• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA

DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

RIZKI ABDILAH NIM : A01401959

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

DAFTAR ISI ... v

5. Skizofrenia dengan retradasi mental ... 8

B. Halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia ... 8

1. Pengertian... 8

2. Proses terjadinya halusinasi ... 9

3. Faktor penyebab ... 10

4. Akibat dari halusinasi... 11

5. Rentang respon halusinasi ... 11

6. Penatalaksanaan ... 12

C. Asuhan Keperawatan ... 13

1. Pengkajian ... 13

2. Diagnosa... ..14

3. Perencanaan ... .15

4. Pelaksanaan ... ... 16

5. Evaluasi ... .... 19

BAB III METODE STUDI KASUS A. Jenis Studi Kasus ... 20

B. Subyek Studi Kasus ... 20

C. Fokus Studi Kasus ... 20

D. Definisi Operasional ... 21

E. Instrumen Studi Kasus ... 21

F. Metode Pengumpulan Data ... 21

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 23

H. Analisis Data dan Penyajian Data ... 23

(6)

vi

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ... 26 B. Pembahasan ... 39 C. keterbatasan Studi Kasus ... 45 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 46 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan pengetahuan selama penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiahini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Skizofrenia dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di wilayah Puskesmas II Gombong”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus tulusnya kepada:

1. Kedua Orang serta kakak dan adik tersayang yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat, dan do’a yang tiada putus-putusnya serta pelajaran-pelajaran berharga bagi penulis

2. Herniyatun, M. Kep. Sp. Kep Mat selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keperawatan 3. Nurlaila, S.Kep. Ns ,M. Kep. selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah

Gombong

4. Tri Sumarsih, MNS. selaku pembimbing penulisan karya tulis komprehensif yang telah membimbing penulis

5. Teman - teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII Keperawatan yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat, serta do’a untuk kelancaran tugas akhir ini.

(8)
(9)

ix Progam Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017

Rizki Abdilah1, Tri Sumarsih2

ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA

DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

Latar belakang : Skizofrenia adalah bentuk pesikosis terberat, dimana klien tidak memiliki hubungan dengan kenyataan, sehingga pemikiran dan prilakunya abnormal. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran merupakan respon persepsi panca indra (pendengaran) yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari gangguan jiwa berat yang prevalansinya 50-70 % mengalami perubahan persepsi sensori :halusinasi pendengaran.

Tujuan penulis : Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran menggunakan

pendekatan proses keperawatan dan strategi pelaksanaan secara komprehensif.

Asuhan keperawatan : Saat dilakukan pengkajian di dapatkan hasil klien mendengar bisikan, tertawa dan bicara sendiri, masalah keperawatan yang muncul yaitu perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran. intervensi dan implementasi keperawatan yang sudah dilakukan berupa mengenal halusinasi dan mengajarkan cara menghardik, minum obat dengan prinsip 6 benar obat, bercakap-cakap, aktivitas sehari-hari, evaluasi yang dilakukan selama empat kali pertemuan didapatkan hasil masalah halusinasi pendengaaran belum teratasi. Tindakan menggunakan terapi individu dengan strategi pelaksanaan dapat mengontrol halusinasi pendengaran.

(10)

x

DIII Study Program of Nursing

Muhammadiyah Gombong Health Sciences College Script Writing, July 2017

Rizki Abdilah1, Tri Sumarsih2

ABSTRACT

ASSURANCE SKIZOFRENIA

WITH THE CHANGE OF THE PERCEPTION OF HEARING HYDENCINE SENSORY IN THE PUSKESMAS GOMBONG II REGION

Background: Schizophrenia is the toughest form of pituitary, where the client has no connection with reality, so his thinking and behavior are abnormal. Sensory perception changes: auditory hallucinations are the perceptual sensory (hearing) responses experienced by a person without stimuli or stimuli from outside and not experienced by others. Hallucinations are a symptom of a severe mental disorder whose prevalence is 50-70% undergoing sensory perception changes: auditory hallucinations.

Objective of the author: The purpose of this scientific paper is to describe the nursing care of the soul on the client schizophrenia with changes in sensory perception of auditory hallucinations using nursing process approach and implementation strategy comprehensively.

Nursing care: When the assessment is done on the client's results hear a whisper, laugh and speak for themselves, the nursing problem that arises is a change in sensory perception auditory hallucinations. Intervention and implementation of nursing that has been done in the form of know hallucinations and teaches how to rebuke, take medicine with the principle of 6 correct drugs, conversation, daily activities, evaluation conducted during four times the results obtained results hallucinations pendengaaran not resolved. The act of using individual therapy with an implementation strategy can control auditory hallucinations.

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia di dunia merupakan masalah serius yang perlu mendapatakan perhatian karena tingginya angka penderitanya. Sekitar 1% penduduk dunia mengalami gangguan jiwa dengan skizofrenia pada saat hidup dalam suatu waktu (Mohamed et al, 2015). Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh gangguan

biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik atau kimiawi dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2015). Prevalensi gangguan jiwa di dunia pada tahun 2014 di perkirakan mencapai 516 juta jiwa (WHO, 2015). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 1,7 per mil. Kasus gangguan jiwa dapat berupa depresi gangguan afektif bipolar, dimensia cacat intelektual, gangguan perkmbangan termasuk autism dan skizofrenia (WHO, 2015). Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun (WHO, 2015). Skizofrenia di tandai dengan pikiran yang tidak logis, perilaku, dan pembicaraan yang aneh, delusi , dan halusinasi (APA, 2015). Skizofrenia dengan retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh terjadiya kendala keterampilan selama masa perkembangan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan pada anak secara menyeluruh, misalnya kemampuan aspek kogntif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim, 2011).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013, menyatakan bahwa jumlah gangguan jiwa berat psikosis / skizofrenia di indonesia dimana provinsi – provinsi yang

(12)

2

menempati posisi ke lima (0,23%). Berarti bahwa provinsi Jawa Tenggah menempati posisi ke lima (Riskesdas, 2013).

Pelayanan gangguan jiwa merupakan pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir dan prilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Cakupan pelayanan kesehatan jiwa Kabupaten Kebumen di puskesmas Tahun 2015 tercatat 6.293 jiwa (Laki – laki 3.559 jiwa dan perempuan 2.734 jiwa). Kabupaten

Kebumen menduduki peringkat ke dua sebagai wilayah dengan penderita gagguan jiwa terbanyak setelah kabupaten Semarang. Hasil pendataan di 35 puskesmas di Kabupaten Kebumen dari 26 puskesmas tercatat 773 warga mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan catatan rekam medis Puskesmas Gombong II, selama tahun 2007 telah mengirimkan rujukan ke RS Jiwa Magelang dan Banyumas sebanyak 10 orang. Puskesmas merupakan pelayanan pertama atau pelayanan primer pada masyarakat untuk meningkatkan angka klien dengan skizofrenia (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2015).

Individu yang tidak dapat menghadapi setresor yang ada pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya dan tidak mampu mengendalikan diri termasuk dalam individu yang mengalami gangguan jiwa (Nasir dan Muhith, 2011). Beberapa jenis gangguan jiwa yang sering kita temukan di masyarakat salah satunya adalah skizofrenia. (Nasir dan Muhith, 2011).

Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari skizofrenia positif. Ada 5 jenis halusinasi yang terjadi pada pasien skizofrenia yaitu: halusinasi pendengaran, halusinasi perabaan, halusinasi pengecapan,

(13)

3

halusinasi pendengaran (Brunelin et al. 2012). Halusinasi pendengaran biasanya auskustik dan suara auditif seperti mendengar bisikan manusia, hewan, ataupun kejadian alamiah dan suara musik (Maramis, 2009).

Menurut Yosep (2009) penyebab halusinasi ada beberapa faktor, seperti faktor perkembangan, faktor sosiokultural, faktor biokimia, faktor psikologis, faktor genetik dan pola asuh. Karena rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress, selain

itu seseorang yang merasa tidak diterima di lingungannya akan merasa diasingkan, kesepian, tidak percaya diri dan malas untuk mencari pekerjaan atau karena faktor ekonomi, dan pernikahan.

Akibat dari halusinasi yang tidak ditangani juga dapat muncul hal – hal yang tidak diinginkan seperti halusinasi yang menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu, seperti membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, atau bergabung dengan seseorang di kehidupan sesudah mati. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang berbicara. Ketika berhubungan dengan orang lain, reaksi emosional mereka cenderung tidak stabil, intens dan di anggap tidak dapat di perkirakan. Melibatkan hubugan intim dapat memicu respon emosional yang ekstrim, misal ansietas, panik, takut, atau teror (Videbeck, 2008).

Menurut medical record Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Surakarta, tiga tahun terakhir menunjukan jumlah pasien skizofrenia cukup tinggi dengan pasien halusinasi mecapai 43% – 77% hal ini menunjukan bahwa masalah halusinasi menjadi masalah keperawatan jiwa tertinggi dibanding masalah keperawatan jiwa yang lainnya (Maramis, 2009).

Tindakan keperawatan menggunakan standar praktek asuhan

(14)

4

Standar Oprasional Pelaksanaan (SOP) yang digunkan adalah (SOP) tentang Strategi Pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah pasien yang mengalami masalah utama halusinasi (Fitria, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Elyani (2011) di Rumah Sakit Jiwa Surakarta, menunjukan adanya perubahan yang signifikan antara frekuensi halusinasi sebelum diberikan terapi

individu dengan pendekatan strategi pelaksanaan dengan sesudah diberikan terapi. Didapatkan nilai p = 0,00 (p<0,05) Ho ditolak. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa nilai rata-rata frekuensi halusinasi sebelum diberikan terapi individu dengan pendekatan strategi pelaksanaan yaitu sebesar 5,15. Nilai rata-rata frekuensi halusinasi setelah diberikan terapi individu dengan pendekatan strategi pelaksanaan yaitu sebesar 2,46. Adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum diberikan terapi dan sesudah dibrikan terapi. Dengan demikian perawat diharapkan dapat menerapkan terapi individu dengan strategi pelaksanaan sesuai dengan standar asuhan keperwatan (SAK) yang telah ditetapkan. Bagi keluarga diharapkan juga memberi dukungan secara positif kepada pasien dan pasien dapat mengaplikasikan strategi pelaksanaan secara mandiri.

(15)

5 B. Rumusan masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan klien dengan skizofrenia dalam mgngontrol halusinasi pendengaran secara mandiri ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Menggambarkan asuhan keperawatan menggunakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dalam mengurangi dan mengontrol halusinasi. 2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di wilayah Puskesmas Gombong II

b. Menggambarkan hasil analisa dan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di wilayah Puskesmas Gombong II

c. Menggambarkan perencanaan keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di wilayah Puskesmas Gombong II

d. Menggambarkan tindakan keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di wilayah Puskesmas Gombong II

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan jiwa pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di wilayah Puskesmas Gombong II.

D. Manfaat

Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat :

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengontrol halusinsi melalui strategi pelaksanaan.

2. Bagi pengembangaan ilmu teknologi keperawatan :

(16)

6 3. Penulis :

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Ambarwati, F.R dan Nasution, N. (2012). Buku Pintar Asuhan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.

Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika

Burnelin, J., Mondimo, M., Gassab, L., Haesebaert, F., Gaha, L., Chagny, M. F.

S., …Poulet, E. (2012). Examining Transcranil Direc-Current

Stimulation (tD C S) asa Treatment for Hallucinations in Schzophrenia. (Am J Psychiartry, 719-724)

Damiyanti, M dan Iskandar. (2014). Asuhan keperawata jiwa. Bandung : Rafika Aditama

Davidson, G. C. (2010). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Rajagrafindo Permi

Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Depkes. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional u2013, badan peneliti & pegembangan Depkes RI. Jakarta

Dinkes Jawa Tengah . (2009). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Dinkes Jawa Tengah

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed. 1. Nuha Medika: Yogyakarta.

Elvira, Syilvia D dan Hadisukanto, Gitayanti. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi

Elyani. (2011). Penelitian yang terkait dengan pengaruh terapi individu halusinasi.

Eminina, E. (2010). Hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan skizofrenia peserta jamkesmas di rumah sakit jiwa daerah provinsi Sumatra utara: Fakultas Ilmu Keperawatan Usu

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendauluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatn. Jakarta: Salemba Medika.

(18)

Hermawan, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Iskandar Dkk. (2011). Keperawatan Keshatan Jiwa;Bandung;Refika aditama.

Iskandar Dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa;Bandung;Refika aditam

Keliat. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC

Kusumawati, F dan Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. (2013). Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI.

Mohammed, I.K.E, et.al. (2015). Catha Edults Chewing Effect On Treatmnt OF Paranoid Schizophrenic Patient. Journal neuropschiatric Disease and Treatment 11:1067

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi Offest.

Nasir. A, M. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa: pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika.

Prihanti, B.A. (2010). Hubungan tingkat kepatuhan kontrol dengan tingkat kekambuhan klien gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa daerah surakarta.

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. (2010). Sinopsis Pesikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara

Stuart, Gall W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Summerville, chris and Atherley, Gordon. (2012). Hope For Family Caregivers Caring For Family Members With Schizovhrenia: A Discusion. Page 11

Videbeck, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Hal 3. EGC : Jakarta

Yosep, I.FDG. (2007). Keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Yosep, I. (2009) Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama.

(19)
(20)

LAMPIRAN

1. Standar oprasional prosedur

INTERAKSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DAN KELUARGA

PENGERTIAN Suatu petunjuk yang harus di lakukan jika akan melakukan Komunikasi Terapeutik dengan klien dan keluarga untuk setiap pertemuan

TUJUAN 1. Menstandarkan cara melakukan interaksi dengan komunikasi terapeutik supaya prosedur dilakukan dengan baik

2. Menstandarkan sikap komunikasi terapeutik 3. Menstandarkan tehnik komunikasi terapeutik

KEBIJAKAN

1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan. a. Memperkenalkan diri perawat dan nama

klien

b. Memanggil nama panggilan yang di sukai c. Menyampaikan tujuan interaksi (membantu

mengatasi masalah)

(21)

b. Memvalidasi/mengevaluasi/mengklarifikasi masalah klien

3. Melakukan kontrak

a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di

bicarakan

B. FaseKerja

Melaksanakan kegiatan sesuai topik yang di rencanakan.

Memberikan pujian / reinforcement yang realistik

C. FaseTerminasi 1. Evaluasi subjektif

Menanyakan perasaan klien setelah berbincang – bincang

2. Evaluasi objektif

Meminta klien untuk menjelaskan kembali inti pembicaraan yang telah di lakukan

3. Rencana Tindak Lanjut

Meminta klien untuk mengingat aspek positif yang belum di sebutkan

4. Kontrak yang akan datang

a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di

bicarakan

D. SikapTerapeutik

1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata 2. Membungkuk kearah klien dengan sikap

terbuka dan rileks

(22)

E. Tehnikkomunikasi

1. Menggunakan kata – kata yang mudah di mengerti

2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat

Dokumen terkait Keliat, B, A., 2015, HubunganTerapeutikPerawatKlien, EGC, Jakarta

KeliatB.A,Dkk.2014.ProsesKeperawatanJiwaEdI.EGC. Jakarta

(23)
(24)

5

    

6

    

7

    

Keterangan :

Tulislah huruf M = Melakukan secara mandiri B = di bantu

(25)

INSTRUMEN PENGKAJIAN

Ada 4 item hasil wawancara atau data subjektif klien dan ada 4 item tanda dari hasil observasi atau data objektif klien di komunitas.

Tanda dan gejala klien perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

No Data subjektif Ya Tidak

1. Klien mengatakan mendengar suara – suara (kegaduhan)

2. Klien mengatakan mendengar suara bercakap-cakap

3. Klien mengatakan mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu

4. Klien mengatakan mendengar suara-suara pada waktu tertentu

No Data objektif Ya Tidak

1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri

2. Klien terlihat marah – marah tanpa sebab

3. Klin terlihat memalingkan muka kearah telinga seperti mendengar sesuatu

4. Klien terlihat menutup telinga

Keerangan :

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Referensi

Dokumen terkait

Pembelian bahan makanan dengan cara seperti itu mempunyai tujuan, seperti dalam jangka waktu tertentu (sesuai dengan kontrak), hotel/restoran tidak perlu sulit- sulit

Hasil survei awal yang dilakukan pada ibu bersalin di RSIA Annisa Kota Jambi yaitu dari 7 orang ibu bersalin, 4 ibu bersalin yang mengalami peningkatan berat

Hal ini senada dengan pernyatan dan penuturan dari Depdiknas (dalam Uno, 2011:137) yang mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Dari penelitian ini terlihat bahwa intensitas curah hujan yang tinggi lebih banyak terjadi pada fase MJO tidak aktif dibandingkan dengan fase aktif.. Perbedaan parameter DSD

iniae (perlakuan B, C, D, dan E) menunjukkan bahwa pada masa vaksinasi terjadi peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ikan yang tidak diberi

Pendaftaran tidak menghasilkan suatu indefeasible title , “Pembukuan sesuatu hak dalam daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan, bahwa orang yang