BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Rasa Ingin Tahu
Pembelajaran di kelas perlu menumbuhkan karakter yang ada pada diri siswa, salah satunya adalah rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu menurut Samani dan Hariyanto (2012:104) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan menari pemahaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu menurut Mustari (2011:85) yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Hal ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam lingkungan. Kuriositas atau rasa ingin tahu menurut Mustari (2014:85) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar.
Rasa ingin tahu menurut Samani dan Hariyanto (2012:25) mengenai rasa ingin tahu merupakan karakter yang bersumber dari olah pikir. Rasa ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian di sekitarnya serta akan membuka dunia-dunia baru yang menantang dan menarik siswa mempelajarinya lebih
dalam. Adanya rasa ingin tahu dapat mengatasi rasa bosan siswa untuk belajar dan siswa secara sukarela akan mempelajari dan antusias dalam belajar. Rasa ingin tahu siswa perlu dibangun dan dikembangkan.
Pengertian rasa ingin tahu dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu rasa atau kehendak yang ada pada diri manusia untuk mendorong dan memotivasi untuk berkeinginan mengetahui hal-hal yang baru, memperdalam dan memperluas pengetahuan yang dimiliki. Nilai karater Bangsa berjumlah 18 salah satunya yaitu rasa ingin yang terkandung dalam pendidikan karakter yang di dalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter menurut Samani dan Hariyanto (2012: 22) adalah sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup. Hal tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa seharusnya sekolah tidak hanya bertanggung jawab agar peserta didik menjadi sekedar cerdas, tetapi juga harus bertanggung jawab untuk memberdayakan dirinya agar memiliki nilai-nilai moral yang memandunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter menurut Goleman dalam jurnal Magda (2016: 247) juga berpendapat bahwa, “character education is principally the education of values that involves aspects of knowledge (cognitive), feeling, and action”, artinya
pendidikan karakter adalah pendidikan yang melibatkan aspek ilmu pengetahuan (kognitif), perasaan dan tindakan.
Beberapa pendapat ahli di atas diketahui bahwa pendidikan karakter mempunyai fungsi yang penting. Hal ini diperkuat oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Samani dan Hariyanto, 2012:9) bahwa pendidikan karakter berfungsi sebagai: 1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, 2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, 3) Meningkatkan peradapan bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Fungsi dari pendidikan karakter seperti yang dijelaskan di atas, terdapat beberapa nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional, yang diantaranya: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa ingin tahu, 10) Semangat kebangsaan, 11) Cinta tanah air, 12) Menghargai prestasi, 13) Bersahabat/komunikatif, 14) Cinta damai, 15) Gemar membaca, 16) Peduli lingkungan, 17) Peduli sosial, 18) Tanggung jawab. Telah disebutkan rasa ingin tahu merupakan salah satu nilai yang harus ditingkatkan dalam tujuan pendidikan, rasa ingin tahu mempunyai indikator keberhasilan.
Tabel 2.1 Indikator Rasa Ingin Tahu di Sekolah Dasar
Nilai Indikator Indikator
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.
Kelas 1-3 Kelas 4-5
Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran.
Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Bertanya kepada guru
tentang sesuatu gejala alam.
Membaca atau
mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi. Bertanya kepada guru
tentang sesuatu yang di dengar dari radio atau televisi.
Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar.
Bertanya tentang berbagai peristiwa yang dibaca dari media cetak.
Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.
(Daryanto, 2013: 147) Indikator sikap rasa ingin tahu kelas V di sekolah dasar yaitu siswa mampu bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran, siswa mampu membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi, siswa mampu bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru di
dengar dan siswa mampu bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas. Sikap rasa ingin tahu diambil sebagai salah satu permasalahan dalam penilitian ini karena sikap tersebut dapat mempengaruhi kemampuan belajar siswa baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang membutuhkan belajar dalam proses pembelajaran, belajar menurut. Sagala (2010: 13) mengenai belajar yaitu terjadi bila tampak tanda-tanda bahwa perilaku manusia berubah akibat terjadinya proses pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menangkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar.
Proses belajar penting dilakukan dalam proses pembelajaran, belajar menurut Gagne (Sagala, 2010: 17) adalah perubahan yang terjadi pada kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum siswa mengalami situasi itu ke waktu setelah siswa mengalami tadi. Sedangkan belajar menurut Syah (2010: 92) adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia berdasarkan suatu pengalaman-pengalaman dalam diri manusia dari suatu pembelajaran yang dilakukan, mampu menangkap segala bentuk informasi ilmu pengetahuan yang diterima dalam belajar. Belajar merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh siswa baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat. Pihak manapun mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, bila siswa mengalami kesulitan dapat bertanya kepada guru di sekolah, di rumah siswa dapat meminta bantuan orangtua sehingga siswa merasa mampu untuk menyelesaikan tugas.
Prestasi menurut Sudijono (2009: 434) dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab prestasi belajar atau pencapaian siswa yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar. Pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi. Pencapaian siswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya dalam
pendidikan, prestasi menurut Hamdani (2011: 137) mengenai prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.
Usaha belajar dapat diperoleh bila seseorang melakukan usaha sendiri. Prestasi belajar bidang studi pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Setelah menelusuri uraian tersebut, dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan, hasil usaha yang dicapai oleh seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran dan merupakan hasil belajar siswa yang dapat diukur dalam jangka waktu tertentu, dalam setiap semester dan didokumentasikan dalam laporan akademik berupa rapor. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138) merupakan “hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi sebaik-baiknya”. Dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal:
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Beberapa yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan, kecerdasan, bakat, prestasi yang telah dimiliki, maupun unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuai diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Tergolong faktor eksternal, ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas :
1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri siswa yang bersifat bawaan maupun diperoleh sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang diperoleh dari lingkungan sekitar siswa baik lingkungan seperti keluarga, sekolah,
dll. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. IPS menurut Solihatin (2009:14-15) membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran perpaduan dari ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, antropologi dan psikologi yang diberikan sejak SD sampai SMP untuk mengkaji masalah dan isu sosial. IPS merupakan mata pelajaran pokok yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran IPS sangatlah penting karena materi-materi IPS dapat dikembangkan pada masyarakat dan mengingat sejarah Indonesia, siswa akan menghargai perjuangan para pahlawan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS di SD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa.
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan IPS ditingkat sekolah menurut Sapriya (2009: 12) untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik. Tujuan pendidikan IPS menurut Solihatin (2009: 15) bahwa pada dasarnya adalah untuk mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS adalah menumbuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial yang ada didalam kehidupan masyarakat baik diri sendiri maupun masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah membekali siswa baik didalam sekolah maupun lingkungan masyarakat agar menjadi siswa yang bertanggung jawab, kreatif terhadap nilai-nilai sosial sebagai warga negara.
4. Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Materi yang dijadikan objek penelitian adalah materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pada kelas VB SD Negeri 1 Prigi.
Materi tersebut terdapat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V semester genap.
Standar Kompetensi :
2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kompetensi Dasar :
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Indikator :
2.4.1 Mendeskripsikan peranan dan jasa tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
2.4.2 Memberikan contoh perbuatan menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
2.4.3 Mampu meneladani perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
5. Metode Pembelajaran Tebak Kata
Metode pembelajaran menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 148) dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang akan digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Banyak metode yang dapat digunakan pada umumnya metode ceramah, demontrasi, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Sebelumnya penting untuk diperhatikan penggunaan metode dalam pembelajaran, antara lain: a. Kesesuaian dengan tujuan yang akan dicapai, b.Waktu yang tersedia dalam
membahas topik tertentu, c.Ketersediaan fasilitas, d. Jenis dan karakteristik pembelajaran, e.Penggunaan variasi metode.
Metode tebak kata yang dikemukakan oleh Borich dalam jurnal Ajaja (2010: 2) bahwa, “. . . .we exchange our information and knowledge with that of others, who have acquired different information and knowledge in different ways. This exchange shapes our views and perspectives”, artinya siswa saling bertukar informasi dan pengetahuan dengan orang lain, yang telah memperoleh informasi dan pengetahuan, dengan cara yang berbeda.
Suasana yang aktif dan menyenangkan dapat diciptakan dengan menggunakan metode pembelajaran tebak kata dalam pembelajaran, terutama pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan kelas VB SD Negeri 1 Prigi. Metode pembelajaran tebak kata menurut Hamid (2011: 231) memerlukan media atau alat bantu yang harus digunakan. Media tersebut harus dibuat oleh guru dengan cara sebagai berikut:
a. Membuat kartu ukuran 10x10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
b. Selanjutnya buat kartu ukuran 5x2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini kemudian dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan ditelinga).
Langkah-langkah menggunakan metode tebak kata menurut Suprijono (2011: 131) sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
b. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.
c. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.
d. Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
e. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu), maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
f. Dan seterusnya sampai semua pasangan maju ke depan.
Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran tebak kata, antara lain: 1) anak akan mempunyai kekayaan bahasa, 2) sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya, 3) siswa menjadi tertarik untuk belajar, 4) memudahkan siswa dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Kelemahan metode tebak kata, antara lain: 1) memerlukan waktu yang lama, 2) bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas. Cara mengatasi kelemahan pada metode tebak kata dengan cara guru mengawasi pada saat kegiatan tebak kata, bila siswa mengalami kesulitan dalam menebak kartu soal maka guru dapat membantu dengan cara mengarahkan dengan kata-kata lain namun tidak langsung memberi tahu jawabannya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Dewi, dkk. (2015). Penerapan Metode Tebak Kata Berbantu Media Kartu Bergambar untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Lisan Anak Kelompok A TK Kumara Jaya Denpasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hasil penelitian di TK Kumara Jaya Denpasar bahwa peningkatan perkembangan bahasa lisan dari penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar mencapai 21,21%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode tebak kata berbantu media kartu bergambar berhasil dan dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok A TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
2. Ryantika, dkk. (2016). Penerapan Metode Pembelajaran Tebak Kata untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hasil penelitian terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V di SD Negeri 1 Depeha tahun pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran IPA melalui penerapan metode pembelajaran tebak kata. Persentase rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 75% berada pada kategori “Sedang”, kemudian meningkat menjadi 84,8% kategori “Tinggi” pada siklus II. Persentase hasil belajar siswa pada siklus I hingga siklus II menunjukkan peningkatan 9,8%. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. 3. Zaabi, Rashed. (2004). The Use of Memory and Guessing Games in
Teaching Vocabulary to Young Learners”. Hasil penelitian ini telah membantu siswa untuk meningkatkan kosa kata, siswa lebih tertarik dan termotivasi belajar bahasa Inggris dengan menggunakan metode tebak kata. 4. Fernie, David. (1990). Young Children’s Reasoning in Games of Nonsocial
and Social Logic: “Tic Tac Toe” and a “Guessing Game”. Hasil penelitian ini membandingkan perkembangan anak berusia 3-7 tahun dan penalaran dengan menggunakan dua metode yaitu “Tic Tac Toe” dan tebak kata dapat meningkatkan perkembangan sosial dan sikap pada lingkungan masyarakat.
Pada penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran tebak kata untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS materi perjuangan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran IPS di kelas VB Semester 1 SD Negeri 1 Prigi, ditemukan masalah-masalah berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas VB. Kondisi sebelumnya dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK), telah diperoleh bahwa pemenuhan penyampaian materi pelajaran demi pemenuhan kurikulum menjadikan guru kurang memperhatikan nilai karakter yang akan dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru dalam menyampaikan materi hanya mendominasikan penggunaan metode ceramah, alat peraga yang digunakan masih seadanya, mengerjakan latihan buku di LKS setelah guru menjelaskan materi. Akibatnya, siswa menjadi pasif hanya menerima materi pelajaran yang disampaikan guru di kelas.
Peneliti melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran tebak kata. Penggunaan dengan metode pembelajaran tebak kata ini diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar. Pada diri siswa akan muncul rasa ingin tahu dan memacu siswa berfikir menebak jawaban secara tepat sesuai teka-teki dalam kartu. Jika siswa mampu memahami dan menemukan kata kunci yang tepat dari teka-teki dalam kartu maka jawaban tepat bisa diperoleh siswa.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir seperti di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui metode pembelajaran tebak kata dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di kelas VB SD Negeri 1 Prigi”.
Kondisi Awal
Mendominasikan metode
ceramah, penggunaan alat peraga yang masih seadanya, dan
mengerjakan latihan buku di LKS setelah guru menjelaskan materi Rendahnya sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa
Tindakan Siklus I Penggunaan metode pembelajaran tebak kata
dalam pembelajaran
Observasi
Refleksi
Tindakan Siklus II Penggunaan metode pembelajaran tebak kata
dalam pembelajaran Observasi
Refleksi Kondisi Akhir
Penggunaan metode pembelajaran tebak kata dapat secara maksimal sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa
Apabila siklus I dan siklus II belum berhasil maka dilakukan perbaikan menggunakan metode
pembelajaran tebak kata dalam pembelajaran