PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Manfaat Teoritis
- Manfaat Praktis
Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
- Karakteristik Balita
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
- Etiologi ISPA
- Klasifikasi dan Kategori ISPA pada Balita
- Faktor-Faktor Penyebab ISPA pada Balita
- Indeks Standar Antropometri pada Balita
- Kategori dan Ambang Batas Status Gizi pada Balita
- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
- Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA
Penelitian yang dilakukan oleh Aslina, dkk (2018) tentang hubungan status gizi dengan kejadian ISPA menunjukkan bahwa balita di bawah 5 tahun menderita gizi buruk, 73,2% terinfeksi ISPA. Imunisasi bertujuan untuk menjaga imunitas tubuh agar terlindungi dari virus dan bakteri (Imaniyah, dkk. 2020). 5) Bayi berat lahir rendah (BBLR). Status gizi adalah suatu keadaan akibat konsumsi, penyerapan zat gizi dan pemanfaatan zat gizi tersebut (Supariasa, 2016).
Variabel berat dan tinggi badan anak disajikan dalam bentuk 3 indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi atau panjang menurut umur (TB/A) atau (PB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan. atau panjang badan (BB/TB) atau (BB/PB) (Septikasari, 2015). Indeks ini digunakan untuk mengklasifikasikan anak yang kurus atau sangat kurus, tetapi tidak dapat digunakan untuk menilai anak yang kelebihan berat badan atau sangat gemuk. Indeks BB/PB atau BB/TB digunakan untuk menilai apakah berat badan anak konsisten dengan pertumbuhan panjang atau tinggi badannya.
Berat badan menurut tinggi badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) untuk anak usia 0-. Standar antropometri untuk anak didasarkan pada parameter berat badan dan tinggi badan/tinggi badan, meliputi indeks berat badan menurut umur (BB/H), indeks tinggi badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur (PB/H atau tinggi badan/T), dan berat badan menurut tinggi badan atau tinggi badan. tinggi badan (BB/PB atau BB/TB). Indeks ini digunakan untuk mengklasifikasikan anak-anak sebagai kurus atau sangat kurus, tetapi tidak dapat digunakan untuk.
Indeks BB/PB atau BB/TB menggambarkan berapa berat badan anak sesuai dengan pertumbuhan panjang/tinggi badan. Asupan makanan yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas akan memungkinkan tubuh mencapai status gizi yang terbaik. Bayi dengan BBLR berisiko mengalami status gizi kurang 3,34 kali lebih besar dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan lahir normal.
Selain kecenderungan tubuh kehilangan energi dan protein, juga terjadi penurunan asupan gizi yang berisiko pada penurunan status gizi (Puspitasari, et al. 2021). Jika suatu rumah tangga mengalami kerawanan pangan dalam jangka waktu tertentu, maka keluarga dalam rumah tangga tersebut juga berisiko mengalami gizi buruk (Arlius, et al. 2017).
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Populasi dan Sampel
Berdasarkan Tabel 4.9 tentang Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian ISPA, hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian ISPA pada balita dengan status gizi buruk sebanyak 2 (4,8%), balita dengan status gizi kurang yang mengalami ISPA sebanyak balita dengan status gizi yang pernah mengalami ISPA sebanyak 10 (23,8%). Nilai koefisien korelasi sebesar 0,325 menunjukkan hubungan yang cukup erat antara status gizi dengan kejadian ISPA. Hasil penelitian serupa berjudul Hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tiris juga dilakukan oleh (Virgo, et al.).
Penelitian yang dilakukan oleh Susantie (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p=0,015) antara status gizi dengan kejadian ISPA. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian terkait hubungan status gizi balita dengan kejadian ISPA dengan mempertimbangkan variabel lain seperti kelompok umur dan jenis kelamin. Hubungan ketahanan pangan keluarga dengan status gizi balita (studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang). Jurnal Ketahanan Nasional.
Status gizi berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014. Jurnal Gizi dan Diet Indonesia. Hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di PT Puskesmas Kebon Jeruk Agustus 2016. Jurnal Kedokteran dan Teknik Kedokteran Korelasi Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta (Disertasi Doktor, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Hubungan status gizi (berat badan menurut umur) dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Kajian Pustaka: Penyakit Menular dan Status Gizi pada Balita Jurnal Kesehatan Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita. Hubungan status gizi dan status imunisasi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Kelompok Usia
- Jenis Kelamin
- Status Imunisasi
- Riwayat BBLR
- Distribusi Frekuensi Responden ISPA berdasarkan Kelompok
- Distribusi Frekuensi Responden ISPA Berdasarkan Jenis
- Status Gizi
- Kejadian ISPA
RSUD Abdoel Wahab Sjahranie merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Kalimantan Timur. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan Kelas A dengan akreditasi paripurna oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Pada penelitian ini diperoleh 42 responden dengan karakteristik 21 balita dengan ISPA dan 21 balita dengan non ISPA yang diperoleh dari data rekam medis tahun 2020 sampai dengan tahun 2022.
Menurut (Hungu, 2016), jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki sejak lahirnya seseorang. Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa dari 42 responden proporsi subjek laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yaitu balita laki-laki dan balita perempuan. 3) Status imunisasi. Status imunisasi selesai jika balita sudah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis B, DPT-Hb, Polio dan Campak.
Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi frekuensi status imunisasi diketahui bahwa seluruh 42 balita (100%) berstatus imunisasi lengkap. 4) Riwayat BBLR. Berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi riwayat BBLR diketahui bahwa seluruh 42 balita (100%) tidak memiliki riwayat BBLR. 5) Status gizi. Menurut Septikasari (2018), status gizi adalah keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi makanan dan pemanfaatan zat gizi, dimana zat gizi sangat diperlukan tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta sebagai pengatur metabolisme tubuh.
Analisis ini digunakan untuk mengkaji setiap variabel yang meliputi kelompok umur, jenis kelamin, status gizi, dan kejadian ISPA. Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa proporsi balita yang mengalami ISPA sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak balita, sedangkan balita yang mengalami ISPA ada 6 responden (14,3%). Dari hasil analisis uji rank spearman terlihat nilai p 0,035 = < α = 0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara gizi balita dengan kejadian ISPA, dengan koefisien korelasi sebesar 0,325 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara gizi dengan kejadian ISPA.
Pembahasan
- Kelompok Usia
- Jenis Kelamin
- Status Gizi
- Kejadian ISPA
- Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA
- Keterbatasan Penelitian
Status gizi pada penelitian ini diukur berdasarkan berat badan balita menurut panjang badan atau tinggi badan. Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 42 balita, sebanyak 2 (4,8%) balita berstatus gizi buruk balita berstatus gizi buruk balita berstatus gizi baik sebanyak 3 (7,1%) balita memiliki status gizi. status gizi lebih berisiko, dan 6 (14,3%) balita berstatus gizi obesitas. Balita dengan status gizi buruk akan lebih rentan terhadap penyakit infeksi bahkan mengalami kejang yang lebih lama dibandingkan dengan anak dengan gizi normal.
Penyakit infeksi dapat memperburuk status gizi dan seseorang dengan gizi buruk menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Berbagai upaya yang dapat dilakukan terkait status gizi dan ISPA pada balita adalah dengan mengadakan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan, pendidikan kesehatan dan penjelasan tentang status gizi dan kejadian ISPA pada balita. Hasil uji statistik hubungan status gizi balita dengan kejadian ISPA menunjukkan p-value 0,035 < 0,05 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara status gizi balita dan kejadian ISPA.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa oleh (Manoppo, et al. 2022) dengan judul Hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita, dengan p-value 0,003.<= 0,05, hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita. Kajian hubungan status gizi dengan kejadian ISPA yang dilakukan oleh (Prasiwi et al. 2021) menemukan bahwa faktor status gizi berhubungan dengan ISPA, karena gizi dari asupan makanan sangat mempengaruhi respon imun dan pertahanan tubuh. Hasil uji statistik hubungan status gizi balita dengan kejadian ISPA diberikan nilai p = 0,035, hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. artinya ada hubungan yang bermakna antara status gizi balita dengan kejadian ISPA.
Hubungan status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru, 2018. Ensiklopedia Jurnal, 1(1). Pengaruh konsumsi pangan terhadap status gizi balita di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Gayamsari Kota Semarang (disertasi Universitas Negeri Semarang). Hubungan ketahanan pangan keluarga dan pola konsumsi dengan status gizi balita pada keluarga petani (studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali, 2017) Journal of Public Health (e-Journal.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sebaran responden ISPA didapatkan bahwa status gizi balita yang paling banyak mengalami ISPA adalah status gizi baik yaitu 5 responden (11,9%), gizi buruk 3 (7,1%) responden. , malnutrisi. sebanyak 2 (4,8%) responden dan kelebihan gizi sebanyak 1 (2,4%) dan tidak ada responden dengan status gizi yang berisiko mengalami kegemukan. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang dapat menyebabkan ISPA pada anak kecil seperti ventilasi udara yang kurang memadai, polusi udara, paparan asap rokok, kepadatan sosial ekonomi dan perumahan, tingkat pengetahuan ibu dan perilaku keluarga.
Saran
Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Pada Balita Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2019 Jurnal Ners. Hubungan kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Hubungan umur anak, jenis kelamin dan berat badan lahir anak dengan kejadian ISPA. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 8 (2), 8-13.
Deskripsi faktor penyebab infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Hubungan riwayat penyakit infeksi dan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi anak usia 7-12 bulan di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.Sari Pediatri. Hubungan antara dwarfisme dan riwayat lahir BBLR dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Potorono, Bantul, Yogyakarta. Medika Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2).
Hubungan kondisi fisik rumah dan kepadatan pekerjaan dengan prevalensi ISPA non pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Pinang. Hubungan karakteristik balita dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Gandon Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Skripsi, Fakultas Kesehatan. Hubungan umur dan jenis kelamin dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas Tembilahan Hulu.
Kajian epidemiologi pasien infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di lingkungan kerja Puskesmas Percontohan Kabupaten Kota Medan Tahun 2016.