• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Kemampuan Spasial - BAB II MAYA ELISA MATEMATIKA'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Kemampuan Spasial - BAB II MAYA ELISA MATEMATIKA'16"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan

adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia

lakukan. Sehingga Kemampuan matematika dapat diartikan

kesanggupan dalam menghadapi berbagai permaslahan yang berkaitan

dengan matematika baik yang ada dalam pendidikan matematika

maupun yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Didalam matematika,

ada banyak jenis kemampuan matematika yang telah kita ketahui

diantaranya yaitu, kemampuan pemecahan masalah, penalaran,

komunikasi, representasi, berfikir kritis, spasial matematis, abstraksi

matematis dll. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang

kemampuan spasial matematis.

2. Kemampuan Spasial

Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenali

berbagai hubungan dalam bentuk gambar. Kemampuan spasial dapat

dilihat dari kemampuan menemukkan gambar, membedakaan gambar,

bayangan cermin dan membentuk bangun 3 dimensi (Sutanto, 2009).

Sedangkan menurut Armstrong (2008) Kemampuan spasial adalah

kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan

melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. Kemampuan

ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan

hubungan-hubungan yang ada diantara unsur-unsur ini. Hal ini

(2)

visual atau spasial secara grafis, dan mengorientasikan diri secara

tepat dalam sebuah matriks spasial.

Menurut Piaget & Inhalder (Yilmaz, 2009) kemampuan spasial

merupakan konsep abstrak yang didalamnya meliputi hubungan

spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam

ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagi patokan untuk

menentukkan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif

(kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang),

konsversi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua

titik), representasi spasial (kemampuan untuk memperesentasikan

hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental

(membayangkan perputaran objek dalam ruang). Sedangkan Lin dan

Petersen (Brannon, 2011) mengungkapakna bahwa kemampuan

spasial adalah kemampuan atau ketrampilan siswa membayangkan

atau memvisualisasikan suatu gambar baik dua dimensi ataupun tiga

dimensi.

Fahmi (Harmony dan Theis, 2012) mengungkapkan bahwa

secara psikomotorik, kemampuan spasial akan tumbuh ketika

seseorang terbiasa dalam mendokumentasikan aspek-aspek spasial

meski hanya untuk catatan pribadi. Misalnya membuat deskripsi

pelajaran secara rinci atau bahkan dilengkapi dengan sketsa atau

gambar-gambar yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Menurut

(3)

lebih dari belajar bahasa matematika, aritmatika, dan aljabar.

Kemampuan spasial dalam dunia pendidikan matematika dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika terutama

dalam materi pokok bangun ruang sisi datar yang erat kaitannya

dengan kemampuan spasial. Siswa yang mempunyai kemampuan

spasial tinggi memiliki prestasi bangun ruang yang lebih baik dari

pada siswa yang memiliki kemampuan spasial yang rendah (Ahmad,

2014). Senada dengan itu Tambunan (2006) juga mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara kemampuan spasial dengan

prestasi belajar matematika anak usia sekolah.

Kemampuan spasial menjadi tujuan yang utama dalam

pembelajaran matematika khususnya pada pembelajaran geometri

sekolah (Prabowo, 2011). Ini sejalan dengan pernyataan dari Maier

(1996) yang menyatakan bahwa “. . . Obviously spatial abilities are

used in a wider range than just for solving geometrical exercises. . . ”

Linn dan Petersen (1985) mengklasifikasikan kemampuan

spasial menjadi tiga tipe yaitu : Spatial Perception (Persespsi spasial),

Mental rotation (Rotasi Pikiran), Vizual spatial (Visual spasial).

Sedangkan Marier (1996) menyatakan bahwa ada lima elemen dari

kemampuan spasial yaitu:

a) Spatial Perseption (Persepsi Spasial)

Persepsi spasial merupakan kemampuan mengamati suatu

(4)

dalam posisi horizontal atau vertikal. Sebagai contoh terdapat

sebuah gelas yang berisi air dan diletakkan dalam posisi tegak dan

dan miring. Kemudian seseorang akan memahami bahwa

permukaan air dalam gelas tersebut akan tetap sama dalam posisi

horizontal. Proses mental persepsi spasial adalah statis, artinya

hubungan antar subjek dan objek berubah, sedangkan hubungan

keruangan antar objek-objek tidak berubah.

Gambar 2.1 Contoh soal persepsi keruangan

Penjelasan: pada contoh di atas seseorang yang memiliki

kemampuan spasial harus dapat menunjukkan manakah permukaan

air yang horizontal jika benda tersebut dimiringkan

b) Spatial Visualitation (Visualisasi Spasial)

Visual spasial lebih kepada kemampuan untuk

membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu bentuk

bangun ruang yang bagian-bagiannya terdapat perubahan atau

perpindahan. Contohnya sebuah bangun ruang yang dipotong oleh

sebuah bidang atau jaring-jaring manakah yang dapat membentuk

(5)

adanya lipatan dan bukan lipatan (folded and unfolded). Proses

mental pada visualisasi spasial adalah dinamis, artinya hubungan

keruangan antara objek-objek berubah

Gambar 2.2 Contoh soal visual keruangan

Penjelasan: pada contoh di atas, sesorang yang memiliki

kemampuan spasial harus mampu menunujukkan atau membuat

jaring-jaring yang sesuai dengan bangun ruang yang tersedia.

Ataupun sebaliknya, ia dapat membuat sebuah bangun ruang dari

jaring-jaring yang tersedia.

c) Mental Rotation (Rotasi Pikiran)

Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan atau

memutar bangun dimensi 2 atau dimensi 3 secara cepat dan tepat.

Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang

bekerja dengan software grafis yang berbeda-beda. Proses mental

pada rotasi pikiran adalah dinamis.

(6)

Penjelasan: pada contoh di atas, seseorang yang memiliki

kemampuan spasial harus mampu melihat dan membayangkan

sebuah bangun telah dirotasikan dengan sudut tertentu

d) Spatial Relations (Relasi Spasial)

Relasi spasial berarti kemampuan untuk mengerti wujud

keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda dan

hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lainnya.

Contohnya seseorang harus dapat mengenal identitas suatu benda

yang ditunjukkan dengan posisi yang berbeda. Proses mental dari

relasi keruangan ini adalah statis.

Gambar 2.4 Contoh soal relasi keruangan

Penjelasan: pada contoh soal di atas, seseorang yang memiliki

kemampuan spasial dapat menjawab soal tersebut dengan

membayangkan sebuah bangun yang memiliki gambar sisi

berlainan lalu menentukkan gambar sisi apa bila bangun tersebut

dilihat dari sisi yang berbeda. Pada tahap ini ia juga sudah melatih

bagian rotasi dan orientasi spasial

e) Spatial Orientations (Orientasi Spasial).

Orientasi spasial merupakan kemampuan untuk

(7)

dalam suatu ruang. Seseorang dapat memahami bentuk dari suatu

bangun ruang atau bagian dari bangun ruang apabila dilihat dari

sudut pandang yang berbeda-beda. Proses mental dari orientasi

spasial adalah dinamis.

Gambar 2.5 Contoh soal orientasi keruangan

Penjelasan: pada contoh soal di atas seseorang yang mempunyai

kemampuan spasial dapat memilih jawaban yang benar dengan

membayangkan bagaimana jika sebuah benda atau objek dilihat

dari berbagai sudut pandang yang berlainan. Pada tahap ini

seseorang juga telah melatih bagian rotasi pikiran dan relasi

keruangan

Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan spasial adalah kemampuan seorang individu untuk

memvisualisasikan benda yang berorientasi ruang kedalam

pikirannya. Termasuk didalamnya kemampuan untuk membayangkan,

menduga, menentukkan, mengkonstruksi, mempresentasikan,

menemukan informasi dari stimulus visual suatu objek dalam konteks

keruangan

Kemampuan spasial siswa dapat diamati dengan memperhatikan

(8)

akan menggunakan lima aspek atau elemen dari Marier untuk

dijadikkan pedoman penyusunan indikator kemampuan spasial. Lima

elemen tersebut yaitu: 1) Persepsi spasial, 2) Visualisasi spasial, 3)

rotasi pikiran, 4) relasi spasial, dan 5) Orientasi spasial.

3. Gaya Belajar

Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing, terutama

dalam proses pembelajaran. Salah satu keunikan tersebut ialah cara

belajar siswa atau yang lebih dikenal dengan gaya belajar. Sebagian

siswa belajar dengan berbagai macam gaya, namun tetap saja pada

kenyataannya salah satu gaya lebih dominan dari pada yang lainnya.

De Porter dan Hernacki (2003) mengungkapkan bahwa gaya belajar

seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Menurut Desmita (2011) Gaya belajar adalah karakteristik

individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat,

memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan

memproses informasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan

berlangsung lama. Sedangkan Nasution (2010) mengungkapkan

bahwa Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh

seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara

mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Tidak semua orang

mengikuti cara yang sama. Gaya belajar ini berkaitan dengan erat

(9)

dan riwayat perkembangannya. Windura (2008) memandang gaya

belajar individu atau personal learning style merupakan pilihan modal

belajar yang utama dan selaras dengan buku manual otak seseorang.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar adalah cara seorang individu untuk menangkap, mengolah dan

menyampaikan suatu informasi yang diperoleh yang bersifat

konsisten dan berlangsung lama.

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dimana

gaya belajar yang dimilikinya tersebut membuat individu itu merasa

nyaman dalam memenerima suatu informasi. Sebagian siswa ada yang

lebih suka jika guru mengajar dengan ceramah atau menyampaikan

materi dengan lisan sehingga mereka dapat mendengar dan

memahaminya, tetapi sebagian ada yang lebih suka jika guru

menjelaskan dengan menuliskannya dipapan tulis sehingga siswa

dapat membacanya dan memahaminya. Ada juga siswa yang

terkadang lebih suka guru menjelakan menggunakan bantuan alat

peraga. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru

dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar

maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa akan

dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia

mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam

(10)

Menurut De porter dan Hernacki ( 2003) Salah satu modalitas

belajar seseorang antara lain modalitas visual, modalitas auditorial dan

modalitas kinestetik (V-A-K). Pelajar visual belajar dari apa yang

mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka

dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak atau sentuhan. Dalam

penelitian ini gaya belajar yang akan digunakan yaitu pendekatan gaya

belajar dengan modalitas sensori yang dikembangkan oleh Bandler

dan Grinder pada tahun 1970-an. Gaya belajar yang dikembangkan

dibagi dalam tiga jenis yaitu, gaya belajar visual , auditori dan

kinestetik. Berikut ini ciri-ciri dari setiap gaya belajar tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Gaya belajar Visual

Menurut windura (2008) gaya belajar visual adalah gaya

belajar yang lebih banyak menggunakan indera penglihatan, baik

berupa gambar maupun tulisan. Sedangkan menurut De porter

(2003) mengemukkan bahwa orang visual belajar melalui apa

yang mereka lihat. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan cara belajar

seseorang yang lebih condong menggunakan indera penglihatan

dalam menerima dan mengolah informasi.

Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya

belajar visual, yaitu

1) Rapi dan teratur

(11)

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4) Teliti dan detail

5) Mementingkan penampilan, baik dalm hal pakaian maupun presentasi

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka

7) Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar 8) Mengingat dengan asosiasi visual

9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan

10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya

11) Pembaca cepat dan tekun

12) Lebih suka membaca dari pada dibacakan

13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek

14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat

15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak

17) Lebih suka melakukkan demonstrasi dari pada berpidato 18) Lebih suka seni dari pada music

b) Gaya belajar Auditorial

Menurut windura (2003) mengemukakan bahwa gaya belajar

auditori adalah gaya belajar yang dominan menggunakan indra

pendengaran seperti suara, bunyi, musik atau pembicaran lisan.

Sedangkan menurut De Porter dan Hernacki (2003) pelajar

auditori melakukkan kegiatan belajar melalui apa yang

didengarnya. Sehingga dari pendapat-pendapat tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa gaya belajar auditori adalah cara belajar

seseorang yang lebih dominan menggunakan indra pendengeran

(12)

Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya

belajar auditorial, yaitu

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja 2) Mudah terganggu oleh keributan

3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita 7) Berbicara dalam irama terpola

8) Biasanya pembicara yang fasih 9) Lebih suka musik dari pada seni

10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan seseuatu panjang lebar

12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain

13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

c) Gaya Belajar Kinestetik

Menurut windura (2008) gaya belajar kinestetik lebih

dominann menggunakan gerakan atau praktik langsung dan juga

kekuatan perasaan. De porter dan Hernacki (2003) menegaskan

bahwa pelajar kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Jadi

dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar

kinestetik adalah cara belajar seseorang yang lebih mudah

menggunakan banyak praktik (gerakan) dalam menerima dan

mengolah informasi

Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya

(13)

1) Berbicara dengan perlahan 2) Menanggapi perhatian fisik

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik

7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 9) Banyak menggunakkan isyarat tubuh

10) Tidak dapat duduk dalam waktu yang lama

11) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada ditempat itu

12) Menggunakkan kata-kata yang mengandung aksi

13) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot- mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 14) Kemungkinan tulisannya jelek

15) Ingin melakukkan segal a sesuatu

16) Menyukai permainan yang menyibukkan

4. Geometri

Geometri adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari

tentang titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta

sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya antara yang satu dengan

yang lain. Geometri diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dengan

pokok bahasan yang berbeda dan dengan tingkat kesuliatannya

masing-masing. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

geometri diajarkan dengan pokok bahasan prisma dan limas.

Dalam penelitian ini materi yang akan digunakan yaitu Prisma

dan Limas. Standar kompetensi dan kompetensi dasar disesusaikan

dengan silabus KTSP yaitu sebagai berikut

a)Materi Pokok

Prisma dan Limas

(14)

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan

bagian-bagian lainnya , serta menentukkan ukurannya.

c) Kompetensi Dasar

5.1Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta

bagian-bagiannya.

5.2Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan Limas

5.3Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma

dan limas

d)Indikator

5.1.1 Menyebutkan unsur-unsur prisma: diagonal ruang dan bidang

diagonal

5.2.1Membuat jaring-jaring prisma

5.2.2 Membuat jaring-jaring limas

5.3.1 Menghitung luas permukaan limas

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan

kemampuan spasial matematis dan gaya belajar yaitu:

a. Faradhila (2013) menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat

kemampuan spasial siswa terhadap prestasi belajar matematika pada

(15)

yang mempunyai kemampuan spasial tinggi menghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan spasial

sedang. Hal ini dikarenakan siswa dengan kemmapuan spasial tinggi

mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi terhadap penguasaaan

bangun-bangun ruang mereka mempunyai kemampuan yang lebih

dalam membayangkan dan memvisualisasikan soal-soal yang

berkaitan dengan bangun ruang. Akan tetapi, untuk siswa dengan

kemampuan spasila sedang dan rendah ada kemungkinan mengalami

kesulitan apabila soal-soal yang berkaitan dengan bangun ruang tidak

diketahui gambarnya. Akibatnya prestasi belajar siswa dengan

kemampuan spasial sedang dan rendah cenderung lebih rendah.

b. Asis (2015), menyimpulkan bahwa ada perbedaan dan persamaan

dalam menyelesaikan masalah geometri terkait dengan kemampuan

spasial antara laki-laki dan perempuan dimana subyek laki-laki lebih

dominan menggunakan kemampuan spasialnya dibandingkan dengan

subyek perempuan. Selain itu kemampuan spasial subyek laki-laki dan

perempuan yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi berada

pada level tinggi yang mengindikasikan bahwa kecerdasan logis

matematis memiliki kontribusi terhadap kemampuan spasial

c. Soenardji (2015) menyimpulkan bahwa dalam memecahkan masalah

geometri semua subjek menggunakan gambar untuk memudahkan

subjek melakukan pemecahan masalah geometri, artinya tidak hanya

(16)

untuk memudahkan subjek melakukan pemecahan masalah geometri,

tetapi hal tersebut juga dilakukan oleh subjek yang bergaya belajar

auditory maupun subjek yang bergaya belajar kinestetik. Penggunaan

gambar untuk memudahkan subjek melakukan pemecahan masalah

geometri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Subjek yang bergaya

belajar visual dan auditory baik laki-laki maupun perempuan dan

subjek yang bergaya belajar kinestetik perempuan menggunakan

gambar untuk memudahkan melaksanakan rencana pemecahan

masalah geometri; 2. Subjek yang bergaya belajar kinestetik laki-laki

menggunakan gambar untuk memudahkan memeriksa kembali hasil

pekerjaanya. Dalam memahami masalah geometri semua subjek

memandang masalah geometri tersebut sebagai suatu bangun

geometri. Hal ini menunjukkan bahwa subjek melakukan abstraksi

masalah ke dalam situasi bangun dalam geometri, sehingga dalam

merencanakan pemecahan masalah menggunakan pengetahuan yang

dipahami sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan geometri

yang dihadapi

C. Kerangka Pikir

Salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran

matematika adalah kemampuan spasial. Kemampuan spasial adalah

kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan

melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. Kemampuan ini

(17)

hubungan-hubungan yang ada diantara unsur-unsur tersebut (Armstrong,

2008). Dalam matematika kemampuan ini dapat digunakan untuk

memecahkan permasalahan yang berkaitanan dengan geometri. Geometri

merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan dari mulai

bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah.

Selain kemampuan spasial, hal yang tidak kalah penting adalah

cara belajar siswa. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing,

terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu keunikan tersebut ialah

cara belajar siswa atau yang lebih dikenal dengan gaya belajar. Gaya

belajar merupakan cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang

murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,

berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2011). Banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa gaya belajar mempunyai pengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar dan kemampuan siswa. Hal ini berarti antara gaya

belajar dan kemampuan siswa mempunyai keterkaitan, karena pada

umumnya kemampuan siswa bisa berkembang dengan baik apabila dia

belajar sesuai dengan gaya belajarnya.

Kemampuan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

kemampun spasial. Setiap siswa sengaja atau tanpa disengaja sering

dihadapkan dengan hal-hal atau masalah yang berkaitan dengan

keruangan baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun di sekolah.

Kemampuan spasial merupakan salah satu komponen yang penting bagi

(18)

hadapi. Masalah keruangan dalam penelitian ini adalah masalah

keruangan yang terdapat dalam matematika Sekolah Menengah Pertama

(SMP) yaitu pada materi Prisma dan Limas

Gaya belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gaya

belajar berdasarkan modalitas sensori menurut De Porter dan Hernacki (

2003) yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar

kinestetik (V-A-K). Menurut De Porter dan Hernacki (2003) pelajar

visual belajar dari apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar

melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat

gerak atau sentuhan.

Untuk mengetahui siswa yang bergaya belajar visual, auditori dan

kinestetik, dalam penelitian ini siswa akan diberikan tes gaya belajar

yaitu menggunakan angket gaya belajar. Kemudian untuk mengetahui

kemampuan spasial siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditori

dan kinestetik, dalam penelitian ini siswa akan diberikan tes kecerdasan

spasial, selanjutnya diberikan tes kemampuan spasial dalam

meyelesaikan masalah geometri dan kemudian diwawancara. Setelah itu

data di transkip dan dilanjutkan sampai tahap analisis data

Berdasarkan uraian dua hal di atas diharapkan siswa dengan gaya

belajar visual akan memiliki kemampuan spasial yang lebih baik dalam

menyelesaikan masalah geometri dibandingkan dengan siswa yang

bergaya belajar auditori dan kinestetik. Hal ini disebabkan karena siswa

(19)

ruang yang dilihatnya, selain itu salah satu aspek yang ada dalam

kemampuan spasial ialah menggunakan persepsi atau imajinasinya untuk

dapat memvisualisasikan apa yang dilihatnya.

BAB III

Gambar

Gambar 2.1 Contoh soal persepsi keruangan
Gambar 2.3 Contoh soal rotasi pikiran
Gambar 2.4 Contoh soal relasi keruangan
Gambar 2.5 Contoh soal orientasi keruangan

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi tingkat berpikir geometri siswa dengan kemampuan visual- spasial sedang dalam memecahkan masalah geometri pokok bahasan bangun ruang sisi datar, berada pada

dkk, “ Kecerdasan Visual Spasial dan Logis Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Siswa Kelas VIII A SMP NEGERI 10 Jember (Visual Spatial and Logical Mathematical

matematika yang tinggi akan memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam. menyelesaikan masalah

Artikel ini bertujuan menjelaskan “Kemampuan spasial siswa/mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah geometri” Tulisan ini menyimpulkan Perbedaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan geometri spasial siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan GeoGebra lebih baik secara

Kemampuan representasi visual siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada pokok bahasan geometri adalah rendah. Terlihat dari siswa kurang mendeskripsikan

bahwa siswa dengan kemampuan spasial tinggi mempunyai hasil belajar lebih baik dibandingkan. siswa dengan kemampuan spasial sedang dan rendah, dan siswa dengan kemampuan

Dari rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh, diketahui bahwa pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan spasial tinggi dan dibelajarkan dengan