• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 5-1 Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Ketapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 5-1 Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Ketapang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-95

BAB 5

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD

Laporan relisasi fisik Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Ketapang selama periode 2011-2014 menunjukkan bahwa konsentrasi pembangunan lebih terarah pada sektor pengembangan kawasan permukiman (PKP) yang rata-rata alokasi anggaran pertahunnya mencapai 67,07 persen dengan rata-rata pertumbuhan pertahun mencapai 27,83 persen. Target fisik terbangun lebih lebih difokuskan pada peningkatan jalan lingkungan dan barau timbun sedangkan sasaran lokasi lebih terarah pada permukiman non formal. Untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada tahun 2014 mendapat alokasi anggaran yang signifikan sebesar Rp 15.584 miliar atau mencapai 84,83 persen dari tahun sebelumnya. Alokasi anggaran tersebut dipergunakan untuk membiayai pembangunan dan rehabilitasi bangunan pemerintah diantaranya rehab berat kantor Bupati Ketapang, kantor pemerintah baik dinas/instansi maupun kantor camat dan desa. Proporsi alokasi anggaran untuk sektor sistim penyediaan air minum (SPAM) dan sektor penyehatan lingkungan permukiman (PLP) sangat kecil dan dipergunakan untuk kegiatan optimalisasi pipanisasi serta pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah padat berupa MCK komunal. Pertumbuhan alokasi anggaran sektor penyehatan lingkungan permukiman rata-rata hanya sekitar 2,66 persen bahkan untuk sektor penyediaan air minum pertumbuhan rata-ratanya minus 39,89 persen.

Tabel 5-1

Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Ketapang

BIDANG CIPTA KARYA

PENDANAAN APBD KABUPATEN ( X RP 1 000 000)

REALISASI PROYEKSI

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sektor PKP 12.026 20.052 35.499 35.483 45.358 57.982 74.119 94.748 121.118 Sektor PBL 3.198 2.206 2.364 15.584 18.003 20.797 24.025 27.754 32.062 Sektor SPAM 4.238 4.605 2.838 1.716 6.081 8.030 10.603 14.000 18.486 Sektor PLP 2.005 2.786 3.435 2.472 4.535 5.989 7.908 10.441 13.787 Total APBD Bidang CK 20.841 26.676 45.854 67.865 89.611 118.325 156.241 206.305 272.412

(2)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-96 Gambaran realisasi pendanaan APBD tahun 2011-2014 bidang cipta karya seperti tabel diatas menunjukkan bahwa ada ketimpangan alokasi anggaran antar sektor yang berdampak pada ketertinggalan pencapaian target pada sektor yang lain yakni sektor air minum dan sanitasi. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh penetapan sasaran dan target kegiatan yang tidak didukung data eksisting hasil evaluasi program dan pemetaan permasalahan yang mendesak untuk ditangani.

Potensi pendanaan untuk pembangunan bidang cipta karya pada belanja APBD Kabupaten Ketapang sesuai proyeksi yang didasarkan hasil perhitungan geometris hingga tahun 2019 meningkat hampir disemua sektor. Proporsi besaran jumlah dana yang dibutuhkan per sektor dalam persentase dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 5-1

Proporsi Anggaran Antar Sektor

Berdasarkan Realisasi dan Proyeksi Pendanaaan Dalam ABPD 2015-2019

Rasio potensi kebutuhan pendanaan rata persektor terhadap proyeksi rata-rata belanja total APBD untuk periode 2015-2019 masih sangat kecil yaitu berada dibawah angka 4 persen. Sementara itu potensi kebutuhan pendanaan terbesar akan terjadi pada sektor PKP yang tumbuh rata-rata 21,77 persen, sektor PBL 13,44 persen, sektor SPAM 21,17 dan sektor PLP 14,05 persen persen terhadap perkembangan belanja APBD yang rata-ratanya hanya berkisar di angka 5,40 persen. Khusus untuk sektor SPAM dan PLP, disamping penggunaan metode

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 SEKTORPLP 10.58 10.11 7.65 4.18 5.46 5.12 4.79 4.47 4.17 SEKTORSPAM 22.37 16.71 6.32 2.90 7.98 8.16 8.32 8.47 8.61 SEKTORPBL 16.88 8.00 5.27 26.37 24.59 22.89 21.27 19.72 18.26 SEKTORPKP 63.48 72.74 79.08 60.03 61.97 63.83 65.62 67.33 68.96

pe

rs

enta

(3)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-97 geometris, perhitungan proyeksi pertumbuhan kebutuhan pendanaan dilakukan pula dengan pendekatan atau skema optimistis oleh karena mempertimbangkan kondisi eksisting cakupan pelayanan yang masih rendah serta target pencapaian yang tinggi pada akhir tahun 2019.

Grafik 5-2

Rasio Proyeksi Kebutuhan Pendanaan Per Sektor Terhadap Total Belanja APBD Periode 2015-2019

Hasil perhitungan secara matematis atau statistik diatas menggambarkan bahwa proporsi kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan tergolong sangat kecil dibandingkan besaran anggaran belanja APBD, namun disisi lain jumlah belanja APBD selama periode 2015-2019 tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana sektor-sektor bidang cipta karya, akibatnya akan banyak program kegiatan yang telah direncanakan tidak akan mendapatkan alokasi anggaran pembiayaan. Kondisi ini menuntut para perencana program kegiatan khususnya terkait pembangunan dan pengembangan infrastruktur kecipta-karyaan untuk bersikap adaftif dan berusaha mencari sumber pendanaan alternatif. Sikap adaftif dapat ditunjukkan dengan melakukan penyeimbangan kembali terhadap besaran alokasi pembiayaan per sektor bidang cipta karya yang selama ini tidak proporsional. Alokasi anggaran pembiayaan terutama yang bersumber dari APBD Kabupaten harus diarahkan untuk mencapai sasaran dan target prioritas sesuai gerakan nasional bidang cipta karya untuk menuntaskan cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi layak di akhir tahun 2019. Berdasarkan analisis data diatas dan kondisi eksisting cakupan pelayanan air bersih dan sanitasi tergolong masih sangat rendah maka sektor SPAM dan PLP harus ditingkatkan proporsi anggaran pembiayaan pembangunannya agar dapat mengejar target tersebut. Program dan kegiatan pada kedua sektor diatas harus dipilih secara selektif dengan mencermati efektivitas dampak bagi penerima manfaat secara langsung serta pertimbangan

4.13 1.30

0.52 0.24

(4)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-98 sasaran diutamakan bagi masyarakat kurang mampu pada kawasan yang kondisi lingkungan permukiman yang buruk. Hal ini dimaksudkan agar target yang dicapai dapat menyentuh dan menuntas beberapa persoalan secara terpadu dan tuntas sekaligus baik kemiskinan, lingkungan permukiman buruk, serta pemicuan tumbuhnya ekonomi lokal. Dengan arahan dan strategi diatas diharapkan kontribsusi bidang cipta karya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan infrastruktur permukiman yang layak secara berkelanjutan dapat terwujud.

Grafik 3-3

Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan Per Sektor Periode 2015-2019

Selain itu, penggalian potensi pendanaan untuk membiayai pelaksanaan program prioritas dan pencapaian target pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang harus terus dilakukan mengingat sasaran dan target yang akan dicapai dengan kondisi eksisting pelayanan memiliki gap yang sangat jauh. Espektasi yang tinggi untuk mencapai target Gerakan Nasional 100-0-100 Bidang Cipta Karya pada tahun 2019 untuk menuntaskan 100 persen penyediaan air bersih/minum, 0 persen kawasan kumuh dan 100 persen akses masyarakat terhadap pelayanan sanitasi akan sangat membutuhkan biaya yang sangat besar.

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN

Sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur bidang cipta khususnya, masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah. Dengan kondisi eksisting capaian pelayanan bidang cipta karya di Kabupaten yang masih rendah, sementara itu semangat untuk menuntaskan persoalan infrastruktur kecipta-karyaan secara nasional diakhir tahun 2019 sangat tinggi,

(5)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-99 tentu akan menjadi beban berat bagi daerah. Oleh karena itu dengan berbagai keterbatasannya, pemerintah daerah akan sangat bergantung pada anggaran pusat untuk mendukung pencapaian target nasional tersebut.

Tabel 5-2

Penggunaan Sumber Dana APBN Bidang Cipta Karya Di Kabupaten Ketapang

BIDANG CIPTA

KARYA

REALISASI APBN( X RP 1000000)

JUMLAH

2011 2012 2013 2014

DAKAIR MINUM 874 735 145 3.946 5.700

DAKSANITASI 925 1.107 1.098 5.051 8.181

TOTAL DAK 1.799 1.842 1.243 8.997 13.881

TOTAL ALOKASI APBN 46.596 76.844 93.887 101.580 318.907

Sumber : Laporan DAK Kab.Ketapang Tahun 2011-2015

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan dana DAK pusat untuk pembiayaan pembangunan bidang cipta karya selama rentang waktu 2011-2014 rata-rata sebesar Rp. 3,47 miliar. Jumlah tersebut hanya mencapai 2,89 persen dari total penggunaan dana APBN dan sekitar 8,61 persen dari total belanja APBD bidang cipta karya. Dari data tersebut terlihat bahwa alokasi pendanaan pembangunan bidang cipta karya untuk sektor air minum dan sanitasi masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan sektor lain dalam belanja APBN maupun APBD yang disalurkan melalui bidang cipta karya DPUTR. Pertumbuhan sumber pendanaan DAK air minum dan sanitasi tersebut rata-rata 13,44 persen pertahun sedangkan pertumbuhan total alokasi APBN untuk Kabupaten Ketapang selama periode tersebut lebih tinggi yakni mencapai angka 21,70 persen.

Grafik 5-4

Pertumbuhan Sumber Pendanaan APBN Bidang Cipta Karya di Kabupaten Ketapang

DAK AM+S DANA APBN DANA APBD CK

RERATA PERTUMBUHAN 13.44 21.7 32.04

(6)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-100 Jika melihat proporsi besaran alokasi anggaran DAK air minum dan sanitasi terhadap total belanja dana APBN yang terealiasi sampai akhir tahun 2014 persentasenya sangat kecil. Untuk DAK air minum hanya sebesar 1,79 persen dan DAK sanitasi sekitar 2,57. Artinya peningkatan sumber pendanaan APBN untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar dialokasikan untuk sektor lain ketimbang air minum dan sanitasi yang menggunakan sumber dana DAK. Rendahnya alokasi dana DAK untuk kedua sektor diatas berdampak terhadap perlambatan penyediaan layanan dasar air minum dan sanitasi kepada masyarakat. Kondisi ini bersesuaian manakala melihat laporan Pokja RAD-AMPL Ketapang tahun 2015 bahwa pencapaian target cakupan pelayanan air bersih hanya sekitar 60,24 persen dan sanitasi 53,26 persen sampai tahun 2014 di Kabupaten Ketapang. Pencapaian target pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan tidak harus melihat kepada aspek pendanaan semata jauh lebih penting adalah memformulasikan alokasi dana secara proporsional diantara sektor sesuai program, sasaran dan target secara selektif, terpadu serta sinergi.

Grafik 5-5

Proporsi Rata-rata Sumber Pendanaan DAK Terhadap Belanja APBN dan Belanja APBD-CK 2011-2014

0 25 50 75 100

DAK AIR MINUM DAK SANITASI DAK SEKTOR LAIN

DAK AIR MINUM DAK SANITASI DAK SEKTOR LAIN

BELANJA ABPD-CK 3.54 5.07 91.39

(7)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-101 Hampir sama dengan proporsi besaran alokasi anggaran DAK terhadap total belanja dana APBN diatas, kasus yang sama terjadi pula pada proporsi pendanaan DAK terhadap belanja APBD bidang cipta karya. Proporsi pendanaan DAK air minum terhadap belanja APBD tersebut hanya mencapai 3,56 sedangkan untuk DAK sanitasi sedikit lebih tinggi yakni sebesar 5,07 persen. Artinya peningkatan sumber pendanaan APBD bidang cipta karya untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Ketapang lebih besar dialokasikan untuk sektor lain ketimbang air minum dan sanitasi yang menggunakan sumber dana DAK.

Potensi pendanaan sumber APBN untuk pembangunan bidang cipta karya di

Kabupaten Ketapang untuk periode 2015-2019 berdasarkan realisasi

penggunaan dana APBN selama tahun 2011-2014 diprediksi akan meningkat pada semua sektor. Optmisme ini didukung manakala mencermati pertumbuhan pendanaan APBN termasuk DAK pada periode tersebut cenderung positif meskipun bersifat fluktuatif. Disamping itu mempertimbangkan rencana ambisius pencapaian target nasional pembangunan bidang cipta karya melalui

Gerakan Nasional 100-0-100 otomatis mewajibkan pemerintah untuk

menyediakan pembiayaanya pelaksanaannya.

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Capaian pelayanan infrastruktur kecipta-karyaan di Kabupaten Ketapang berdasarkan laporan OPD terkait dan standar pelayanan minimal sampai tahun 2015 masih sangat rendah. Dalam rangka memenuhi target pembangunan nasional bidang cipta karya melalui Gerakan Nasional 100-0-100 hingga tahun 2019 tentu menjadi beban yang berat untuk di capai. Keterbatasan anggaran pemerintah daerah, persebaran permukiman penduduk yang tidak merata dan sulit dijangkau merupakan kendala yang tidak mudah dicarikan solusinya. Oleh karena itu pemerintah daerah akan lebih meningkatkan peran pihak swasta yang beroperasi di wilayah Kabupaten Ketapang untuk berkontribusi dalam

pembiayaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan. Kontribusi

pembiayaan tersebut dalam bentuk atau skema Corporate Social Responsibility (CRS) dan lebih diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang berlokasi disekitar areal perusahaan dan sulit dijangkau pemerintah daerah. Adapun kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan melalui skema pembiayaan CRS antara lain sebagai berikut :

(8)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-102 Tabel 5-3

Potensi Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Melalui Skema CSR

PROGRAM /KEGIATAN DISKRISI PROGRAM /KEGIATAN PEMBIAYAAN KELAYAKAN

FINANSIAL SASARAN huni bagi masyarakat miskin SEKTOR SPAM

1. Penyediaan Sumber Air Non Perpipaan

Bantuan PAH, sumur gali atau sumur bor sesuai keinginan yang memiliki sumber mata air yang cukup dan layak sebagai sumber air baku.

5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI

5.4.1 Peningkatan DDUB Kabupaten dan Propinsi

(9)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-103 karena berbagai alasan yang salah satunya adalah keterbatasan anggaran daerah. Disamping itu adanya mis program kegiatan prioritas antara pusat dan daerah atau munculnya program kegiatan tersebut di akhir tahun anggaran. Pada dasarnya komunikasi intern antara aparatur pemerintah pusat dan daerah harus terus ditingkatkan dalam penyelenggaraan pembangunan sehingga akan berjalan lancar, efektif dan efisien.

Penyediaan DDUB adalah merupakan suatu kebijakan yang dimulai dengan penyamaan konsepsi perencanaan program kegiatan serta indikator sasaran dan target yang akan dicapai, dimana salah satu wujudnya adalah dokumen RPIJM ini. Kesamaan konsepsi perencanaan harus mempunyai kekuatan mengikat antara pusat dan daerah yang akan dipergunakan sebagai dasar serta acuan bersama. Langkah selanjutnya adalah penyediaan DDUB Kabupaten sebagai bentuk komitmen dan konsistensi dari kesepakatan yang telah dicapai. Untuk itu strategi peningkatan DDUB Kabupaten yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak, retribusi, serta pendapatan syah lainnya.

b. Melakukan efisiensi belanja APBD agar diperoleh ketersediaan anggaran untuk DDUB.

c. Mendorong perangkat daerah yang terkait pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan untuk merasionalisasi pembiayaan program secara internal serta mengalokasikan anggaran DDUB dalam Rencana Kerja sesuai RPIJM tahun berjalan.

d. Melakukan pendekatan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) baik secara kelembagaan maupun personal mendukung penyediaan DDUB dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya.

e. Meningkatkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan sehingga ada ruang bagi pemerintah daerah untuk menghimpun dana DDUB.

5.4.2 Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Anggaran

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilakukan pada kurun waktu 2011-2015 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, serta penerimaan lain-lain PAD yang sah.

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan

(10)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-104 Pengelolaan pendapatan daerah selama periode 2011-2015 menunjukkan kinerja yang baik dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Penerimaan daerah terus menerus meningkat sejak dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan kenaikan rata-rata sebesar 11,58 persen.

Tabel 5-4

Kinerja Penerimaan Daerah Kabupaten Ketapang Periode 2011 - 2015

KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH

PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH (X RP 1000000)

2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN ASLI DAERAH 44,08 60,61 132,08 107,18 122,30

1. Pajak Daerah 8,86 28,88 95,50 49,44 59,22

2. Retribusi Daerah 4,30 7,34 7,94 10,93 6,53

3. Bagian Laba Usaha Daerah 4,88 5,45 5,28 5,48 5,35

4. Lain-lain Pendapatan 26,04 18,94 23,36 41,33 51,20

DANA PERIMBANGAN 853,23 991,16 1.145,29 1.313,09 1.245,25

1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 107,40 130,61 123,56 155,68 148.40

2. Dana Alokasi Umum 670,70 776,58 898,33 1.020,38 1.070,46

3. Dana Alokasi Khusus 75,13 83,97 123,40 137,03 174,79

LAIN-LAIN PENERIMAAN SYAH 116,60 92,12 119,42 122,53 298,47

JUMLAH PENERIMAAN DAERAH 1.013,91 1.143,89 1.396,79 1.542,80 1.666,02 Sumber : Data RPJMD Kabupaten Ketapang, 2015

(11)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-105 Grafik 5-6

Struktur Perkembangan Penerimaan Daerah Periode 2011-2015

Analisis terhadap Struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ketapang Tahun 2011-2015 menggambarkan bahwa perkembangan sumber utama PAD yang berasal dari pajak daerah, lain-lain pendapatan yang sah, retribusi dan bagian laba usaha daerah tumbuh rata-rata masih dibawah 5 persen pertahun.

Grafik 5-7

Struktur Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Periode 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015

I. PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.35 5.30 9.46 6.95 7.34

II. DANA PERIMBANGAN 84.15 86.65 81.99 85.11 74.74

III. LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG

SYAH 11.50 8.05 8.55 7.94 17.92

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

4.25

0.68 0.50

2.91

Pajak Daerah Retribusi Daerah

(12)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-106 Struktur PAD tersebut menunjukkan bahwa pajak daerah belum menjadi sumber utama penerimaan daerah. Kondisi ini disebabkan oleh masih belum optimalnya transaksi ekonomi yang dapat menumbuhkan potensi pajak, terbatasnya wajib pajak dan belum berkembangnya sistem pengelolaan pajak daerah. Oleh sebab itu, dalam lima tahun mendatang upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan penerimaan melalui pajak daerah antara lain adalah :

• percepatan pembangunan ekonomi untuk menumbuhkan potensi pajak;

• intensifikasi pendataan dan penataan pajak daerah; • pembenahan administrasi perpajakan;

• perbaikan pelayanan perpajakan;

• sosialiasi dan penyuluhan pajak untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak;

• meningkatkan pelayanan publik;

• mengoptimalkan pengelolaan kekayaan dan aset daerah; dan • memberikan kemudahan perizinan usaha.

Disamping langkah yang bersifat eksternal diatas maka upaya yang bersifat internal pun akan dilakukan yakni sebagai berikut :

• meningkatkan koordinasi yang lebih intern dengan dinas/instansi terkait pemungutan retribusi daerah;

• meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang terkait dengan pemungutan pajak dan retribusi daerah; dan

• membenahi perangkat hukum yang menjadi dasar pemungutan pajak dan retribusi daerah.

Pembenahan terhadap perangkat hukum yang menjadi dasar pemungutan pajak dan retribusi antara lain melalui revisi terhadap Peraturan Daerah (Perda) tentang pajak dan retribusi daerah. Ketentuan yang termuat dalam Perda baik yang berkaitan dengan subyek dan obyek pajak atau retribusi maupun yang berkaitan dengan tarif dalam waktu tertentu juga perlu direvisi. Besaran tarif pajak dan retribusi idealnya terus dilakukan penyesuaian seiring dengan laju inflasi. Berbagai langkah tersebut akan disusun secara sistimatis dan implementatif dalam suatu kerangka rencana yang konprehensif dan terpadu untuk dilaksanakan secara bertahap sesuai sasaran dan target dalam rangka meningkatkan PAD Kabupaten Ketapang.

(13)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-107 1. Komponen belanja tidak langsung

Pada komponen belanja tidak langsung penggunaan anggaran lebih diarahkan untuk :

a. meningkatkan efisiensi, efektivitas mutu dan nilai tambah dalam pelayanan umum dan administrasi pemerintahan;

b. melaksanakan kegiatan tugas pokok dan fungsi OPD yang memenuhi kriteria kesesuaian antara masukan dan daya dukung setiap unit kerja, antara keluaran dan manfaat yang dirasakan masyarakat, serta antara dampak dan nilai tambah bagi kemajuan daerah;

c. Meningkatkan efektivitas organisasi dengan kriteria kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja, tidak terjadi tumpang tindih, dan dapat mendorong keterpaduan tindakan antar unit.

2. Komponen belanja langsung

Pada komponen belanja langsung penggunaan anggaran akan lebih selektif, yakni disesuaikan dengan arahan kebijakan, sasaran dan target yang akan dicapai dalam pembangunan jangka menengah yang telah disusun, yang adalah sebagai berikut :

a. mempercepat peningkatan mutu sumber daya manusia melalui penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan, serta mendorong peningkatan perekonomian masyarakat;

b. Mendorong pengembangan ekonomi lokal melalui percepatan

pembangunan ekonomi berbasis kepulauan, dan memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana daerah untuk

meningkatkan daya saing daerah dan mendorong pemerataan

pembangunan.

5.4.3 Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah

(14)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-108 Tabel 5-5

Investasi Permanen Pemerintah Kabupaten Ketapang Terhadap Perusahaan Daerah

PERUSAHAAN DAERAH

PERKEMBANGAN INVESTASI

JUMLAH

TAHUN 2014 TAHUN 2015

Bank Pembangunan Daerah 28.505.000.000,00 28.505.000.000,00 57.010.000.000,00

Ketapang Mandiri 3.746.403.753,53 3.643.878.395,59 7.390.282.149,12

PDAM Ketapang 20.433.559.760,00 11.550.688.348,26 31.984.248.108,26

JUMLAH INVESTASI/TAHUN 52.684.963.513,53 43.699.566.743,85 96.384.530.257,38

Sumber : Laporan Neraca Keuangan Daerah dalam RPJMD Kabupaten Ketapang, 2015

Pernyertaan modal khususnya kepada PDAM Ketapang pada tahun 2014 dan 2015 adalah sebagai bentuk tindak lanjut rekomendasi BP-SPAM yang telah melakukan audit kinerja terhadap PDAM pada tahun 2012 dan 2013. Salah satu hasil audit kinerja menyatakan bahwa PDAM selama melaksanakan tugas dan fungsi dalam penyediaan air bersih/minum bagi masyarakat selalu merugi akibat pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi untuk membiayai operasionalisasi perusahaan. Dana pernyertanaan modal tersebut sesuai arahan kebijakan pemerintah dan Corporate Plant PDAM Tahun 2015 digunakan untuk peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA), revitalisasi dan pengembangan jaringan pipa distribusi serta peningkatan sambungan langsung ke rumah (SR). Sedangkan pembangunan Intake baru di Sei. Sahebar Desa Negri Baru Kecamatan Benua Kayong dengan Kapasitas 250 liter/detik telah dibangun melalui fasilitasi dana Ditjen Bidang Sumber Daya Air Kementerian PUPR guna mendukung suply air baku ke IPA PDAM di Kelurahan Mulia Kerta dan Mulia Baru. Dengan dukungan anggaran dan infrastruktur sumber air baku tersebut diharapkan PDAM dapat meningkatkan kinerjanya dengan menjalan tugas dan fungsi utamanya untuk menjamin penyediaan air bersih bagi masyarakat yang layak secara berkelanjutan khususnya dalam cakupan wilayah pelayanannya dengan indikator :

1. Adanya peningkatan jumlah pelanggan di semua kelompok sasaran

2. Adanya peningkatan skor capaian kinerja yang meliputi aspek keuangan, pelayanan, Operasionalisasi dan SDM.

(15)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-109 5.4.4 Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha

Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan merupakan amanat dari UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang menyatakan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasi. Peningkatan peran masyarakat khususnya dalam konteks pembangunan infrastruktur permukiman akan dilakukan terhadap masyarakat baik secara individual, komunal maupun corporate bergantung kapasitas dan sasaran pembangunananya. Strategi konkrit peningkatan peran masyarakat yang akan dilakukan antara lain :

1. Memprioritaskan pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan strategis di perkotaan seperti kawasan kumuh dan kawasan rawan sumber air maupun berisiko sanitasi di berbagai kawasan perdesaan dengan melibatkan peran masyarakat sebagai subjek sekaligus penerima manfaat.

2. Mendukung pelaksanaan program sanimas dan pamsimas berbasis masyarakat yang kurang mampu atau MBR.

3. Peningkatan pembinaan melalui kegiatan sosilisasi dan edukasi kepada para perempuan sebagai pemicu (steiger) untuk ber PHBS.

4. Mendorong peningkatan penguatan kelembagaan pengelola infrastruktur sanimas dan pamsimas telah terbangun melalui aparat desa setempat.

5. Mengingat keterbatasan anggaran maka pemerintah daerah dalam pembangunan maupun pemeriliharaan infrastruktur pasca konstruksi akan :

a. Mendorong pengelolaan penyediaan air bersih/minum yang telah terbangun melalui lembaga Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).

b. Mendorong pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman baru melalui peran perusahaan pengembang (developer) dengan memberikan fasilitasi dan intensif baik lokal maupun nasional.

c. Mendorong peningkatan peran pihak swasta untuk berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur permukiman melaui skema CSR maupun KPS.

(16)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-110 6. Penerbitan regulasi terkait pengelolaan infrastruktur permukiman yang

berpihak serta penciptaan peluang peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman.

7 Meningkatkan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman terutama terhadap kawasan kumuh, kawasan rawan air dan area berisiko sanitasi serta pembangunan permukiman oleh para pengembang.

5.4.5 Pendanaan Operasi Pemerliharaan dan Rehabilitasi

Pasca pembangunan infrastruktur kecipta-karyaan pada akhirnya membutuhkan pendanaan untuk membiayai operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada waktunya. Untuk itu sumber pendanaan menjadi hal yang penting untuk dicarikan solusinya dengan prinsip tidak membebani masyarakat dan disisi lain tidak menciptakan ketergantungan terhadap anggaran pemerintah. Kebijakan yang akan di ambil pemerintah daerah dalam menyikapi pendanaan operasi dan pemeliharaan tersebut antara lain dengan melakukan analisis terhadap kewenangan, beban kerja unit infrastruktur terbangun, skala pelayanan, penguasaan teknologi serta kemampuan keuangan daerah. Penjelasan analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Analisis kewenangan dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pemerintah daerah dapat melimpahkan pengelolaan infrastruktur kecipta-karyaan terbangun kepada pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Analisis beban kerja infrastruktur terbangun dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengelolaannya membutuhkan kelembagaan dan tenaga kerja profesional sehingga pembentukan memerlukan intervensi pemerintah daerah atau cukup di serahkan kepada masyarakat dan kepala desa setempat termasuk pembiayaanya.

3. Analisis skala pelayanan dimaksudkan untuk melihat luasan cakupan pelayanan dan sasaran pelayanan. Jika cakupan dan sasaran pelayanan berada pada kawasan yang luas dan berdampak strategis maka pengelolaanya akan tetap dilakukan pemerintah. Jika tidak berdampak strategis maka pengelolaanya akan diserahkan kepada pihak ketiga baik masyarakat, swasta maupun BUMD yang ada.

(17)

SATGAS RPIJM Kabupaten Ketapang Tahun 2015 Bab 5-111 5. Analsis kemampun keuangan daerah dimaksudkan untuk melihat sampai

sejaumana kemampuan keuangan daerah dapat membiayai operasi pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur terbangun yang jumlah sangat banyak dan tersebar di berbagai pelosok daerah per tahunnya.

Hasil analisis diatas selanjutnya akan disusun dalam rencana strategis yang bersifat konkrit dan implementatif yang memuat sasaran dan target realistis dan rasional untuk dilaksanakan. Maksudnya program kegiatan yang akan disusun lebih fokus pada upaya pencapaian sasaran dengan target yang telah ditetapkan yang sesuai dengan target Gerakan Nasional 100-0-100.

5.4.6 Pengembangan Infrastruktur Regional

Gambar

Grafik 5-1 Proporsi Anggaran Antar Sektor
Grafik 5-2
Grafik 3-3 Proyeksi Rata-rata Pertumbuhan Per Sektor
Tabel 5-2  Penggunaan Sumber Dana APBN Bidang Cipta Karya
+5

Referensi

Dokumen terkait

7 Belania Modal Pensadaan Pensadaan oendinsin Pengadaan pendingin 2 buah bitung 12.400t000.00 APBD APBD Penvedia BIi triwulan lll triwulan lll pendinsin ruansan (AC) ruangan

700.000 unit Jumlah fasilitasi dan stimulasi prasarana, sarana, dan utilitas. kawasan perumahan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20

(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli.. keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu

Pada Tahun 2013 dan Tahun 2014 dengan sampel yang sama sebagai pengganti VTBH12 dilaksanakan pengumpulan data usaha konstruksi perorangan dengan nama Survei Usaha Konstruksi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Dwi Irani Ramon 2014 Universitas

Untuk menghitung indikator IKK ini dibutuhkan beberapa komponen antara lain data harga konstruksi yang meliputi harga bahan bangunan/konstruksi, harga sewa

Nore, 2013, Perancangan Sistem Informasi Penjualan dan Pemesanan Produk. Berbasis Web, Tugas Akhir , Universitas Widyatama,