60
Riska Fitriyah1, Trias Mahmudiono2
1Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRAK
Secara langsung, gizi kurang disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Salah satunya adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA dapat dicegah dengan pola konsumsi yang sehat dan konsumsi zat gizi yang dapat melindungi saluran pernapasan serta meningkatkan imunitas seperti vitamin A, protein dan zinc. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan status gizi, kejadian ISPA selama 6 bulan terakhir pada anak di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya dengan pola konsumsi, asupan vitamin A, protein dan
zinc. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah total responden adalah 32 anak yang didapatkan dengan menggunakan teknik simple random sampling lalu dianalisis dengan menggunakan uji beda dan uji chi-square yang disesuaikan dengan skala data variabel. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 43,8% responden adalah remaja menengah (13–15 tahun). Sebagian besar mempunyai status gizi normal (90,6%). Tidak ada hubungan status gizi dengan kebiasaan makan responden (p = 0,186) namun ada hubungan dengan jenis jajan yang sering dikonsumsi (p=0,010). Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi vitamin A (p = 0,023) dan kejadian ISPA dengan konsumsi zinc (p = 0,047) namun tidak ada hubungan kejadian ISPA dengan konsumsi protein (p = 0,232) dan vitamin A (p = 0,857). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan jenis jajan yang dikonsumsi dan konsumsi vitamin A serta kejadian ISPA dengan konsumsi zinc. Disarankan agar diberikan pengawasan terhadap ketepatan jadwal makan anak dan kebiasaan jajan di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya agar asupan gizi dapat terpenuhi baik makro maupun mikronutrien untuk mencegah penyakit ISPA.
Kata kunci: status gizi, kejadian ISPA, pola konsumsi, asupan vitamin A, protein dan zinc ABSTRACT
Malnutrition can be caused by the lack of food consumption and the presence of infectious disease. Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the example. ARI can be prevented by having a healthy consumption pattern and enough consumption of nutrients that can protect the respiratory tract and enhance immunity as well, such as vitamin A, protein and zinc. The purpose of this study was to analyze the association of nutritional status, incidence of ARI during the last 6 months in children at the Arif Rahman Hakim Orphanage Surabaya with the patterns of consumption, intake of vitamin A, protein and zinc. This research was analytic observational study with cross sectional design. Total respondents in this research was 32 children selected using simple random sampling technique. Data were analyzed using chi-square, depend on data scale of each variable. The results showed about 43,8% respondent were early adolescents (10–12 years). Most of them have a normal nutritional status (90.6%). There was no association between nutritional status and the eating habits of the respondents (p = 0.186) but there was an association with the type of snack that was often consumed (p = 0.010). There was an association between nutritional status with the consumption of vitamin A (p = 0.023) and insidence of ARI with the consumption of zinc (p = 0.047) but there was no association between the incidence of ARI protein intake (p = 0.232) with vitamin A intake (p = 0.857). It can be concluded that there is an association between nutritional status and the type of snack that is often consumed and vitamin A. There is also association between insidence of ARI and the consumption of zinc. It is suggested that there should be a sort of control upon the meal time schedule and eating habits of children, so that nutrient intake can be met fullfilled macro and micronutrients to prevent respiratory diseases.
Keywords: nutritional status, incidence of ARI, consumption patterns, intake of vitamin A, protein and zinc.
PENDAHULUAN
Kasus gizi buruk di Indonesia adalah salah satu penyakit yang sering didengar keberadaannya,
prevalensi gizi buruk di Indonesia masih sebesar 4,9% sedangkan gizi kurang sebesar 13% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010). Surabaya juga belum bebas dari balita kurang gizi. Balita yang menderita gizi kurang masih 1,3% dari jumlah kurang lebih 2000 balita yang ada di Surabaya (Dinas Kesehatan Surabaya. 2011). Secara langsung, gizi kurang disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi, salah satunya adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (Almatsier, 2001). Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita. Kasus ISPA di Surabaya masih merupakan penyakit dengan urutan tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak dari bulan Desember 2010 sampai April 2011. Pada bulan Desember tercatat penderita ISPA sebanyak 50.792 kasus sedangkan pada Maret 2011 meningkat sebanyak 61.517 kasus (Dinas Kesehatan Surabaya. 2011).
Penelitian di panti sosial Tresna Wreda Bisita Upakara menyebutkan bahwa ada hubungan yang sangat bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA serta hubungan antara kejadian ISPA dan tingkat konsumsi protein (Kistyoko, 2001) karena protein adalah bahan yang digunakan sebagai transportasi zat gizi yang penting untuk memperkuat sistem imun yaitu vitamin A khususnya retinol yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B, serta mencegah keratinisasi. Kinerja vitamin A juga akan meningkat apabila konsumsi zinc juga dipenuhi. Selain itu, apabila konsumsi zinc defisit maka akan mempengaruhi fungsi kecap seseorang yang akan menurunkan nafsu makannya dan akan berakibat pada status gizi dan kekebalan tubuhnya (Budiyanto, 2002).
Survei pendahuluan yang dilakukan di panti asuhan Arif Rahman Hakim, pada tanggal 2 Januari 2011 didapatkan hasil bahwa selama 6 bulan terakhir, 80% anak-anak penghuni panti asuhan Arif Rahman Hakim pernah mengalami sakit dan 80% diantaranya mengalami ISPA seperti batuk, pilek, radang tenggorokan dan
lain-lain. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan status gizi, kejadian ISPA selama 6 bulan terakhir pada anak di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya dengan pola konsumsi, asupan vitamin A, protein dan zinc
METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional sedangkan menurut waktu penelitian merupakan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak penghuni panti asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya sedangkan responden didapatkan dengan metode
simple random sampling dan didapatkan 32 anak yang dipilih dengan cara acak menggunakan pengocokan. Lokasi penelitian di panti asuhan Arif Rahman Hakim, Jalan Arif Rahman Hakim gang Deles Buntu 2/24 Surabaya dan dilakukan dari bulan Maret–Juni 2011.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, form Food Frequency serta form recall 24 jam yang dilakukan 2 kali pada waktu yang tidak berurutan. Pengukuran menggunakan bathroom scale untuk mengukur berat badan dan microtoise
untuk mengukur tinggi badan, setelah itu hasil pengukuran dibandingkan dengan standar BMI
for ages.
Data yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasi silang (crosstabs) dan selanjutnya diuji menggunakan uji chi-square. Tabel 2×2 menggunakan Chi-square yate’s correction for continuity ataupun Fisher’s Exact test sedangkan tabel > 2×2 menggunakan Pearson Chi-square
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan, lama tinggal dan status gizi (Tabel 1). Responden penelitian berusia antara 8–18 tahun, yang merupakan kategori anak-anak dan remaja. Lama tinggal adalah lama responden tinggal di panti asuhan dengan klasifikasi: baru (< 1 tahun), sedang (1–2 tahun) dan lama (> 2 tahun). Status
gizi responden penelitian didapatkan dari hasil pengukuran antropometri yaitu pengukuran terhadap tinggi badan dan berat badan responden yang selanjutnya akan dibandingkan dengan standar BMI (Body Mass Index) for ages. Klasifikasi BMI for ages dibagi menjadi empat dengan cut off point sebagai berikut Severe thinnes
(< –3 SD), Thinnes (< –2 SD), Normal (–2 SD sampai + 1 SD), Overweight (> +1 SD), Obesity
(> +2 SD).
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat jumlah tertinggi responden pada kategori remaja awal (10–12 tahun) sebesar 43,8%. Tingkat pendidikan paling banyak adalah SD sebesar 62,5% dan sebagian besar penghuni adalah penghuni baru (< 1 tahun) tinggal di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya sebesar 46,9%, paling banyak jumlah responden adalah laki-laki sebanyak 66,7%.
Kejadian ISPA dan Status Gizi
Kejadian ISPA pada responden selama 6 bulan terakhir selanjutnya disajikan dengan skala data nominal. Ada empat jenis ISPA yang sering dijumpai di masyarakat yaitu common cold, pneumonia, faringitis dan rhingitis. Keempat-empatnya mempunyai gejala khas yang dapat membedakan antara jenis satu dengan jenis lainnya (Tabel 2).
Dari Tabel 2, diketahui sebagian besar responden (90,6%) mempunyai status gizi normal. Sebagian besar responden pernah mengalami ISPA dalam 6 bulan terakhir, yaitu sebesar 78,1% dan
jenis ISPA yang paling sering dialami responden adalah jenis common cold sebesar 56,3%.
Pola Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Jajan
Tingkat keseringan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu tidak pernah, kadang untuk responden yang makan di panti 1–2 kali dan sering untuk responden yang makan di panti lebih dari 2 kali/hari. Jenis jajan diambil empat jenis jajan yang sering dikonsumsi oleh responden. Kelompok pertama adalah gorengan (ubi goreng, pisang goreng, molen, tempe gembus, ote-ote dan sebagainya), kelompok kedua adalah makanan olahan daging dalam kemasan (sosis, tempura, baso/pentol), kelompok ketiga adalah jenis jajan berupa minuman atau es yang biasa dikonsumsi anak-anak (sisri, marimas dan lainnya) dan kelompok keempat adalah jajan lain di luar ketiga kelompok diatas (roti, cokelat, permen dan sebagainya).
Kebiasaan makan di panti yaitu tingkat kadang merupakan jumlah yang paling banyak yaitu 46,9%. Saat responden ditanyakan tentang apakah mereka suka jajan di luar panti atau tidak, sebanyak 93,8% responden suka jajan di luar panti dan 6,3% tidak suka jajan di luar panti asuhan. Untuk jenis jajan yang paling tinggi dikonsumsi oleh responden adalah kelompok kedua yaitu jajan olahan daging sebesar 37,5% (Tabel 3).
Kecukupan Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi zat gizi (vitamin A, protein, zinc) didapatkan dari hasil recall 2×24 jam makanan responden dan dibandingkan dengan angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan menurut Widyakarya Pangan dan Gizi (1998) selanjutnya Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Panti Asuhan
Arif Rahman Hakim Surabaya Tahun 2011 Variabel Klasifi kasi n %
Umur Anak-anak 4 12,5 Remaja awal 14 43,8 Remaja menengah 7 21,9 Remaja akhir 7 21,9 Tingkat Pendidikan SD 20 62,5 SLTP 5 15,6 SLTA 7 21,9
Lama Tinggal Baru 15 46,9
Sedang 4 12,5
Lama 13 40,6
Jenis Kelamin Laki-laki 2 66,7
Perempuan 1 33,3
Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA dan Jenis ISPA yang Paling Sering Dialami Responden di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya Tahun 2011 Variabel Klasifi kasi n %
Status Gizi Thinnes 3 9,4
Normal 29 90,6
Status ISPA Tidak Pernah 7 21,9
Pernah 25 78,1
Jenis ISPA yang sering dialami
Jarang ISPA 4 12,5
Commom Cold 18 56,3
Untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel dilakukan uji statistik dengan menggunakan tabulasi silang lalu menggunakan uji
chi-square yaitu Pearson chi-square. Apabila tidak memenuhi syarat maka di uji menggunakan uji
Fisher exact test sehingga dapat diketahui adakah hubungan antara konsumsi vitamin A, protein dan
zinc dengan kejadian ISPA dan status gizi pada responden hasil uji dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Dari hasil Tabel 5 dapat diketahui variabel yang berhubungan ada tiga variabel yaitu jenis jajan dengan status gizi, konsumsi vitamin A dengan status gizi dan konsumsi zinc dengan kejadian ISPA dengan p = 0,010, p = 0,023, p = 0,047.
PEMBAHASAN
Hasil uji hubungan diperoleh bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan status gizi (hasil uji statistiknya mempunyai p = 0,629 dan p = 0,696). Hal tersebut disebabkan meskipun responden mempunyai pengetahuan yang memadai namun sebelum seseorang memiliki perilaku baru, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui dan menyadari tujuan dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau lingkungannya (Cuevas dan Koyanagi, 2005). Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kebiasaan makan responden p = 0,186 di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim. Kejadian tersebut dapat disebabkan responden yang mempunyai rumah di dekat panti bisa pulang sewaktu-waktu Tabel 3. Distribusi Pola Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Jajan Responden di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya Tahun
2011
Variabel Klasifi kasi n %
Kebiasaan Makan Tidak pernah 9 28,1
Kadang 15 46,9
Sering 8 25
Kebiasaan Jajan Tidak 2 6,3
Ya 30 93,8
Jenis Jajan yang Sering Dikonsumsi
Jarang jajan 3 9,4
Gorengan, jajan pasar 2 6,3
pentol, sosis, tempura 12 37,5
es sisri, marimas dll. 4 12,5
roti, biskuit, cokelat, permen, snack 11 34,4
dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu < 60% AKG, 60–< 70% AKG, 70–< 80% AKG, 80–< 90% AKG, 90–100% AKG, > 100% AKG (Tabel 4).
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi vitamin A responden terbanyak pada kelompok < 60% AKG sebesar 53,1%. Konsumsi protein responden di panti asuhan Arif Rahman Hakim terbanyak pada kelompok > 100% AKG sebesar 34,4%. Responden di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim rata-rata mengonsumsi zinc < 60% AKG, yaitu sebanyak 78,1% .
Hubungan antar Variabel
Tabel 4. Distribusi Kecukupan Zat Gizi (Vitamin A, Protein dan Zinc) Responden di Panti Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya Tahun 2011
Variabel Klasifi kasi n % Konsumsi Vitamin A < 60% AKG 17 53,1 60–< 70% AKG 3 9,4 70–< 80% AKG 1 3,1 80–< 90% AKG 1 3,1 90–100% AKG 1 3,1 > 100% AKG 9 28,1
Konsumsi Protein < 60% AKG 4 12,5 60–< 70% AKG 1 3,1 70–< 80% AKG 2 6,3 80–< 90% AKG 5 15,6
90–100% AKG 9 28,1
> 100% AKG 11 34,4 Konsumsi Zinc < 60% AKG 25 78,1 60–< 70% AKG 2 6,3 80–< 90% AKG 1 3,1
sehingga tidak jelas apakah responden mempunyai jadwal makan yang benar dan teratur atau tidak.
Ada hubungan antara status gizi responden dengan jenis jajan yang sering dikonsumsi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan penilaian status gizi didasarkan pada pengukuran antropometri sehingga melihat dari unsur tinggi badan dan berat badan responden. Unsur tinggi badan dan berat badan dipengaruhi oleh konsumsi energi yang sebagian besar didapatkan dari karbohidrat dan lemak serta protein. Kebiasaan jajan yang dimiliki oleh responden membuat konsumsi energi mereka baik sehingga status gizi mereka menjadi normal walaupun mereka jarang memakan makanan mereka di rumah.
Berdasar hasil uji statistik, tidak terdapat hubungan antara stat us gizi responden dengan konsumsi protein (p = 0,232). Hal tersebut disebabkan kebiasaan jajan yang suka mengonsumsi produk olahan daging instan namun tidak ada jaminan bahwa asupan zat gizi lainnya terpenuhi karena kebiasaan jajan mungkin akan mempengaruhi jadwal makan utama.
Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi vitamin A (p = 0,023) karena defisiensi vitamin A berperan pada rendahnya resistensi terhadap infeksi. Semakin rendah konsumsi vitamin A maka semakin menurun tingkat imunitas seseorang. Hal ini akan memberikan
dampak dalam penyerapan zat gizi sehingga meningkatkan risiko penyakit gizi. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara kejadian ISPA dengan konsumsi zinc responden (p = 0,047). Hal tersebut memang sesuai karena
zinc mempunyai salah satu fungsi sebagai zat gizi yang meningkatkan sistem imunitas dan meningkatkan kerja vitamin A sehingga dapat mengurangi risiko penyakit infeksi.
KESIMPULAN
Karakteristik responden antara lain : usia responden tertinggi pada kategori remaja awal (10–12 tahun), tingkat pendidikan tertinggi adalah SD, jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki. Sebagian besar penghuni adalah penghuni baru.
Sebagian besar responden mempunyai status gizi normal dan sebagian besar pernah mengalami ISPA dalam 6 bulan terakhir. Jenis ISPA paling sering dialami adalah common cold. Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan makan di panti asuhan kategori kadang (1–2 kali/hari) dan hampir semua responden memiliki kebiasaan jajan. Jenis jajan yang paling sering dikonsumsi adalah produk olahan daging instant (sosis, tempura,
nugget).
Status gizi responden tidak berhubungan dengan kelompok umur mereka, jenis kelamin, Tabel 5. Hasil Uji Statistik Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi dan Kejadian ISPA pada Responden Responden di Panti
Asuhan Arif Rahman Hakim Surabaya Tahun 2011
Variabel Bebas Variabel terikat p Signifi kansi
Umur Status Gizi 0,629 tidak signifi kan
Tingkat Pendidikan 0,696 tidak signifi kan
Jenis Kelamin 0,548 tidak signifi kan
Lama Tinggal 0,250 tidak signifi kan
Kebiasaan Makan 0,186 tidak signifi kan
Kebiasaan Jajan 0,819 tidak signifi kan
Jenis Jajan 0,010 Signifi kan
Konsumsi Protein 0,232 tidak signifi kan
Kejadian ISPA 0,536 tidak signifi kan
Jenis ISPA 0,786 tidak signifi kan
Konsumsi Vitamin A 0,023 Signifi kan
Konsumsi Zinc 0,679 tidak signifi kan
Umur Kejadian ISPA
0,469 tidak signifi kan
Konsumsi Vitamin A 0,857 tidak signifi kan
Konsumsi Protein 0,267 tidak signifi kan
tingkat pendidikan, lama tinggal, kebiasaan makan maupun kebiasaan jajan. Meskipun demikian, terdapat hubungan antara jenis jajan yang sering dikonsumsi dengan status gizi responden. Tidak ada hubungan antara kejadian ISPA dengan kelompok umur dan status gizi responden.
Asupan protein sebagian besar responden di atas 100% AKG namun tidak ada hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi, kejadian ISPA maupun jenis ISPA responden. Asupan vitamin A sebagian besar responden kurang dari 60% AKG atau defisit. Ada hubungan antara konsumsi vitamin A dengan status gizi responden, namun tidak ada hubungan antara konsumsi vitamin A dengan kejadian ISPA dan jenis ISPA. Asupan
Zinc sebagian besar responden adalah kurang dari 60% AKG. Ada hubungan antara konsumsi zinc
responden dengan kejadian ISPA namun tidak ada hubungan antara status gizi dan jenis ISPA.
SARAN
Berdasar hasil di atas, disaran kan dilakukannya pemenuhan kebutuhan zat gizi harian untuk seluruh anak panti dengan memberikan jenis makanan yang dapat meningkatkan imunitas seperti sumber vitamin A, protein dan zinc. Disarankan pula untuk mengurangi jajan yang berlebihan karena dapat
mengganggu jadwal makan utama juga tidak terlalu baik bagi kesehatan serta mengadakan diskusi tentang pentingnya pemenuhan zat gizi harian agar timbul kesadaran dari dalam diri setiap anak di panti asuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010. RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2010. Jakarta.
Budiyanto, A.K., 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi kedua Cetakan kedua. Malang: UMM Press.
Cuevas, Luis E. dan Kayanogi, AI, 2005. Annals of Tropical Paediatrics (2005) 25: 149–160 Zinc and infection. Liverpool School of Tropical Medicine, Liverpool, UK.
Dinas Kesehatan Surabaya. 2011. 10 Penyakit Tertinggi di Surabaya Menurut Data Puskesmas dan Target Turunkan Prevalensi Gizi Kurang di Surabaya. http://surabaya-ehealth.org/dstat/ berita/target-turunkan-prevalensi-gizi-kurang-hingga-satu-persen. (sitasi 20 Juli 2011). Kistyoko, A. 2001. Hubungan antara Status Gizi
dengan Tingkat Kejadian Penyakit Infeksi (ISPA dan Diare) pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Sosial Tresna Wredha Bisita Upakara, Pemalang. Skripsi. Pemalang.