1
1.1. Latar Belakang
Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal baru bagi masyarakat Indonesia. Kamera DSLR yang pada awalnya lebih banyak dimiliki oleh para fotografer professional, saat ini mulai banyak digunakan berbagai orang dari kalangan yang berbeda-beda, mulai dari yang berprofesi sebagai fotografer sampai kepada kalangan mahasiswa dan pelajar.
Fotografi di Indonesia telah menjadi salah satu hobi yang sangat popular saat ini, khususnya di kalangan remaja. Sering kita jumpai hampir di semua tempat seperti taman, pusat perbelanjaan, mulai dari anak muda sampai dengan orang dewasa menggunakan kamera DSLR. Banyaknya komunitas fotografi yang muncul menandakan bahwa kamera DSLR telah menjadi kamera yang dipergunakan secara luas oleh masyarakat ini. Salah satu hal yang mendorong semakin banyaknya pengguna DSLR adalah harga dari kamera tersebut yang sudah semakin terjangkau bagi kalangan menengah.
Kamera DSLR merupakan singkatan dari Digital Single Lens Reflex yang berarti Refleksi Lensa Tunggal Digital. Artinya gambar yang ditangkap oleh lensa kemudian direfleksikan menuju cermin dengan kemiringan 45 derajat lalu diteruskan ke pentaprisma hingga sampai ke view finder, ketika shutter release ditekan maka saat itu juga cermin berubah kemiringannya menjadi 90 derajat,
begitu juga dengan rana (sejenis tirai) penutup sensor terbuka selama waktu yang ditentukan. DSLR merupakan hasil digitalisasi produk SLR. Proses Digitalisasi ini menghasilkan kamera dengan fitur yang semakin melengkapi kamera SLR, sehingga membuat fotografer semakin percaya diri dengan hasil yang didapat dari bidikannya.
Seiring perkembangan teknologi digital, kamera DSLR telah menggeser kamera video profesional yang merekam gambar dalam media pita seluloid dan kamera dengan media kaset atau Mini-DV. Teknologi kamera saat ini membuat para sinematografer, videographer atau cameraman beralih menggunakan kamera DSLR sebagai produksi karya audio visual. Mulai dari dokumentasi pre-wedding, Company profile, video klip, iklan, film pendek, film dokumenter bahkan film layar lebar. Kamera DSLR yang kita kenal dahulu untuk menangkap gambar atau still image, seiring perkembangan teknologi telah transformasi fungsinya yakni sebagai kamera video. Dilihat dari hasil visualnya pun memuaskan dan tidak kalah dengan kamera professional film yang harganya tidak terjangkau oleh masyarakat.
Sensor kamera DSLR berukuran jauh lebih besar dibandingkan sensor pada kamera video pada umumnya sehingga sensitivitasnya terhadap cahaya pun lebih baik. Artinya, kamera DSLR bisa digunakan di tempat-tempat gelap tanpa penerangan tambahan. Dahulu, di kamera video tingkat ISO harus dibatasi maksimal sebesar 400, tapi dengan DSLR, ISO 1600 pun gambarnya masih bersih. Efek lain dari ukuran sensor yang lebih besar adalah ruang tajam yang lebih sempit
pada DSLR sehingga memungkinkan terciptanya efek backgorund blur yang dramatis.1
Kamera DSLR saat ini sedang digandrungi oleh sinematografer professional ataupun pemula, karena ukuran fisiknya yang relatif kecil juga membuat DSLR mudah ditempatkan di manapun. DSLR cukup ringan untuk dipegang dan dibawa-bawa dalam waktu lama, serta cukup ringkas untuk ditempatkan di tempat-tempat sulit. Harga DSLR pun relatif murah dibandingkan kamera video professional lainnya. Karena faktor harga tersebut, DSLR jadi terjangkau oleh banyak orang.
penggunaan kamera DSLR saat ini menjamur dimasyarakat, karena beberapa produsen kamera menambah kelas untuk kamera pemula (consumer) sehingga terjangkau untuk dibeli masyarakat. Minat terhadap hobi fotografi dan videografi pun bertambah sehingga tak heran banyak sekali komunitas fotografi dan videografi yang tumbuh di masing-masing kota. Salah satunya yakni Komunitas DSLR Cinematography Indonesia atau disingkat menjadi DCI. DCI merupakan komunitas yang didirikan untuk berbagi ilmu, pengalaman seputar dunia HDSLR, perfilman, advertising dan production house. Saat ini komunitas tersebut memiliki member sebanyak 33.000 anggota pada grup terbuka di jejaring sosial media “Facebook”. Member komunitas tersebut saling berbagi ilmu termasuk berbagi film pendek hasil karyanya masing-masing yang kemudian dibahas bersama untuk bahan evaluasi baik dari ide ceritanya maupun teknik pengambilan gambarnya.
Berbicara seputar kamera tidak bisa dipisahkan dengan sinematografi. Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.2
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase atau montage.3
Sinematografi tidaklah hanya melihat melalui kamera dan mengambil gambar. Namun tentu saja memerlukan mata yang tajam dan imaginasi yang kreatif. Ini juga memerlukan pengetahuan tentang kimia dan fisika, persepsi sensor yang tepat dan tetap fokus kepada detail. Hampir dari semua itu memerlukan kemampuan untuk memimpin dan juga mendengar, untuk menjadi bagian dari tim kreatif dan proses, dapat dengan memberikan saran yang membangun dan kritis.
2 Etsa Indra Irawan. Sinematografi.Bandung:Penerbit Yrama Widya. 2013
3 Bambang Semedhi. Sinematografi – Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia
Sinematografer memerlukan waktu yang panjang dalam pekerjaannya dan memerlukan pengamat, waktu yang pendek untuk masuk ke dunia yang baru.4
Adapun alasan penulis mengambil judul “Transformasi Kamera DSLR Sebagai Kebutuhan Sinematografi Studi Kasus Komunitas DSLR Cinematography Indonesia” karena, inovasi perkembangan teknologi saat ini membuat videographer atau sinematografer pemula hingga professional menggunakan kamera DSLR sebagai alat produksi untuk menghasilkan karya audio visual. Fenomena tersebut menarik karena dahulu kita sering melihat bahwa kamera video yang professional rata-rata memiliki ukuran fisik yang besar. Selain itu, berdasarkan fungsi kamera DSLR digunakan sebagai kebutuhan fotografi bukan untuk videografi atau sinematografi. Penulis ingin menganalisa lebih dalam mengenai kualitas kamera DSLR sebagai kamera videografi dilihat dari aspek kelebihan dan kekurangannya. Kemudian penulis juga melihat apa dan bagaimana inovasi dari perkembangan teknologi kamera DSLR bisa mempengaruhi para sinematografer menggunakan kamera DSLR sebagai kebutuhan sinematografi.
1.2.Fokus Penelitian
Pada saat ini, berbagai produsen kamera terus berlomba-lomba untuk memproduksi kamera DSLR yang mutahir dan ekonomis sehingga terjangkau oleh market pasar yang lebih luas. Banyaknya orang yang membeli kamera DSLR, otomatis meningkatkan minat sekumpulan orang untuk membentuk suatu
4 Ibid
organisasi atau komunitas karena adanya minat yang sama tersebut. Seperti Komunitas DSLR Cinematography Indonesia (DCI) yang berada dalam konteks dunia kamera DSLR sinematografi.
Komunitas DCI (DSLR Cinematography Indonesia) merupakan komunitas para pengguna kamera DSLR khusus dalam konteks videografinya saja bukan fotografi. Pandangan orang awam terhadap kualitas kamera sering melihat kamera video yang profesional dilihat dari seberapa besar ukuran fisik badan kamera video tersebut. Pandangan tersebut membuat saya tertarik untuk meneliti kualitas kamera DSLR yang sering digunakan untuk fotografi, namun saat ini banyak para pelaku industri kreatif menggunakan kamera DSLR untuk perlatan produksi karya mereka seperti commercial video, wedding documentation, company profile, Film Pendek bahkan Film layar lebar.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, agar penelitian tidak keluar dari konteks yang ingin dibahas, maka penulis perlu memberikan batasan fokus penelitian yakni:
- Bagaimana inovasi kamera DSLR masuk ke dalam dunia sinematografi di Indonesia?
- Apa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan kamera DSLR terhadap produksi film?
- Bagaimana workflow produksi film dengan menggunakan kamera konvensional dan kamera digital khususnya kamera DSLR?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan yang ingin saya capai dengan adanya penulisan skripsi ini mengenai “Transformasi Fungsi Kamera DSLR Sebagai Kebutuhan Sinematografi Studi Kasus Karya Komunitas DSLR Cinematography Indonesia” yaitu:
- Menjabarkan bagaiman inovasi kamera DSLR masuk ke dalam dunia sinematografi di Indonesia?
- Mengetahui keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan kamera DSLR terhadap produksi film?
- Mengetahui workflow produksi film dengan menggunakan kamera konvensional dan kamera digital khususnya kamera DSLR?
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Dengan adanya skripsi ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa/i Mercubuana memperoleh informasi yang bermanfaat tentang kamera DSLR yang digunakan sebagai kebutuhan videografi/ sinematografi. Selain itu menambah pengetahuan secara teknis dari fungsi kamera kekurangan dan kelebihannya.
Pembaca memahami pengetahuan lebih dalam tentang teknik dan fungsi kamera DSLR yang bisa digunakan untuk kebutuhan sinematografi. Sehingga bisa menerapkannya baik dalam kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan komersil.
1.4.3. Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang sinematografi, khususnya ilmu tentang teknis kamera. Karena saat ini penulis beranggapan bahwa daya beli masyarakat meningkat sehingga masyarakat khusunya kaum muda sedang nya hobi fotografi dan videografi dengan menggunakan DSLR, tetapi sedikit dari mereka yang mengetahui spesifikasi kamera sesuai dengan kebutuhannya.