dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan
adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia
lakukan. Sehingga Kemampuan matematika dapat diartikan
kesanggupan dalam menghadapi berbagai permaslahan yang berkaitan
dengan matematika baik yang ada dalam pendidikan matematika
maupun yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Didalam matematika,
ada banyak jenis kemampuan matematika yang telah kita ketahui
diantaranya yaitu, kemampuan pemecahan masalah, penalaran,
komunikasi, representasi, berfikir kritis, spasial matematis, abstraksi
matematis dll. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang
kemampuan spasial matematis.
2. Kemampuan Spasial
Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenali
berbagai hubungan dalam bentuk gambar. Kemampuan spasial dapat
dilihat dari kemampuan menemukkan gambar, membedakaan gambar,
bayangan cermin dan membentuk bangun 3 dimensi (Sutanto, 2009).
Sedangkan menurut Armstrong (2008) Kemampuan spasial adalah
kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan
melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. Kemampuan
ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan
hubungan-hubungan yang ada diantara unsur-unsur ini. Hal ini
visual atau spasial secara grafis, dan mengorientasikan diri secara
tepat dalam sebuah matriks spasial.
Menurut Piaget & Inhalder (Yilmaz, 2009) kemampuan spasial
merupakan konsep abstrak yang didalamnya meliputi hubungan
spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam
ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagi patokan untuk
menentukkan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif
(kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang),
konsversi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua
titik), representasi spasial (kemampuan untuk memperesentasikan
hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental
(membayangkan perputaran objek dalam ruang). Sedangkan Lin dan
Petersen (Brannon, 2011) mengungkapakna bahwa kemampuan
spasial adalah kemampuan atau ketrampilan siswa membayangkan
atau memvisualisasikan suatu gambar baik dua dimensi ataupun tiga
dimensi.
Fahmi (Harmony dan Theis, 2012) mengungkapkan bahwa
secara psikomotorik, kemampuan spasial akan tumbuh ketika
seseorang terbiasa dalam mendokumentasikan aspek-aspek spasial
meski hanya untuk catatan pribadi. Misalnya membuat deskripsi
pelajaran secara rinci atau bahkan dilengkapi dengan sketsa atau
gambar-gambar yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Menurut
lebih dari belajar bahasa matematika, aritmatika, dan aljabar.
Kemampuan spasial dalam dunia pendidikan matematika dapat
digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika terutama
dalam materi pokok bangun ruang sisi datar yang erat kaitannya
dengan kemampuan spasial. Siswa yang mempunyai kemampuan
spasial tinggi memiliki prestasi bangun ruang yang lebih baik dari
pada siswa yang memiliki kemampuan spasial yang rendah (Ahmad,
2014). Senada dengan itu Tambunan (2006) juga mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara kemampuan spasial dengan
prestasi belajar matematika anak usia sekolah.
Kemampuan spasial menjadi tujuan yang utama dalam
pembelajaran matematika khususnya pada pembelajaran geometri
sekolah (Prabowo, 2011). Ini sejalan dengan pernyataan dari Maier
(1996) yang menyatakan bahwa “. . . Obviously spatial abilities are
used in a wider range than just for solving geometrical exercises. . . ”
Linn dan Petersen (1985) mengklasifikasikan kemampuan
spasial menjadi tiga tipe yaitu : Spatial Perception (Persespsi spasial),
Mental rotation (Rotasi Pikiran), Vizual spatial (Visual spasial).
Sedangkan Marier (1996) menyatakan bahwa ada lima elemen dari
kemampuan spasial yaitu:
a) Spatial Perseption (Persepsi Spasial)
Persepsi spasial merupakan kemampuan mengamati suatu
dalam posisi horizontal atau vertikal. Sebagai contoh terdapat
sebuah gelas yang berisi air dan diletakkan dalam posisi tegak dan
dan miring. Kemudian seseorang akan memahami bahwa
permukaan air dalam gelas tersebut akan tetap sama dalam posisi
horizontal. Proses mental persepsi spasial adalah statis, artinya
hubungan antar subjek dan objek berubah, sedangkan hubungan
keruangan antar objek-objek tidak berubah.
Gambar 2.1 Contoh soal persepsi keruangan
Penjelasan: pada contoh di atas seseorang yang memiliki
kemampuan spasial harus dapat menunjukkan manakah permukaan
air yang horizontal jika benda tersebut dimiringkan
b) Spatial Visualitation (Visualisasi Spasial)
Visual spasial lebih kepada kemampuan untuk
membayangkan atau memberikan gambaran tentang suatu bentuk
bangun ruang yang bagian-bagiannya terdapat perubahan atau
perpindahan. Contohnya sebuah bangun ruang yang dipotong oleh
sebuah bidang atau jaring-jaring manakah yang dapat membentuk
adanya lipatan dan bukan lipatan (folded and unfolded). Proses
mental pada visualisasi spasial adalah dinamis, artinya hubungan
keruangan antara objek-objek berubah
Gambar 2.2 Contoh soal visual keruangan
Penjelasan: pada contoh di atas, sesorang yang memiliki
kemampuan spasial harus mampu menunujukkan atau membuat
jaring-jaring yang sesuai dengan bangun ruang yang tersedia.
Ataupun sebaliknya, ia dapat membuat sebuah bangun ruang dari
jaring-jaring yang tersedia.
c) Mental Rotation (Rotasi Pikiran)
Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan atau
memutar bangun dimensi 2 atau dimensi 3 secara cepat dan tepat.
Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang
bekerja dengan software grafis yang berbeda-beda. Proses mental
pada rotasi pikiran adalah dinamis.
Penjelasan: pada contoh di atas, seseorang yang memiliki
kemampuan spasial harus mampu melihat dan membayangkan
sebuah bangun telah dirotasikan dengan sudut tertentu
d) Spatial Relations (Relasi Spasial)
Relasi spasial berarti kemampuan untuk mengerti wujud
keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda dan
hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lainnya.
Contohnya seseorang harus dapat mengenal identitas suatu benda
yang ditunjukkan dengan posisi yang berbeda. Proses mental dari
relasi keruangan ini adalah statis.
Gambar 2.4 Contoh soal relasi keruangan
Penjelasan: pada contoh soal di atas, seseorang yang memiliki
kemampuan spasial dapat menjawab soal tersebut dengan
membayangkan sebuah bangun yang memiliki gambar sisi
berlainan lalu menentukkan gambar sisi apa bila bangun tersebut
dilihat dari sisi yang berbeda. Pada tahap ini ia juga sudah melatih
bagian rotasi dan orientasi spasial
e) Spatial Orientations (Orientasi Spasial).
Orientasi spasial merupakan kemampuan untuk
dalam suatu ruang. Seseorang dapat memahami bentuk dari suatu
bangun ruang atau bagian dari bangun ruang apabila dilihat dari
sudut pandang yang berbeda-beda. Proses mental dari orientasi
spasial adalah dinamis.
Gambar 2.5 Contoh soal orientasi keruangan
Penjelasan: pada contoh soal di atas seseorang yang mempunyai
kemampuan spasial dapat memilih jawaban yang benar dengan
membayangkan bagaimana jika sebuah benda atau objek dilihat
dari berbagai sudut pandang yang berlainan. Pada tahap ini
seseorang juga telah melatih bagian rotasi pikiran dan relasi
keruangan
Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan spasial adalah kemampuan seorang individu untuk
memvisualisasikan benda yang berorientasi ruang kedalam
pikirannya. Termasuk didalamnya kemampuan untuk membayangkan,
menduga, menentukkan, mengkonstruksi, mempresentasikan,
menemukan informasi dari stimulus visual suatu objek dalam konteks
keruangan
Kemampuan spasial siswa dapat diamati dengan memperhatikan
akan menggunakan lima aspek atau elemen dari Marier untuk
dijadikkan pedoman penyusunan indikator kemampuan spasial. Lima
elemen tersebut yaitu: 1) Persepsi spasial, 2) Visualisasi spasial, 3)
rotasi pikiran, 4) relasi spasial, dan 5) Orientasi spasial.
3. Gaya Belajar
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing, terutama
dalam proses pembelajaran. Salah satu keunikan tersebut ialah cara
belajar siswa atau yang lebih dikenal dengan gaya belajar. Sebagian
siswa belajar dengan berbagai macam gaya, namun tetap saja pada
kenyataannya salah satu gaya lebih dominan dari pada yang lainnya.
De Porter dan Hernacki (2003) mengungkapkan bahwa gaya belajar
seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Menurut Desmita (2011) Gaya belajar adalah karakteristik
individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat,
memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan
memproses informasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan
berlangsung lama. Sedangkan Nasution (2010) mengungkapkan
bahwa Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Tidak semua orang
mengikuti cara yang sama. Gaya belajar ini berkaitan dengan erat
dan riwayat perkembangannya. Windura (2008) memandang gaya
belajar individu atau personal learning style merupakan pilihan modal
belajar yang utama dan selaras dengan buku manual otak seseorang.
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara seorang individu untuk menangkap, mengolah dan
menyampaikan suatu informasi yang diperoleh yang bersifat
konsisten dan berlangsung lama.
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dimana
gaya belajar yang dimilikinya tersebut membuat individu itu merasa
nyaman dalam memenerima suatu informasi. Sebagian siswa ada yang
lebih suka jika guru mengajar dengan ceramah atau menyampaikan
materi dengan lisan sehingga mereka dapat mendengar dan
memahaminya, tetapi sebagian ada yang lebih suka jika guru
menjelaskan dengan menuliskannya dipapan tulis sehingga siswa
dapat membacanya dan memahaminya. Ada juga siswa yang
terkadang lebih suka guru menjelakan menggunakan bantuan alat
peraga. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui oleh guru
dan siswa. Hal ini akan memudahkan bagi siswa untuk belajar
maupun guru untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Siswa akan
dapat belajar dengan dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia
mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan guru dalam
Menurut De porter dan Hernacki ( 2003) Salah satu modalitas
belajar seseorang antara lain modalitas visual, modalitas auditorial dan
modalitas kinestetik (V-A-K). Pelajar visual belajar dari apa yang
mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka
dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak atau sentuhan. Dalam
penelitian ini gaya belajar yang akan digunakan yaitu pendekatan gaya
belajar dengan modalitas sensori yang dikembangkan oleh Bandler
dan Grinder pada tahun 1970-an. Gaya belajar yang dikembangkan
dibagi dalam tiga jenis yaitu, gaya belajar visual , auditori dan
kinestetik. Berikut ini ciri-ciri dari setiap gaya belajar tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Gaya belajar Visual
Menurut windura (2008) gaya belajar visual adalah gaya
belajar yang lebih banyak menggunakan indera penglihatan, baik
berupa gambar maupun tulisan. Sedangkan menurut De porter
(2003) mengemukkan bahwa orang visual belajar melalui apa
yang mereka lihat. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa gaya belajar visual merupakan cara belajar
seseorang yang lebih condong menggunakan indera penglihatan
dalam menerima dan mengolah informasi.
Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya
belajar visual, yaitu
1) Rapi dan teratur
3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4) Teliti dan detail
5) Mementingkan penampilan, baik dalm hal pakaian maupun presentasi
6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
7) Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar 8) Mengingat dengan asosiasi visual
9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya
11) Pembaca cepat dan tekun
12) Lebih suka membaca dari pada dibacakan
13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek
14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat
15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak
17) Lebih suka melakukkan demonstrasi dari pada berpidato 18) Lebih suka seni dari pada music
b) Gaya belajar Auditorial
Menurut windura (2003) mengemukakan bahwa gaya belajar
auditori adalah gaya belajar yang dominan menggunakan indra
pendengaran seperti suara, bunyi, musik atau pembicaran lisan.
Sedangkan menurut De Porter dan Hernacki (2003) pelajar
auditori melakukkan kegiatan belajar melalui apa yang
didengarnya. Sehingga dari pendapat-pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa gaya belajar auditori adalah cara belajar
seseorang yang lebih dominan menggunakan indra pendengeran
Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya
belajar auditorial, yaitu
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja 2) Mudah terganggu oleh keributan
3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita 7) Berbicara dalam irama terpola
8) Biasanya pembicara yang fasih 9) Lebih suka musik dari pada seni
10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan seseuatu panjang lebar
12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
c) Gaya Belajar Kinestetik
Menurut windura (2008) gaya belajar kinestetik lebih
dominann menggunakan gerakan atau praktik langsung dan juga
kekuatan perasaan. De porter dan Hernacki (2003) menegaskan
bahwa pelajar kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Jadi
dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
kinestetik adalah cara belajar seseorang yang lebih mudah
menggunakan banyak praktik (gerakan) dalam menerima dan
mengolah informasi
Menurut De Porter (2003), ciri-ciri individu dengan gaya
1) Berbicara dengan perlahan 2) Menanggapi perhatian fisik
3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik
7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca 9) Banyak menggunakkan isyarat tubuh
10) Tidak dapat duduk dalam waktu yang lama
11) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada ditempat itu
12) Menggunakkan kata-kata yang mengandung aksi
13) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot- mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 14) Kemungkinan tulisannya jelek
15) Ingin melakukkan segal a sesuatu
16) Menyukai permainan yang menyibukkan
4. Geometri
Geometri adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari
tentang titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta
sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya antara yang satu dengan
yang lain. Geometri diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dengan
pokok bahasan yang berbeda dan dengan tingkat kesuliatannya
masing-masing. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
geometri diajarkan dengan pokok bahasan prisma dan limas.
Dalam penelitian ini materi yang akan digunakan yaitu Prisma
dan Limas. Standar kompetensi dan kompetensi dasar disesusaikan
dengan silabus KTSP yaitu sebagai berikut
a)Materi Pokok
Prisma dan Limas
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan
bagian-bagian lainnya , serta menentukkan ukurannya.
c) Kompetensi Dasar
5.1Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya.
5.2Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan Limas
5.3Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma
dan limas
d)Indikator
5.1.1 Menyebutkan unsur-unsur prisma: diagonal ruang dan bidang
diagonal
5.2.1Membuat jaring-jaring prisma
5.2.2 Membuat jaring-jaring limas
5.3.1 Menghitung luas permukaan limas
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan
kemampuan spasial matematis dan gaya belajar yaitu:
a. Faradhila (2013) menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat
kemampuan spasial siswa terhadap prestasi belajar matematika pada
yang mempunyai kemampuan spasial tinggi menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan spasial
sedang. Hal ini dikarenakan siswa dengan kemmapuan spasial tinggi
mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi terhadap penguasaaan
bangun-bangun ruang mereka mempunyai kemampuan yang lebih
dalam membayangkan dan memvisualisasikan soal-soal yang
berkaitan dengan bangun ruang. Akan tetapi, untuk siswa dengan
kemampuan spasila sedang dan rendah ada kemungkinan mengalami
kesulitan apabila soal-soal yang berkaitan dengan bangun ruang tidak
diketahui gambarnya. Akibatnya prestasi belajar siswa dengan
kemampuan spasial sedang dan rendah cenderung lebih rendah.
b. Asis (2015), menyimpulkan bahwa ada perbedaan dan persamaan
dalam menyelesaikan masalah geometri terkait dengan kemampuan
spasial antara laki-laki dan perempuan dimana subyek laki-laki lebih
dominan menggunakan kemampuan spasialnya dibandingkan dengan
subyek perempuan. Selain itu kemampuan spasial subyek laki-laki dan
perempuan yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi berada
pada level tinggi yang mengindikasikan bahwa kecerdasan logis
matematis memiliki kontribusi terhadap kemampuan spasial
c. Soenardji (2015) menyimpulkan bahwa dalam memecahkan masalah
geometri semua subjek menggunakan gambar untuk memudahkan
subjek melakukan pemecahan masalah geometri, artinya tidak hanya
untuk memudahkan subjek melakukan pemecahan masalah geometri,
tetapi hal tersebut juga dilakukan oleh subjek yang bergaya belajar
auditory maupun subjek yang bergaya belajar kinestetik. Penggunaan
gambar untuk memudahkan subjek melakukan pemecahan masalah
geometri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Subjek yang bergaya
belajar visual dan auditory baik laki-laki maupun perempuan dan
subjek yang bergaya belajar kinestetik perempuan menggunakan
gambar untuk memudahkan melaksanakan rencana pemecahan
masalah geometri; 2. Subjek yang bergaya belajar kinestetik laki-laki
menggunakan gambar untuk memudahkan memeriksa kembali hasil
pekerjaanya. Dalam memahami masalah geometri semua subjek
memandang masalah geometri tersebut sebagai suatu bangun
geometri. Hal ini menunjukkan bahwa subjek melakukan abstraksi
masalah ke dalam situasi bangun dalam geometri, sehingga dalam
merencanakan pemecahan masalah menggunakan pengetahuan yang
dipahami sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan geometri
yang dihadapi
C. Kerangka Pikir
Salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran
matematika adalah kemampuan spasial. Kemampuan spasial adalah
kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat dan
melakukan perubahan-perubahan pada persepsi tersebut. Kemampuan ini
hubungan-hubungan yang ada diantara unsur-unsur tersebut (Armstrong,
2008). Dalam matematika kemampuan ini dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang berkaitanan dengan geometri. Geometri
merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan dari mulai
bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah.
Selain kemampuan spasial, hal yang tidak kalah penting adalah
cara belajar siswa. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing,
terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu keunikan tersebut ialah
cara belajar siswa atau yang lebih dikenal dengan gaya belajar. Gaya
belajar merupakan cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang
murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,
berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2011). Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa gaya belajar mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar dan kemampuan siswa. Hal ini berarti antara gaya
belajar dan kemampuan siswa mempunyai keterkaitan, karena pada
umumnya kemampuan siswa bisa berkembang dengan baik apabila dia
belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
Kemampuan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
kemampun spasial. Setiap siswa sengaja atau tanpa disengaja sering
dihadapkan dengan hal-hal atau masalah yang berkaitan dengan
keruangan baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun di sekolah.
Kemampuan spasial merupakan salah satu komponen yang penting bagi
hadapi. Masalah keruangan dalam penelitian ini adalah masalah
keruangan yang terdapat dalam matematika Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yaitu pada materi Prisma dan Limas
Gaya belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gaya
belajar berdasarkan modalitas sensori menurut De Porter dan Hernacki (
2003) yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik (V-A-K). Menurut De Porter dan Hernacki (2003) pelajar
visual belajar dari apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar
melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat
gerak atau sentuhan.
Untuk mengetahui siswa yang bergaya belajar visual, auditori dan
kinestetik, dalam penelitian ini siswa akan diberikan tes gaya belajar
yaitu menggunakan angket gaya belajar. Kemudian untuk mengetahui
kemampuan spasial siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditori
dan kinestetik, dalam penelitian ini siswa akan diberikan tes kecerdasan
spasial, selanjutnya diberikan tes kemampuan spasial dalam
meyelesaikan masalah geometri dan kemudian diwawancara. Setelah itu
data di transkip dan dilanjutkan sampai tahap analisis data
Berdasarkan uraian dua hal di atas diharapkan siswa dengan gaya
belajar visual akan memiliki kemampuan spasial yang lebih baik dalam
menyelesaikan masalah geometri dibandingkan dengan siswa yang
bergaya belajar auditori dan kinestetik. Hal ini disebabkan karena siswa
ruang yang dilihatnya, selain itu salah satu aspek yang ada dalam
kemampuan spasial ialah menggunakan persepsi atau imajinasinya untuk
dapat memvisualisasikan apa yang dilihatnya.
BAB III