• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II RAHMAT ARI MAWARNO FARMASI'18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II RAHMAT ARI MAWARNO FARMASI'18"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Keamanan pangan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, sehingga aman untuk dikonsumsi. Pangan yang tidak aman akan menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu segala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan atau senyawa beracun atau organisme patogen.

Keamanan pangan merupakan kebutuhan masyarakat, karena diharapkan melalui makanan yang aman, masyarakat akan terlindungi dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Pada dasarnya keamanan pangan adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi dan

safety. Hygiene sanitasi makanan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan disebut penyehatan makanan, merupakan upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan (Dirjen PPM & PL, 2001).

2. Makanan jajanan

(2)

rumah makan/restoran, dan hotel. Sedangkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersih, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian (Kemenkes RI, 2003). Pada penelitian ini jajanan yang diteliti merupakan jajanan yang berbahan dasar ikan.

3. Foodborne Disease

a. Definisi foodborne disease

Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia (Deptan RI, 2007).

Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang penyakit ini disebut “keracunan makanan” (food poisoning) walaupun istilah ini tidak tepat. Penyakit yang ditularkan melalui makanan mencakup lingkup penyakit yang etiologinya bersifat kimiawi maupun biologis, termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa penyakit parasit (Motarjemi dkk, 2006).

(3)

dengan keracunan. Makanan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia (BPOM RI, 2008).

Pada kasus foodborne disease mikroorganisme masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne disease dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne disease yang disebabkan oleh Salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio cholerae dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh Salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya. Mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan foodborne disease antara lain E. coli,

Campylobacter, Yersinia, Clostridium dan Listeria, virus serta parasit (Deptan RI, 2007).

Dari semua penyakit yang ditularkan melalui makanan, yang paling sering terjadi adalah diare. Penyakit diare menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang.Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal.

4. Mikroba pathogen

(4)

juga menghasilkan racun yang jika termakan akan menimbulkan bahaya kesehatanbagi manusia. (Makfoeld, 1993).

Mikroba tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkungannya lembab dan hangat, mengandunng zat gizi baik seperti pada bahan pangan, pada lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, bahan pangan mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan yang kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini merupakan bahaya biologis dalam pangan (Rahayu, 2002).

5. Bakteri

Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniseluler, termasuk kelas Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusa, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer, di dalam lumpur dan di laut (Ika, 2016).

Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai. Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 µ. Berdasarkan kebutuhan oksigen bakteri dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Aerobik

(5)

seperti karbohidrat atau lemak untuk menghasilkan energi. Keuntungan dari respirasi aerobik ini adalah bakteri bisa menghasilkan lebih banyak energi ATP dari pada respirasi anaerobik atau fermentasi, tetapi kekurangannya bakteri aerobik rawan terkena stress oksidatif.

b. Anaerobik

Bakteri anaerobik adalah bakteri yang tidak membutuhkan kehadiran oksigen untuk pertumbuhannya, bahkan mungkin bakteri anaerobik akan mati jika ada oksigen. Bakteri anaerobik ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Bakteri ini akan mati jika terekspos pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen atmosfer 0,95%.

c. Anaerobik fakultatif

Bakteri anaerobik fakultatif adalah bakteri yang membuat energi ATP melalui respirasi aerobik jika ada oksigen di lingkungannya, tetapi bisa berganti respirasi anaerobik atau fermentasi jika tidak ada oksigen.

d. Micro-aerophilic

Bakteri micro-aerophilic adalah bakteri yang membutuhkan kehadiran oksigen untuk bertahan hidup, tetapi konsentrasi oksigennya harus lebih rendah (2-10% oksigen) dari oksigen atmosfer (20% oksigen). Micro-aerophilic membutuhkan oksigen karena bakteri ini tidak bisa memfermentasi atau respirasi anaerobik. Tetapi bakteri ini juga akan teracuni oleh konsentrasi oksigen yang tinggi. Micro-aerophilic ini juga capnophilic, yaitu membutuhkan konsentrasi karbon dioksida, yaitu sekitar 10% untuk campylpbacter sp.

(6)

panas atau tidak terlalu dingin yaitu sekitar 20-45oC. Oleh karena itu sebagian besar patogen yang menyerang manusia itu adalah mesophile. Karena suhu tubuh manusia yaitu sekitar 37oC.

6. Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lainnya. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan

coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting. Jenis bakteri ini berupa gram negatif tidak berspora serta memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas apabila di inkubasi pada 35-37OC dalam waktu kurang dari 48 jam. Bakteri ini sangat banyak terdapat pada feses organisme berdarah panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, di tanah dan pada vegetasi. (friedheim, 2001).

Bakteri ini mudah menyebar dengan cara mencemari air dan mengkontaminasi bahan-bahan yang bersetuhan dengannya. Pada proses pengolahan makanan biasanya bakteri ini mengkontaminasi alat-alat yang digunakan dalam pengolahan. Pada persyaratan mikrobiologi bakteri colifom dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaan bakteri coliform (Chandra, 2007).

7. Bakteri Salmonella sp.

a. Morfologi dan klasifikasi bakteri Salmonella sp.

(7)

bakteri yang dapat hidup pada temperatur antara 30oC sampai 40oC dengan suhub optimal 37,5oC (Jawetz, 2009).

Taksonomi Salmonella sp.menurut Melnick Jawetz, yaitu: Kingdom : Bacteria

Divisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma protebacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella typhimurium, Salmonella choleraesuis, Salomonella

enteriditis.

Berdasarkan serotipe Salmonella sp. diklasifikasikan menjadi empat seritope yaitu Salmonella paratyphi A (serotipe group A),

Salmonella paratyphi B (serotipe group B), Salmonella choleraesuis (serotipe group C), Salmonella typhi (serotipe group D) (Jawetz, 2009).

(8)

b. Patogenesitas

Bakteri Salmonella sp. sangat infektif bagi manusia, transmisi bakteri ini biasanya melalui fecal-oral dan ditularkan kepada manusia dengan cara mengonsumsi makanan dan air yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit pada tubuh manusia yang disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis merupakan penyakit menular yang dapat menyerang manusia dan hewan akibat pencemaran dari bakteri Salmonella sp. salmoonellosis ditandai dengan gejala seperti diare, mual muntah, nyeri abdomen dan demam yang timbul secara akut (Mishra, 2012).

8. Uji APM (Angka Paling Mungkin)

Perhitungan koloni bakteri berdasarkan atas aktivitas bakteri tersebut dalam melakukan metabolisme. Metode ini disebut juga sebagai MPN (Most Probable Number). MPN sebagai metode untuk menghitung jumlah bakteri khususnya bakteri Coliform dengan menggunakan medium cair pada tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik. MPN merupakan suatu metode uji pengenceran bertingkat (serial dilution) untuk mengukur konsentrasi mikroorganisme target dengan perkiraan. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negative, batang pendek, tidak memiliki spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37°C (SNI, 2006).

(9)

menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air atau pangan telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak (Dirgantara, 2010).

Menurut BPOM RI (2006) prinsip pengujian MPN Coliform yaitu pertumbuhan bakteri Coliform setelah cuplikan diinokulasi pada media cair yang sesuai, dengan mengamati adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas dalam tabung durham. Ada dua tahap pengujian MPN Coliform yaitu uji praduga dan uji penegasan.

9. Angka Lempeng Total (ALT)

Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel ditanam pada lempeng media yang sesuai kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC (Ristanto, 1989).

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroba, ada beberapa mikroba tertentu yang cenderung mengelompok atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini akan menghasilkan suatu koloni. Oleh karena itu, sering digunakan istilah Colony Forming Unit (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung 1 x 104 koloni/g saja yang digunakan dalam perhitungan (SNI, 2009).

(10)

B. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep uji cemaran mikroba dan identifikasi bakteri

Salmonella sp. pada jajanan yang berbahan dasar ikan di lingkungan sekitar kampus 1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian Jajanan berbahan dasar ikan berpotensi ditercemar bakteri karena

kondisi perairan, proses pengolahan, dan proses distribusi ikan dari

nelayan ke produsen sampai dipasarkan mengakibatkan produk ini

berpotensi tercemar mikroorganisme patogen. (Yasin et al, 2016).

Serta pembekuan ikan dan transportasi yang lama bisa menjadi

dampak terhadap kontaminasi bakteri (Novotny, 2004).

Uji cemaran mikroba bakteri Salmonella sp. &

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

kitab, buku, jurnal, makalah ilmiah yang membahas tentang pemikiran kritik hadis yang relevan dengan masalah penelitian ini. Adapun pendekatan yang digunakan adalah

Apabila Anda memotret dan menyimpan fotonya, foto disimpan dalam folder Penampil Gambar. Apabila Anda mengakses menu, foto Anda akan ditampilkan sebagai thumbnail. Gunakan

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi, yaitu:tokoh-tokoh adat Karo yang ada di Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo,seniman-seniman

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel seperti oksida

pelaku yang telah melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap korban yang diduga kuat telah melakukan tindak pidana kejahatan, dipersamakan dengan pelaku

Sesuai dengan rumusan yang penulis kemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model

Berdasarkan hasil pengujian, sistem pengaturan dengan kontroler sliding mode dapat mengatasi perubahan beban yang diberikan dan mampu mempertahankan level pada set

Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke