• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN Heti Damayanti 1) Nur Lina dan Sri Maywati 2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM TYPOID PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TMC TASIKMALAYA TAHUN 2016

Heti Damayanti1)

Nur Lina dan Sri Maywati2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Universitas Siliwangi(heti.damayanti@gmail.com)

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Penyakit Demam Typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari dan gangguan pada saluran pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian demam typoid pada pasien rawat inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya. Berdasarkan laporan tahunan Rumah Sakit TMC selama dua tahun terakhir penyakit demam typoid merupakan peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap. Sampel kasus berjumlah 28 responden dengan teknik

accidental sampling. Sampel kontrol sebanyak 28 responden. Instrumen

penelitian ini yaitu kuesioner. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dengan α = 0,05 dan CI:95%. Hasil penelitian menunjukan variabel yang berhubungan dengan demam typoid adalah umur (p=0.0.14;OR=4.88), kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB (p=0.030;OR=4.00),kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p=0.003;OR=7.1), kebiasaan jajan/ makan diluar rumah (p=0.000;OR=9.1, kebiasaan mencuci makanan yang akan dimakan langsung (p=0.027;OR=4.2). penelitian ini sebagai pengalaman untuk penelitian selanjutnya serta disarankan kepada petugas kesehatan dirumah sakit untuk memberikan edukasi kepada pasien tentang mencuci tangan yang baik serta membiasakan untuk hidup sehat.

Kata kunci : demam typoid, faktor risiko

ABSTRACT

Typoid Fever is an acute infectious disease that usually affects the gastrointestinal tract with symptoms of fever of more than 7 days and disorders of the digestive tract. The disease is caused by the bacterium Salmonella thypi. This study aimed to determine the incidence of risk factors typoid fever in hospitalized patients at the Hospital of TMC Tasikmalaya. Based on annual reports TMC Hospital during the past two years fever typoid the first rank of the top ten diseases. This research method using a case-control approach. The population

(2)

of this research is all inpatients. Sample cases amounted to 28 respondents with accidental sampling technique. The control samples were 28 respondents. The research instruments were questionnaires. The analysis done of univariate and bivariate analysis using Chi-square test with α = 0.05 and 95% CI. The results showed that the variables associated with fever typoid were age (p = 0.0.14; OR = 4.88), the habit of washing hands with soap after defecating (p = 0.030; OR = 4.00), the habit of washing hands before eating (p = 0.003; OR = 7.1), the habit of eating snacks / eating outside the home (p = 0.000; OR = 9.1, the habit of washing food that will be eaten immediately (p = 0.027; OR = 4.2). this research as experience for further studies and suggested to health workers at home hospital to provide patient education about good hand washing and getting used to a healthy life.

Keywords: typoid fever, risk factors

PENDAHULUAN

Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demam typoid 200 ribu diantaranya meninggal dunia setiap bulan. Data World Health Organization (2013) memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam typoid diseluruh dunia dengan insidensi 600.00 kasus kematian setiap tahun. Berdasarkan survei pendahuluan data yang didapat dari rekam medik Rumah Sakit TMC jumlah kunjungan pasien demam typoid rawat inap selama 2014 sebanyak 1038 kasus yaitu sekitar 14,8 % dari total kunjungan pasien keseluruhan sebanyak 7.373 pasien. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan pasien demam typoid sebanyak 867 kasus yaitu sekitar 13,36 % dari total kunjungan pasien sebanyak 6.488 kasus. Dua tahun terakhir penyakit yang demam typoid ini menjadi peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit pada pasien rawat inap (Laporan Tahunan BOR RS TMC 2015).Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti higiene perorangan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus-kasus penyakit menular, termasuk demam typoid (Depkes RI, 2006:1). Fenomena yang terjadi dimasyarakat, masih ada sekitar 58 % warga yang tidak menerapkan perilaku higiene perseorangan meskipun tingkat pengetahuan dan sikap mereka tentang kesehatan sudah cukup baik (Riskesdas, 2013)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kasus kontrol. Studi kasus kontrol yaitu sekelompok kasus (pasien yang menderita penyakit demam typoid) dibandingkan dengan sekelompok kontrol (mereka yang tidak menderita demam typoid) dengan teknik

accidental sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis

kelamin, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, kebiasaan mencuci tangan sebelum makann, kebiasaan jajan/makan diluar rumah, kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan primer, dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis Univariat dengan tabel dan Bivariat dengan uji statistik Chi Square.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Analisis univariat a. Kejadian Thypoid

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Kejadian Demam Tyopid F %

Demam typoid (kasus) 28 50

Tidak demam typoid (Kontrol) 28 50

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.4 kasus demam typoid dengan rata-rata usia responden ≤ 30 tahun sebanyak 16 orang. Dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (54,5%) dan perempuan sebanyak 10 orang (43,5%) .

b. Umur Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Umur F %

≤ 30 tahun 22 39.3

> 30 tahun 34 60.7

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi umur responden paling banyak termasuk pada kelompok umur > 30 tahun yaitu sebanyak 34 orang (60.7%) dan kelompok umur ≤ 30 tahun sebanyak 22 orang (39.3%).

c. Jenis Kelamin Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Jenis kelamin F %

Laki-laki 33 58.9

Perempuan 23 41.1

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (58.9%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (41.1%).

(4)

d. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Mencuci tangan sesudah BAB F %

Kurang Baik ( skor < median) 23 41.1 Baik ( skor ≥ median ) 33 58.9

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar (BAB) paling banyak termasuk kategori baik yaitu 33 orang (58.9%) dan termasuk kategori kurang sebanyak 23 orang (41.1%).

e. Mencuci Tangan Sebelum Makan Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Mencuci tangan sebelum makan F %

Kurang Baik ( skor < median ) 22 39.3 Baik ( skor ≥ median) 34 60.7

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan paling banyak termasuk kategori baik yaitu 34 orang (60.7%) dan termasuk kategori kurang sebanyak 22 orang (39.3%). f. Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Tahun 2016

Kebiasaan jajan/makan di luar F %

Sering (> 3x dalam seminggu) 30 53.6 Jarang (< 3x dalam seminggu) 26 46.4

Jumlah 56 100

Data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa kebiasaan jajan/ makan di luar paling banyak termasuk kategori sering yaitu 30 orang (53.6%) dan termasuk kategori jarang sebanyak 26 orang (46.4%).

(5)

B. Analisis Bivariat

Tabel Uji Analisis Bivariat Variabel bebas kategori Demam typoid Tidak demam typoid Total p OR (95% CI) n=28 % n=28 % 2n=5 6 % Umur ≤ 30 tahun 16 57 6 21 22 39 0.014 4.88 1.5-15.7 > 30 tahun 12 43 22 79 34 61 Jenis kelamin Laki-laki 18 64 15 54 33 59 0.587 perempuan 10 36 13 46 23 41 Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB Kurang Baik 16 57 7 25 23 41 0.030 4.00 1.2-12.4 Baik 12 43 21 75 33 59 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan Kurang Baik 17 61 5 18 22 39 0.003 7.1 2.08-24.2 Baik 11 39 23 82 34 61 Kebiasan jajan / makan diluar rumah Sering > 3x seminggu 22 79 8 29 30 54 0.000 9.1 2.7-31 Jarang < 3x seminggu 6 21 20 71 26 46 Kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah Kurang baik 15 54 6 21 21 37 0.027 4.2 1.3-13.6 Baik 13 46 22 79 33 63

Berdasarkan data diatas bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian demam typoid adalah umur p value sebesar 0.014 (p < α 0.05) dengan

nilai OR sebesar 4.88, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB p

value sebesar 0.030 (p < α 0.05) dengan nilai OR sebesar 4.00, kebiasaan

mencuci tangan setelah makan p value 0.003 (p < α 0.05) dengan nilai OR

sebesar 7.1, kebiasaan jajan / makan diluar rumah p value 0.000 (p < α 0.05)

(6)

dimakan langsung p value sebesar 0.027 dnilai OR sebesar 4.2. Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan adalah jenis kelamin p value sebesar 0.587. PEMBAHASAN

Hubungan Umur Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Ianp Rumah Sakit TMC Tasikmalaya

Usia ≤ 30 tahun lebih rentan untuk terserang berbagai macam bakteri atau bakteri Salmonella typhi sebagai akibat aktifitas yang tidak terkontrol atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang higiene. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pada umur ≤ 30 yaitu kelompok umur 20-30 tahun merupakan kelompok pekerja dimana kelompok usia tersebut sering melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga berisiko untuk terinfeksi

Salmonella typhi, seperti mengkonsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi Salmonella typhi. Typoid dapat pula terjadi pada kelompok usia 3-19 tahun yaitu kelompok anak sekolah yang kemungkinkan besar diakibatkan sering jajan di sekolah atau tempat lain di luar rumah (Ishaliani H (2009: 55). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa risiko penyakit demam typoid adalah karena aktivitas dan perilaku yang tidak sehat biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Sehingga dengan banyaknya aktifitas di luar rumah lebih mudah terpapar oleh bakteri salmonella typhi sebagai akibat aktifitas yang tidak terkontrol atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang higienis.

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmlaya

Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki risiko terjangkitnya penyakit demam typoid. Karena jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan sistem kekebalan dalam tubuh.Hal tersebut diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.587 (p > α 0.05), artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya. Walaupun demikian, dari hasil penelitian ini didapatkan jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak mengalami typoid pada kelompok kasus dibandingkan laki-laki pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena aktivitas laki-laki lebih banyak dilakukan di luar rumah.Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hadisaputro, (1990: 14) yang mengatakan bahwa distribusi jenis kelamin antara penderita pria dan wanita pada demam tifoid tidak ada perbedaan, tetapi pria lebih banyak terpapar dengan kuman Salmonella typhi dibandingkan dengan wanita, karena aktivitas di luar rumah lebih banyak. Hal ini memungkinkan pria mendapat risiko lebih besar untuk menderita penyakit demam tyfoid dibandingkan dengan wanita.Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa walaupun dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, namun responden laki-laki sedikit lebih banyak mengalami demam typoid. Hal ini dikaitkan bahwa laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah yang memungkinkan laki-laki berisiko lebih besar terinfeksi Salmonella typhi

dibandingkan dengan perempuan, misalnya mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella typhi.

(7)

Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Dengan Sabun Setelah Buang Air Besar Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya

Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Peningkatan higiene perorangan adalah salah satu dari program pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan demam typoid (Depkes RI 2006:49).

Kebiasaan yang kurang baik dalam mencuci tangan misalnya tidak menggunakan air mengalir, tidak menggunakan sabun atau menggosok bagian punggung tangan dan lain-lain memiliki risiko menderita penyakit demam typoid karena belum hilangnya bakteri Salmonella typhi.( Fathonah 2005: 12).Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.030 ( p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 4,00, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik beresiko 4,00 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB termasuk kategori baik.Menurut teori yang dikeluarkan oleh Depkes RI (2006: 49) menyatakan bahwa higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat.

Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya Hasil penelitian diperoleh data responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan sebelum makan termasuk kategori kurang sebanyak 17 orang (77.3%) mengalami demam typoid, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan cuci setelah makan termasuk kategori baik sebanyak 23 orang (67,6%) tidak mengalami demam typoid. Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p

value sebesar 0.003 (p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 7,10, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik berisiko 7,10 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiaaan cuci tangan setelah makan termasuk kategori baik.Berdasarkan uraian pembahasan tersebut, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yang tidak benar atau tidak sesuai dengan tahapan dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit termasuk demam typoid. Hal ini disebabkan karena kotoran atau bakteri yang menempel pada tangan akan berpindah kepada makanan yang dikonsumsi sehingga penyakit demam tifoid akan timbul sebagai akibat penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella thyposa, (food and water borne disease) selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit. ( Zulkoni, 2010 : 43

Hubungan Kebiasaan Jajan / Makan Diluar Rumah Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit TMC Tasikmlaya

Sebagian besar responden jajan atau makan di kaki lima dan pedagang keliling, dalam penyajian bahan makanan tersebut, kurang memperhatikan higienis. Artinya makanan tersebut rentan akan terkena debu atau lalat pembawa kuman

Salmonella Typhi.Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value

sebesar 0.000 (p < α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan jajan/makan di luar rumah dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat

(8)

inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 9,10, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan jajan/makan di luar rumah berisiko 9,10 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang jarang jajan/makan di luar rumah. Berdasarkan uraian tersebut, sebagai dasar upaya untuk menghindari tercemar Salmonella thyphi, maka setiap responden harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Seseorang dapat membawa bakteri demam typoid dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita laten. Penderita ini dapat menularkan penyakit demam typoid ini ke banyak orang, apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang seperti tukang masak warung nasi terlebih lagi pedagang keliling dan pedagang kaki lima.

Hubungan Kebiasaan Mencuci Makanan Mentah Yang Akan Dimakan Langsung Dengan Kejadian Demam Typoid Pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya

Dilihat dari data tersebut bahwa kebiasaan mencuci makanan yang langsung dimakan seperti buah-buahan, sayuran, lalab-lalaban yang tidak dicuci dengan bersih cenderung bisa menimbulkan risiko penyakit demam typoid ( Anies, 2006: 97). Hal ini diperjelas dengan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0.027 (p

< α 0.05), artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci bahan sayuran

dan buah dengan kejadian demam typoid pada pasien rawat inap Rumah Sakit TMC Tasikmalaya dengan nilai OR sebesar 4,2, dengan demikian responden yang memiliki kebiasaan mencuci bahan sayuran dan buah kurang baik berisiko 4,2 kali lipat mengalami demam typoid dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan mencuci bahan sayuran dan buah termasuk kategori baik. Menurut analisis peneliti, makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak masak, dan sebagainya merupakan penjamu yang menyebabkan penularan penyakit demam typoid. Hal ini sesuai dengan Anies (2006: 97) mengatakan bahwa bahan mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu misalnya sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah air mengalir untuk mencegah bahaya pencemaran oleh bakteri, telur bahkan pestisida. Berdasarkan uraian tersebut, responden yang kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypi masuk ke tubuh melalui makanan yang dikonsumsinya maka responden akan menjadi sakit. Artinya, higiene makanan dan minuman yang rendah berperan pada penularan demam typoid.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai faktor risiko kejadian demam typoid pada pasien rawat inap di Rumah sakit TMC Tasikmalaya 2016 diantaranya : ada hubungan antara umur, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB, mencuci tangan setelah makan, kebiasaan jajan/ mkan diluar rumah, kebiasaan mencuci makanan mentah yang akan dimakan langsung seperti sayur dan buah dengan kejadian demam typoid. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian demam typoid.

(9)

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam typoid dengan menggunakan variabel lain yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian demam typoid. Serta kepada petugas kesehatan supaya memberikan edukasi kepada pasien tentang mencuci tangan dan berperilaku hidup bersih dan sehat. DAFTAR PUSTAKA

---, Laporan Penyakit Terbanyak Rawat Inap Rumah Sakit TMC Tahun 2015, Tasikmalaya

---, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 2006. Pedoman Pengaendalian Demam Typoid. Jakarta: Direktorat J

Jendral PP dan PL.

Fathonah Siti. 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: UNNES Pesr Hadisaputro Soeharyo. 2010. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh terhadap

Kejadian Perdarahan dan atau Perforasi Usus Pada Demam Tipoid.

Yogyakarta: UGM Pres

World Health Organitation. 2013. Background Document : The Diagnosis

Treatment And Prevention Of Typoid Fever , WHO/V & B/ 03.07, Geneva:

Gambar

Tabel Uji Analisis Bivariat  Variabel  bebas  kategori  Demam typoid  Tidak  demam  typoid  Total  p  OR  (95% CI)  n=28  %  n=28  %  2n=5 6  %  Umur   ≤ 30 tahun  16  57  6  21  22  39  0.014  4.88  1.5-15.7 &gt; 30 tahun 12 43 22 79 34 61  Jenis  kelamin  Laki-laki  18  64  15  54  33  59  0.587  perempuan  10  36  13  46  23  41  Kebiasaan  mencuci  tangan  dengan  sabun  setelah BAB  Kurang Baik  16  57  7  25  23  41  0.030  4.00  1.2-12.4  Baik  12  43  21  75  33  59  Kebiasaan  mencuci  tangan  sebelum  makan  Kurang Baik  17  61  5  18  22  39  0.003  7.1  2.08-24.2  Baik  11  39  23  82  34  61  Kebiasan  jajan / makan  diluar rumah  Sering &gt; 3x seminggu  22  79  8  29  30  54  0.000  9.1  2.7-31 Jarang &lt;  3x  seminggu  6  21  20  71  26  46  Kebiasaan  mencuci  makanan  mentah  yang  akan  dimakan  langsung  seperti  sayur  dan buah   Kurang baik   15  54  6  21  21  37  0.027  4.2  1.3-13.6  Baik   13  46  22  79  33  63

Referensi

Dokumen terkait

Tiap piringan terdapat lubang kecil ditengah untuk jalannya umpan, sedangkan piringan mangkok membentuk celah sebagai jalan keluar untuk masing-masing cairan yang mengandung berat

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelengkapan paragraf mengacu kepada adanya kalimat topik pada suatu paragraf dan adanya kalimat-kalimat penunjang secara

Penelitian yang mendukung tentang pengaruh kepemilikan mayoritas terhadap agresivitas pajak dilakukan oleh Hadi dan dkk (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan

Relevansi meninjau aplikasi paradigma integrasi-interkoneksi dalam konteks Prodi IIS ini selain memandang pentingnya paradigma tersebut, juga karena secara faktualnya Prodi IIS

Selain itu, pertimbangan hukumnya adalah Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara yang mengatakan Presiden dapat mengangkat wakil

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

A vizsgálat igazolta a lixisenatid ( versus placebo) cardio vascularis biztonságosságát, miután az elsődleges összevont végpont (cardiovascularis halál, nem végzetes