48
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Melakukan Pemisahan
Berkas Perkara (Splitsing) dalam tindak pidana pengeroyokan
Pemisahan berkas perkara (splitsing) ialah memecah satu berkas
perkara menjadi dua atau lebih berkas perkara. Undang-undang dan praktik
hukum memberi kemungkinan memisahkan perkara atau beberapa orang
dalam lebih satu berkas perkara. Aturan splitsing termaktub dalam Pasal 142
KUHAP sebagaimana pengecualian dari aturan Pasal 141 KUHAP terkait
tentang penggabungan perkara (voeging). Pasal 141 KUHAP menyatakan
bahwa:
Pasal 141
Penuntut Umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal: a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya;
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain;
c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan bersama.
Pada dasarnya pemisahan berkas perkara (splitsing) dilakukan oleh
Penuntut Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 142 KUHAP, yang
49
Pasal 142 KUHAP
Dalam hal Penuntut Umum menerima satu berkas perkara yang memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 141, Penuntut Umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah.
Splitsing merupakan kewenangan Penuntut Umum yang berdasarkan
keyakinan serta pertimbangan yang tepat perlu dilakukan. Dasarnya pemisahan berkas perkara disebabkan terjadi disebabkan faktor pelaku tindak pidana, terdiri dari beberapa orang56. Dilakukannya splitsing tidak hanya karena alasan pelaku tindak pidana terdiri dari beberapa orang saja, namun juga karena dimungkinkan kurangnya saksi, meringankan Penuntut Umum menyusun tuntutan. Secara implisit, dilakukannya splitsing maka nantinya terdakwa bisa menjadi saksi ataupun sebaliknya, saksi bisa menjadi terdakwa57.
Pada kasus yang diteliti yaitu kasus pengeroyokan yang terjadi di Jalan
Setiabudi Kota Semarang pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 yang
dilakukan oleh delapan terdakwa yakni Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza
Agung Haryono, Riris Adi Purwoko, Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra,
Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto dan M. Dekron terhadap korban bernama
Tranggono Hemawan yang kemudian oleh Penuntut Umum dipisah menjadi
lima berkas perkara.
Peristiwa tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang
pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 pukul 03.30 WIB. Awalnya
terdakwa I, II, III, IV dan beberapa orang berada di indomart Jalan Setiabudi
Semarang untuk melihat balapan liar, kemudian korban datang berniat
membeli perlengkapan mandi. Saat itu juga korban dipanggil oleh orang tak
dikenal yang melihat balapan liar untuk ditanyai siapa dirinya, kemudian
56 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 442.
57 Hasil wawancara dengan Pudji Widodo, Hakim dari Pengadilan Negeri Semarang pada hari
50
korban mengaku bahwa dirinya anggota TNI dari Banteng Raiders dan korban
menyuruh bubar orang-orang termasuk terdakwa I, II, III, IV yang melihat
balapan liar. Sebagian orang ada yang membubarkan diri namun juga ada yang
sebagian yang tidak mau pergi, lalu kepada yang tidak membubarkan diri
korban mengambil kunci motor terdakwa III dan handphone milik terdakwa
IV.
Tidak terima kunci motornya diambil, terdakwa III berusaha meminta
kembali kunci motor dan handphone namun tidak diberikan oleh korban.
Terjadilah percecokan antara korban dengan terdakwa I, II, III, IV. Tiba-tiba
datanglah terdakwa VII disusul terdakwa V, VI yang langsung memukul
mengenai dada korban dan diikuti pemukulan oleh para terdakwa lain. Korban
merasa terdesak dan berlari ke arah patung diponegoro UNDIP, para terdakwa
turut mengejar. Sampainya di patung Diponegoro UNDIP korban dipukuli
secara bersama-sama dan terjatuh tidak sadarkan diri. Kemudian melintas
terdakwa VIII yang awalnya hendak membeli pulsa, karena melihat korban
terkapar lalu dihampirinya korban. Terdakwa VIII mengambil batu dan
menjatuhkan ke kepala korban, setelah itu pergi meninggalkan tempat kejadian
perkara. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit Banyumanik dan dirujuk ke
rumah sakit Kariadi.
Rangkaian peristiwa terkait pengeroyokan yang terjadi di Jalan
Setiabudi oleh delapan terdakwa terhadap satu korban sampai korban
51
Skema 2. Rangkaian peristiwa tindak pidana pengeroyokan
Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Bripka Hidayat Abdullah, Penyidik Pembantu dari Polrestabes Semarang pada hari Senin, tanggal 18 Desember 2017.
terdakwa I, II, III, IV dan beberapa orang berada di indomart Jl. Setiabudi
SMG untuk melihat balapan liar
korban datang ke indomart berniat membeli perlengkapan
mandi
korban dipanggil oleh seseorang yang melihat
balapan liar untuk ditanyai
kemudian korban mengaku anggota TNI
Banteng Raiders dan menyuruh bubar untuk
tidak balapan liar
sebagian orang yang melihat balapan liar ada yang pergi dan ada yang
tidak pergi
kepada yang tidak pergi, korban mengambil kunci motor terdakwa III dan
handphone milik terdakwa IV kemudian terjadi percecokan antara korban dengan terdakwa
I, II, III, IV tiba-tiba terdakwa VII
datang ke indomart, kemudian disusul
terdakwa V, VI terdakwa VII melakukan
pemukulan kepada korban menganai dada
dan diikuti pemukulan oleh para terdakwa lain
telah terjadi pengeroyokan kepada
korban oleh para terdakwa
korban berlari melarikan diri sampai dekat patung diponegoro UNDIP dan masih dikejar oleh para
terdakwa
sampai di patung diponegoro UNDIP, korban dipukuli secara
bersama-sama menggunakan batu,
paving,kayu
korban terjatuh dan tidak sadarkan diri
para terdakwa meninggalkan tempat
kejadian
terdakwa VIII yang melintas hendak membeli pulsa kemudian melihat dan mengampiri
korban
terdakwa VIII mengambil batu dan menjatuhkannya ke
kepala korban terdakwa VIII kemudian
meninggalkan tempat kejadian perkara korban dibawa ke RS Banyumanik dan dirujuk
ke RS Kariadi korban mengalami luka robek kepala sebanyak tiga luka, luka robek belakang telinga kiri, luka lebam mata kiri, luka robek pelipis kiri,
luka lebam sebelah hidung, luka lecet bagian dada, dan memar bagian
dada Tindak pidana
pengeroyokan Tempus Delicti
Kamis, 22 Oktober 2015 pukul 03.30
WIB
52
Keterangan dari alur terjadinya tindak pidana pengeroyokan di atas
ialah:
1. Terdakwa I ialah Bahtiar Samaul Aldi;
2. Terdakwa II ialah Puthut Reza Agung Haryono;
3. Terdakwa III ialah Riris Adi Purwoko;
4. Terdakwa IV ialah Abry Yuda Pangestu;
5. Terdakwa V ialah Martayuki Saputra;
6. Terdakwa VI ialah Sali Afrija;
7. Terdakwa VII ialah Okta Adi Hartanto;
8. Terdakwa VIII ialah M. Dekron;
9. Korban ialah Tranggono Hemawan.
Pada kasus pengeroyokan yang terjadi di Jalan Setiabudi Kota
Semarang pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015, Penuntut Umum
melakukan pemisahan berkas perkara (splitsing) antara satu terdakwa dengan
terdakwa yang lain. Dasar pertimbangan Penuntut Umum melakukan
pemisahan berkas perkara (splitsing) ialah bahan pertimbangan bagi Penuntut
Umum melalui petunjuk supaya berkas perkara dipisah oleh penyidik,
sebagaimana menjadi lima berkas perkara untuk delapan terdakwa. Sekalipun
berkas perkara tersebut dipisah menjadi lima, namun tidak semua berkas
memliki kesamaan alasan mengapa berkas tersebut dipisah. Berdasarkan hasil
penelitian terkait dengan tindak pidana pengeroyokan yang terjadi di Jalan
Setiabudi Semarang dikemukakan terdapat lima putusan yaitu:
1. Putusan Nomor 01/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Bahtiar Samaul Aldi
53
2. Putusan Nomor 03/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Riris Adi Purwoko
dengan Abry Yuda Pangestu);
3. Putusan Nomor 04/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa M Dekron);
4. Putusan Nomor 05/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Martayuki Saputra
dengan Sali Afrija);
5. Putusan Nomor 06/PID.B/2016/PN.SMG (terdakwa Okta Adi Hartanto).
Sebagaimana dapat diuraikan berdasarkan identitas terdakwa, kasus posisi,
dakwaan, tuntutan dan vonis masing-masing perkara melalui tabel berikut:
5
4
Nomor Perkara : 01/PID.B/2016/PN.SMG
Nama Terdakwa : Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono Nama Korban : Tranggono Hemawan
Vonis
Pidana penjara selama enam bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap berada dalam tahanan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
Dasar pertimbangan splitsing adalah guna keperluan kesaksian di persidangan untuk menjadi saksi perkara terdakwa lain. Sebagaimana saat awal proses hukum tindak pidana pengeroyokan hanya enam tersangka yang ditetapkan terlebih dahulu, maka Penuntut Umum memisah berkas tersebut berisi dua terdakwa.
Tuntutan
Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama para terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,.
Dakwaan
Dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi
Pada saat kejadian para terdakwa sedang berada di indomart Jl. Setiabudi Semarang untuk melihat balapan liar. Kemudian korban datang untuk membeli perlengkapan mandi. Para terdakwa termasuk yang tidak pergi saat korban menyuruh pergi beberapa orang yang ingin melihat balapan liar di indomart. Saat terjadinya tindak pidana terdakwa I melakukan pengeroyokan dengan memukul korban satu kali yang mengenai pundak sebelah kiri dengan
menggunakan tangan kanan mengepal. Terdakwa II juga melakukan pengeroyokan dengan memukul kepala korban satu kali mengenai bagian belakang. Kemudian para terdakwa juga turut mengejar korban dengan disertai pemukulan sampai patung diponegoro UNDIP. Identitas Terdakwa
Terdakwa I
1. Nama lengkap : Bahtiar Samaul Aldi 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 20 tahun/30 Januari 1995 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Sukun No.2 RT.04 RW.02 Kel.Srondol Wetan
Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Swasta 9. Pendidikan : SMP
Terdakwa II
1. Nama lengkap : Puthut Reza Agung Haryono 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 18 tahun/29 Agustus 1997 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Mangga No.9 RT.05 RW.02 Kel.Srondol Wetan
Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Swasta 9. Pendidikan : SMA
Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23-10-2015.
5
5
Nomor Perkara : 03/PID.B/2016/PN.SMG
Nama Terdakwa : Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu
Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)
Vonis
Pidana penjara selama enam bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap ditahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
Dasar pertimbangan splitsing adalah guna keperluan kesaksian di persidangan untuk terdakwa lain, sebagaimana hanya enam tersangka yang ditetapkan saat awal proses hukum tindak pidana pengeroyokan berjalan. Penuntut Umum kemudian memisah berkas berisi dua terdakwa.
Tuntutan
Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama para terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,.
Dakwaan
Dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi
Para terdakwa merupakan dasar bagaimana terjadinya tindak pidana pengeroyokan di Jl. Setiabudi Semarang. Kunci motor milik terdakwa I dan handphone milik terdakwa II diambil oleh korban dengan alasan bahwa para terdakwa tidak ingin pergi dari indomart untuk tidak melihat balapan liar. Kemudian terdakwa I tidak terima terhadap tindakan korban, dan mulailah percecokan antar keduanya. Saat kejadian tindak pidana pengeroyokan, terdakwa I melakukan pengeroyokan dengan memegangi korban dari belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher korban dan tangan kanan memukul menggunakan helm ke kepala korban bagian belakang sebanyak dua kali. Terdakwa II saat terjadinya tindak pidana pengeroyokan melakukan pengeroyokan dengan memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban.
Identitas Terdakwa
Terdakwa I
1. Nama lengkap : Riris Adi Purwoko 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 26 tahun/3 September 1989 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Mangga Dalam No.3 RT.06 RW.02 Kel.Srondol Wetan Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMU
Terdakwa II
1. Nama lengkap : Abry Yuda Pangestu 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 18 tahun/30 April 1997 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Perum Gedawai Permai II Blok AA. No.10 Kel.Gedawang
Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Swasta 9. Pendidikan : SMA
Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23-10-2015
5
6
Nomor Perkara : 04/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : M Dekron
Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)
Vonis Pidana penjara selama enam bulan, masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
Dasar pertimbangan splitsing adalah karena yang bersangkutan merupakan terdakwa yang ditetapkan terakhir saat proses hukum para terdakwa lain telah berjalan berdasarkan keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto serta karena ada peranan terdakwa yang berbeda dengan terdakwa lainnya.
Tuntutan
Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,.
Dakwaan
Dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP. Kasus Posisi
Saat terjadinya tindak pidana pengeroyokan oleh ketujuh terdakwa lainnya, terdakwa M. Dekron hendak membeli pulsa bersama seseorang bernama Bela. Kemudian sampailah kejadian dimana korban melarikan diri berlari ke arah patung diponegoro UNDIP dan masih dikeroyok oleh ketujuh terdakwa lainnya. Melihat hal tersebut kemudian terdakwa berhenti dan menghampiri korban yang sudah terkapar dalam posisi tengkurap karena dikeroyok. Kemudian terdakwa ikut melakukan pengeroyokan korban dengan mengambil batu dan memukul satu kali
mengenai kepala bagian belakang korban serta
menjatuhkannya ke arah kepala korban.
Identitas Terdakwa
Terdakwa I
1. Nama lengkap : M Dekron 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 24 tahun/13 Mei 1991 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep Timur V RT.05 RW.01 Kel.Sumurboto Kec.Banyumanik Kota Semarang atau Jl.Gondang Timur III Rt.04 RW.01 Kel.Bulusan Kec.Tembalang Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Wiraswasta 9. Pendidikan : SMP
Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh:
1. Penyidik: sejak tanggal 1-12-2015 s/d 20-12-2015;
2. Penuntut Umum: sejak tanggal 21-12-2015 s/d 9-1-2016;
3. Penahanan Hakim PN.SMG: sejak tanggal 4-1-2016 s/d 2-2-4-1-2016;
4. Penahanan Hakim: sejak tanggal 3-2-2016 s/d 2-4-2016;
5. Perpanjangan ketua PN.SMG: sejak tanggal 3-2-2016 s/d 2-4-2016.
5
7
Nomor Perkara : 05/PID.B/2016/PN.SMG
Nama Terdakwa : Martayuki Saputra dengan Sali Afrija
Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)
Vonis
Pidana penjara selama lima bulan, masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa I & terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
Dasar Pertimbangan splitsing adalah karena dijadikan saksi mahkota. Sejak awal proses hukum berjalan, berkas terdakwa telah dipisah oleh Penyidik dan Penuntut Umum menyatakan berkas lengkap karena melihat peranan terdakwa tidak terlalu berat dibanding terdakwa yang lain. Terlebih Penuntut Umum berpendapat tidak menghalangi jalannya proses penuntutan di persidangan dan telah sesuai.
Tuntutan
Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan
Dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi
Saat masih terjadi percecokan antara korban dengan terdakwa Riris Adi Purwoko akibat tidak terimanya kunci motor miliknya diambil oleh korban, para terdakwa masih berada di "warung kucingan”yang dekat dengan lokasi indomart. Kemudian ketika sudah terjadi tindak pidana pengeroyokan kepada korban, para terdakwa menghampiri dan mulai membantu terdakwa lainnya karena tidak terima dan membela terdakwa Okta Adi Hartanto yang rekan satu bengkelnya. Terdakwa I melakukan pengeroyokan dengan berusaha memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban sampai di patung diponegoro UNDIP. Terdakwa II melakukan pengeroyokan dengan berusaha memegang korban dan
melakukan pemukulan kepada korban.
Identitas Terdakwa
Terdakwa I
1. Nama lengkap : Martayuki Saputra 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 31 tahun/2 Juni 1984 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep Barat I No.45 Rt.05 RW.06 Kel.Tinjomoyo Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Swasta 9. Pendidikan : SMP
Terdakwa II
1. Nama lengkap : Sali Afrija 2. Tempat lahir : Wonosobo
3. Umur/tanggal lahir : 121 tahun/21 Januari 1993 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl. Ngesrep Barat I No.45 Rt.05 RW.06 Kel.Srondol Kulon Kec.Banyumanik Kota Semarang 7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Swasta 9. Pendidikan : SMP
Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak tanggal 23-10-2015 s/d 31-1-2016.
5
8
Nomor Perkara : 06/PID.B/2016/PN.SMG Nama Terdakwa : Okta Ardi Hartanto
Nama Korban : (korban hanya satu menyesuaikan putusan sebelumnya)
Vonis
Pidana penjara selama enam bulan, masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, menetapkan terdakwa tetap di tahan, membayar biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
Dasar pertimbangan splitsing adalah karena saat proses hukum tindak pidana pengeroyokan telah berjalan, terdakwa menjadi daftar pencarian orang dan sedang dalam pencarian pihak kepolisian. Demi kepentingan umum, menyebabkan Penuntut Umum memisah berkas terdakwa.
Tuntutan
Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan sebagaimana dan diancam dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP, dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah para terdakwa tetap ditahan, dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000,. Dakwaan Dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Kasus Posisi
Pada saat masih terjadi percecokan antara korban dengan terdakwa Riris Adi Purwoko karena tidak terima kunci motor diambil oleh korban, terdakwa masih bersama terdakwa Martayuki Saputra dan terdakwa Sali Afrija. Kemudian karena terjadi percecokan, terdakwa Riris Adi Purwoko memanggil terdakwa untuk
menghampirinya, dan seketika terdakwa langsung memukul korban dengan menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban. Terdakwa melakukan penegroyokan dengan memukul kepala korban beberapa kali lebih dari sekali dan saat di patung diponegoro UNDIP memukul menggunakan paving block bentuk persegi panjang ke wajah korban.
Identitas Terdakwa
Terdakwa I
1. Nama lengkap : Okta Ardi Hartanto 2. Tempat lahir : Semarang
3. Umur/tanggal lahir : 23 tahun/6 Oktober 1992 4. Jenis kelamin : laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl.Ngesrep barat VI RT.03 RW.08 Kel.Sronndol Kulon Kec.Banyumanik Kota Semarang
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh:
1. Penyidik: sejak tanggal 17-11-2015 s/d 6-12-2015; 2. Perpanjangan Penuntut Umum: sejak tanggal
7-12-2015 s/d 15-1-2016;
3. Penuntut Umum: sejak tanggal 21-12-2015 s/d 9-1-2016;
4. Hakim Pengadilan Negeri SMG: sejak tanggal 4-1-2016 s/d 2-2-4-1-2016;
5. Perpanjangan ketua PN.SMG: sejak tanggal 3-2-2016 s/d 2-4-3-2-2016.
59
Kaitannya dengan keseluruhan putusan tersebut dapat dikemukakan
beberapa hal yaitu, penangkapan dan penahanan para terdakwa ada yang
berbeda sebagaimana terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza
Agung Haryono, Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu, Martayuki
Saputra dengan Sali Afrija pada tanggal 23 Oktober 2015, terdakwa Okta Ardi
Hartanto pada tanggal 17 November 2015 dan terdakwa M Dekron pada
tanggal 1 Desember 2015. Terdapat dua berkas yang didakwa terpisah
masing-masing berisi satu terdakwa (terdakwa Okta Ardi Hartanto dan M Dekron) dan
tiga berkas yang didakwa terdiri masing-masing dua terdakwa (Bahtiar Samaul
Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko dengan Abry
Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dengan Sali Afrija). Kemudian satu
terdakwa (M Dekron) dipisah berbeda dengan dakwaan alternatif Pasal 170
ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP, sebagaimana berbeda
dengan ketujuh terdakwa yang didakwa dengan dakwaan tunggal Pasal 170
ayat (2) ke-1 KUHP. Terdapat penjatuhan tuntutan yang berbeda terhadap
kedelapan terdakwa, sebagaimana dua terdakwa (Martayuki Saputra dengan
Sali Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana
penjara selama sepuluh bulan serta keenam terdakwa lainnya dituntut Pasal 170
ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun.
Selanjutnya kaitannya vonis Hakim, terdapat dua terdakwa (Martayuki Saputra
dengan Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan dan enam
60
Berdasarkan uraian masing-masing perkara pada tabel tersebut,
kemudian dianalisis dari keseluruhan berkas perkara sebagaimana berikut:
Tabel 6. Analisis keseluruhan putusan
Analisis keseluruhan putusan
1. Korban
Hanya satu bernama Tranggono Hemawan 2. Perbuatan
Delapan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan: a. Terdakwa Bahtiar: memukul korban satu kali mengenai pundak sebelah kiri dengan menggunakan
tangan kanan mengepal;
b. Terdakwa Puthut: memukul kepala korban satu kali mengenai bagian belakang;
c. Terdakwa Riris: memegangi korban dari belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher korban dan tangan kanan memukul menggunakan helm ke kepala korban sebanyak dua kali;
d. Terdakwa Abry: memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban;
e. Terdakwa M Dekron: mengambil batu dan memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban serta menjatuhkannya kearah kepala korban;
f. Terdakwa Martayuki: memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban; g. Terdakwa Sali: memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban;
h. Terdakwa Okta: memukul korban dengan menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban, memukul kepala korban beberapa kali lebih dari sekali dan memukul menggunakan paving bentuk persegi panjang ke wajah korban.
3. Penahanan
a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija) ditahan pada tanggal yang sama 23 Oktober 2015; b. Terdakwa Okta Ardi Hartanto tanggal 17 November 2015;
c. Terdakwa M Dekron tanggal 1 Desember 2015. 4. Berkas berisi dua terdakwa
a. Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono: sebelumnya berkas para terdakwa, digabung dengan terdakwa Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu. Terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka, dan Penuntut Umum memberi petunjuk untuk dipisah masing-masing berkas berisi dua terdakwa supaya memudahkan dalam pembuktian di persidangan; b. Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu: sebelumnya berkas para terdakwa, digabung dengan
terdakwa Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono. Terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka, dan Penuntut Umum memberi petunjuk untuk dipisah masing-masing berkas berisi dua terdakwa supaya memudahkan dalam pembuktian di persidangan; c. Martayuki Saputra-Sali Afrija: Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa para terdakwa dijadikan
satu berkas telah sesuai dengan perbuatan terdakwa saat melakukan tindak pidana, terlebih saat awal proses hukum telah berjalan hanya ada enam tersangka.
5. Berkas berisi satu terdakwa
a. Okta Ardi Hartanto: ditangkap dan ditahan terpisah karena menjadi daftar pencarian orang pihak kepolisian saat proses hukum telah berjalan;
b. M Dekron: ditangkap dan ditahan terpisah karena berdasarkan keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto keterlibatannya dalam tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang.
6. Dakwaan
a. Tujuh terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto) didakwa dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP;
b. Terdakwa M Dekron didakwa dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP
7. Requisitoir (tuntutan)
a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana penjara selama satu tahun...”;
b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP namun dengan
dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan....”.
8. Vonis
a. Enam terdakwa(Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dihukum pidana penjara selama enam bulan;
b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan. 9. Upaya hukum
61
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan berkas perkara, kemudian
dikemukakan persamaan dan perbedaan sebagaimana dijelaskan berikut:
Tabel 7. Persamaan dan perbedaan analisis keseluruhan putusan
Analisis keseluruhan putusan
Perbedaan Persamaan
1. Penahanan
a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija) ditahan pada tanggal yang sama 23 Oktober 2015;
b. Terdakwa Okta Ardi Hartanto tanggal 17 November 2015;
c. Terdakwa M Dekron tanggal 1 Desember 2015.
2. Dakwaan
a. Tujuh terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra-Sali Afrija, Okta Ardi Hartanto) didakwa dakwaan tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP;
b. Terdakwa M Dekron didakwa dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP.
3. Requisitoir (tuntutan)
a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan
pidana penjara selama satu tahun...”;
b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dituntut Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP namun dengan dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh bulan....”. 4. Vonis
a. Enam terdakwa (Bahtiar Samaul Aldi-Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko-Abry Yuda Pangestu, Okta Ardi Hartanto, M Dekron) dihukum pidana penjara selama enam bulan;
b. Dua terdakwa (Martayuki Saputra-Sali Afrija) dihukum pidana penjara selama lima bulan.
5. Berkas berisi dua terdakwa
a. Bahtiar Samul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono;
b. Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu;
c. Martayuki Saputra dengan Sali Afrija. 6. Berkas berisi satu terdakwa
a. Okta Ardi Hartanto; b. M Dekron.
1. Perbuatan
Delapan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan:
a. Terdakwa Bahtiar: memukul korban satu kali mengenai pundak sebelah kiri dengan menggunakan tangan kanan mengepal; b. Terdakwa Puthut: memukul kepala korban
satu kali mengenai bagian belakang; c. Terdakwa Riris: memegangi korban dari
belakang posisi tangan kiri mengkait ke leher korban dan tangan kanan memukul menggunakan helm ke kepala korban sebanyak dua kali;
d. Terdakwa Abry: memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban; e. Terdakwa M Dekron: mengambil batu dan
memukul satu kali mengenai kepala bagian belakang korban serta menjatuhkannya kearah kepala korban;
f. Terdakwa Martayuki: memegang korban dan melakukan pemukulan kepada korban; g. Terdakwa Sali: memegang korban dan
melakukan pemukulan kepada korban; h. Terdakwa Okta: memukul korban dengan
menggunakan tangan kosong mengenai dada & perut korban, memukul kepala korban beberapa kali lebih dari sekali dan memukul menggunakan paving bentuk persegi panjang ke wajah korban.
2. Korban
Hanya satu bernama Tranggono Hemawan. 3. Upaya hukum
62
Kaitannya penerapan splitsing dari lima berkas dengan penegakan
hukum apakah telah diberikannya nilai keadilan, kemanfaatan, kepastian
hukum atau sebaliknya memberikan kesewenang-wenangan terhadap
kepentingan para pihak yang terdiri dari kepentingan korban, terdakwa dan
Negara/masyarakat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kepentingan korban
a. Nilai keadilan
Dilakukannya splitsing dilihat dari kepentingan korban berdasarkan
nilai keadilan, menyebabkan kerugian sebagaimana tidak efisien
dalam perihal waktu, membuang biaya dan tenaga. Korban harus
bolak-balik datang ke persidangan untuk dimintai keterangannya oleh
Hakim demi memperoleh kebenaran materiil, terlebih hal tersebut
juga menyebabkan biaya yang dikeluarkan tidak ringan dan tenaga
yang terkuras. Terlebih bila perkara yang dipisah, hari persidangannya
berbeda antara satu dengan yang lain menyebabkan korban wajib
mengikutinya. Kaitannya dengan kasus tindak pidana pengeroyokan
di Jalan Setiabudi Semarang, hanya ada satu korban yang secara
otomatis pasti harus bolak-balik mengikuti persidangan kapasitasnya
untuk memberikan keterangan.
b. Nilai kemanfaatan
Splitsing juga turut memberikan rasa kemanfaatan kepentingan
korban, sebagaimana untuk memahami siapa saja pelaku yang telah
63
korban belum mengetahui terdakwa) dan bagaimana perbuatan para
terdakwa kepada korban yang diketahui melalui perbedaan peranan
pada berkas perkara masing-masing terdakwa.
c. Nilai kepastian hukum
Berdasarkan nilai kepastian hukum, splitsing memberikan kepastian
bahwa nantinya terdakwa akan dihukum berdasarkan peranannya saat
melakukan tindak pidana kepada korban, terlebih menyesuaikan
penjatuhan sanksi yang sesuai dengan perbuatan terdakwa.
2. Kepentingan terdakwa
a. Nilai keadilan
Hasil wawancara dengan Pudji Widodo Hakim pada Pengadilan
Negeri Semarang hari Senin, tanggal 29 Januari 2018, menerangkan
bahwa dilakukannya splitsing dilihat dari kepentingan terdakwa,
mengakibatkan kerugian namun tidak signifikan. Adapun penerapan
splitsing dilihat dari kepentingan terdakwa akan menyebabkan proses
persidangan yang lama karena para terdakwa diadili terpisah dan
secara bergantian berganti kapasitasnya menjadi saksi dalam perkara
terdakwa lain, namun tidak terlalu signifikan karena biaya dan tenaga
dikeluarkan tidak banyak sebanding dilihat dari kepentingan korban,
sebagaimana terdakwa dijemput dan dibawa oleh pihak Penuntut
Umum menggunakan bus tahanan kejaksaan Negeri58.
58 Hasil wawancara dengan Pudji Widodo, Hakim dari Pengadilan Negeri Semarang pada hari
64
b. Nilai kemanfaatan
Kaitannya dengan kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan
Setiabudi Semarang perihal aspek kepentingan terdakwa, harus
dipandang secara keseluruhan penerapan tujuan splitsing sebagaimana
disisi lain juga membawa keuntungan bagi pihak terdakwa.
Berdasarkan aspek kemanfaatan, splitsing tersebut harus dirasakan
manfaatnya oleh para terdakwa yakni menyebabkan jera supaya tidak
melakukan tindak pidana lagi, terlebih juga untuk membedakan
berdasarkan peranan terdakwa dalam perbuatan tindak pidana
sebagaimana telah melakukan perbuatan tindak pidana kepada
seseorang yang mengakibatkan luka-luka, dalam hal ini para terdakwa
dijatuhi pidana penjara sesuai masing-masing putusan vonis Hakim
(sepuluh bulan dan satu tahun pidana penjara).
c. Nilai kepastian hukum
Splitsing tersebut juga membawa kepastian hukum, sebagaimana
membuat masing-masing terdakwa dapat dituntut dan dijatuhi pidana
oleh Hakim berdasarkan dakwaan yang dibuat Penuntut Umum.
Splitsing juga memberikan kepastian hukum bagi terdakwa, dengan
membedakan berkas perkara menyesuaikan peranan masing-masing
terdakwa. Mengingat, ada terdakwa yang masuk dalam daftar
pencarian orang pihak kepolisian saat proses penegakan hukum tindak
65
maka akan merugikan hak-hak para terdakwa sebagaimana yang
termaktub dalam Pasal 50 KUHAP:
Pasal 50 KUHAP
(1) Tersangka berhak dan segera mendapat pemeriksaan oleh Penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada Penuntut Umum;
(2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh Penuntut Umum;
(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.
3. Kepentingan Negara/masyarakat
Negara atau masyarakat umum dalam hal proses penegakan hukum pidana
diwakili oleh Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam kapasitasnya
sebagai penegak hukum. Splitsing tersebut demi kepentingan Negara tidak
bisa dilihat secara keseluruhan apakah telah memenuhi nilai keadilan,
kemanfaatan, kepastian hukum melainkan harus dilihat satu-persatu.
a. Nilai keadilan
Nilai keadilan bila dilihat dari Penyidik dan Penuntut Umum, maka
splitsing akan memudahkan proses penegakan hukum serta
memudahkan Penuntut Umum dalam pembuktian saat persidangan
maupun dalam klasifikasi penuntutan berdasarkan peranan terdakwa59.
Apabila berkas perkara digabung yang terjadi tidak akan terpenuhinya
aspek keadilan guna membuktikan perbuatan para terdakwa telah
bersalah dengan sengaja melakukan tindak pidana pengeroyokan.
59 Hasil wawancara dengan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
66
b. Nilai kemanfaatan
Splitsing bagi kepentingan Negara ialah memberikan manfaat bahwa
masih ada upaya represif dalam rangka penegakan hukum yang dapat
diterapkan, bilamana ditemukan seperti dalam kasus tindak pidana
pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang yang ada terdakwa menjadi
daftar pencarian orang, yang menyebabkan tidak dapat dijadikannya
satu berkas dengan terdakwa yang lain.
c. Nilai kepastian hukum
Dilakukannya splitsing juga telah memenuhi aspek kepastian hukum,
karena berdasarkan Pasal 142 KUHAP mengatur bahwa Penuntut
Umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing
terdakwa secara terpisah. Namun dari sudut pandang Hakim, splitsing
tidak sesuai dengan asas peradilan cepat-sederhana-biaya ringan,
karena tidak tercapainya pemenuhan asas tersebut dan akan bersidang
lebih dari satu berkas perkaa yang pasti akan berjalan lama, terlebih
dalam penerapannya sesuai irah-irahan “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”60.
Berdasarkan ketiga nilai yaitu nilai keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum pada kaitannya penerapan splitsing dalam kasus tindak
pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang terhadap kepentingan
korban, terdakwa dan Negara/masyarakat dapat dikemukakan bahwa harus
60 Hasil wawancara dengan Pudji Widodo, Hakim dari Pengadilan Negeri Semarang pada
67
dilihat secara kesatuan utuh demi tujuan hukum. Benar adanya setiap
keputusan pasti memberikan konsekuensi, sebagaimana juga dalam
splitsing tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang.
Splitsing terhadap kasus tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi
Semarang sudah baik sesuai kepentingan pihak korban, tersangka dan
Negara/masyarakat. Bilamana kasus tersebut tidak dilakukan pemisahan,
maka yang terjadi tujuan hukum tidak tercapai. Konsekuensi yang ada
seperti korban harus bolak-balik datang ke persidangan, menurut Hakim
tidak sesuai dengan asas peradilan cepat-sederhana-biaya murah, harus
dilihat bahwa bila tidak dilakukannya splitsing maka akan lebih sulit dalam
mencapai tujuan hukum, terlebih nantinya dalam penegakan hukum mulai
dari tingkat penyidikan oleh Penyidik sampai tingkat penuntutan dalam
persidangan oleh Penuntut Umum akan kesulitan memperoleh kebenaran
materiil demi tujuan hukum.
Kemudian Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa kasus tindak
pidana pengeroyokan, berkas perkaranya harus dipisah demi kepentingan
penuntutan. Penuntut Umum mengemukakan tiga dasar pertimbangan
mengapa berkas perkara tindak pidana pengeroyokan tersebut harus dipisah
yaitu dasar pertimbangan filosofis, yuridis dan sosiologis, sebagaimana hasil
68
1. Dasar pertimbangan filosofis
a. Untuk mempermudah pembuktian Penuntut Umum saat persidangan.
PenuntutUumum melihat fakta yang ada pada kasus ini, bahwa bila
perkara tersebut digabung (voeging) akan menyulitkan dalam
pembuktian penunutut umum. Karena awalnya terdakwa yang
ditetapkan hanya ada enam sedangkan untuk saksi tidak mendukung
untuk pembuktian, sebagaimana saksi hanya terdiri dari satu saksi
pelapor (Winarto S.H), satu saksi korban (Tranggono Hemawan) dan
dua saksi yang dapat dikatakan tidak memenuhi pengertian sebagai
saksi karena tidak melihat keseluruhan kejadian secara langsung
(Alessandro Okta Prakasa dan Muhammad Athfal Rizki) dan alat
bukti surat berupa visum et repertum yang dibuat dan ditandatangani
oleh Dokter Reni K. Barus dari Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Semarang.
Setelah terjadinya tindak pidana pengeroyokan tersebut, terdakwa
Okta Ardi Hartanto masuk menjadi daftar pencarian orang pihak
kepolisian guna untuk menghindari penangkapan. Karena
kompleksnya peranan terdakwa Okta Ardi Hartanto disebutkan
terus-menerus oleh keterangan terdakwa lain dan keterangan korban, maka
keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto juga harus didapatkan.
Terlebih setelah adanya perkembangan dari keterangan terdakwa lain,
kemudian merujuk menjadi tujuh terdakwa (sebelum terdakwa M.
69
yang akhirnya terdakwa Okta Ardi Hartanto pada faktanya ditangkap
dan ditangkap oleh kepolisian.
Kemudian barulah terdakwa menjadi delapan orang setelah
ditangkapnya terdakwa M. Dekron setelah adanya perkembangan dari
keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto. Dasar pertimbangan itulah
yang menyebabkan dipisah secara tersendiri oleh Penuntut Umum61.
b. Para terdakwa dijadikan saksi mahkota untuk perkara terdakwa lain.
Penuntut Umum mempertimbangkan bahwa nantinya terdakwa akan
dijadikan saksi mahkota untuk perkara lain. Penuntut Umum
kemudian pada saat prapenuntutan melakukan P-19 (mengembalikan
berkas perkara untuk dilengkapi) kepada Penyidik disertai petunjuk.
Petunjuk yang ada ialah bahwa berkas perkara sebelumnya yang
berisikan terdakwa Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza Agung
Haryono, Riris Adi Purwoko dan Abry Yuda Pangestu dipisah lagi
untuk kemudian para terdakwa dibagi menjadi dua berkas. Dasar
pertimbangan dijadikannya saksi mahkota untuk perkara lain,
kemudian sampailah para terdakwa tersebut dipisah menjadi dua
berkas, yang berisi terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza
Agung Haryono dan Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu.
Kemudian dengan dasar tersebut Penuntut Umum melakukan
splitsing, yang nantinya terdakwa menjadi saksi untuk perkara lain.
61 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Kamis,
70
Dalam hal ini para terdakwa masing-masing menjadi saksi untuk
perkara terdakwa lain, sebagai berikut:
1) Terdakwa Riris Adi Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu
menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Bahtiar Samaul
Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono, terdakwa Martayuki
Saputra dengan Sali Afrija, dan terdakwa Okta Ardi Hartanto;
2) Terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung
Haryono menjadi saksi untuk perkara dengan terdakwa Riris Adi
Purwoko dengan Abry Yuda Pangestu;
3) Terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija menjadi saksi
untuk perkara dengan terdakwa Okta Ardi Hartanto;
4) Terdakwa Okta Ardi Hartanto menjadi saksi untuk perkara
dengan terdakwa Martayuki Saputra dengan Sali Afrija dan
terdakwa M. Dekron62.
c. Untuk menjaring terdakwa (menitikberatkan peranannya) demi
kepentingan penuntutan.
Penuntut Umum melihat bahwa peranan masing-masing terdakwa
berbeda dalam melakukan perbuatannya, yang mengakibatkan
Penuntut Umum melakukan pemisahan berkas demi kepentingan
penuntutan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam hal
dakwaan Penuntut Umum melakukan pembedaan antara para
62 Hasil wawancara dengan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
71
terdakwa. Penuntut Umum melakukan kepada terdakwa M. Dekron
sebagaimana didakwa dengan dakwaan alternatif Pasal 170 ayat (2)
ke-1 KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP sebagaimana pada saat
Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum,
Penuntut Umum mengembalikkan kembali disertai petunjuk
bahwasanya ada kekurangan, perbuatan terdakwa kepada korban ada
yang beda dengan para terdakwa lainnya. Terdakwa dalam
perbuatannya secara terpisah dan tersendiri melakukan penganiayaan
yang mengakibatkan luka kepada korban. Kemudian untuk keenam
ketujuh terdakwa yang lain, Penuntut Umum memberikan dakwaan
tunggal Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP.
Kaitannya penuntutan berdasarkan peranannya masing-masing
terdakwa, Penuntut Umum membedakan tuntutan untuk terdakwa
Martayuki Saputra dengan Sali Afrija sebagaimana dituntut Pasal 170
ayat (2) ke-1 KUHP dengan dijatuhkan pidana penjara selama sepuluh
bulan63. Terhadap keenam terdakwa lain Penuntut Umum melakukan
tuntutan yang sama yaitu dengan menjatuhkan tuntutan Pasal 170 ayat
(2) ke-1 KUHP namun dengan penjatuhan pidana penjara selama satu
tahun. Dasar pertimbangan tersebut oleh Penuntut Umum melakukan
splitsing terhadap terdakwa, terlebih menjaring secara terpisah yang
menitikberatkan peran terdakwa64.
63 Hasil wawancara dengan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
hari Kamis, tanggal 18 Januari 2018.
64 Hasil wawancara dengan Andita Rizkianto dan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri
72
2. Dasar pertimbangan yuridis
a. Pasal 142 KUHAP
Melihat aturan hukum positif, memperbolehkan Penuntut Umum
untuk memisah berkas perkara yang tidak termasuk dalam ketentuan
Pasal 141 KUHAP, maka dengan kewenangannya Penuntut Umum
melakukan splitsing65.
b. Minimnya saksi dan tanpa didukung alat bukti lain
Penuntut Umum melakukan splitsing terhadap berkas ini dikarenakan
minimnya saksi untuk pembuktian saat persidangan dan tanpa
didukung alat bukti lain. Secara aturan hukum sesuai ketentuan Pasal
184 ayat (1) KUHAP bahwa alat bukti yang sah adalah:
Pasal 184
(1) Alat bukti yang sah ialah: a. Keterangan saksi; b. Keterangan ahli; c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
Melihat fakta bahwa alat bukti yang ada ialah hanya keterangan saksi
yang terdiri dari saksi pelapor (Winarto S.H), saksi korban
(Tranggono Hemawan), dua orang saksi yang dapat dikatakan tidak
sepenuhnya sebagai saksi karena tidak melihat kejadian secara
keseluruhan langsung (Alessandro Okta Prakasa dan Muhammad
Athfal Rizki) dan surat visum et repertum yang dibuat &
65 Hasil wawancara dengan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
73
ditandatangani oleh Dokter Reni K. Barus dari Rumah Sakit Bhakti
Wira Tamtama Semarang. Kemudian dengan dasar tersebut Penuntut
Umum melakukan splitsing, yang nantinya para terdakwa menjadi
saksi untuk perkara lain.
c. Penangkapan terdakwa berbeda-beda
Pada awal penyidikan perkara tindak pidana pengeroyokan dimulai,
hanya ada enam terdakwa saja yang ditangkap dan langsung ditahan
(Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza Agung Haryono, Riris Adi
Purwoko, Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dan Sali Afrija)
pada tanggal 23 Oktober 2015, kemudian dengan dilakukannya
pencarian terhadap terdakwa Okta Ardi Hartanto karena masuk daftar
pencarian orang, maka baru dapat ditangkap dan langsung ditahan
pada tanggal 17 November 2015, terdakwa menjadi tujuh orang,
selanjutnya dari keterangan terdakwa Okta Ardi Hartanto
dikembangkan dan menghasilkan bahwa ada pelaku lain yang
merujuk kepada terdakwa M. Dekron yang ditangkap dan langsung
ditahan tanggal 1 Desember 2015, terdakwa menjadi delapan orang66.
Kemudian ditangkap dan ditahan oleh Penyidik, yang kemudian oleh
Penuntut Umum menjadi dasar pertimbangan dilakukannya
splitsing67.
66 Hasil wawancara dengan Bripka Hidayat, Penyidik Pembantu dari Polrestabes Semarang
pada hari Kamis, tanggal 18 Januari 2018.
67 Hasil wawancara dengan Andita Rizkianto, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
74
3. Dasar pertimbangan sosiologis
a. Pelaku terdiri dari beberapa orang
Pelaku terdiri dari beberapa orang, total delapan terdakwa. Penuntut
Umum mempertimbangkan bahwa dalam perkara ini awalnya ada
enam orang pelaku terlebih dahulu sesuai dengan penahanannya yang
sama, yakni Bahtiar Samaul Aldi, Puthut Reza Agung Haryono, Riris
Adi Purwoko, Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dan Sali
Afrija. Kemudian dengan dasar itu Penuntut Umum melakukan
splitsing menjadi dua berkas perkara, yang kemudian setelah P-19
disertai petunjuk berkembang menjadi tiga berkas perkara untuk
awalnya. Kemudian perkembangannya terdakwa merujuk menjadi
delapan orang, dengan rincian ditangkap dan ditahannya terdakwa
Okta Ardi Hartanto, yang disusul oleh terdakwa M. Dekron68.
b. Terdakwa masuk dalam daftar pencarian orang
Ada terdakwa yang masuk dalam daftar pencarian orang oleh
kepolisian saat proses hukum kasus tindak pengeroyokan itu sedang
berjalan, yaitu terdakwa Okta Ardi Hartanto. Penuntut Umum
mempertimbangkan bahwa perlunya dipisah berkas perkara karena
terdakwa sedang dalam pencarian pihak kepolisian setelah terjadinya
tindak pidana, guna mendapatkan keterangannya. Hal tersebut yang
mendasari bahwa tidak mungkin untuk menunggu terdakwa sampai
68 Hasil wawancara dengan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
75
ditemukan, sedangkan terdakwa lain sudah ditangkap dan ditahan,
terlebih harus mengorbankan hak-hak terdakwa lainnya demi
menunggu tertangkapnya terdakwa, yang mengakibatkan diproses
belakangan dan tidak dapat dijadikan satu berkas69.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pudji Widodo selaku Hakim
Pengadilan Negeri Semarang, pada hari Senin, tanggal 18 Desember 2017,
menerangkan bahwa kaitannya dasar pertimbangan splitsing ialah sumpah.
Akibat dari splitsing yakni seseorang terdakwa bisa menjadi saksi maupun
sebaliknya seseorang saksi bisa menjadi terdakwa. Jika seorang saksi untuk
diperoleh keterangannya dia harus disumpah, terkadang takut bila disumpah
walaupun tidak semua demikian. Sedangkan untuk terdakwa dalam
memberikan keterangan dia bebas, dalam arti seorang terdakwa tidak akan
disumpah, yang kemungkinan akan mengelak terhadap pertanyaan yang
diajukan. Tetapi bila dalam satu perkara ada kekurangan alat bukti (bisa saja
kesaksian), maka terdakwa akan dijadikan saksi dan secara aturan hukum akan
dikenakan sumpah, yang kemungkinan akan memberikan keterangan yang
sebenarnya akibat ketakutannya dari sumpah tersebut. Kaitannya lagi ialah
bilamana terdakwa tersebut sudah disumpah karena menjadi saksi untuk
perkara lain mengakui akan suatu hal, kemudian dalam perkara lainnya yang
terkait dia disumpah namun malah mengelak akan suatu hal, maka dia bisa
dikenakan pasal sumpah palsu70.
69 Hasil wawancara dengan Andita Rizkianto, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada
hari Senin, tanggal 11 Desember 2017.
70 Hasil wawancara dengan Pudji Widodo, Hakim dari Pengadilan Negeri Semarang pada Hari
76
Berdasarkan dasar pertimbangan filosofis, yuridis dan sosiologis
Penuntut Umum dalam memisah berkas perkara menjadi lima terhadap delapan
terdakwa tindak pidana pengeroyokan di Jalan Setiabudi Semarang maka dapat
dikemukakan bahwa keseluruhan dasar pertimbangan tersebut merupakan satu
rangkaian untuk memudahkan pembuktian Penuntut Umum dalam mencari
kebenaran materiil perbuatan terdakwa. Sebagaimana keseluruhan dasar
pertimbangan tersebut merupakan bahan pertimbangan bagi Penuntut Umum
melalui petunjuk supaya berkas perkara dipisah oleh Penyidik.
B. Mekanisme Pemisahan Berkas Perkara (Splitsing) terhadap Kasus
Pengeroyokan yang Dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum Ditinjau dari
Segi Kepentingan Penuntutan
Pasal 142 KUHAP menentukan bahwa Penuntut Umum dapat
melakukan penuntutan dengan memisah berkas perkara bilamana tidak
termasuk dalam ketentuan Pasal 141 KUHAP. Ketentuan pemisahan berkas
perkara merupakan kemudahan bagi Penuntut Umum dalam tahapan
penuntutan bilamana perkara tersebut sangat perlu untuk dipisah. Sebelum
sampai pada tahap pemisahan berkas perkara (splitsing) terhadap suatu
perkara, maka ada mekanisme yang saling berhubungan.
77
dimulainya tahapan pratut (prapenuntutan) antara Penyidik dan Penuntut Umum71.
Bahwa mekanisme untuk sampai pada pemisahan berkas perkara,
terlebih pada tahapan penuntutan, maka dimulai oleh Penyidik. Dimulainya
penyelidikan lalu penyidikan menandakan bahwa perkara tersebut merupakan
perkara tindak pidana. Dimulainya penyidikan berarti dimulainya penyusunan
tahap satu yang merupakan wewenang instansi Penyidik. Kemudian dengan
dimulainya penyidikan maka Penyidik menerbitkan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada kejaksaan (Pasal 109 ayat (1)
KUHAP), yang kemudian pimpinan kejaksaan menunjuk Penuntut Umum
(Jaksa Peneliti) untuk mendampingi dan memantau jalannya proses
penyidikan.
Perihal diterimanya SPDP dari Penyidik, maka pimpinan kejaksaan segera menunjuk Penuntut Umum sebagai Jaksa Peneliti (melalui form P-16) yang nantinya bertugas untuk mengikuti perkembangan penyidikan. Kemudian bila telah sampai tahap dua yakni penyerahan tersangka dan barang bukti kepada Jaksa peneliti, maka pimpinan kejaksaan segera menunjuk lagi Jaksa untuk menyelesaikan perkara sampai selesai (melalui
form P-16A). Penunjukan Penuntut Umum sebagai peneliti ataupun
Penuntut Umum nantinya bisa dilakukan oleh seorang Jaksa yang sama ataupun berbeda, menyesuaikan perintah pimpinan, dalam perkara pengeroyokan tersebut dilakukan oleh Jaksa yang sama72.
Sejak SPDP diserahkan kepada kejaksaan, maka dimulainya tahapan
prapenuntutan, tahapan inilah yang menentukan dasar pertimbangan Penuntut
Umum (Jaksa Peneliti) untuk dipisahnya berkas perkara atau tidak.
Pembaharuan pengiriman SPDP ke kejaksaan terjadi apabila selama dalam
71 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada Hari Selasa,
tanggal 19 Desember 2017.
72 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada Hari Selasa,
78
proses penyidikan perkara, Penyidik mendapatkan atau mengidentifikasi
adanya tersangka baru yang belum termasuk dalam SPDP yang telah dibuat
pada awal penyidikan, namun perihal dalam prapenuntutan Penuntut Umum
(Jaksa Peneliti) memberikan form P-19 (perbaikan berkas perkara) disertai
petunjuk untuk berkas displit maka pembaharuan pengiriman SPDP tidak
perlu.
SPDP untuk perkara splitsing hanya dikirimkan sekali kepada kejaksaan, namun bilamana ada identifikasi tersangka baru berdasarkan keterangan saksi maupun tersangka maka barulah SPDP diperbaharui pengirimannya kepada kejaksaan oleh Penyidik. Perlu diketahui bahwa SPDP harus dikirim ke kejaksaan sebelum adanya upaya paksa dari Penyidik73.
Penyidik atau Penyidik Pembantu bila telah selesai melakukan
penyidikan wajib menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum (Jaksa
Peneliti), sebagaimana dalam waktu 14 hari diteliti apakah sudah lengkap atau
masih kurang lengkap. Jika ternyata masih kurang lengkap maka berkas
perkara dikembalikan ke Penyidik disertai dengan petunjuk untuk kembali
disempurnakan (P-18, P-19).
Penghitungan waktu 14 hari tidak diakumulasikan untuk waktu pengembalian berkas dari Penyidik ke Jaksa Peneliti, penghitungan waktu terkait hal itu ialah dimulai awal lagi dari hari pertama74.
Kemudian Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) segera menentukan
persyaratan berkas perkara yang diterima atau diterimanya kembali hasil
penyidikan tambahan (P-19) dari Penyidik untuk dapat atau dilimpahkan ke
73 Hasil wawancara dengan Andita Rizkianto, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari
Rabu, tanggal 6 Desember 2017.
74 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Kamis,
79
pengadilan (Pasal 139 KUHAP). Berkas perkara yang dinyatakan sudah
lengkap (P-21), dalam hal ini belum dapat dikatakan berpindah tanggung jawab
dari Penyidik ke Penuntut Umum. Penyerahan tersangka dan barang bukti
(tahap dua) harus dilakukan terlebih dahulu secara penuh dari Penyidik ke
pihak kejaksaan supaya dapat berpindah tanggung jawab. Bahwa dengan
diserahkannya tersangka dan barang bukti kewenangan telah berpindah ke
instansi Kejaksaan. Setelah diterimanya tersangka dan barang bukti, Penuntut
Umum kemudian dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan
sebagaimana persiapan untuk dilimpahannya perkara ke persidangan.
Bilamana berkas telah komplit dari Penyidik kepada Penuntut Umum, maka dinyatakan P-21. Dinyatakan P-21 belum dapat dimulainya tahap dua (penyerahan tersangka dan barang bukti), karena bisa saja ada alasan lain yang oleh Penyidik terkait tersangka dan barang bukti. Saat proses penyusunan menuju tahap satu (penerimaan berkas) ini, prapenuntutan masih termasuk, dan juga Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) masih melaksanakan tugasnya (P-16)75.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sutardi Jaksa Kejaksaan Negeri
Semarang, pada hari Selasa, tanggal 19 Desember 2017, menerangkan bahwa
intinya tahapan pemisahan berkas perkara yang dilakukan oleh Penuntut
Umum dilakukan saat prapenuntutan dengan melakukan penelitian dan
memberikan petunjuk kepada Penyidik ataupun Penyidik Pembantu sebelum
berkas perkara tersebut dinyatakan lengkap (P-21), sebagaimana dijelaskan
tahapannya sebagai berikut: (halaman berikutnya)
75 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Selasa,
80
Skema 3. Mekanisme pemisahan berkas perkara dalam prapenuntutan
Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Selasa tanggal 19 Desember 2017. Keterangan:
1. Kolom yang berwarna kuning merupakan proses dimana splitsing oleh Penuntut Umum dilakukan.
2. I adalah tahapan yang dimulai dari penyidikan sampai berkas dinyatakan lengkap kemudian siap disidangkan;
3. II adalah tahapan yang dimulai dari berkas siap disidangkan sampai melimpahkan perkara ke pengadilan.
Penyidik ataupun Penyidik Pembantu (Polisi) melakukan penyidikan •penindakan •pemeriksaan •pemberkasan •penyerahan berkas perkara
Penyidik membuat SPDP untuk dikirim kekejaksaan
•pimpinan kejaksaan menunjuk Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) untuk mengikuti perkembangan penyidikan (P-16)
Penuntut Umum (Jaksa
Peneliti) meminta perkembangan laporan penyidikan melalui berkas perkara kepolisian Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) melakukan penelitian terhadap berkas perkara tersebut berkas perkara dinyatakan lengkap (P-21) berkas perkara dinyatakan tidak lengkap (P-18) perbaikan berkas perkara sesuai petunjuk maksimal 14 hari
(P-19) Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) memberitahu Penyidik siap disidangkan Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) meminta Penyidik menyerahkan tersangka - barang
bukti Penyidik
menyerahkan tersangka dan
barang bukti II
81
Skema 4. Rincian mekanisme splitsing saat P-19 dalam prapenuntutan
Sumber: Diolah dari hasil wawancara dengan Andita Rizkianto dan Andi Irawan Haqiqi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Senin tanggal 5 Maret 2018.
Penuntut Umum (Jaksa peneliti)
melakukan penelitian terhadap
berkas perkara tersebut
berkas perkara dinyatakan lengkap (P-21)
berkas perkara dinyatakan tidak lengkap
(P-18)
perbaikan berkas perkara sesuai
petunjuk maksimal 14 hari
(P-19)
Penuntut Umum (Jaksa Peneliti)
melakukan penelitian terhadap
berkas perkara tersebut
Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) menentukan sikap
terhadap berkas perkara
berkas perkara dinyatakan tidak
lengkap (P-18)
perbaikan berkas perkara sesuai petunjuk maksimal
14 hari (P-19) petunjuk bahwa
berkas perkara harus dipisah Penuntut Umum
(Jaksa Peneliti) kemudian laporan pimpinan kejaksaan
1. Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) berpedoman Keputusan Jaksa Agung RI nomor: KEP-518/A/JA/11/2001 tanggal 1 Nopember 2001 (Kepja 518/2001) tentang perubahan Keputusan Jaksa Agung RI nomor KEP-132/JA/11/1994 tanggal 7 Nopember 1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
2. Splitsing sepenuhnya wewenang Penuntut Umum (Jaksa Peneliti)
dengan sepengetahuan pimpinan kejaksaan;
3. Splitsing diputuskan sepenuhnya oleh Penuntut Umum (Jaksa
Peneliti) saat P-19 dalam form P-19 yang berisi petunjuk bahwa
82
Mekanisme pemisahan berkas perkara terjadi saat sebelum berkas
dinyatakan lengkap atau dapat dikatakan tahapan tersebut disebut
prapenuntutan, sebagaimana pada mekanisme tersebut ditandai pada tabel yang
berwarna.
Saat Penuntut Umum memberikan petunjuk terhadap berkas perkara untuk dilakukan splitsing dan mengembalikan kepada Penyidik ataupun Penyidik Pembantu, maka splitsing secepatnya dilakukan dengan memperhatikan petunjuk dari Penuntut Umum dan tenggang waktu 14 hari76.
Pada kasus pengeroyokan yang diteliti, mekanisme pemisahan berkas
perkara (splitsing) oleh Jaksa Penuntut Umum terdapat perbedaan dari
masing-masing berkas, adapun rinciannya sebagai berikut:
1. Mekanisme splitsing putusan Nomor 01/PID.B/2016/PN.SMG
Penuntut Umum memberikan petunjuk kepada Penyidik bahwa
berkas perkara harus dipisah. Sebelumnya berkas para terdakwa digabung
dengan terdakwa Riris Adi Purwoko dan Abry Yuda Pangestu,
sebagaimana pada awalnya hanya enam terdakwa yang ditangkap dan
ditahan.
Keenam terdakwa kemudian dipisah menjadi dua berkas, berkas
pertama terdiri dari empat terdakwa yakni Bahtiar Samaul Aldi, Puthut
Reza Agung Haryono, Riris Adi Purwoko, Abry Yuda Pangestu, dan
berkas kedua terdiri dari dua terdakwa yakni Martayuki Saputra dengan
Sali Afrija. Penyidik beralasan karena minim saksi, terlebih pada saat
76 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Selasa,
83
ditangkap perbuatan tersangka sudah ada dan diakui berdasar dari hasil
gelar perkara yang nantinya menambah saksi77.
Pada saat prapenuntutan kepada berkas yang terdiri empat
terdakwa, Penyidik menyerahkan kepada Penuntut Umum (Jaksa Peneliti)
untuk kemudian diteliti apakah berkas telah lengkap atau masih kurang
lengkap sebagaimana sesuai dengan Pasal 110 ayat (1) dan (2) KUHAP.
Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) kemudian menyatakan berkas kurang
lengkap (P-18), lalu mengembalikan berkas kepada Penyidik disertai
petunjuk (P-19). Petunjuk yang diberikan ialah supaya berkas yang terdiri
dari empat terdakwa dipisah lagi menjadi masing-masing dua terdakwa
yang nantinya menjadi dua berkas, guna keperluan kesaksian di
persidangan nantinya, sebagaimana menjadi saksi untuk perkara terdakwa
lain78.
Setelah Penyidik melengkapi berkas perkara dengan memisah
empat terdakwa yang membuat berkas hanya berisi dua terdakwa yakni
Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono dan
menyerahkan kembali kepada Penuntut Umum (Jaksa Peneliti), lalu
diteliti, kemudian berkas dinyatakan telah lengkap (P-21). Pengembalian
berkas kepada Penyidik hanya dilakukan sekali saja dan menyatakan
berkas perkara kemudian siap disidangkan.
77 Hasil wawancara dengan Bripka Hidayat Abdullah, Penyidik Pembantu dari Polrestabes
Semarang pada hari Senin, tanggal 18 Desember 2017.
78 Hasil wawancara dengan Sutardi, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Semarang pada hari Kamis,
84
Setelah dinyatakan dinyatakan P-21, tahapan selanjutnya Penyidik
menyerahkan para terdakwa kepada Penuntut Umum. Dengan diterimanya
para terdakwa oleh Penuntut Umum, maka wewenang telah berpindah ke
pihak Penuntut Umum. Kemudian dibuatlah surat dakwaan sebagaimana
para terdakwa didakwa dakwaan tunggal dengan ancaman pidana dalam
Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP. Sampailah pada tahapan penuntutan,
dimana para terdakwa dituntut dengan pidana penjara selama satu tahun
dengan dikurangi selama para terdakwa berada dalam tahanan sementara
dengan perintah para terdakwa tetap ditahan. Vonis hakim menjatuhkan
pidana penjara selama enam bulan masa penangkapan dan penahanan yang
telah dijalani terdakwa I dan II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan, menetapkan para terdakwa tetap berada dalam tahanan dan
membaya biaya perkara masing-masing sejumlah Rp 2.000,.
2. Mekanisme splitsing putusan Nomor 03/PID.B/2016/PN.SMG
Mekanisme yang dilakukan Penuntut Umum saat memisah berkas
para terdakwa, sama dengan terdakwa Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut
Reza Agung Haryono, yakni dengan memberikan petunjuk kepada
Penyidik bahwa berkas perkara harus dipisah demi kepentingan
penuntutan. Bahwa dengan ditangkap dan ditahannya secara bersamaan
terdakwa Bahtiar Samaul Aldi, Puthtut Reza Agung Haryono, Riris Adi
Purwoko, Abry Yuda Pangestu, Martayuki Saputra dan Sali Afrija oleh
polisi, maka Penyidik kemudian memisah berkas menjadi dua dengan
85
Penyidik beralasan karena minim saksi, terlebih pada saat ditangkap
perbuatan tersangka sudah ada dan diakui berdasar dari hasil gelaar
perkara yang nantinya menambah saksi79.
Para terdakwa oleh Penyidik digabungkan bersama terdakwa
Bahtiar Samaul Aldi dengan Puthut Reza Agung Haryono. Selanjutnya
berkas diserahkan kepada Penuntut Umum (Jaksa Peneliti) sebagaimana
sesuai Pasal 110 ayat (1) dan (2) KUHAP. Kemudian berkas para terdakwa
dikembalikan ke Penyidik disertai dengan petunjuk (P-19), bahwasanya
berkas tersebut harus dipisah lagi agar hanya menyisakan masing-masing
dua terdakwa yang nantinya memudahkan penuntutan Penuntut Umum
saat persidangan80.
Penyidik kemudian memisah berkas berdasarkan petunjuk
Penuntut Umum dan diserahkan kembali yang oleh Penuntut Umum (Jaksa
Peneliti) langsung dinyatakan berkas telah lengkap (P-21). Pengembalian
berkas kepada Penyidik hanya dilakukan sekali saja. Kemudian Penyidik
menyerahkan tersangka dan barang bukti yang menandakan bahwa
wewenang telah berpindah ke Penuntut Umum (Jaksa Peneliti).
Dari segi kepentingan penuntutan, Penuntut Umum kemudian
membuat surat dakwaan terhadap para terdakwa. Terdakwa didakwa
dengan dakwaan tunggal dengan ancaman dalam Pasal 170 ayat (2) ke-1
KUHP. Sampailah Penuntut Umum membuat requisitoir