan, dan merenung. Dari keempat kegiatan yang dilakukan tersebut penata
mendapatkan ide garapan pada saat melihat dan merenung di lingkungan sekitar penata. Penata dapat
merenung dengan penuh hati dan penuh rasa yang pemikirannya tidak menjauh dari renungan tersebut,
penata fokus dengan benda tersebut yaitu dari bunga jepun Bali yang digunakan sebagai konsep tugas akhir
seni karawitan.
Penata terinspirasi melihat fenomena nyata di sekitar penata yaitu bunga jepun Bali. Bunga jepun
Bali yang terlihat sangat indah, memiliki warna yang berbeda dengan satu tempat yang sama dan memiliki
banyak kegunaan. “Ide yang baik tanpa diikuti dengan kemampuan pengelolaan teknik yang mantap tidak
akan menghasilkan komposisi yang baik, dengan teknik yang mantap setidaknya dapat menghasilkan
komposisi yang enak didengar” (Bandem, 1987: 01). Dalam berkarya yang akan penata tuangkan ke dalam
musik karawitan ini penata tidak akan lepas atau melupakan unsur-unsur musik seperti: harmoni, melodi,
tempo, dinamika, dan ritme, karena unsur-unsur musik itu penting di dalam jenis komposisi apapun yang
komposer garap. Adapun peringatan bagi penata untuk semua seniman khususnya di Bali jangan pernah
melupakan unsur-unsur musik Bali.
Ide garapan penata adalah menciptakan sebuah garapan karawitan inovatif, yang merupakan
perpaduan dari
gamelan Semar Pagulingan
sebagai simbol kebahagiaan digambarkan dari warna putih,
sedangkan
gamelan Selonding
sebagai simbol kesucian digambarkan dari warna kuning pada bunga jepun
Bali tersebut.
Menurut Suweca (2009: 46):
“Komposisi inovatif adalah sebuah karya komposisi yang cenderung menggali ide-ide atau gagasan-gagasan baru kendatipun pada dasarnya materi tradisinya masih tampak jelas, dalam hal ini memasukan unsur-unsur dari luar dengan pengolahan yang sangat memadai, menjadi peluang untuk untuk mewujudkan nuansa-nuansa baru”.
Memilih dua instrumen yang berbeda dipadukan menjadi satu kesatuan garapan yang utuh tentunya
menjadi sebuah tantangan baru bagi penata. Secara umum masing-masing dari kedua jenis gamelan tersebut
baik gamelan
Semar Pagulingan
maupun
Selonding
memiliki perbedaan karakter dan warna suara.
Terjadinya perbedaan tersebut yaitu dari bahan bilah gamelan
Semar Pagulingan dari kerawang
(perunggu), sedangkan gamelan Selonding bahannya dari besi, adapun yang menyebabkan berbeda
dari resonator yang berbeda yaitu dari
Semar Pagulingan
menggunakan resonator bambu,
sedangkan dari
Selonding
menggunakan resonator langsung pada tempatnya yaitu dari kayu,
sedangkan yang berbeda pula dari panggul kedua gamelan tersebut, dari panggul Semar Pagulingan
yang berbentuk lancip terbuat dari kayu, sedangkan panggul Selonding yang berbentuk kotak dan
lonjong yang sama-sama terbuat dari kayu, tetapi panggul Selonding tidak menggunakan panggul
beriisi karet. Terjadinya dari perbedaan tersebut itulah yang menyebabkan kedua gamelan tersebut
memiliki karakter dan warna suara yang berbeda.
Untuk mendukung serta merealisasikan ide garapan ini
penata memadukan dua warna suara yang berbeda dari dua jenis
Gamelan Semar Pagulingan
dan
Selonding.
4
merupakan seperangkat gamelan golongan madya yang berlaras pelog tujuh nada, dengan menggunakan
instrumen melodis yang berbentuk pencon serta bilah-bilahan perkusi yang terbuat dari perunggu” (Rai S,
1998: 1).
Secara musikal alasan penata menggunakan
gamelan Semar Pagulingan
dan
gamelan Selonding
,
yaitu dari
Gamelan Semar Pagulingan
penata sangat terinspirasi dengan adanya
patet-patet
yang begitu
banyak berjumlah tujuh
patet
yang bisa membuat melodi dengan suasana apapun yang penata inginkan.
Berkaitan dengan konsep penata tersebut sangat cocok untuk memilih
gamelan Semar Pagulingan
sebagai
ide garapan
Harita,
karena konsep keindahan dan warna dari bunga jepun Bali yang kesannya lebih ke
suasana dengan memakai
patet
yang ada pada
gamelan Semar Pagulingan.
Sedangkan dari
gamelan Selonding
yang penata pilih sebagai media garapan, yaitu dengan adanya
saih
dari gamelan tersebut penata sangat terinspirasi, karena juga dapat membuat suasana di dalam
saih-saih
pada
gamelan Selonding
tersebut. Menurut Bandem (2013: 59):
“Salunding Wesi (Slonding Besi) adalah instrumen sejenis Gender (bilah) yang dibuat dari besi dan ansambel ini masih terdapat di desa-desa Bali Aga sekarang, seperti Desa Tenganan Pagringsingan, Desa Bungaya, dan Desa Asak di Kabupaten Karangasem. Gamelan yang menggunakan laras pelog Saih Pitu ini dianggap sakral oleh masyarakat pemiliknya dan digunakan juga sebagai pengiring tarian upacara keagamaan”.
Dalam Garapan
Harita
ini pada
gamelan Selonding
yang menggambarkan warna kuning dari bunga
jepun Bali tersebut. Gamelan
Selonding
juga memiliki karakter dalam garapan ini yaitu kebahagian, karena
dalam garapan
Harita
warna kuning yang menyiratkan kebahagiaan yang menggambarkan
gamelan
Selonding
.
Pemaparan mengenai dua gamelan diatas menginspirasikan penata untuk mencari warna suara yang
berbeda dari kedua gamelan tersebut, sesuai dengan konsep penata yang terinspirasi dari dua warna bunga
jepun Bali yang berbeda tersebut. Selain warna yang berbeda, penata juga mendapatkan ide dari permainan
kedua gamelan tersebut yang dimainkan secara bergantian. Dari kedua gamelan yang penata pilih sebagai
garapan
Harita
ini menggunakan jenis gamelan yang keduanya sama-sama memiliki
laras pelog saih pitu
namun memiliki karakter dan warna suara yang berbeda. Hal ini juga menentukan suasana yang diinginkan
berupa kebahagiaan, terkadang juga muncul kelembutan dan pada akhir garapan muncul suasana haru dari
keindahan bunga jepun tersebut.
Tujuan Garapan
Berdasarkan dari semua pemaparan diatas, maka tujuan garapan/penciptaan garapan ini dapat
dijadikan motivasi untuk mendorong terwujudnya suatu karya yang baik agar semua masyarakat yang akan
membaca tulisan ini, mengetahui apa yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus penata untuk menggarap
karya seni ini yang berjudul
Harita
seperti:
Tujuan Umum
1) Untuk mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di bidang seni karawitan ISI Denpasar.
2) Dapat diterima di masyarakat, karena dari bunga jepun Bali menjadi inspirasi sebuah karawitan
inovatif yang berjudul
Harita
.
3) Penata ingin melestarikan budaya karawitan Bali, untuk memuaskan penonton yang menonton
garapan ini.
Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui atau memahami penjelasan tentang inspirasi dari bunga jepun Bali ke dalam
bentuk karawitan inovatif yang berjudul
Harita.
2) Mentranformasikan ide garapan ke dalam musik
3) Untuk memperoleh pengalaman lewat proses penyususunan karawitan inovatif.
Manfaat garapan
5
1. Untuk mendapatkan pengalaman bagi penata dalam penciptaan karawitan dan meningkatkan olah
rasa dalam bermain gamelan Bali, karena penata menggunakan
gamelan Semar Pagulingan
dan
gamelan Selonding.
2. Dapat meningkatkan apresiasi penata, sekaligus membuka peluang bagi penata untuk berkreativitas
khususnya di bidang karawitan.
3. Dapat meningkatkan kreativitas seni, pengalaman, serta menambah wawasan dalam berkarya sangat
berguna di masyarakat dan juga sebagai referensi bagi generasi penerus.
Ruang lingkup
Pada ruang lingkup ini penata ingin memfokuskan agar dalam garapan ini tidak terjadi kesalahan
dalam tafsiran garapan. Mengenai batasan-batasan dari garapan
Harita
ini penata hanya menggunakan jenis
garapan karawitan inovatif dari
gamelan Semar Pagulingan
dan
Selonding
yang hanya menggunakan
patet-patet
yang digunakan dari kedua gamelan tersebut yaitu dari
gamelan Semar Pagulingan: Patet Selisir, Patet
Patemon,
dan
Patet Pangenter Agung,
Sedangkan
gamelan Selonding: Saih Sadi
dan
Saih Dong
.
Patet
dapat didefinisikan adalah urutan nada-nada dalam sebuah musik.
“Sepintas istilah
saih/pathet/patutan
hampir memiliki pengertian yang sama, akan tetapi secara substantif tersirat makna yang berbeda. Istilah
‘Pathet’sesungguhnya meminjam dari istilah musik tradisi Jawa” (Kartawan, 2009: 01). Komposisi
karawitan ini yang berjudul
Harita
berkonsep dari bunga jepun Bali yang berbeda dari segi berwarna putih
dan kuning dengan satu tempat yang sama, juga terinspirasi dari begitu banyaknya orang yang menggunakan
bunga jepun Bali tersebut. Tidak hanya orang Bali saja yang menyukai atau menggunakan bunga jepun Bali
bahkan orang dari mancanegara yang menyukai bunga jepun Bali tersebut.
Bunga jepun Bali ini penata gunakan sebagai konsep karya seni karawitan dengan mengolah
melodi-melodi yang baik, benar dan enak didengar sebagai tugas akhir seni pertunjukan. Garapan ini didukung oleh
dua puluh dua orang pendukung yaitu lima pemain
gamelan Selonding
dan tujuh belas pemain
gamelan
Semar Pagulingan
. Penabuh yang akan tampil diatas panggung sebanyak dua puluh dua orang penabuh
termasuk penata yang memainkan instumen
kendang
.
Penata menggunakan konsep estetis seperti kesatuan (unity), kerumitan (compleksity), dan
kesungguhan (intensity), (Suweca, 2009: 56). Perpaduan kedua gamelan tersebut penata tranformasikan ke
dalam bentuk karya seni namun tidak melupakan unsur-unsur musik untuk menggarap sebuah karya seperti
"Tri Angga”.
Untuk lebih menajamkan keutuhan dari garapan yang akan disajikan, maka istilah-istilah
kawitan, pengawak,
dan
pengecet
akan penata pergunakan dalam garapan
Harita
menjadi bagian per bagian
yaitu: bagian I, bagian II, dan bagian III. Penyajian garapan ini disajikan satu per satu karena memiliki
karakteristik musikal yang berbeda-beda yakni:
a. Bagian Pertama
Pada bagian ini penata menceritakan keindahan bunga jepun Bali. Penata memulai menggarap dari
media ungkap
Semar Pagulingan
yang memberi kesan lembut selanjutnya media ungkap
gamelan
Selonding
permainannya sama memberi kesan lembut, bermain motif-motif
Selonding
dan
ngempyung
dari melodi pokok
gamelan Semar Pagulingan.
b. Bagian kedua
Penata mengarap antara warna putih terlebih dahulu yaitu memainkan instrumen
Semar Pagulingan
selanjutnya menuju warna kuning yaitu memainkan instrumen
Selonding
. Permainan kedua gamelan yang
berbeda tersebut saling bergantian antara media ungkap
gamelan Semar Pagulingan
dan
gamelan
Selonding
.
c. Bagian ketiga
6
Adapun media ungkap yang penata gunakan dalam karya karawitan inovatif yang berjudul
Harita
ini
adalah sebagai berikut:
A. Instrumen gamelan
Semar Pagulingan
:
1) Dua tungguh
Gangsa
(
ngumbang ngisep
)
2) Dua tungguh
Kantil
(
ngumbang ngisep
)
3) Dua tungguh
Jublag
(
ngumbang ngisep
)
4) Empat suling besar dan dua suling kecil
5) Sepasang kendang
Krumpungan
(
lanang-wadon
)
6) Sebuah instrumen
Ceng-ceng Ricik.
7) Sebuah instrumen
Gong
dan
Gentora.
8) Sebuah instrumen
Kemong.
9) Sebuah instrumen
Klenang.
10) Sebuah instrumen
Kajar Trenteng
.
B. Instrumen gamelan
Selonding
:
1) Satu tungguh
Nyongnyong alit
.
2) Satu tungguh
Nyongnyong ageng
.
3) Satu tungguh
Petuduh
.
4) Satu tungguh
Paenem
.
5) Dua tungguh instrumen
Gong Selonding
.
6) Dua tungguh instrumen
Kempur Selonding
.
METODE PENELITIAN
Untuk menghasikan karya yang baik, bersifat sitematis, dan dapat dipertanggung-jawabkan, maka
karya ini harus didukung dengan beberapa sumber dan referensi yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini
digunakan sebagai pedoman atau referensi di dalam berkarya berupa data-data yang diperoleh dari sumber
perpustakaan, sumber diskografi, dan sumber wawancara. Melalui sumber pustaka diperoleh berbagai
pengertian, pemahaman, konsep, dan pengetahuan yang bermanfaat untuk mendukung sebuah kreativitas
karya seni yang berjudul
Harita
.
Sumber Pustaka
Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah,
oleh I Made Bandem. Stikom Bali, 2013. Pada buku ini
penata mendapat membaca tentang
Gamelan Semar Pagulingan
dan
Gamelan Selonding
sebagai referensi
atau acuan untuk mendukung tulisan ini.
Estetika Karawitan,
oleh I Wayan Suweca. Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, 2009. Pada
buku ajar ini penata mendapat membaca tentang manusia dan keindahan, filsafat, konsep keseimbangan dan
estetika komposisi. Penata mendapatkan konsep estetis seperti kesatuan
(unity),
kerumitan
(Compleksity),
dan kesungguhan
(Intensity).
Laporan Penelitian Reformulasi Sistem Patutan Pada Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu
oleh: I
Made Kartawan, 2009. Hasil penelitian membahas sekilas tentang pengertian saih/patutan/patet dan
memformulasi sistem modulasi yang ada pada gamelan
Semar
Pagulingan Saih Pitu
dengan analisa akustik.
Dalam penelitiannya, Kartawan menyusun kembali dan menemukan istilah baru dalam sistem patutan
tersebut, sehingga hasil peneitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman mengenenai penggunaan patutan atau
patet dalam mewujudkan sebuah karya seni karawitan.
Peranan Sruti Dalam Perpatutan Gamelan Semarapagulingan Saih Pitu,
dalam buku GONG oleh I
Wayan Rai S, 2001. Buku ini memuat tentang peranan
sruti
di dalam
Gamelan Semar Pagulingan
serta
proses pelarasan gamelan
Semar Pagulingan
saih pitu. Penata mengacu pada buku ini karena mendapatkan
pengetahuan mengenai proses pelarasan gamelan
Semar Pagulingan saih pitu
serta tahap-tahap pelarasan
tersebut.
7
Ubit-ubitan Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali,
I Made Bandem, diterbitkan oleh Sekolah
Tinggi Indonesia Denpasar, 1990. Penata disini membaca makalah ini memperoleh ilmu tentang 14 teknik
jenis
ubit-ubitan
yang akan penata gunakan sebagai acuan untuk menggarap garapan
Harita
ini.
Sumber Diskografi
Selain mencari referensi dari buku pedoman ada juga beberapa sumber acuan lainnya, yakni dari
sumber diskografi dengan cara menonton dan mendengarkan rekaman audio, video, maupun MP3 yang
penata peroleh dari koleksi pribadi atau rekaman berbagai karya terdahulu diantaranya:
Ujian Tugas Akhir
Blabur
(2014) berupa MP3 karya I Wayan Ariawan. Dari karya ini penata
mendapatkan struktur pada bagian pertama kelembutan dalam penyusunan melodi. Ujian Tugas Akhir
Sradha Bhakti
(2015) berupa MP3 karya I Kadek Adi Setyawan. Penata mendapatkan teknik cara
penggabungan antara dua ensamble gamelan Bali. Karya yang berupa MP3 I Wayan Agun Adi Saputra
Kunang-Kunang
. Disini penata mendapatkan cara pengolahan melodi yang harmonis. Karya yang berupa
MP3 I Wayan Darya
Kembang Rampe dan Galang Bulan
. Disini penata mendapatkan akan penata gunakan
sebagai referensi dalam pengolahan melodi yang harmonis.
Wawancara
Selain melalui sumber pustaka dan sumber diskografi terwujudnya garapan ini juga dilakukan
wawancara secara langsung dengan beberapa narasumber yang kompeten dalam bidang seni karawitan
seperti:
Wawancara dengan I Kadek Suparman, S.Sn. Dalam wawancara ini penata diberikan penjelasan
mengenai konsep dan ide yang menarik, juga baik digunakan sebagai tugas akhir karya seni, bahwa dari
konsep pertama penata yaitu dari pohon jepun Bali. Wawancara dengan I Wayan Gede Arnawa, S.Sn.
Wawancara ini penata mendapatkan penjelasan, karena memakai konsep pohon jepun terlalu luas, jadi
Beliau memberi penjelasan memakai konsep bunga jepun yang akan dipakai sebagai karya tugas akhir.
Wawancara dengan Putu Tiodore Adibawa, S.Sn., M.Sn. Dalam wawancara ini penata padat dan jelas
mendapat konsep dari Beliau, juga mendapat penjelasan media ungkap yang penata gunakan sebagai karya
tugas akhir.
HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Wujud garapan adalah suatu hasil karya seni yang tersusun dengan melodi-melodi yang dapat
dipersepikan dengan mata (
Visual
) atau telinga (
Akustis
). Dalam penyajian karya seni yang nantinya secara
abstrak dapat dibayangkan dan dianalisa sesuai komponen-komponen penyusunnya.
Deskripsi Garapan
Garapan
Harita
merupakan sebuah garapan musik karawitan inovatif dengan menggunakann media
ungkap gamelan
Semar Pagulingan
dan
Selonding
. Adapun tema yang diangkat dalam garapan ini adalah
keindahan dan warna dari bunga jepun Bali, Alasan penata mengangkat tema ini adalah dari segi keindahan
dan warna yang menarik bagi penata yaitu warna yang berbeda dari satu tempat yang sama. Tema tersebut
disesuaikan dengan struktur garapan, agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh, dengan struktur garapan
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian I, bagian II, dan bagian III.
Garapan
Harita
akan dipentaskan di Gedung Natya Mandala, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar
dan memiliki durasi waktu sekitar 14 menit, didukung oleh 22 orang penabuh termasuk penata. Pendukung
karya komposisi ini adalah Sanggar
Bhuana Giri Swara
dan Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni
Indonesia (FSP), Institut Seni Indonesia Denpasar.
Instrumentasi
Fungsi dari masing-masing intrumen gamelan
Semarapagulingan
dan
Selonding
tidak menyimpang
pada fungi instrumen sebelumnya. Beberapa penjelasan dan fungsi instrumen gamelan
Semar Pagulingan
dan
Selonding
yang digunakan dalam garapan
Harita
ini adalah:
8
Instrumen ini pada barungan
Semar Pagulingan
dengan susunan nada yaitu: 3456712.
Bentuk dari
kedua instrumen ini yaitu berbentuk persegi panjang dengan jumlah tujuh bilah yang teknik
permainannya dengan cara dipukul dengan menggunakan panggul yang berbentuk lancip.
Instrumen ini berperan untuk memainkan ubit-ubitan dan aksen-aksen pada bagian-bagian gending
tertentu.
b. Instrumen
Jublag
Instrumen Jublag merupakan instrumen yang berbilah dan digantung dengan susunan nada sebagai
berikut: 3456712.
Bentuk dari instrumen ini sama seperti instrumen gangsa dan katil yang
berbetuk persegi panjang yang berjumlah tujuh bilah.
Instrumen ini tergolong dalam jenis
Idiofone
yaitu suatu alat musik yang bunyinya bersumber dari alat itu sendiri. Fungsi instrumen ini
adalah sebagai membawa melodi pokok.
c. Instrumen
Kendang
Instrumen
Kendang
termasuk ke dalam jenis alat musik
Membranofone,
yaitu alat musik yang sumber
bunyinya dari kulit dan cara membunyikannya adalah memukul dengan alat atau tanpa alat (dengan
tangan).
Dari segi bentuk instrumen ini adalah berbentuk bulat panjang seperti selinder yang
juga
memiliki fungsi kendang sebagai
pamurba
irama atau mengatur dan mengendalikan jalannya
gending, serta memberi aksen-aksen pada gending.
d. Intrumen
Gong
Instrumen Gong merupakan instrumen yang bermoncol yang ukurannya lumayan besar.
Teknik dari
instrumen ini yaitu dengan cara dipukul dengan menggunakan panggul yang berbentuk bulat.
Dalam garapan ini secara umum gong berfungsi untuk mengakhiri suatu gending (sebagai finalis).
e. Instrumen
Kajar Trenteng
Intrumen ini merupakan instrumen yang setengah bermoncol, hampir mirip dengan instrumen
Bende
pada barungan gamelan
Gong Kebyar
.
Teknik permainan yang dimiliki oleh instrumen ini yaitu
dengan cara memukul dengan menggunakan khusus panggul yang dimiliki berbentuk lonjong
memanjang.
Dalam garapan ini instrumen ini berfungsi sebagai pemegang tempo gending, mengatur
cepat lambatnya gending dan mengikuti pola-pola
kendang
.
f. Intrumen
Gentora
Instrumen ini merupakan instrumen yang berbentuk seperti
Genta,
tetapi ukurannya yang sedikit lebih
kecil.
teknik yang dimiliki dengan cara menggoyangkan instrumen tersebut dengan suara
getaran yang banyak.
Dimainkan dengan cara menggoyangkan instrumen tersebut dan dalam
garapan ini fungsinya sama seperti
gong Semar Pagulingan.
g. Instrumen
Kemong
Instrumen ini merupakan intrumen yang berbentuk pencon, berfungsi sebagai menandakan kembali ke
pukulan gong, karena instrumen
kemong
dan
gong
saling bergantian.
Teknik yang dimiliki
instrumen tersebut yaitu dengan cara dipukul memakai panggul sama seperti panggul gangsa
yang berbentuk lancip.
h. Instrumen
Suling
Instrumen ini merupakan suatu alat musik yang diklasifikasikan sebagai alat musik
aerofone
, yaitu
sumber bunyi yang berasal dari angin atau udara (cara membunyikan dengan cara ditiup).
Bentuk dari
instrumen ini yaitu berbentuk lingkaran memanjang juga memiiki lubang suara berjumlah
enam.
Dalam garapan ini berfungsi menjalankan melodi atau memperindah alun-alunan melodi.
i. Instrumen
Ceng-ceng Ricik
Instrumen ini merupakan instrumen yang berbentuk
cymbal,
tetapi ukurannya jauh lebih kecil.
Teknik
yang dimiliki dari instrumen ini yaitu dengan cara menekan menggunakan dua tangan yang
saling bergantian.
Dalam garapan ini berfungsi memberi nuansa ritmis serta memberi aksen-aksen.
2) Instrumen gamelan
Selonding
a. Instrumen
Gong
9
cara dipukul menggunakan dua panggul khusus yang dimiliki insturmen tersebut, yaitu pangguk yang
berbentuk lonjong. Dalam gamelan
Selonding
ada dua tungguh
Gong
yang dimainkan oleh satu orang
yang berfungsi untuk mengakhiri gending (sebagai finalis).
b. Instrumen
Kempul
Intrumen ini adalah instrumen yang sama seperti
gong selonding
berbentuk kotak yang berbilah
berjumlah delapan dimana ukurannya lebih kecil dari instrumen
gong selonding
. Teknik instrumeni ini
yaitu dengan cara dipukul menggunakan dua panggul khusus yang dimiliki instrumen tersebut. Fungsi
instrumen ini
yaitu sama seperti fungsi instrumen
gong
selonding
sebagai finalis gending.
c. Instrumen
Peenem
Instrumen
Paenam
dalam gamelan
Selonding
adalah sebagai pemimpin. Bentuk dari instrumen yaitu
berbentuk kotak yang bilahnya berjumlah emat, dengan teknik yang dimiliki yaitu dengan cara dipukul
menggunakan panggul. Fungsi instrumen ini adalah sebagai pembawa melodi pokok dalam gamelan
Selonding.
d. Instrumen
Petuduh
Instrumen ini dalam gamelan
Selonding
peranan, bentuk, dan teknik juga memiliki struktur yang sama
dengan instrumen
Paenem,
tetapi memiliki ukuran yang berbeda yaitu instrumen
petuduh
lebih kecil
lagi sedikit dengan instrumen
paenem.
Fungsi instrumen ini sebagai pembawa melodi pokok pada
gending
Selonding.
e. Instrumen
Nyongyong Alit
Instrumen ini berperan atau berfungsi untuk memainkan ubit-ubitan pada bagian-bagian gending
tertentu. Bentuk instrumen ini yaitu berbentuk persegi panjang yang memiliki bilah berjumlah delapan
bilah, dengan teknik yang dimiliki yaitu dengan cara memukul dengan dua tangan dan dua panggul
khusus dimiliki oleh instrumen tersebut.
f. Instrumen
Nyongyong Ageng
Instrumen ini peranannya sama dengan
Nyongnyong Alit
, yaitu memainkan ubit-ubtan pada
bagian-bagian tertentu. Bentuk dari intrumen ini sama memiliki bentuk persegi panjang dan juga sama teknik
dari instrumen ini dengan cara memukul dengan menggunakan dua tangan dan dua panggul khusus
dimiliki oleh instrumen tersebut.
Analisa Pola Struktur
Struktur dari suatu karya seni menyangkut keseluruhan, meliputi peranan masing-masing bagian
untuk dapat dicapainya sebuah bentuk garapan baru. Struktur garapan
Harita
dihubungkan dengan sebuah
jembatan-jembatan penghubung yang disebut transisi dan hubungan tertentu antara bagian-bagian yang
tersusun dan saling berkaitan. Secara struktural, garapan
Harita
dibagi menjadi tiga bagian, yang terdiri dari
bagian I, bagian II, dan bagian III. Dalam masing-masing bagian ini memiliki karakter yang berbeda sesuai
dengan ungkapan suasana yang diinginkan.
Adapun uraian dari masing-masing bagian, adalah sebagai
berikut:
Bagian pertama, penata menggarap bunga jepun Bali dari bunga tersebut terlihat indah. Penata
memulai menggarap dari kedua media ungkap
gamelan Semar Pagulingan
dan media ungkap
gamelan
Selonding
yang permainannya saling bergantian dan bersamaan dengan kedua media ungkap tersebut dan
juga memiliki dari bagian pertama melodi yang berbeda antara gamelan
Semar Pagulingan
dan
Selonding.
Notasi bagian pertama:
Semar Pagulingan Patet Patemon, Selonding Saih Sadi
Sp :
3 (3) . . .3
Sl :
. . .571. 457
bsm :
5754 3431 5431 543(1)
bsm :
3 (3)
10
13.3134 5.45.1(7)
Jb
:
.1.7.1 .453 8x
Gs
:
.1.7.1.43
8x
Sl
:
.1.7.1.3 4x
Gs :
.3 . 3 .3 . 3 .3 .(3)
Jb :
.33.33 .3(3)
Patet Selisir
Jb :
(5)
4345345717545345
434534571 7....(1)
K : 13. G : 711
Gineman
Semar Pagulingan
dari barisan ketiga yang permainannya bersamaan tetapi
memiliki motif yang berbeda dengan instrumen
Nyongnyong Ageng
dan
Nyongnyong Alit.
Sp
:
11111……… 177777……… 4754
5745 7157 4 5 7 4 5 7 5 17.71
11111……… 715745717.71 7
77777……… 54……57……54……57
5474575.57 4575.43 3 3………
Ny. Ag, Al : 131713.7131713.7131713.
1717571.571757175454145.
5717571.5454345.5717571.
545434543454345457 4 5 7
43134543 3 3 3
Jb :
44545.71
44545757(1)
Gs :
.571.57171575.7(1)
Bermain bersama antara Gamelan
Semar Pagulingan
dan
Selonding
Gs, K :
.571.571715.54.43 2x
.143.143431.57.43 2x
Sl
:
757.757.757.757.757
11
454.454.454.454.454
.454.45.5757.
Gs, K :
.571.5717171
Sl
:
757.757.
Transisi bagian kedua yang permainannya bergantian antara instrumen
Semar Paguligan
dan
Selonding
Sp
: (1) .34.5.7.175.4.5.43
Sl
:
4.5.7.1.7.5.34
Sp
:
5.7.1.75.4
Sl
:
.5.345
Bsm :
45..(3)
Bagian kedua, menggambarkan karakter warna putih dari bunga jepun Bali dengan instrumen
gamelan yaitu
Semar Pagulingan
(Kelembutan). Penata menggarap khusus gamelan
Semar Pagulingan,
karena instrumen tersebut melambangkan warna putih dari bunga jepun Bali, dan selanjutnya khusus
gamelan
Selonding
untuk melambangkan warna kuning dari bunga jepun Bali.
Notasi Bagian kedua:
4545.7.175.3.54
.371345.3.17
.171345.7.54
5431714.1(3) 2x
455 .(5)
7175.4.7(5) 5x
7175.7(1)
7.154.345.3.4.575.7(1) 2x
7.154.345.715.4(3)
437131571343
Patet Pangenter Agung
7.134(3)
12
Saih Sadi
Sl :
771.3.4 (3)
5 3 5 3 4 5 7 1
7 5 4 3 4 5 3 4
5 4 5 4 5 3 5 4
3 1 7 1 7 1 3 7
4 4 3 4 3 1 7 1
3 1 7 1 3 4 3 1
3 7 3 1 7 5 4 5
7 1 4 3 1 7 1 (3)
771.3.4(3)
5 3 5 3 4 5 7 1
7 5 4 3 4 5 3 4
5 4 5 4 5 3 5 4
Permainannya dari tempo cepat menjadi tempo lambat dan permainan
saih Selonding
dari
saih sadi
ke
saih
dong
Saih Dong
3 1 7 1 5 7 5 4
713
.5.345.3 1
. . 71.4 3
.345.1.5 7
.7543.5 4
.3475
.5435 4
.345.4(3) 2x
Permainannya dengan tempo cepat
Transisi bagian ketiga
Patet Pangenter Agung
3143434 31543154
13
Bagian ketiga, menggambarkan warna putih dan kuning yang menyatu pada tempat yang sama dan
tetap terlihat indah dari bunga jepun Bali tersebut. Penata mengarap antara kedua gamelan
Semar
Pagulingan
dan
Selonding
bermainnya bersamaan yaitu
Semar Pagulingan
memainkan melodi pokok dan
Selonding
memberi aksen-aksen pada gending tersebut. Pada bagian
ending
garapan, antara kedua gamelan
gamelan Selonding
memainkan nada pokok dan
gamelan Semar Pagulingan
memberi aksen-aksen,
permainannya dari tempo biasa ke tempo pelan.
Notasi bagian ketiga:
Semar Pagulingan Patet Pangenter Agung, Selonding Saih Sadi
Vokal :
3457.1.4.5317
Bunga ne kembang sekadi bulan
.4571
45.3.54
Putih kuning warnan jepun n
7 5 4 3
Listuayu
7175431(3)
Ning bunga jepun Bali ne
Sp
:
45.754345.7457
15.1.7.5.431354
53.5.4.5.74754(3) 2x
431713
Permainannya saling bergantian antara Sp dengan Sl
Sl
:
3457575434575754(3)
Sp
:
34.5.7
Sl
:
13171
Sp
:
7.5.4
Sl
:
5435(4)
Permainannya Sp dengan Sl 2x
Sp : 1313
Sl : 54354 2x
Sp : 131
Sl : 5435 2x
Sp : 13
Sl : 54 2x
Sp : 1
Sl : 5 2x
14
4545754534545(3)
2x
Sp
: 4545754354(3) 4x
Sl
: 431534543745
754534541(3) 4x
Sp
: 454575
Sl
: 431534543745
Permainannya dari tempo cepat ke tempo lambat. Dan pukulan yang saling bersamaan antara
Gamelan
Selonding
dan
Gamelan Semar Pagulingan.
Sl :
7.54354.57.1(7)
5745.71 7454313
13.3134.5.45.1(7)
Sp
:
777.77.555.551....
333.33.555.554....
Sl
:
13.3134.5.45431 (3)
Analisis Simbol
Simbol merupakan tanda atau kode untuk menjembatani antara maksud dengan realita yang akan
diapresiasi oleh penikmatnya. Dalam garapan
Harita
ini sangat memerlukan simbol-simbol yang jelas
sebagai aplikasi dalam penulisan notasi agar pembaca bisa membaca garapan ini walaupun tidak menonton
secara langsung.
Simbol Sebagai Notasi
Notasi Karawitan atau
Titi Laras,
adalah cara penulisan sebuah lagu atau gending-gending karawitan
dengan menggunakan lambang nada (
Aksara Bali
) seperti angka, huruf, maupun gambar untuk memberikan
kode atau isyarat visual mengenai garapan dari gending yang dinotasikan agar si pembaca dapat mengerti
apa maksud dari tulisan ini. Adapun sistem notasi yang dipergunakan dalam garapan
Harita
ini adalah sistem
notasi
Ding, Dong
yang berupa
ulu, tedong, taleng, suku ilut, suku, carik,
dan
pepet
yang disimbolkan.
Nama Aksara
Ulu
Tedong
Taleng
Suku ilut
Suku
Carik
Pepet
Simbol
3
4
5
6
7
1
2
Dibaca
Nding
Ndong
Ndeng
Ndeung
Ndung
Ndang
Ndaing
Tabel 1.
Sistem Notasi Ding Dong
Selain digunakan sistem penulisan notasi, simbol juga digunakan sebagai tanda atau kode yang lazim
digunakan dalam seni karawitan yaitu:
15
2. .. :
Tanda garis nilai yang berharga ½ , artinya setiap satu ketukan terdapat dua
ritme
3. .. .. : Tanda garis nilai yang berharga ¼, artinya setiap satu ketukan terdapat empat
ritme
4. ( . ) :
Tanda ini adalah simbol nada yang mendapat jatuhnya pukulan
gong
yang
disertai dengan suara instrumen
gentora
5. / :
Tanda coret tersebut pada nada mempunyai arti bahwa dalam prakteknya
nada tersebut dimainkan dengan cara memukul sambil menutup bilah.
6. .... :
Tanda ini mempunyai arti pengulangan gending dari masuknya
bagian-bagian awal melodi.
Adapun singkatan nama-nama instrumen dalam garapan
Harita
ini untuk mempermudah dalam
penulisan notasi, nama-nama tersebut disingkat sebagai berikut:
Sp
: Semar Pagulingan
Ny. Al : Nyongnyong Alit
Sl
: Selonding
T
: Teng
Bsm : Bersama
d
: De
Gs
: Gangsa
t
: Tut
K
: Kantil
p
: Pung
Jb
: Jublag
K
: kon
Ny. Ag : Nyongnyong Agung.
Analisa Estetik
Garapan
Harita
ini merupakan sebuah bentuk karawitan inovatif yang terinspirasi nyata dari melihat
keindahan bunga jepun Bali. Penata menyiasati dengan mengolah unsur-unsur musikal menurut kemampuan
penata secara maksimal sehingga garapan ini mampu memunculkan kesan secara estetis.
Menurut Monroe dalam Gie (1996: 43).
Filsafat Keindahan.
Yogyakarta: PUBIB. Menyatakan
bahwa ada tiga unsur yang menjadi sifat-sifat unsur tersebut adalah: kesatuan, kerumitan, dan kesungguhan.
Dalam struktur karya seni, ada empat hal mendasar yang berperan menimbulkan rasa keindahan yaitu:
Kerumitan
(Complexsity),
Penonjolan
(Dominance),
Keutuhan
(Unity),
Keseimbangan
(Balance).
Pada
garapan
Harita
ini keutuhan garapan ini sangat penata perhatikan karena komposisi atau struktur karya
tertuju pada bobot, serta menujukkan suatu yang kontras dan keanekaragaman dalam karya. Dalam garapan
ini penonjolan yang akan dicapai yaitu pengolahan tempo dan melodi-melodi yang permainannya
ngempyung
pada kedua instrumen tersebut khususya pada bagian pertama, serta menonjolkan karakter
masing-msing instrumen tersebut. Penonjolan yang dimaksud mengarahkan pengertian orang sebagai
penikmat suatu karya seni. Begitu juga keseimbangan dalam garapan ini, dari pengolahan masing-masing
instrumen dengan memperhatikan keras lirihnya lagu atau gending dan keseimbangan pukulan dari
instrumen satu dengan insrumen yang lainnya karena, hal tersebut sangat penting dalam memperindah
garapan agar garapan ini enak didengar dan dinikmati serta memiliki bobot seni yang tinggi.
Analisa Materi
Analisa Materi merupakan unsur yang sangat terpenting untuk mewujudkan sebuah karya seni
karawitan khususnya garapan yang berjudul
Harita
. Tujuan dari analisa materi ini adalah agar garapan bisa
dimengerti, dan dapat dicerna oleh penikmat seni. Garapan Elemen terpenting sebagai materi yang patut
dianalisa tentunya motif-motif gending atau lagu, teknik pukulan, dan cara mengexplorasi karakter bunyi
dari masing-masing bagian dalam garapan
Harita
ini. Adapun motif-motif yang digunakan dalam garapan
Harita
ini yaitu:
a. Motif Pengulangan
Garapan
Harita
terdapat motif pengulangan di bagian tiga, untuk memberikan penjelasan
dan menegaskan pesan yang ingin disampikan dari garapan tersebut, pada bagian ini diulang cukup
dua kali saja. Hal ini dapat dilihat pada pengolahan ritme dan kotekan yang diolah pada melodi yang
sama.
16
Ritme adalah rangkaian beberapa suara yang berbeda panjang pendenknya, jika memakai
nada-nada maka ia menjadi lagu dengan sifat-sifat nada tinggi dan rendah. Dalam garapan ini
mengolah ritme yang bersumber
timbre
(warna suara) dari media ungkap
Semar Pagulingan
dan
Selonding
yang menjadi suatu karya seni yang utuh (
Unity
) dengan mengolah ritme yang enak
didengar.
c. Tempo
Tempo adalah waktu kecepatan gending atau lagu dalam langkah tertentu. Unsur ini dalam
pola permainan gending atau lagu khususnya dari garapan
Harita
memegang peranan sangat penting,
karena tempo adalah memegang jalannya gending dari pertama sampai akhir garapan tersebut.
adapun tempo yang digunakan dalam garapan ini yaitu: tempo lambat, tempo sedang, dan tempo
cepat.
d. Dinamika
Dinamika adalah keras lembutnya suatu gending atau lagu yang sudah tersusun dengan utuh.
Unsur ini sangat penting juga dalam garapan seni khususnya seni karawitan. Dinamika sebagai
ekspresi dalam penggarapan, menyangkut aksen pada teknik permainan setiap instrumen, keras
lirihnya suara, serta panjang pendeknya gending yang dilakukan untuk menghasilkan kesan dinamis
dalam sebuah garapan.
e. Melodi
Melodi adalah rangkaian nada secara berurutan yang berbeda panjang pendeknya dan
berbeda pula tinggi rendahnya dan teratur susunannya yang memiliki irama. Dalam garapan ini
sangat memerlukan sekali dan berperan penting dalam mewujudkan sebuah karya seni khususnya
karawitan inovatif yang berjudul
Harita
.
f. Modulasi
Modulasi merupakan perpindahan dari satu nada dasar (
patet
) ke nada dasar lainnya. Dalam
komposisi ini juga penting dilakukan modulasi karena disamping itu juga penata menggunakan
media ungkap yang memiliki banyak
patet
yaitu
Semar Pagulingan
dan
Selonding.
Garapan ini
hanya menggunakan tiga
patet
dari
Semar Pagulingan
dan dua
saih
dari gamelan
Selonding,
sebagai
berikut:
1.
Patet Selisir
:
345.71.
2.
Patet Patemon
:
1.345.7
3.
Patet Pangenter Agung
:
5.71.34
4.
Saih Dong
:
.345.71
5.
Saih Sadi
:
.71.345
Analisa Penyajian
Dalam garapan komposisi karawitan
Harita
ini disajikan dalam bentuk konser musik. Dalam
penyajiannya penata berusaha mewujudkan bentuk dan struktur serta bobot yang menyangkut isi dari
garapan ini yang dapat disampaikan dengan baik dalam penampilan. Selain penyajian itu dari keutuhan
garapan tersebut yang tidak kalah penting adalah unsur expresi yang harus ditampilkan, penjiwaan dan
penghayatan lagu, dan
Setting
instrumentasi, rias wajah yang begitu kelihatan cerah ketika pementasan dan
juga selain rias wajah yang perlu dipadukan dengan tata busana yang cocok dengan garapan
Harita
ini. Ada
beberapa penjelasan tentang analisa penyajian yang menyangkut
setting
instrumen, tata rias, dan tata busana
yaitu:
Setting Instrumen
17
Keterangan:
1
: Kendang
6
: Kantil
2
: Suling
7
: Kajar Trenteng
3a
: Patuduh
8
: Ceng-ceng Ricik
3b
: Paenem
9
: Jublag
4a
: Nyonyong Alit
10
: Gong Selonding
4b
: Nyonyong Ageng
11
: Kempul Selonding
5
: Gangsa
12
: Gong Semar Pagulingan
Kostum/Tata Busana
Kostum atau tata busana merupakan elemen yang tidak kalah penting dengan elemen yang
lainnya dalam sebuah pertunjukan karya seni. Kostum juga berfungsi untuk memperjelas atau
mendukung suasana ide, tema dan konsep penata dari karya seni yang disajikan. Penataan kostum
dapat mempengaruhi nilai artistik suatu penyajian karya seni. Dalam garapan
Harita
menggunakan
kostum
minimalize
yang disesuaikan dengan kebutuhan garapan dari segi aspek ide, tema, dan
konsep yang juga disesuaikan dengan efek tata lampu
(lighting).
Kostum penabuh dalam garapan ini
menggunakan kain batik berisi kombinasi putih dan kuning.
Gambar kostum Penata
12
9
5
5
9
6
6
7
3a
8
4a
2
2
2
2
2
4b
3b
18
dokumentasi: Yana, (2017)
Gambar kostum pendukung Semar pagulingan dan Selonding
dokumentasi: Yana, (2017)
Tata Rias
Tata rias juga sangat perlu dalam seni pertunjukan, karena tata rias bertujuan untuk
mempertegas ekspresi wajah dari para penabuh yang didukung dengan
Lighting,
dengan konsep
minimalize.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan konsep garapan
Harita
ini dan imajinasi yang diimplementasikan ke dalam garapan
karawitan inovatif ini telah mengalami proses dari awal sampai akhir dari proses garapan tersebut, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Garapan yang berjudul
Harita
ini
,
suatu garapan karawitan inovatif yang berpijak dari bunga jepun
Bali yang dipadukan dari warna putih dan kuning. Keindahan dari bunga jepun Bali tersebut juga menjadi
inspirasi dari penata yang menggunakan dua ansambel karawitan Bali yaitu
gamelan Semar Pagulingan
dan
gamelan Selonding
yang permainannya dimainkan secara bergantian. Memadukan kedua instrumen dan
konsep masih berpijak pada pola-pola tradisi musik Bali, seperti: melodi, ritme, tempo yang diolah
sedemikian rupa hingga menjadi karya karawitan inovatif yang utuh.
Struktur dari garapan
Harita
ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama yang menggambarkan
keindahan dari bunga jepun Bali; bagian kedua penata menggarap dari
Semar Pagulingan
yang
menggambarkan warna putih dari bunga tersebut dan pada
gamelan Selonding
menggambarkan warna
kuning dari bunga tersebut; dan bagian ketiga penata memadukan kedua instrumen gamelan yang
menggambarkan warna bunga tersebut dan pada bagian akhir
dari garapan, penata menginginkan agar bunga
tersebut tetap terlihat indah. Setiap bagian-bagian garapan ini mempunyai tujuan dan maksud tersendiri
dalam mengekspresikannya sesuai dengan tema garapan.
19
Pertunjukan (FSP), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Pementasan atau penyajian garapan ini berdurasi
12.30 menit dan dipentaskan di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Saran-Saran
Selain kesimpulan di atas ada juga yang terpenting dalam penulisan skripsi yaitu saran-saran dari
penata. Penata ingin menyampaikan beberapa hal kepada para pembaca khususnya kepada calon-calon
sarjana yang sedang mempersiapkan Tugas Akhir (TA), agar nantinya dapat bermanfaat untuk mewujudkan
sebuah karya seni yang lebih berkualitas baik secara tertulis maupun praktek di masa yang akan datang.
Mewujudkan sebuah karya seni tidaklah mudah, maka dari itu diperlukan persiapan, rencana dan
kesiapan baik mental maupun fisik yang baik. Penata ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Jangan menunda-nunda waktu ketika berproses. Sebelum melangkah ke proses pembentukan, penentuan
konsep dan ide garapan yang matang itu merupakan kunci untuk meraih keberhasilan di dalam berkarya.
Semakin matang konsep dan ide itu maka semakin lancar jalan yang akan dilalui dalam proses berkarya.
2. Meningkatkan dan mengasah kemampuan berkreativitas dalam diri, karena kreativitas di dalam berkarya
seni tidaklah bersifat statis, melainkan bergerak secara dinamis seiring denagn perkembangan zaman dan
pola pikir manusia. Teruslah berimajinasi sehingga dapat terus berkarya. Dengan berkarya kita mampu
menambah pengetahuan serta pengalaman sebagai bekal melangkah yang lebih jauh sebagai seorang
seniman yang berkualitas.
3. Terwujudnya garapan
Harita
ini, diharapkan agar para seniman akan semakin tergugah untuk menciptakan
karya-karya musik baru, serta dapat menginspirasi karya-karya karawitan yang lain. Karya-karya yang
dihasilkan tetap berkualitas sehingga memperkaya pembendaharaan karya seni tradisi yang bernilai luhur
dan adiluhung.
DAFTAR RUJUKAN
Bandem, I Made. 1987.
Ubit-ubitan Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali
. Denpasar: Sekolah Tinggi
Indonesia.
Bandem, I Made. 2013.
Gamelan Bali, Di Atas Panggung Sejarah
. Denpasar: Stikom Bali.
Garwa, I Ketut. 2008.
Metode Penciptaan Seni Karawitan
. Denpasar: Institut Seni Indonesia.
Garwa, I Ketut. 2009.
Buku Ajar Komposisi Karawitan IV
. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.
Kartawan, I Made. 2009.
Laporan Penelitian Reformulasi Sistem Patutan Pada Gamelan Semar Pagulingan
Saih Pitu
. Denpasar: Institut Seni Indonesia.
Rai S, I Wayan. 1998.
Peranan Sruti dalam Perpatutan Gamelan Semarapagulingan Saih Pitu.
Denpasar:
STSI Denpasar.
Suweca, I Wayan. 2009.
Estetika Karawitan
. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.
The Liang Gie. 1996.
Filsafat Keindahan
. Yogyakarta: PUBIB.
Tusan, Pande Wayan. 2002.
Selonding Gamelan Bali Kuna Abad X-XIV.
Karangasem: Citra Leka
Sanggraha.
Daftar Nara Sumber/Informan
Adibawa, Putu Tiodore (30th.), Komposer, wawancara tanggal 25 Februari 2017 di rumahnya, Desa Kapal,
Mengwi, Badung, Bali.
20
Suparman, I Kadek (31th.), Guru Extra Tabuh, wawancara tanggal 15 Desember 2016 di rumahnya, Banjar
Pande, Abiansemal, Badung, Bali.
Pranata, I Made Pande Yoga (28th.), Wiraswasta, wawancara tanggal 22 Desember 2016 di rumahnya,
Banjar Pasekan, Mengwi, Badung, Bali.
Gambar instrumen
Semar Pagulingan
Gambar barungan gamelan
Selonding