• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis - DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMA NEGERI PATIKRAJA DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis - DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMA NEGERI PATIKRAJA DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Sudarman (2013) mengutip dalam kamus Oxford Advanced Learner’s, istilah “thinking” salah satunya diartikan, “ideas or opinions about something”. Pemikiran itu adalah idea atau opini, dengan kata lain

orang yang berpikir adalah orang yang memiliki idea atau opini mengenai sesuatu. Sedangkan menurut Suryosubroto (2009) proses berpikir merupakan suatu pengalaman memproses suatu persoalan untuk memperoleh dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang dihadapi. Jadi, berpikir adalah suatu proses dalam mengelola dan mentransformasikan informasi untuk mendapat ide-ide atau gagasan penyelesaian dalam menghadapi suatu masalah.

Konsep kreativitas yang sangat kompleks menyebabkan kreativitas ditinjau dari beberapa aspek yang saling berkaitan, namun terdapat perbedaan pada penekanannya. Konsep kreativitas menurut Munandar (2009) ada dua yaitu 1) kreativitas dan aktualisasi diri, 2) kreatifitas dengan pendekatan 4P. Perlu dibahas keterkaitan antara berpikir kreatif dengan kreativitas. Berdasarkan pendekatan 4P, kreativitas meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut :

(2)

(1945) “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic why”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

2) Pendorong : kreativitas berdasarkan pendorong (press) ada dua, yaitu dorongan internal (berasal dari diri sendiri) dan dorongan eksternal yang berasal dari lingkungan sosial dan psikologis.

3) Proses : kreativitas berdasarkan proses menurut Torrance adalah dengan adanya masalah maka dilakukaan dugaan, evaluasi dan mengetes dugaan, kemudian merevisi, mengetes kembali dan

mengkomunikasikan hasilnya.

4) Produk : kreativitas berdasarkan produk lebih menekankan pada orisinalitas atau keaslian. Barron (1966) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

Menurut Sudarma (2013), kreativitas berasal dari kata “to create” artinya membuat. Dengan kata lain kreativitas dapat

(3)

(1962) “Creativity is defined as the ability to formulate new combinations from two or more concepts already in the mind”. Bahwa

kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan dalam merumuskan berbagai kombinasi dari dua atau lebih konsep yang ada di pikiran. Guilford (Munandar, 2009) mengartikan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

Menurut Kosta (Jazuli, 2012) kreativitas dan berpikir kreatif secara konsep terkait tetapi tidak identik. Kreativitas merupakan payung gagasan yang di dalamnya terdapat berpikir kreatif. Sehingga berpikir kreatif merupakan bagian dari kreativitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam melihat berbagai kemungkinan atau dugaan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan dorongan dari diri sendiri maupun lingkungan yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru atau sesuatu yang telah dikombinasikan.

(4)

Menurut William (Munandar,2009) menjelaskan bahwa ciri-ciri atau perilaku siswa kreatif meliputi delapan keterampilan, empat dari ranah kognitif dan empat dari ranah afektif. Keterampilan kognitif kreatif ialah berpikir lancar (fluency), berpikir lentur (fleksibility), berpikir asli (originality), dan berpikir elaboratif atau merinci (elaboration). Keterampilan afektif kreatif ialah kemelitan (rasa ingin tahu), mengambil risiko, kemajemukan, dan imajinasi. Berikut adalah penjelasannya :

1) Berpikir lancar (fluency)

Mampu menghasilkan banyak gagasan dan arus pemikirannya lancar.

2) Berpikir luwes (fleksibel)

Mampu menghasilkan gagasan-gagasan dengan mengubah cara berpikirnya yang berbeda-beda.

3) Berpikir orisinal (originality)

Mampu memberikan jawaban yang berbeda, yang tidak biasanya atau tidak seperti umumnya.

4) Berpikir terperinci (elaborasi)

Mampu untuk menambah, mengembangkan dan memperluas gagasannya dan terperinci secara detail.

5) Mengambil risiko

(5)

6) Merasakan tantangan

Mampu mencari banyak kemungkinan. 7) Rasa ingin tahu

Mampu bermain dengan suatu gagasan, tertarik pada misteri dan senang untuk mencoba hal-hal yang baru.

8) Imajinasi

Mampu membuat gambaran mental, memimpikan hal yang belum terjadi dan menapaki hal-hal di luar dunia nyata.

Munandar (2009) menyatakan bahwa kreativitas tidak muncul begitu saja, namun perlu pemicu. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungannya, yang berarti bahwa lingkungan akan menunjang atau menghambat kreativitas seseorang. Munandar menjelaskan ciri-ciri keterampilan berfikir kreatif sebagai berikut :

1) Fluency (ketrampilan berfikir lancar) 2) Flexibility (keterampilan berfikir luwes) 3) Originality (ketrampilan berpikir orisinil) 4) Elaboration ( keterampilan berpikir rinci)

(6)

Tabel 1.1 Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

Indikator Ketercapaian

Kelancaran (fluency)

Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan banyak jawaban. Keluwesan

(flexibility)

Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan banyak cara penyelesaian.

Keaslian (originality)

Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan idenya sendiri.

Terperinci (elaboration)

Siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan cara yang terperinci.

Pehkonen (1997) mengatakan bahwa kreativitas bukanlah karakteristik yang hanya ditemukan pada seniman dan ilmuwan tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kreativitas harus menjadi bagian intrinsik dari matematika. Pada umumnya orang berpikiran bahwa kreativitas dan matematika tidak ada hubungannya dengan satu sama lain. Tetapi para ahli matematika sangat tidak setuju, salah satunya Kiesswetter (Pehkonen, 1997) menyatakan bahwa dalam pengalamannya sendiri, berpikir fleksibel yang merupakan salah satu komponen dari kreativitas adalah salah satu kemampuan yang paling penting dan sukses menjadi pemecah masalah.

(7)

logika deduktif, dan kemampuan membangun konsep yang terintegrasi ke dalam inti yang penting dalam matematika.

Berdasarkan pendapat dari para ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan pada seseorang dalam menemukan gagasan atau ide sebagai solusi untuk memecahkan masalah matematika yang mencakup aspek indikator kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration.

2. Locus of Control

a. Pengertian dan Jenis Locus of Control

(8)

1) Locus of Control internal

Individu yang memiliki keyakinan bahwa hasil akhir yang diinginkan dalam kehidupannya merupakan kontrol dari tindakan individu itu sendiri. Individu yang memiliki Locus of Control internal yakin bahwa dirinya bertanggung jawab dan memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang dialaminya dalam hidupnya. Mereka yakin bahwa dalam kehidupannya apabila mengalami kesuksesan maupun kegagalan merupakan hasil dari perbuatan atau tingkah lakunya sendiri. Misalnya saat mereka berhasil dan mendapatkan niai yang tinggi dalam mengerjakan soal matematika, maka mereka yakin bahwa hasil yang diperoleh atas kemampuan atau skill yang mereka miliki atau menganggap bahwa hasil tersebut karena usaha dan kerja kerasnya dalam belajar. Sedangkan saat mereka mengalami kegagalan, maka mereka menganggap bahwa usaha dan kerjakeras yang dilakukan belum maksimal, sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2) Locus of Control eksternal

(9)

sendiri, melainkan dipengaruhi oleh kekuatan yang ada di luar dari dirinya. Individu dengan Locus of Control eksternal pada saat mereka mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan dalam hidupnya, maka mereka akan beranggapan bahwa yang terjadi bukan karena dirinya, tetapi dipengaruhi oleh kekuatan dari luar seperti kesempatan (chance), keberuntungan (luck), dan nasib (destiny). Misal seorang siswa mendapatkan nilai ulangan harian matematika dengan nilai yang tinggi atau memuaskan, ia menganggap bahwa hasil pencapaiannya adalah hanya kebetulan saja atau faktor keberuntungan. Mungkin juga ia menganggap bahwa karena guru berbaik hati memberi nilai yang bagus. Namun apabila tidak dapat mengerjakan, maka ia tidak menyalahkan diri sendiri melainkan menyalahkan menyalahkan lingkungan sekitar atau situasi yang kurang kondusif sehingga mengganggu konsentrasi saat mengerjakan. Mungkin ia juga akan menganggap bahwa ketidakbisaannya atau kegagalannya dalam mengerjakan karena memang sudah takdir atau mungkin menganggap bahwa guru tidak baik hati karena tidak member nilai yang baik dan mungkin beranggapan bahwa nasibnya memang kurang baik.

(10)

individu yang percaya bahwa peristiwa, kejadian, dan takdir disebabkan karena kendali dari faktor di luar dirinya disebut dengan eksternal Locus of Control. Sedangkan menurut Levenson (Lefcourt,1981) mengatakan bahwa kontrol internal-ekternal dibangun dengan menyatukan harapan dengan kekuatan tingkah laku seseorang (kontrol internal) atau menghasilkan kesempatan, nasib, atau kekuatan dari orang lain (kontrol eksternal).

Munandar,AS (2012) menyatakan bahwa Locus of Control mengacu pada derajat kendali yang diamati terhadap situasi tertentu yang terberikan. Orang yang berorientasi internal percaya bahwa keputusan dan tindakan pribadi mempengaruhi hasil. Orang yang berorientasi eksternal percaya bahwa hasil lebih ditentukan oleh keputusan dan keyakinan dari orang lain atau ditentukan oleh nasib, kekuatan di luar dirinya.

(11)

dalam hidupnya ditentukan atau dikendalikan oleh lingkungan yaitu kesempatan, keberuntungan, dan nasib.

b. Konsep Dasar Locus of Control

Rotter (1966) menyebutkan bahwa konsep dasar Locus of Control ada 4 yaitu :

a. Potensi Perilaku, kecenderungan kemunculan suatu perilaku tertentu dalam situasi tertentu.

b. Harapan (expectancy), merupakan suatu keinginan seseorang terhadap hasil yang akan diperoleh sesuai perilaku orang tersebut pada situasi tertentu.

c. Nilai Penguatan (reinforcement value), adalah sejauh mana seseorang menghargai suatu kejadian yang memperkuat perilaku dan memperbesar kemungkinan perilaku yang diberikan sebagai respon terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

d. Situasi Psikologi (psychological situation) adalah bentuk pengaruh atau rangsangan baik secara interal maupun eksternal yang diterima seseorang dalam situasi tertentu. Hal tersebut dapat meningkatkan maupun menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang diharapkan.

(12)

mengharapkan perilaku mereka akan mendatangkan hasil akhor yang positif (expetasi) dan seberapa besar mereka menghargai reinforcement yang mereka harapkan. Roter berfokus pada alasan mengapa individu bertindak, dan perilaku mana yang akan individu tampilkan pada situasi tertentu.

c. Aspek - Aspek Dalam Locus of Control

Lavenson (1972, dalam Azwar, 2009) membagi locus of control ke dalam tiga aspek, yaitu:

1) Internal (I), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh kemampuan dirinya sendiri.

2) Powerful Others (P), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh orang yang lebih berkuasa

3) Chance (C), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya ditentukan terutama oleh nasib, peluang, dan keberuntungan.

(13)

melarang, mengecam akan mengakibatkan anaknya memiliki Locus of Control eksternal (Soemanto, 1998).

Faktor lain yang mempengaruhi adalah lingkungan. Jika seseorang berada di lingkungan dengan kelompok yang mengalami diskriminasi (golongan sosial lemah) maka kontrol intern yang mereka miliki lebih rendah daripada golongan yang tidak mengalami diskriminasi. Dengan kata lain orang yang mengalami diskriminan lebih memiliki kontrol eksternal sedangkan yang tidak mengalami diskriminan lebih memiliki kontrol internal Monks (1982).

d. Ciri-ciri Locus of Control

(14)

Soemanto (1998) berpendapat bahwa anak yang memiliki Locus of Control eksternal mendapat skor tinggi untuk kegelisahan, kecurigaan, dan rasa permusuhan. Sedangkan anak yang internal suka bekerja sendiri dan efektif. Menurut Lefcourt (Monks, 1982) orang yang dapat menerima informasi lebih baik mengenai situasinya adalah orang yang memiliki kontrol internal dan sebaliknya pada orang yang memiliki kontrol eksternal. Orang yang memiliki sosial lemah juga merupakan orang yang memiliki kontrol internal yang rendah, sehingga untuk meningkatkan orang yang memiliki sosial rendah dapat dibantunya dalam perbaikan informasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kontrol internal lebih baik dalam menerima informasi dan memiliki sosial yang tinggi, dan sebaliknya orang yang memiliki kontrol eksternal kurang baik dalam menerima informasi dan memiliki sosial yang rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri Locus of Control antara lain:

a. Locus of Control internal

1) Suka bekerja keras dan bekerja sendiri 2) Berorientasi pada keberhasilan

3) Selalu mencari informasi dan dapat menerima informasi dengan baik

(15)

5) Selalu mencoba berpikir seefektif mungkin 6) Memiliki nilai sosial yang tinggi

b. Locus of Control eksternal 1) Selalu merasa tidak berdaya

2) Kurang mampu untuk berdiri sendiri

3) Kurang berusaha dalam mencari informasi dan kurang baik dalam menerima informasi

4) Mengalami rasa kegelisahan, kecurigaan dan rasa permusuhan

5) Memiliki nilai sosial yang rendah

(16)

skor Locus of Control sangat ekstrim pada kedua dimensi tersebut pada dasarnya tidak baik (Feist & Feist, 2008).

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Sahat Saragih (2011) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Dan Locus of Control Terhadapa Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”. Sahat Saragih

meyatakan hasil penelitiannya bahwa siswa dengan Locus of Control internal pada pembelajaran open ended lebih dominan dalam penyelesaian masalah. Penyebabnya adalah siswa seperti ini mampu mempelajari berbagai sumber, informasi, dan pengalaman yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi sehingga siswa tersebut akan lebih memahami prosedur dan cara-cara menyelesaikan permasalahan tersebut.

(17)

siswa yang memiliki Locus of Control internal memiliki kemampuan penalaran matematika yang lebih baik dari siswa yang memiliki Locus of Control eksternal.

Adapun kesamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah sama – sama mengacu pada variabel Locus of Control. Sedangkan perbedaan penelitian yaitu pada variabel berpikir kreatif dan juga tempat penelitian yang akan peneliti ambil adalah di SMA Negeri Patikraja dengan subjek penelitian kelas XII IPA1. Peneliti akan terfokus untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMA Negeri Patikraja ditinjau dari Locus of Control. C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir bertujuan untuk memperoleh kejelasan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif dan tipe Locus of Control. Dalam Locus of Control terdapat 2 tipe, yaitu Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal.

(18)

masalah matematika yang mencakup aspek indikator kreatif yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration

(19)

termotivasinya siswa dalam belajar matematika maka kemungkinan besar tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa akan jauh lebih baik lagi. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis dan tipe Locus of Control guna mengetahui gambaran kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari Locus of Control.

Dalam penelitian ini untuk mengelompokkan siswa ke dalam Locus of Control internal dan eksternal yang dilakukan dengan angket skala IPC Locus of Control. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, siswa diberikan tes tertulis dengan materi matriks. Tes tersebut disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu : kelancaran, keluwesan, keaslian, dan terperinci. Kemudian dilakukan wawancara kepada sampel yang terpilih, hasilnya ditranskrip dan dipaparkan untuk selanjutnya dianalisis.

Gambar

Tabel 1.1 Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Paser memiliki angka indeks yang lebih tinggi dari pada daerah lain karena: (1) ketersediaan wahana dan level partisipasi dimana masyarakat banyak diberikan

atas dari zona target yang terletak pada formasi Bekasap sedangkan BOTTOM. Sand adalah batas

Gambar 4.14.Beberapa Fasilitas Umum di Lokasi Penelitian ... Pengukuran Batas Tepi Galian ... Pengukuran Relief Dasar Galian ... Kemiringan Dinding Galian ... Tinggi Dinding Galian

[r]

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Judul : Analisis Perbaikan Susut Energi Pada Jaringan.. Menengah Penyulang Kalibakal 03

The purpose of this study is to evaluate the performance of estimators used in porphyry copper resource modeling, to determine the procedure of statistical analysis,

The Implementation of Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Through a Set of Reading Instructional Materials to Teach Reading to the Fifth Grade Students of

Hasil Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan pada Formasi Talang Akar, Sumur AF-03...66.