• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kampung

Klasifikasi ayam kampung secara zoologis adalah Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata, Kelas: Aves, Ordo: Galliformes, Famili: Phasianidae, Genus: Gallus-gallus, Spesies: Gallus-gallus domesticus. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1996).

Hampir di setiap pelosok daerah di Indonesia terdapat ternak ayam yang dipelihara oleh masyarakat dengan karakteristik sangat beragam. Bentuk tubuh, bentuk jengger, warna bulu, warna paruh dan cakar yang sangat beragam. Ayam tersebut disebut sebagai ayam kampung atau ada pula yang menyebutnya ayam sayur. Daerah penyebaran ayam kampung sangat luas dan dipelihara oleh hampir semua masyarakat dipedesaan diseluruh Indonesia (Suprijatna, 2005).

Ayam kampung berukuran kecil dan bentuknya agak ramping. Berat badannya mencapai 1,4 kg pada umur 4 bulan dan produksi telurnya mencapai 135 butir/ tahun. Jenis ini memiliki bulu warna putih, hitam coklat kuning kemerahan, kuning atau kombinasi dari warna-warni tersebut. Pada ayam jantan memiliki jengger yang bergerigi dan berdiri tegak, serta berukuran agak besar. Sedangkan pada ayam betina memiliki jengger kecil dan tebal, tegak serta berwarna merah cerah. Pada ayam jantan memiliki pial yang berukuran sedang dan berwarna merah cerah, sedangkan pada ayam betina mamiliki pial (gelambir) sangat kecil dan berwarna merah cerah. Warna kulit kuning pucat, muka merah,

(2)

kaki agak panjang dan kuat. Jenis ayam kampung merupakan tipe dwiguna, yaitu dapat diusahakan untuk pedaging maupun untuk petelur (Cahyono, 1998).

Populasi Ayam Kampung

Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).

Sistem Pencernaan Ayam Kampung

Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrisi dari pakan atau bahan pakan yang diperlukan tubuh untuk hidup, beraktivitas, berproduksi dan bereproduksi. Saluran pencernaan pada ayam terdiri dari berbagai organ yang berfungsi untuk memecah pakan atau bahan pakan yang masuk ke saluran pencernaan, menyerap zat gizi yang dibutuhkan dan membuang sisa yang tidak dapat dicerna (Roura et al., 2013).

Disamping itu, ada beberapa kelenjar yang ikut berperan dalam pencernaan pada ayam seperti kelenjar pankreas, empedu, limpa dan hati. Setiap organ atau bagian dari organ ini mempunyai fungsi masing-masing. Pengetahuan tentang sistem pencernaan akan membantu untuk mengerti tentang kebutuhan gizi ternak, dan membantu pemberian pakan. Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan proses metabolisme

(3)

alamiah pada hewan. Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat tambahan (hati, pankreas, lien). Unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda dengan hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya. Sebagaimana hewan lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip:

a. Secara mekanik, pencernaan secara mekanik pada unggas berlangsung pada empedal, pakan di dalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal dengan bantuan grit akan diubah menjadi pasta;

b. Secara khemis/ enzimatis, pencernaan secara enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh alat-alat pencernaan;

c. Secara mikrobiologik, pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak yang lain, hanya sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri aktif yang menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat dan juga pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri (Kamal, 1994).

(4)

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung

Tabel 1. Kebutuhan nutirisi ayam Kampung

Minggu 0-12 12-22 22 keatas Energi (%) 2600 2400 2400-2600 Protein (%) 17-20 14 14 Kalsium (%) 0,9 1,00 3,4 Phospor (%) 0,45 0,45 0,34 Methionin (%) 0,37 0,21 0,22-0,30 Lisin(%) 0,87 0,45 0,68

Sumber : Nawawi dan Norrohmah (2002)

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan/ ransum yang dikonsumsi tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan/ ransum untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman et a., 1991).

Secara umum, kebutuhan gizi untuk ayam paling tinggi selama minggu awal (0-8 minggu) dari kehidupan, oleh karena itu perlu diberikan ransum yang cukup mengandung energi, protein, mineral dan vitamin dalam jumlah yang seimbang. Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen pemeliharaan ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Sapuri, 2006).

Menurut Scott et al. (1982) kebutuhan energi termetabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu antara 2600-3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18% - 21,4% sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi termetabolis dan protein masing - masing 2900 kkal/kg dan 18%. Standar tersebut sebenarnya

(5)

adalah untuk ayam ras, sedangkan standar kebutuhan energi dan protein untuk ayam kampung yang dipelihara di daerah tropis belum ada. Oleh sebab itu kebutuhan energi dan protein untuk ayam kampung di Indonesia perlu diteliti.

Buah Durian (Durio zibethinus murr)

Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian, bagian pertama daging buah sekitar 20-25%, kedua biji sekitar 5-15%, sisanya berupa bobot kulit mencapai 60-70%. Bobot sebuah durian antara 0,5-9,0 kg tetapi sebagian besar antara 1,5-2,5 kg. setiap buah berisi 5 juring, di dalam juring terdapat 1-5 biji berbentuk lonjong dan berwarna coklat. Sebuah durian rata-rata mengandung 15-25 biji di dalamnya (Untung, 1996).

Tabel 2. Produksi durian per kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2001

No Kabupaten/ kota Produksi Durian (Ton)

1 Medan 205 2 Langkat 1.945 3 Deli Serdang 27.134 4 Simalungun 6.389 5 Tanah Karo 327 6 Asahan 2.199 7 Labuhan Batu 3.454 8 Tapanuli Utara 7.130 9 Tapanuli Tengah 3.671 10 Tapanuli Selatan 3.102 11 Nias 1.676 12 Dairi 1.151 13 Tebing Tinggi 36 14 Pematang Siantar 17 15 Tobasa 2.532 16 Madina 5.085 Jumlah 66.098

(6)

Populasi Durian (Durio zibethinus murr)

Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik (2004), menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada tahun 2002 (Wahyono, 2009). Sedangkan di wilayah Semarang vegetasi tanaman durian dapat dijumpai di daerah Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunung Pati, Ngaliyan dan Mijen, dengan jumlah lebih dari 100.000 pohon dan tingkat produksi 1500-2000 ton/tahun.

Kandungan Nutrisi Biji Durian

Persentase berat bagian ini termasuk rendah yaitu hanya 20-35%. Hal ini berarti kulit (60-75%) dan biji (5-15%) belum termanfaatkan secara maksimal. Umumnya kulit dan biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak, malahan sebagian besar dibuang begitu saja. Biji durian mentah tidak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena yang beracun. Sebagian kecil masyarakat mengkonsumsi bijinya dengan cara dibakar, dikukus atau direbus. Padahal jika diolah lebih lanjut biji durian dapat bermanfaat lebih sebagai bahan baku berbagai olahan makanan yang tentunya akan memberikan nilai tambah (Wahyono, 2009).

Secara fisik, biji durian berwarna putih kekuning-kuningan berbentuk bulat telur, berkeping dua, berwarna putih kekuning- kuningan atau coklat muda. Biji durian yang masak mengandung 51,1% air, 46,2% karbohidrat, 2.5% protein dan 0.2% lemak. Kadar karbohidratnya ini lebih tinggi dibanding singkong

(7)

(karbohidrat 34,7%) ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9%). Kandungan karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan baku pangan tingginya kandungan karbohidrat, biji durian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber glukosa (Prasetyaningrum, 2010).

Tabel 3. Kandungan nutrisi dalam biji durian

No Komponen Berat Basah

1 Protein (%) 2-3 2 Lemak (%) <1 3 Karbohidrat (%) 45-47 4 Abu (%) 1-2 5 Air (%) 48-51 Toksisitas 1 Asam sianida <0,0001 2 Asam siklopropena Tt Sumber: Prasetyaningrum (2010). Tepung Jagung

Tepung jagung adalah bentuk hasil pengolahan bahan dengan cara penggilingan atau penepungan. Tepung jagung adalah produk setengah jadi dari biji jagung kering pipilan yang dihaluskan dengan cara penggilingan kemudian diayak (Suryawijaya dan setiawan, 1998).

Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati, sedangkan komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar, dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi (Richana dan Suarni, 2010).

(8)

Tabel 4. Data produksi jagung Sumatera Utara 2011

Kabupaten/ kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Deli serdang 14,020 26,595 Tapanuli Utaran 3,023 10,252 Langkat 23,390 131,033 Asahan 7,260 34,740 Sergei 9,216 35,353 Karo 90,605 469,633 Simalungun 63,712 324,655 Tobasa 14,020 26,595 Medan 266 1,316 Binjai 719 4,473

Sumber : BPS Provinsi Sumatera, 2011

Kandungan nutrisi Tepung jagung

Jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam penyusunan ransum ayam kampung. Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih dan jagung merah. Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum ayam kampung adalah jagung kuning. Dalam susunan ransum ayam kampung, para ahli nutrisi ternak menyarankan agar jagung digunakan dengan kisaran 40-45 % (Nawawi dan Nurrohmah, 2002). Kandungan nutrisi tepung jagung tertera pada Tabel 8.

Tabel 5. Kandungan nutrisi tepung jagung

Uraian Kandungan nutrisi

Protein kasar (%) 8,3

Serat Kasar (%) 2,2

Lemak Kasar (%) 3,9

Kalsium (%) 0,03

Posfor (%) 0,28

Energi Metabolis (kkal/kg) 3420

Sumber : a. NRC (1998)

(9)

Bahan Pakan Penyusun Ransum Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan (Boniran, 1999).

Bungkil kacang kedelai adalah merupakan sumber asam amino pembantu, disamping tepung ikan. Bungkil kacang kedelai tidak mengandung asam amino selengkap tepung ikan, karena relatif lebih baik daripada sumber nabati lainnya. Karena pembatasan penggunaan tepung ikan, karena harganya mahal, bungkil kacang kedelai menjadi popular sebagai pendamping (Rasyaf, 1989).

Dedak

Dedak merupakan limbah pengolahan gabah menjadi beras. Sebagai Negara yang telah berswasembada beras, tentunya dedak cukup banyak di Indonesia. Dedak mempunyai harga absolut yang relatif rendah, tetapi kandungan gizinya tidak mengecewakan. Dedak mengandung cukup energi dan protein, juga kaya akan vitamin. Tetapi kelemahan dedak adalah kandungan serat kasar yang cukup tinggi, kandungan asam amino yang tidak sempurna dan kandungan beberapa vitamin dan mineral yag juga kurang. Walaupun demikian dedak tetap digunakan sebagai bahan makanan pendamping jagung, karena harganya yang cukup murah. Dedak umumnya digunakan antara 10-30% dari total ransum (Rasyaf, 1989).

(10)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah limbah dari pembuatan minyak kelapa. Merupakan bahan makanan yang biasa diberikan kepada ayam dan ternak lainnya. Bungkil kelapa di Indonesia masih mengandung energi cukup tinggi dan cukup pula kandungan asam aminonya. Karena kandunga minyaknya masih tinggi penggunaan bungkil kelapa harus hati-hati sebab akan menimbulkan ketengikan dan menjadi racun namun pemakaian bungkil kelapa sangat menolong karena harganya yang relatif murah, disamping kandungan energinya yang cukup tinggi dan asam aminonya yang cukup baik (Rasyaf, 1989).

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit (BIS) adalah hasil ikutan dari ekstraksi inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia dan mekanik. Bungkil inti sawit (BIS) cukup potensial digunakan sebagai pakan unggas. Pada saat ini Indonesia menyandang posisi sebagai produsen utama kelapa sawit terbesar di dunia, yang pada tahun 2011 produksi kelapa sawit Indonesia 24,1 juta ton dan pada tahun 2012 memiliki target produksi 25,9 juta ton (BPS, 2011).

Bungkil inti sawit (BIS) sebelum fermentasi mengandung protein kasar 16,07%, serat kasar 21,30%, bahan kering 87,30%, lemak kasar 8,23%, Ca 0,27%, P 0,94% dan Cu 48,04 ppm (Mirnawati et al, 2008).

Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstrasi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik

(11)

Davendra (1997). Zat makanan yang terkandung dalam bungkil inti sawit cukup bervariasi, tetapi kandungan yang terbesar adalah protein berkisar antara 18-19% (Satyawibawa dan Widyastuti, 2000).

Pada BIS terdapat 14-21% protein kasar. Tingkatan ini adalah terlalu rendah untuk digunakan dalam awal pertumbuhan pada itik, tetapi protein cukup untuk pertumbuhan unggas yang sudah dewasa. Nwokolo et al (1986) menyatakan bahwa rata-rata ketersediaan dari asam amino untuk unggas adalah 63.3% untuk glisin sekitar 93.2% yang rendah adalah valin dan methinonin pada BIS.

Tepung Ikan

Dalam kegiatan industri pengalengan ikan selalu menghasilkan limbah ikan yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan untuk membuat tepung ikan, karena kandungan protein masih cukup besar selain itu juga terdapat calsium. Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas, babi dan makanan ikan. Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan. Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging pada ternak dan ikan (Martsiano, 2008).

Usaha pembuatan tepung ikan dapat menggunakan limbah ikan karena relatif murah dan mudah didapat. Limbah ikan jika tidak dikelola akan menimbulkan pencemaran karena proses pembusukan protein ikan. Selain itu bisa menjadi sumber penyakit menular terhadap manusia yang ditularkan lewat lalat (misalnya muntaber). Pengolahan sumber buangan tersebut secara terencana dapat memberi keuntungan ganda berupa pemanfaatan limbah perikanan sebagai

(12)

sumber protein khususnya sebagai komponen bahan makanan ternak serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, limbah ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi limbah ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikan yang diolah di industri perikanan, setelah proses pengolahan (produksi).

Konsumsi Ransum

Gelatin digunakan sebagai bahan makanan tambahan (food aditif), yang berfungsi untuk pertumbuhan otot precursor dari keratin sebagai penambah rasa enak, dengan kandungan lemak yang bebas (rendah), sehingga dapat mengurangi energi yang dikonsumsi tubuh tanpa ada pengaruh yang negatif karena gelatin dapat mengikat sejumlah besar air dan dapat membantu memberi rasa kenyang setelah mengkonsumsi dapat juga menggantikan kalori yag biasanya berlebihan. Gelatin merupakan bahan yang mampu mengembang di dalam air dan membentuk gel (Voigt, 1984), gelatin juga berfungsi sebagai pengental, pembuat elastis dan pengikat air (Fauzi et al., 2007).

Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada ternak dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi – fungsi fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum ternak di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995).

(13)

Tabel 6. Kebutuhan pakan ayam Kampung

Umur (Minggu) Konsumsi (g/ekor/hari)

1 9 2 18 3 27 4 34 5 41 6 45 7 46 8 47 9 41-44 10 44-47 11 48-52 12 51-55

Pertambahan Bobot Badan

Produktivitas ternak sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kualitas nutrisi yang dilihat dari aspek energi yang terkandung di dalam pakan yang dikonsumsi, tidak semuanya dimanfaatkan oleh ternak, ada termanfaatkan, sebagian lainnya terbuang melalui feses, urin, gas metan dan panas (Tillman et al., 1984).

Ternak menyerap energi di dalam pakan terutama untuk hidup pokok, dan apabila masih ada kelebihan energi akan digunakan untuk produksi, namun sebagian energi diserap di dalam tubuh akan dikonversi menjadi panas tubuh (Gatenby, 1986).

Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi, 1994).

(14)

Tabel 7. Pertambahan bobot badan ayam Kampung

Umur (Minggu) Berat Badan (g)

1 45 2 65 3 95 4 130 5 180 6 240 7 310 8 360 9 660 10 720 11 770 12 830

Konversi Ransum (Feed Converse Ratio)

Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu (Rasyaf, 2004).

Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).

Rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16 minggu adalah sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh Efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan (Purba, 1999).

Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan

(15)

dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Singh, 1997).

Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor makanan terutama nilai gizi rendah (Lestari, 1992).

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan pada minggu itu (Rasyaf, 1994).

Gambar

Tabel 2. Produksi durian per kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara tahun  2001
Tabel 3. Kandungan nutrisi dalam biji durian
Tabel 4. Data produksi jagung Sumatera Utara 2011
Tabel 6. Kebutuhan pakan ayam Kampung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Maria menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Sensualitas Perempuan dalam Video Game, disadari atau tidak pandangan terhadap perempuan memang tengah

Dapat dikatakan bahwa variabel motivasi, variabel kepuasan kerja, dan variabel komitmen organisasional secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan..

perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.” Selanjutnya, pengertian talak yang diberikan oleh Pasal

Tata kelola kebijakan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam menangani pandemi Covid-19 khususnya dalam hal penanganan medis, edukasi masyarakat dan bantuan sosial

Kelangkaan bahan baku (ingot) yang menyebabkan mahalnya harga bahan baku. Belum berkembang sampai luar negeri. Kesulitan mendapatkan teknisi mesin yang handal. SDM banyak

pembangunan di Kelurahan Malawili dapat dlihat dari adanya upaya pengawalan yang intensif dari pihak aparat pemerintahan kelurahan beserta jajarannya yang

Penelitian ini mengakaji mengenai peran guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik dibidang studi pendidikan agama Islam (PAI) di SMAIT Babul

Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat me- mainkan peranan yang sangat pen- ting untuk mencapai tujuan kebijak- an