i
UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA DENGAN
KOLEKTOR PIPA SERI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun oleh :
GREGORIUS WIDYATMOKO NIM : 155214064
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
PERFORMANCE OF WATER DISTILLATION WITH A
SERIES PIPE OF COLLECTOR
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfillment of the requirement
to obtain Sarjana Teknik (S.T) in mechanical engineering
Presented by :
GREGORIUS WIDYATMOKO NIM : 155214064
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vii
ABSTRAK
Masih banyak daerah di Indonesia yang kekurangan air bersih. Distilasi merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan air bersih. Distilasi adalah proses pemisahan air bersih dan air kotor dengan cara diuapkan. Alat distilasi memiliki efisiensi yang berbeda-beda dan tergantung dari bentuk alat distilasi. Permasalahan yang ada yaitu unjuk kerja dari alat distilasi jenis bak masih rendah yaitu dengan efisiensi sekitar 35%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan unjuk kerja alat distilasi jenis bak dengan menggunakan kolektor pipa seri. Penggunaan kolektor berupa pipa seri dapat menambah unjuk kerja dari alat distilasi. Alat distilasi pada penelitian ini menggunakan absorber berupa bak penampung air sebanyak dua buah, yaitu alat distilasi yang menggunakan kolektor dan reflektor (alat 1) dan alat distilasi tanpa menggunakan kolektor dan reflektor (alat 2). Ada dua proses utama pada proses distilasi, yaitu penguapan dan pengembunan. Faktor yang mempengaruhi laju penguapan air adalah temperatur absorber dan luas penampang. Kolektor berguna untuk menaikkan temperatur air yang akan mengalir ke absorber sehingga proses penguapan terjadi lebih cepat. Reflektor yang diletakkan pada sisi luar kolektor dapat membantu penambahan energi panas matahari yang akan diterima oleh kolektor. Variasi yang dilakukan adalah volume air yang akan didistilasi dan luasan reflektor pada kolektor. Dari penelitian ini didapatkan efisiensi harian rata-rata sebesar 43% pada alat distilasi yang tidak menggunakan kolektor dan reflektor dengan volume air kotor sebesar 8 liter (alat 2), dan hasil air total terbanyak sebesar 0,95 liter (0,75 kg/m2.hari) pada alat distilasi yang menggunakan kolektor dan reflektor berluasan 1,26 m2 (alat 1), serta 1,92 kg/m 2-.hari pada alat distilasi tanpa kolektor dan reflektor berluasan 1,26 m2 pada volume air kotor sebesar 8 liter (alat 2).
viii
ABSTRACT
There are still many areas in Indonesia that lack clean water. Distillation is an effort to solve the problem. Distillation device has a variety of efficiency and depends on the shape of the device itself. The problem is the performance of a type of distillation device that is still low, with an efficiency of around 35%. This study aims to determine the efficiency and yield of water distillation devices by using a series pipe collector. The use of collector in the form of series pipes can increase the efficiency of distillation devices. This study uses two devices, distillation device with collector and reflector (device 1) and distillation device without collector and reflector (device 2). There are two main processes in the distillation process, evaporation and condensation. Factors that affect the rate of evaporation of water are temperature absorber and cross-sectional area. Collectors are useful for increasing the temperature of the water that will flow to the absorber so that the evaporation process occurs more quickly. The reflector placed on the outside of the collector can help increase the solar heat energy that the collector will receive. The variation in this case is the volume of water to be distilled and the area of the reflector on the collector. From this study obtained an average daily efficiency of 43% in distillation devices that do not use collectors and reflectors with a volume of dirty water of 8 liters (device 2), and the highest total water yield of 0.95 liters (0.75 kg/m2.day) on a distillation device that uses a collector and reflector with an area of 1.26 m2 (device 1), and 1.92 kg/m2.day in a distillation device without collector and reflector with 1.26 m2 at a volume of dirty water of 8 liters (device 2).
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karuniaNya sehingga tugas
akhir ini dapat terlaksana dengan lancar serta penulis dapat menyelesaikan naskah
skripsi. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin pada
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “UNJUK KERJA DISTILASI AIR ENERGI SURYA DENGAN KOLEKTOR PIPA SERI” tentu tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Sudi Mungkasi , S.Si., M.Math. Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
2. Ir. PK. Purwadi, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
3. Doddy Purwadianto, M.T., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
4. Ir. F.A. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran-pemikiran baru kepada penulis
dengan sangat sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar.
5. Keluarga tercinta Laurent S., Sylvia M.M., Antonius Dwicky, Yohanes
Agung, dan Ayu Dian Pratiwi yang telah memberi dukungan selama masa
kuliah.
6. Seluruh dosen dan laboran Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan selama
kuliah.
7. Teman dan sahabat : Dimas Hanung Pamungkas, Natan Andang Pratiwan,
Joshua Abimukti Yogarino, Winih Arga Christian, Wahyu Setyaji, Sekar
Widhi, teman-teman kelas surya, serta teman-teman seluruh angkatan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
xii
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II ... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori... 7
BAB III ... 10
3.1 Metodologi Penelitian ... 10
3.2 Variabel yang Divariasikan ... 11
3.3 Langkah Penelitian... 11
3.4 Skema dan Spesifikasi Alat ... 12
3.5 Parameter yang Diukur ... 15
3.6 Alat Pendukung Pengambilan Data ... 15
3.7 Langkah Analisis Data ... 16
BAB IV ... 17
4.1 Data Penelitian ... 17
4.2 Hasil Perhitungan ... 22
4.3 Analisis Pengaruh Volume Air terhadap Unjuk Kerja Variasi 3, 4 dan 5 ... 28
xiii
4.3.2 Volume pada alat 1 dengan kolektor dan alat 2 tanpa kolektor sebesar
8 liter (variasi 4) ... 34
4.3.3 Volume pada alat 1 dan 2 sebesar 6 liter (variasi 5)... 37
4.4 Analisis Pengaruh Luasan Absorber terhadap Unjuk Kerja pada Variasi 1, 2 dan 3 ... 40
4.4.1 Luasan alat 1 dengan reflektor berluasan 1,6 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 1) ... 43
4.4.2 Luasan alat 1 dengan reflektor berluasan 1,26 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 2) ... 46
4.4.3 Luasan alat 1 tanpa reflektor berluasan 1,03 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 3) ... 49
BAB V ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagian-bagian alat distilasi bak ... 12
Gambar 3.2 Kolektor pipa seri ... 13
Gambar 3.3 Alat distilasi air jenis bak menggunakan kolektor pipa seri dengan
reflektor ... 14
Gambar 4.1 Perbandingan energi berguna pada penggunaan alat 1 terhadap qc
pada volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter (variasi 3, 4 dan 5) ... 28
Gambar 4.2 Perbandingan variasi volume terhadap efisiensi alat distilasi
dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter
(variasi 3, 4 dan 5) ... 29
Gambar 4.3 Perbandingan variasi volume terhadap hasil air alat distilasi
dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter
(variasi 3, 4 dan 5) ... 30
Gambar 4.4 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap
quap dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter
(variasi 3, 4 dan 5) ... 31
Gambar 4.5 Perbandingan variasi volume terhadap hkonv dengan volume 10
liter (variasi 3) ... 32
Gambar 4.6 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T dengan volume 10
xv
Gambar 4.7 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T.hkonv dengan volume 10 liter (variasi 3) ... 34
Gambar 4.8 Perbandingan variasi volume terhadap hkonv dengan volume 8
liter (variasi 4) ... 35
Gambar 4.9 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T dengan volume 8 liter
(variasi 4) ... 36
Gambar 4.10 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap
∆T.hkonv dengan volume 8 liter (variasi 4) ... 37
Gambar 4.11 Perbandingan variasi volume terhadap hkonv dengan volume 6 liter
(variasi 5) ... 38
Gambar 4.12 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T dengan volume 6 liter
(variasi 5) ... 38
Gambar 4.13 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap
∆T.hkonv dengan volume 6 liter (variasi 5) ... 39
Gambar 4.14 Perbandingan energi berguna pada penggunaan alat 1 terhadap qc
dengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3) .... 40
Gambar 4.15 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap efisiensi alat
distilasi dengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3) ... 41
Gambar 4.16 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hasil air dengan
xvi
Gambar 4.17 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap quap dengan luasan
1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3) ... 43
Gambar 4.18 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hkonv dengan alat 1
berluasan 1,6 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 1) ... 44
Gambar 4.19 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T dengan alat 1
berluasan 1,6 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 1) ... 45
Gambar 4.20 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan
alat 1 berluasan 1,6 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 1) ... 46
Gambar 4.21 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hkonv dengan alat 1
berluasan 1,26 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 2) ... 47
Gambar 4.22 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T dengan alat 1
berluasan 1,26 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 2) ... 47
Gambar 4.23 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan alat 1 berluasan 1,26 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 2) ... 48
Gambar 4.24 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hkonv dengan alat 1
berluasan 1,03 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 3) ... 49
Gambar 4.25 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T dengan alat 1
xvii
Gambar 4.26 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan alat 1 berluasan 1,03 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data alat 1 dengan volume air 10 liter menggunakan kolektor dan
reflektor berluasan 1.6 m2 (variasi 1) ... 17
Tabel 4.2 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 1) ... 18
Tabel 4.3 Data alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor dan
reflektor berluasan 1.26 m2 (variasi 2)... 18
Tabel 4.4 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 2) ... 19
Tabel 4.5 Data alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor
(variasi 3) ... 19
Tabel 4.6 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 3) ... 20
Tabel 4.7 Data alat 1 dengan volume 8 liter menggunakan kolektor
(variasi 4) ... 20
Tabel 4.8 Data alat 2 dengan volume 8 liter tanpa kolektor (variasi 4) ... 21
Tabel 4.9 Data alat 1 dengan volume 6 liter menggunakan kolektor
(variasi 5) ... 21
Tabel 4.10 Data alat 2 distilasi dengan volume 6 liter tanpa kolektor
(variasi 5) ... 22
xix
Tabel 4.12 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter
menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,6 m2
(variasi 1) ... 23
Tabel 4.13 Data hasil perhitungan alat 2 dengan volume 10 liter tanpa
kolektor (variasi 1) ... 23
Tabel 4.14 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter
menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,26 m2
(variasi 2) ... 24
Tabel 4.15 Data hasil perhitungan alat 2 dengan volume 10 liter tanpa
kolektor (variasi 2) ... 24
Tabel 4.16 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter
menggunakan kolektor berluasan 1.03 m2 (variasi 3) ... 25
Tabel 4.17 Data hasil perhitungan alat 2 dengan volume 10 liter tanpa
kolektor (variasi 3) ... 25
Tabel 4.18 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 8 liter menggunakan
kolektor dan absorber berluasan 1,03 m2 (variasi 4) ... 26
Tabel 4.19 Data hasil perhitungan alat 2 dengan volume 8 liter tanpa kolektor
(variasi 4) ... 26
Tabel 4.20 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 6 liter menggunakan
kolektor dan absorber berluasan 1,03 m2 (variasi 5) ... 27
Tabel 4.21 Data hasil perhitungan alat 2 dengan volume 6 liter tanpa kolektor
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat Distilasi ... 56
Lampiran 2. Alat Bantu Pengukuran ... 57
Lampiran 3. Tabel Uap A-8 ... 58
Lampiran 3 Lanjutan Tabel Uap A-8 ... 59
Lampiran 4. Tabel Sifat Air A-9 ... 60
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan semua makhluk hidup untuk bertahan
hidup. Masih banyak daerah di Indonesia yang kekurangan air bersih karena air
yang ada seringkali terkontaminasi dengan tanah, air laut, dan bahan kimia pada
daerah sekitar perindustrian. Air yang kotor tidak akan layak dikonsumsi dan dapat
mengganggu kesehatan sehingga perlu adanya alat yang dapat memurnikan air.
Distilasi air energi surya adalah salah satu cara untuk mendapatkan air bersih
dengan cara menguapkan air kotor sehingga dapat memisahkan kotoran dengan uap
lalu mengembunkan uap tersebut dan menghasilkan air bersih. Alat ini memiliki
keuntungan yaitu mudah digunakan dan perawatan yang mudah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penguapan di
antaranya adalah kecepatan udara di atas permukaan zat cair, luas permukaan zat
cair, tekanan dan termperatur zat cair. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembunan antara lain adalah temperatur, tekanan dan kelembaban. Proses
distilasi air dimulai dari penguapan air kotor (air terkontaminasi) kemudian
mengembunkan kembali uap tersebut. Uap yang berasal dari air kotor tidak
membawa zat-zat yang mencemarinya, sehingga air yang dihasilkan dari
2
Unjuk kerja dari alat distilasi ini dapat ditentukan oleh jumlah air bersih
yang dapat dihasilkan, efisiensi destilator, dan efisiensi kolektor. Faktor yang
mempengaruhi jumlah air hasil distilasi yaitu keefektifan absorber dalam menerima
energi panas matahari, keefektifan kaca dalam mengembunkan uap yang
terkumpul, massa atau volume air yang akan didistilasi, luas permukaan air yang
akan didistilasi, lama waktu pemanasan, dan temperatur air yang masuk ke dalam
alat distilasi. Absorber harus terbuat dari bahan dengan nilai absorbtivitas panas
yang tinggi agar mampu menerima panas dengan cepat dan pada umumnya
absorber dicat dengan warna hitam. Kaca penutup tidak boleh terlalu panas karena
jika terlalu panas, uap air akan sukar untuk mengembun. Volume air yang didistilasi
tidak boleh terlalu banyak karena akan memperlama proses penguapan. Tetapi jika
volume air terlalu sedikit akan membuat alat distilasi menjadi sangat panas dan akan
merusak alat distilasi tersebut umumnya kaca penutup akan pecah. Temperatur air
masuk alat distilasi diusahakan sudah tinggi agar mempercepat proses penguapan
yang terjadi. Cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan temperatur air masuk
adalah dengan memberi pemanasan awal air sebelum memasuki alat distilasi. Salah
satu alat yang digunakan untuk memberikan pemanasan awal tersebut adalah
kolektor plat datar dengan pipa seri.
Permasalahan yang ada dalam distilasi air energi surya adalah masih
rendahnya unjuk kerja yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi karena kurang
efektifnya proses penguapan dan pengembunan yang terjadi. Jenis absorber yang
sering digunakan adalah absorber bak dan kain. Jenis absorber bak adalah jenis
termasuk yang terendah. Rendahnya unjuk kerja distilasi jenis absorber bak
disebabkan jumlah massa air yang cukup banyak pada bak mengakibatkan proses
penguapan tidak cepat berlangsung. Penambahan kolektor dapat menaikkan
temperatur air dalam alat yang menyebabkan penguapan air semakin cepat.
Penggunaan reflektor pada sisi kolektor dapat membantu memantulkan energi surya
ke arah kolektor sehingga mampu menambah temperatur air.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada latar belakang dijelaskan bahwa pada alat distilasi energi surya ada
dua proses utama yang terjadi, yaitu penguapan dan pengembunan. Proses
penguapan diantaranya dipengaruhi oleh temperatur air masukan dan volume air
yang akan dimurnikan. Pada penelitian ini, temperatur air masukan dinaikkan
dengan cara menambahkan kolektor plat datar dengan pipa seri dan reflektor yang
diletakkan di sisi luar kolektor, dan pemberian volume air dengan nilai yang
berbeda pada alat distilasi jenis bak akan mempengaruhi laju dan waktu penguapan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, dapat ditemukan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh luasan absorber terhadap unjuk kerja alat distilasi?
4
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yakni meliputi:
1. Luasan bak distilasi 0,42 m2 2. Luasan kolektor pipa seri 0,5 m2
3. Luasan reflektor 0,47 m2
4. Energi panas yang diterima dianggap merata
5. Analisis data dilakukan dengan beberapa asumsi, diantaranya
temperatur pada setiap titik parameter pengukuran dianggap seragam
dalam suatu bidang, debit air yang mengalir melewati kolektor dianggap
konstan, dan tidak ada kebocoran pada alat distilasi.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian alat distilasi air energi surya jenis bak dengan
menggunakan kolektor pipa seri ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh luasan absorber terhadap unjuk kerja alat
distilasi
Manfaat dari penelitian alat distilasi air energi surya jenis bak dengan
kolektor pipa seri ini adalah:
1. Dapat dikembangkan menjadi prototype dan produk teknologi alat
distilasi energi surya sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bersih
khususnya di daerah yang kesulitan mendapatkan air bersih.
2. Menambah kepustakaan mengenai teknologi distilasi dengan energi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian tentang faktor yang mempengaruhi unjuk kerja alat
distilasi air energi surya, diantaranya: Pengaruh temperatur sekitar, jumlah energi
surya yang diterima alat distilasi (Arunkumar, et al., 2010). Pengaruh bahan dan
bentuk absorber (Mona M. Naim, 2002), pengaruh tebal dan kemiringan kaca
penutup (Ahmed Z Al-Garni, et al., 2011; Hitesh N Panchal, 2011), pengaruh
ketinggian air di bak air (Anil Kr. Tiwari, 2006), pengaruh jenis dan konsentrasi zat
kontaminasi serta warna air yang akan didistilasi (Mitesh I. Patel, n.d.), pengaruh
kondensor pasif eksternal maupun internal pada distilasi (Hassan E.S. Fath, 1993),
dan pengaruh beda temperatur air dalam bak distilasi dengan temperatur kaca (Pr.
Kaabi Abdenacer, 2007). Keuntungan alat distilasi energi surya sebagai penjernih
air diantaranya tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya, pengoperasian
dan perawatannya mudah (Kunze, H. H., 2001). Penelitian pendinginan kaca pada
alat distilasi air energi surya jenis absorber kain dengan kaca tunggal mendapatkan
adanya laju alir massa air pendingin optimum sebesar 1,5 m/s dibawah atau di atas
nilai optimum tersebut akan menyebabkan turunnya efisiensi (Janarthanan, et al.,
2006). Penelitian alat distilasi dengan penambahan kolektor meningkatkan
produksi harian sebesar 231% dan menurunkan efisiensi alat 2,5% (Ali A. Badran,
2.2 Landasan Teori
Pada sistem distilasi terdapat dua langkah utama yang dilakukan yaitu
penguapan dan pengembunan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya proses
penguapan diantaranya adalah luas permukaan zat cair, aliran udara di atas
permukaan air, tekanan yang rendah, lama waktu pemanasan, dan temperatur air
yang akan didistilasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pengembunan
diantaranya adalah perbedaan temperatur, tekanan, dan kelembaban. Komponen
utama yang terdapat pada alat distilasi air energi surya yaitu bak air dan kaca
penutup (Gambar 2.1). Bak air juga berfungsi sebagai absorber yaitu sebagai
penyerap energi panas matahari yang akan memanaskan air untuk diuapkan. Kaca
penutup berfungsi sebagai kondenser yang berfungsi untuk pengembunan uap air.
Bagian umum lain yang terdapat pada alat distilasi yaitu saluran air masuk (kotor)
dan saluran air keluar (bersih).
8
Keunggulan distilasi air energi surya jenis absorber bak diantaranya: tidak
memerlukan pengaturan aliran air masukkan dan tidak ada kerugian energi panas
karena keluarnya air yang tidak menguap dari alat distilasi. Sedangkan
kelemahannya adalah unjuk kerja distilasi jenis absorber bak merupakan yang
terendah dibandingkan distilasi jenis lainnya, misalnya jenis absorber kain.
Rendahnya unjuk kerja pada distilasi air energi surya jenis absorber bak
diantaranya disebabkan proses penguapan yang kurang efektif. Kurang efektifnya
proses penguapan disebabkan jumlah massa air yang besar tiap satuan luas
absorber. Selain itu, posisi absorber yang tidak sejajar dengan kaca penutup
menyebabkan terjadinya efek bayangan pada permukaan air sehingga jumlah energi
surya yang dapat diterima menjadi berkurang.
Efisiensi distilasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah energi
yang digunakan dalam proses penguapan air dengan jumlah energi yang datang
selama waktu tertentu (Arismunandar, 1995). Efisiensi distilasi dapat dihitung
dengan meggunakan persamaan :
𝜂
𝑑=
𝐴𝑐 . ∫ 𝐺𝑚 . ℎ𝑡𝑓𝑔 0 .𝑑𝑡(1)
dengan ηd adalah efisiensi distilasi (%), Ac adalah luasan kolektor (m2), dt adalah
lama waktu pemanasan (detik), G adalah radiasi surya yang datang (Watt/m2), hfg
adalah panas laten penguapan air (kJ/kg), dan m adalah hasil air distilasi (kg).
Sebagian energi panas dari absorber akan dikonveksikan ke kaca. Energi yang
𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 = ℎ𝑘𝑜𝑛𝑣× (𝑇𝑊− 𝑇𝐶) (2)
dengan qkonv adalah bagian energi surya yang hilang karena konveksi (Watt/m2),
TW adalah temperatur air (K) , TC adalah temperatur kaca penutup (K), dengan kata
lain selisih Tw dan Tc disebut ∆T (oC), hkonv adalah koefisien konveksi
(Watt/m2.oC). koefisien konveksi ini dapat dihitung dengan:
ℎ𝑘𝑜𝑛𝑣 = 88,84 × 10−3 . (𝑇𝑊− 𝑇𝐶+268,9×10𝑃𝑊−𝑃−3𝐶−𝑃𝑊× 𝑇𝑊) 1 3
(3)
energi penguapan dapat dihitung dengan persamaan :
𝑞𝑢𝑎𝑝 = (16,27 × 10−3). 𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 . ( 𝑇𝑃𝑊−𝑃𝐶
𝑊−𝑇𝐶 ) (4)
atau
𝑞
𝑢𝑎𝑝=
𝑚 .ℎ𝑑𝑡𝑓𝑔(5)
dengan quap adalah bagian energi surya yang digunakan untuk proses penguapan
(Watt/m2), P
W adalah adalah tekanan parsial uap air pada temperatur air (N/m2), dan
PC adalah tekanan parsial uap air pada temperatur kaca penutup (N/m2)
dengan qc adalah energi berguna kolektor (Watt/m2), Ac adalah luasan kolektor
(m2), dan G adalah radiasi surya yang datang (Watt/m2). Untuk menghitung energi berguna kolektor dapat menggunakan Persamaan 2. Dimana mc adalah massa fluida
yang dihasilkan (kg), Cp adalah kalor spesifik pada tekanan konstan (kJ/kg.oC), dan
ΔTkol adalah selisih temperatur kolektor dan air keluar kolektor atau ToutKol – TinKol
(oC).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua alat distilasi yaitu (1)
alat penelitian (distilasi bak dengan kolektor pipa seri dan reflektor dengan aliran
termosifon) dan (2) alat pembanding (distilasi bak tanpa kolektor pipa seri dan
reflektor dengan aliran termosifon). Pengambilan data kedua alat tersebut dilakukan
pada waktu yang bersamaan hal ini dilakukan karena energi surya akan selalu
berubah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan yang didahului
dengan studi literatur dari jurnal tentang penelitian distilasi air energi surya yang
pernah dilakukan. Selain itu, dilakukan juga studi literatur tentang teori-teori dasar
yang mendukung hipotesis dan analisis data. Eksperimen diawali dengan membuat
model distilasi air energi surya. Model kolektor yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah kolektor dengan susunan pipa seri (Gambar 3.2). Setelah kedua
model alat eksperimen dan model kolektor selesai di buat maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah uji kebocoran.
Langkah selanjutnya adalah pengambilan dan analisis data. Pengambilan data
dilakukan pada jam 08:00 sampai jam 16:00. Pengambilan data dilakukan secara
urut mulai dari variasi 1 sampai variasi 5. Setelah pengambilan data selesai
penyusunan artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang telah disusun akan diseminarkan
dan akan diperbaiki untuk menjadi naskah skripsi.
3.2 Variabel yang Divariasikan
Untuk mengetahui efek dari perubahan volume air dan luasan reflektor
terhadap unjuk kerja alat distilasi jenis bak maka dilakukan beberapa variasi. Untuk
mengetahui efek tersebut terhadap unjuk kerja akan dilakukan variasi distilasi bak
menggunakan kolektor dengan variasi volume air di dalam bak sebesar 10 liter
dengan absorber dan reflektor berluasan 1,6 m2 (variasi 1), volume air sebesar 10 liter dengan luasan absorber dan reflektor sebesar 1,26 m2 (variasi 2), volume air sebesar 10 liter tanpa reflektor (variasi 3), volume air 8 liter tanpa reflektor (variasi
4), dan volume air 6 liter tanpa reflektor (variasi 5).
3.3 Langkah Penelitian
Penelitian akan dimulai dengan membuat alat penelitian dan dilanjutkan
dengan analisis data. Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat distilasi yaitu alat distilasi jenis bak menggunakan kolektor
seri beserta reflektor dan alat distilasi yakni alat distilasi jenis bak dengan
dimensi yang sama sebagai pembanding
2. Mempersiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan di antaranya adalah
sensor temperatur, sensor etape, solar meter, microcontroller arduino,
12
3. Mengatur pemasangan reflektor dan pengisian volume air didalam bak
sesuai dengan variasi yang ditentukan
4. Memonitor parameter-parameter yang diukur oleh sensor
5. Melakukan pengulangan langkah 1 sampai 4 dengan variasi yang ditentukan
Pengambilan data untuk tiap variasi dilakukan selama delapan jam (08.00 –
16.00). Pengumpulan data dilakukan dengan sensor yang diatur dengan
mikrokontroler, sehingga dapat dilakukan pengambilan data setiap 10 detik. Data
perhitungan diambil dengan merata-ratakan semua parameter yang didapatkan
selama satu jam dalam delapan jam.
3.4 Skema dan Spesifikasi Alat
Spesifikasi alat distilasi bak adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan kaca absorber 15o
2. Bak penampungan air terbuat dari multiplek 60 cm x 80 cm dengan
ketebalan 4,5 cm
3. Luasan absorber alat distilasi adalah 55,4 cm x 76 cm
4. Absorber terbuat dari alumunium plat dengan tebal 1,5 mm
5. Tebal dinding 3 cm
6. Dinding alat dilapisi dengan karet hitam dengan ketebalan 3 mm
7. Penutup alat mengunakan kaca dengan ketebalan 3 mm
Gambar 3.2 Kolektor pipa seri
Spesifikasi kolektor plat datar pipa paralel adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan kolektor 30o
2. Dinding dan alas kolektor terbuat dari multiplek 62 cm x 81 cm dengan
14
3. Luasan bagian dalam kolektor adalah 55,4 cm x 76 cm
4. Tebal dinding adalah 3 cm
5. Dinding dilapisi dengan karet hitam dengan ketebalan 3 mm
6. Penutup kolektor mengunakan kaca dengan ketebalan 3 mm
7. Diameter pipa pada kolektor 1,5 cm
8. Sambungan antara plat dan pipa mengunakan las tembaga
Gambar 3.3 Alat distilasi air jenis bak menggunakan kolektor pipa seri dengan reflektor
Dalam penelitian ini digunakan dua buah alat, yaitu alat distilasi jenis bak
yang menggunakan kolektor dan reflektor (Alat 1) dan alat distilasi bak yang tanpa
3.5 Parameter yang Diukur
Pada penelitian ini parameter-parameter yang akan diukur diantaranya
adalah: temperatur absorber distilasi bak (Tw1), temperatur kaca distilasi bak (Tc1),
temperatur absorber distilasi bak alat pembanding (Tw2), temperatur kaca distilasi
bak alat pembanding (Tc2), temperatur absorber kolektor (Tw3), temperatur kaca
kolektor (Tc3), temperatur air masuk distilasi bak pada alat penelitian (Tin1),
kenaikan dan jumlah air distilasi yang dihasilkan (m),dan energi panas yang datang
dari energi surya(G). Dengan temperatur akan diukur dalam satuan oC, jumlah air distilasi yang dihasilkan dalam satuan liter, dan energi panas yang datang melalui
energi surya dalam satuan Watt/m2.
3.6 Alat Pendukung Pengambilan Data
Alat-alat pendukung untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Solar meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya radiasi
matahari yang datang dalam satuan Watt/m2.
2. Gelas ukur adalah alat yang digunakan untuk menampung dan sekaligus
digunakan untuk melihat jumlah air hasil distilasi.
3. Sensor temperatur ini digunakan untuk mengetahui temperatur absorber,
temperatur kaca, temperatur air masuk, temperatur air keluar, temperatur
sekitar.
16
5. Microcontroller arduino digunakan untuk pengambilan data selama
penelitian dengan cara kerja menangkap sinyal dari sensor-sensor yang
telah dipasang pada alat.
6. Busur digunakan untuk membantu dalam pengukuran kemiringan disaat
pemasangan reflektor pada kolektor.
3.7 Langkah Analisis Data
Langkah analisis data dan pembahasan tentang fenomena yang terjadi
dilakukan dengan pembuatan grafik perbandingan. Untuk menganalisis efek
volume air didalam alat distilasi terhadap unjuk kerja akan dibuat grafik sebagai
berikut:
1. Analisis perbandingan unjuk kerja total harian pada variasi 3, 4, dan 5
2. Analisis perbandingan qc, quap, ∆T, hkonv , dan ∆T.hkonv pada variasi 3, 4,
dan 5
Untuk menganalisis efek luasan reflektor yang berupa penerimaan energi
surya terhadap unjuk kerja akan dibuat grafik sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan unjuk kerja total harian pada variasi 1, 2, dan 3
2. Analisis perbandingan qc, quap, ∆T, hkonv , dan ∆T.hkonv pada variasi 1, 2,
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Berikut adalah data-data yang diperoleh selama penelitian. Data-data hasil
penelitian akan ditampilkan dalam rata-rata tiap jam.
Tabel 4.1 Data alat 1 dengan volume air 10 liter menggunakan kolektor dan reflektor berluasan 1.6 m2 (variasi 1)
18
Tabel 4.2 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 1)
Jam
Tabel 4.4 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 2)
Tabel 4.5 Data alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor (variasi 3)
20
Tabel 4.6 Data alat 2 dengan volume 10 liter tanpa kolektor (variasi 3)
Jam
Tabel 4.7 Data alat 1 dengan volume 8 liter menggunakan kolektor (variasi 4)
Tabel 4.8 Data alat 2 dengan volume 8 liter tanpa kolektor (variasi 4)
Tabel 4.9 Data alat 1 dengan volume 6 liter menggunakan kolektor (variasi 5)
22
Tabel 4.10 Data alat 2 distilasi dengan volume 6 liter tanpa kolektor (variasi 5)
Jam
Tabel 4.11 Unjuk kerja rata-rata harian alat distilasi
Variasi
Alat 1 Alat 2
Radiasi Matahari Hasil air Efisiensi Hasil air Efisiensi
Tabel 4.12 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,6 m2 (variasi 1)
Waktu Tc Tw ∆T G hkonv quap ∆T. hkonv md
24
Tabel 4.14 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,26 m2 (variasi 2)
Waktu Tc Tw ∆T G hkonv quap ∆T. hkonv md
Tabel 4.16 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 10 liter menggunakan kolektor berluasan 1.03 m2 (variasi 3)
Waktu Tc Tw ∆T G hkonv quap ∆T. hkonv md
26
Tabel 4.18 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 8 liter menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,03 m2 (variasi 4)
Waktu Tc Tw ∆T G hkonv quap ∆T.
Tabel 4.20 Data hasil perhitungan alat 1 dengan volume 6 liter menggunakan kolektor dan absorber berluasan 1,03 m2 (variasi 5)
Waktu Tc Tw ∆T G hkonv quap ∆T. hkonv md
28
4.3 Analisis Pengaruh Volume Air terhadap Unjuk Kerja Variasi 3, 4 dan 5
Jumlah volume air yang akan didistilasi mempengaruhi laju penguapan
sehingga akan mempengaruhi unjuk kerja alat distilasi. Dengan penggunaan
kolektor pada alat 1 dapat mempengaruhi unjuk kerja alat distilasi dari penambahan
energi surya yang diterima kolektor sehingga energi yang diterima kolektor akan
mempengaruhi temperatur air dalam kolektor. Dengan penambahan luas reflektor
didapatkan nilai energi berguna (qc) yang dihasilkan kolektor dan dihitung melalui
persamaan (6) sehingga dapat digambarkan pada grafik:
Gambar 4.1 Perbandingan energi berguna pada penggunaan alat 1 terhadap qc pada volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter (variasi 3, 4 dan 5)
Dari Gambar 4.1 didapatkan nilai qc rata-rata dan nilai tertinggi yaitu pada
variasi 3 bernilai 10,5 watt. Dengan besarnya nilai qc, dapat memungkinkan adanya
peningkatan hasil air karena energi surya yang diterima semakin besar dan nantinya
akan mempengaruhi temperatur air dalam bak destilator.
Sesuai dengan variasi 3, 4, dan 5 dapat digambarkan grafik pengaruh
volume terhadap unjuk kerja:
Gambar 4.2 Perbandingan variasi volume terhadap efisiensi alat distilasi dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter (variasi 3, 4 dan 5)
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 3 tanpa kolektor lebih
besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi terbesar yaitu 43%
pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dan reflektor dengan volume 8 liter
(variasi 4). Selisih efisiensi alat 1 dan alat 2 pada variasi 3 sebesar 22%, variasi 4
sebesar 26%, variasi 5 sebesar 21%.
Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih besar dibanding alat 1 disebabkan oleh
luas absorber yang menggunakan kolektor lebih besar pada alat 1. Sehingga pada
saat dilakukan perhitungan dengan persamaan (1), nilai Ac yang lebih besar akan
memperkecil nilai efisiensi alat distilasi.
30
Gambar 4.3 Perbandingan variasi volume terhadap hasil air alat distilasi dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter (variasi 3, 4 dan 5)
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat hasil air pada alat 1 sebesar 0,78 liter (0,75
kg/m2.hari) pada variasi 3, 0,73 liter (0,71 kg/m2.hari) pada variasi 4, dan 0,38 liter (0,37 kg/m2.hari) pada variasi 5. Hasil air pada alat 2 sebesar 0,64 liter (1,53
kg/m2.hari) pada variasi 3, 0,72 liter (1,71 kg/m2.hari) pada variasi 4, dan 0,4 liter (0,97 kg/m2.hari) pada variasi 5. Jika dilakukan perhitungan, selisih hasil air pada
alat 1 lebih besar dibandingkan alat 2 yaitu sebesar 16,87% pada variasi 3 dan alat
2 lebih besar dibandingkan alat 1 yaitu sebesar 1,37% pada variasi 4, dan 5,26%
pada variasi 5.
Hal yang mempengaruhi hasil air dari ketiga variasi ini adalah energi surya
yang diterima alat, quap, ∆T, dan luasan absorber. Hasil air pada variasi 3 memiliki
nilai yang lebih besar pada alat 2 karena temperatur kaca yang lebih rendah daripada
alat 1. Jika dibandingkan variasi 5 mendapatkan hasil air yang lebih sedikit dari
variasi 3 dan variasi 4 karena energi surya yang diterima pada variasi 3 yang rendah
yaitu selisih 30% lebih kecil. Jika dihubungkan dengan Gambar 4.1, nilai qc
berbanding lurus dengan hasil air pada alat 1 dan pada Gambar 4.2, dapat dilihat
efisiensi tidak meningkat seiring dengan meningkatnya hasil air karena dipengaruhi
oleh luasan absorber yang berbeda.
Gambar 4.4 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap quap dengan volume 10 liter, 8 liter, dan 6 liter (variasi 3, 4 dan 5)
Dari hasil perhitungan quap sesuai dengan persamaan (4), didaparkan grafik
seperti yang terdapat pada Gambar 4.4. Selisih nilai quap yaitu sebesar 21,64% pada
variasi 3, 8,27% pada variasi 4, 4,36% pada variasi 5. Nilai quap akan mempengaruhi
laju penguapan. Semakin besar nilai quap, laju penguapan akan semakin besar.
4.3.1 Volume air pada alat 1 dengan kolektor dan alat 2 tanpa kolektor sebesar 10 liter (variasi 3)
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 3 tanpa kolektor lebih
besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi terbesar yaitu 38%
32
pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dan reflektor dengan volume 8 liter
(variasi 4) dan selisih efisiensi alat 1 dan alat 2 pada variasi 3 sebesar 22%.
Dari Gambar 4.4, dapat dilihat hasil perhitungan rata-rata quap alat 1 dan alat
2 pada variasi 3. Hasil quap terbesar didapatkan pada alat 2 dengan selisih 21,65
W/m2 (40%) dibanding alat 1. Besaran nilai quap akan mempengaruhi laju
penguapan dan hasil air yang semakin besar. Dari hasil perhitungan, nilai quap pada
alat 2 variasi 3 didapatkan hasil air yang terbanyak per luasan absorber (1,53
kg/m2.hari).
Gambar 4.6 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T dengan volume 10 liter (variasi 3)
Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv meningkat seiring
berjalannya waktu. Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan nilai hkonv pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata-rata sebesar 1,40% dan selisih ∆T
rata-rata sebesar 0,45%. Jika dihubungkan dengan hasil air variasi 3 (Gambar 4.3),
hasil air yang didapatkan alat 1 memiliki selisih yang besar dengan alat 2. Jika
dilakukan perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut sebagai energi yang
digunakan untuk memindahkan panas secara konveksi dari absorber ke kaca. Nilai
∆T dan hkonv dapat digambarkan dalam grafik: -6
-4 -2 0 2 4 6 8 10
8 9 10 11 12 13 14 15 16
∆T
(
oC)
Jam
Alat 1
34
Gambar 4.7 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T.hkonv dengan volume 10 liter (variasi 3)
Dari Gambar 4.7, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 2 lebih besar
dibanding alat 1. Pada jam 8-9, Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih
rata-rata ∆T.hkonv harian sebesar 21,71%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang
digunakan untuk memindahkan panas secara konveksi ke kaca terbesar pada alat 2.
4.3.2 Volume pada alat 1 dengan kolektor dan alat 2 tanpa kolektor sebesar 8 liter (variasi 4)
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 4 tanpa kolektor lebih
besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi terbesar yaitu 43%
pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dan reflektor dengan volume 8 liter
(variasi 4). Selisih efisiensi alat 1 dan alat 2 pada variasi 3 sebesar 26%.
Dari Gambar 4.4, dapat dilihat hasil perhitungan rata-rata quap alat 1 dan alat
selisih 8,27 W/m2 (15%). Besaran nilai quap akan mempengaruhi laju penguapan dan
hasil air yang semakin besar. Dari hasil perhitungan, nilai quap pada alat 1 dapat
menghasilkan hasil air harian yang lebih banyak per satuan luasan absorber sebesar
1,03 m2.
Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih besar dibanding alat 1 disebabkan oleh
luas absorber yang menggunakan kolektor lebih besar pada alat Sehingga pada saat
dilakukan perhitungan efisiensi dengan persamaan (1), nilai Ac yang lebih besar
akan memperkecil nilai efisiensi alat distilasi.
Terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi unjuk kerja alat distilasi
pada variasi 4, digambarkan pada grafik:
36
Gambar 4.9 Perbandingan variasi volume terhadap ∆T dengan volume 8 liter (variasi 4)
Gambar 4.8 dan 4.9 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv meningkat seiring
berjalannya waktu. Gambar 4.8 dan 4.9 menunjukkan nilai hkonv pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata sebesar 19,21% dan selisih
rata-rata ∆T sebesar 18,53%. Jika dihubungkan dengan hasil air variasi 4 (Gambar 4.3),
hasil air yang didapatkan alat 1 memiliki selisih yang besar jika dibandingkan
dengan alat 2. Jika dilakukan perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut
sebagai energi yang digunakan untuk memindahkan panas secara konveksi dari
Gambar 4.10 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap
∆T.hkonv dengan volume 8 liter (variasi 4)
Dari Gambar 4.10, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 1 lebih besar
dibanding alat 2. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih rata-rata
∆T.hkonv harian sebesar 11,31%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang digunakan
untuk memindahkan panas secara konveksi ke kaca pada alat 1 lebih besar
dibanding alat 2.
4.3.3 Volume pada alat 1 dan 2 sebesar 6 liter (variasi 5)
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 5 tanpa kolektor lebih
besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi terbesar yaitu 34%
pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dengan. Selisih efisiensi alat 1 dan
alat 2 pada variasi 5 sebesar 21%.
Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih besar dibanding alat 1 disebabkan oleh
38
saat dilakukan perhitungan efisiensi dengan persamaan (1), nilai Ac yang lebih
besar akan memperkecil nilai efisiensi alat distilasi.
Gambar 4.11 Perbandingan variasi volume terhadap hkonv dengan volume 6 liter (variasi 5)
Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv meningkat seiring
berjalannya waktu. Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan nilai hkonv pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata-rata sebesar 5% dan selisih ∆T
rata-rata sebesar 5,48%. Jika dihubungkan dengan hasil air variasi 5 (Gambar 4.3), hasil
air yang didapatkan alat 2 memiliki selisih yang besar jika dibandingkan dengan
alat 1. Jika dilakukan perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut sebagai
energi yang digunakan untuk memindahkan panas secara konveksi dari absorber ke
kaca. Nilai ∆T dan hkonv dapat digambarkan dalam grafik:
Gambar 4.13 Perbandingan variasi volume air yang akan didistilasi terhadap
∆T.hkonv dengan volume 6 liter (variasi 5)
Dari Gambar 4.13, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 2 lebih besar
dibanding alat 1. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih ∆T.hkonv harian
rata-rata sebesar 9,07%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang digunakan untuk
memindahkan panas ke kaca secara konveksi pada alat 2 lebih besar dibanding alat
40
4.4 Analisis Pengaruh Luasan Absorber terhadap Unjuk Kerja pada Variasi 1, 2 dan 3
Penambahan luasan reflektor dapat mempengaruhi unjuk kerja alat distilasi
dari penambahan energi surya yang diterima kolektor. Semakin besar luasan
reflektor, energi yang diterima kolektor akan lebih fokus sehingga akan
mempengaruhi temperatur air dalam kolektor. Dengan penambahan luas reflektor
didapatkan nilai energi berguna (qc) yang dihasilkan kolektor dan dihitung melalui
persamaan (6) sehingga dapat digambarkan pada grafik:
Gambar 4.14 Perbandingan energi berguna pada penggunaan alat 1 terhadap qc dengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3)
Luasan reflektor alat distilasi mempengaruhi laju penguapan sehingga akan
berpengaruh juga terhadap unjuk kerja alat distilasi. Sesuai dengan variasi 1, 2, dan
Gambar 4.15 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap efisiensi alat
distilasi dengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3)
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat efisiensi alat 2 tanpa kolektor lebih besar
dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor dan reflektor. Efisiensi terbesar yaitu
43% pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dan reflektor. Selisih efisiensi
alat 1 dan alat 2 pada variasi 1 sebesar 22%, variasi 2 sebesar 26%, variasi 3 sebesar
21%.
Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih besar dibanding alat 1 disebabkan oleh
luas absorber yang menggunakan kolektor lebih besar pada alat 1. Sehingga pada
saat dilakukan perhitungan dengan persamaan (1), nilai Ac yang lebih besar akan
memperkecil nilai efisiensi alat distilasi.
42
Gambar 4.16 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hasil air dengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3)
Dari Gambar 4.16 dapat dilihat hasil air pada alat 1 sebesar 0,83 liter (0,53
kg/m2.hari) pada variasi 1, 0,95 liter (0,75 kg/m2.hari) pada variasi 2, dan 0,78 liter
(0,75 kg/m2.hari) pada variasi 3. Hasil air pada alat 2 sebesar 0,69 liter (1,64 kg/m2.hari) pada variasi 1, 0,80 liter (1,92 kg/m2.hari) pada variasi 2, dan 0,64 liter (1,53 kg/m2.hari) pada variasi 3. Jika dilakukan perhitungan, selisih hasil air total
harian pada alat 1 lebih besar dibandingkan alat 2 yaitu sebesar 16,87% pada variasi
1, 14,89% pada variasi 2, 17,95% pada variasi 3. Hal yang mempengaruhi hasil air
dari ketiga variasi ini adalah energi surya yang diterima alat, quap, ∆T, hkonv, dan
qkolektor. Hasil air pada variasi 3 memiliki nilai yang lebih besar pada alat 1 karena
temperatur kaca yang lebih rendah daripada alat 2.
Gambar 4.17 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap quapdengan luasan 1,6 m2, 1,26 m2, 1.03 m2 (variasi 1, 2, dan 3)
Dari hasil perhitungan quap sesuai dengan persamaan (4), didaparkan grafik
seperti yang terdapat pada Gambar 4.17. Selisih nilai quap yaitu sebesar 19% pada
variasi 1, 14% pada variasi 2, 41% pada variasi 3. Nilai quap akan mempengaruhi
laju penguapan. Semakin besar nilai quap, laju penguapan akan semakin besar. Jika
dihubungkan dengan Gambar 4.16, nilai quap berbanding lurus terhadap hasil air.
Terdapat faktor lain yang mempengaruhi unjuk kerja alat distilasi yaitu ∆T dan
hkonv.
4.4.1 Luasan alat 1 dengan reflektor berluasan 1,6 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 1)
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 1 tanpa kolektor lebih
besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor dan reflektor. Efisiensi terbesar
yaitu sebesar 33% pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor dengan selisih
efisiensi alat 1 dan alat 2 pada variasi 1 sebesar 22%. Alat 2 memiliki efisiensi yang
44
lebih besar dibanding alat 1 disebabkan oleh luas absorber yang menggunakan
kolektor dan reflektor lebih besar pada alat 1. Sehingga pada saat dilakukan
perhitungan efisiensi dengan persamaan (1), nilai Ac yang semakin besar akan
memperkecil nilai efisiensi alat distilasi.
Dari Gambar 4.16 hasil air terbesar didapatkan pada alat 1 dengan hasil total
0,83 liter dan hasil air per luasan absorber terbesar didapatkan pada alat 2 dengan
hasil 1,64 kg/m2.hari. Nilai efisiensi pada alat 2 bernilai lebih besar dikarenakan
luasan absorber yang lebih kecil dari alat 1.
Gambar 4.19 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T dengan alat 1 berluasan 1,6 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 1)
Gambar 4.18 dan 4.19 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv bernilai negatif
karena energi surya yang kecil pada jam 8-9 dan meningkat seiring berjalannya
waktu. Gambar 4.18 dan 4.19 menunjukkan nilai hkonv rata-rata pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata-rata sebesar 15,71% dan ∆T
rata-rata sebesar 3,46%. Jika dilihat pada hasil air (Gambar 4.16), hasil air yang
didapatkan alat 1 memiliki selisih yang besar dibanding alat 2 yaitu sebesar 16,87%.
Jika dilakukan perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut sebagai energi
yang digunakan untuk memindahkan panas secara konveksi dari absorber ke kaca.
46
Gambar 4.20 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan alat 1 berluasan 1,6 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 1)
Dari Gambar 4.20, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 2 lebih besar
dibanding alat 1. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih rata-rata
∆T.hkonv harian sebesar 15,44%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang digunakan
untuk memindahkan panas secara konveksi ke kaca pada alat 2 lebih besar.
4.4.2 Luasan alat 1 dengan reflektor berluasan 1,26 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 2)
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 2 tanpa kolektor dan
reflektor lebih besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi yang
dihasilkan yaitu 43% pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor. Selisih efisiensi
alat 1 dan alat 2 pada variasi 2 sebesar 22%. Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih
besar dibanding alat 1 disebabkan oleh luas absorber yang menggunakan kolektor
efisiensi dengan persamaan (1), nilai Ac yang semakin besar akan memperkecil
nilai efisiensi alat distilasi. Dari Gambar 4.16 hasil air terbesar didapatkan pada alat
1 variasi 2 dengan hasil total 0,8 liter dan hasil air per luasan absorber terbesar
didapatkan pada alat 2 dengan hasil 1,92 kg/m2.hari. Nilai efisiensi pada alat 2
bernilai lebih besar dikarenakan luasan absorber yang lebih kecil dari alat 1.
Gambar 4.21 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap hkonv dengan alat 1 berluasan 1,26 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 2)
48
Gambar 4.21dan 4.22 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv meningkat seiring
berjalannya waktu. Gambar 4.21 dan 4.22 menunjukkan nilai hkonv pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata-rata sebesar 16,02% dan ∆T
rata-rata sebesar 4,38%. Nilai negatif pada jam 8-9 didapatkan karena energi surya yang
diterima alat kecil. Jika dilihat pada hasil air (Gambar 4.16), hasil air yang
didapatkan alat 1 memiliki selisih yang lebih besar dibanding alat 2. Jika dilakukan
perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut sebagai energi yang digunakan
untuk memindahkan panas secara konveksi dari absorber ke kaca. Nilai ∆T dan hkonv
dapat digambarkan dalam grafik:
Gambar 4.23 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan alat 1 berluasan 1,26 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2(variasi 2)
Dari Gambar 4.23, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 2 lebih besar
dibanding alat 1. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih rata-rata
∆T.hkonv harian sebesar 26,62%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang digunakan
4.4.3 Luasan alat 1 tanpa reflektor berluasan 1,03 m2 dan alat 2 tanpa reflektor berluasan 0,42 m2 (variasi 3)
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat efisiensi alat 2 variasi 3 tanpa kolektor dan
reflektor lebih besar dibanding alat 1 yang menggunakan kolektor. Efisiensi yang
dihasilkan yaitu 34% pada alat 2 yang tidak menggunakan kolektor. Selisih efisiensi
alat 1 dan alat 2 pada variasi 3 sebesar 22%. Alat 2 memiliki efisiensi yang lebih
besar dibanding alat 1 disebabkan oleh luas absorber yang menggunakan kolektor
dan reflektor lebih besar pada alat 1. Sehingga pada saat dilakukan perhitungan
efisiensi dengan persamaan (1), nilai Ac yang semakin besar akan memperkecil
nilai efisiensi alat distilasi. Dari Gambar 4.16 hasil air terbesar didapatkan pada alat
1 dengan hasil total 0,78 liter dan hasil air per luasan absorber terbesar didapatkan
pada alat 2 dengan hasil 1,53 kg/m2.hari. Hasil air per luasan absorber pada alat 2 bernilai besar dikarenakan luasan absorber yang lebih kecil dari alat 1.
50
Gambar 4.25 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T dengan alat 1 berluasan 1,03 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2 (variasi 3)
Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan bahwa ∆T dan hkonv meningkat seiring
berjalannya waktu. Gambar 4.24 dan 4.25 menunjukkan nilai hkonv pada alat 1 lebih
besar dibanding alat 2 dengan selisih hkonv rata-rata sebesar 1,4% dan ∆T rata-rata
sebesar 0,45%. Nilai negatif pada jam 8-9 didapatkan karena energi surya yang
diterima alat bernilai rendah. Jika dilihat pada hasil air (Gambar 4.16), hasil air yang
didapatkan alat 1 memiliki selisih yang lebih besar dibanding alat 2. Jika dilakukan
perhitungan, perkalian ∆T dan hkonv dapat disebut sebagai energi yang digunakan
untuk memindahkan panas secara konveksi dari absorber ke kaca. Nilai ∆T dan hkonv
Gambar 4.26 Perbandingan variasi luasan absorber terhadap ∆T.hkonv dengan alat 1 berluasan 1,03 m2 dan alat 2 berluasan 0,42 m2(variasi 3)
Dari Gambar 4.26, dapat dilihat nilai ∆T.hkonv pada alat 2 lebih besar
dibanding alat 1. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan selisih rata-rata
∆T.hkonv harian sebesar 21,71%. Hal ini menunjukkan bahwa energi yang digunakan
52 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap variasi luasan absorber dan
volume air, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah:
1. Penambahan luasan absorber berupa pemberian kolektor dan reflektor
mendapatkan hasil air yang lebih banyak. Dengan penggunaan kolektor
dan reflektor, efisiensi berkurang karena pengaruh luasan absorber dan
tidak sebanding dengan hasil air yang didapatkan. Pada penelitian ini,
alat 1 yang menggunakan absorber berluasan 1,26 m2 menghasilkan
hasil air total yang paling besar yaitu 0,95 liter (0,75 kg/m2.hari). Hasil air per luasan alat dan efisiensi terbesar pada alat 2 yang tidak
menggunakan kolektor dan reflektor yaitu secara berurut 1,92
kg/m2.hari dan 43%.
2. Pengaruh volume air terhadap unjuk kerja terdapat pada faktor
penguapan, yaitu semakin kecil luas permukaan air yang akan
didistilasi, laju penguapan akan semakin cepat. Pada penelitian ini
didapatkan efisiensi alat dengan volume 8 liter (sedang) berluasan 0,42
m2 yaitu 34%. Hal ini dipengaruhi oleh luasan alat yang menggunakan
kolektor yang lebih besar, selisih ∆T yang lebih besar dan energi yang
besar untuk memindahkan panas ke kaca pada variasi tersebut. Hasil air
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Z Al-Garni, et al., 2011. Effect of glass slope angle and water depth on
productivity of double slope solar still. Journal of Scientific & Industrial Research,
October, Volume 70, pp. 884-890.
Ali A. Badran, et al., 2005. A solar still augmented with a flat-plate collector.
Desalination, Volume 172, p. 227–234.
Anil Kr. Tiwari, G. T., 2006 . Effect of water depths on heat and mass transfer in a
passive solar still: in summer climatic condition. Desalination , Volume 195 , p.
78–94.
Arismunandar, 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Arunkumar, T. et al., 2010. Study of thermo physical properties and an
improvement in production of distillate yield in pyramid solar still with boosting
mirror. Indian Journal of Science and Technology, August, 3(8), pp. 879-884.
Hassan E.S. Fath, S. M. E., 1993. Effect of adding a passive condenser on solar still
performance. Energy Conversion and Management, January, 34(1), pp. 63-72.
Hitesh N Panchal, 2011. Effect of Varying glass cover thickness on performance of
Solar still: in a Winter Climate Conditions. International Journal Of Renewable
Energy Research, 1(4), pp. 212-223.
Janarthanan, et al., 2006. Performance of floating cum tilted-wick type solar still
with the effect of water flowing over the glass cover. Desalination, Volume 190,
pp. 51-62.
Kunze, H. H., 2001. A New Approach To Solar Desalination For Small- And
Medium-Size Use In RemoteAreas, Desalination, 139, pp 35-41.
Mitesh I. Patel, P. M. M. S. I., n.d. Effect of dye on distillation of a single slope
active solar still coupled with evacuated glass tube solar collector. International
Mona M. Naim, M. A. A. E. K., 2002. conventional solar stills Part 1.
Non-conventional solar stills with charcoal particles as absorber medium. Desalination,
Volume 153, pp. 55-64.
Pr. Kaabi Abdenacer, S. N., 2007 . Impact of temperature difference (water-solar
56
LAMPIRAN
58
60