• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK SRF NPK dan UNTUK PADI SAWAH DI KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK SRF NPK dan UNTUK PADI SAWAH DI KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK SRF NPK 20-6-6 dan 20-10-10 UNTUK PADI SAWAH DI KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN ASSESSMENT OF EFFECTIVENESS SLOW RELEASE FERTILEZER OF NPK

FOR LOWLAND RICE IN WAJO REGENCY SOUTH SULAWESI Suriany1 dan Arman Wahab2

1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 17,5 Sudiang Makassar, Fax : 0411-554522

2

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK

Kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah dilaksanakan di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo pada musim hujan (MH) tanggal 28 April 2008 s/d 20 Agustus 2008 dan musim kemarau (MK) tanggal 10 November 2008 s/d 29 Pebruari 2009. Sebanyak 11 perlakuan pupuk dengan menggunakan plot penelitian berukuran 4 m x 5 m. Perlakuan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK), diulang tiga kali, analisis data dilakukan dengan uji anova dan dilanjutkan dengan analisis Berganda Duncan. Bibit padi varietas Ciherang ditanam pindah dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Seluruh pupuk majemuk SRF NPK diaplikasi saat tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada MH perlakuan pupuk sebanyak 200 kg ha-1 SRF NPK 20-6-6 + 200 kg ha-1 Urea; serta 200 kg ha-1 SRF NPK 20-10-10 + 200 kg ha-1 Urea memberikan produktivitas tertinggi sebanyak 7,8 t ha-1 gabah kering giling (GKG) tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan 7,2-7,7 t ha-1 GKG pada perlakuan nomor 1, 3, 4, 6, 9 dan 11. Pada MK perlakuan pupuk 200 kg ha-1 SRF NPK 20-10-10 + 200 kg ha-1 Urea juga memberikan produktivitas tertinggi sebanyak 9,2 t ha-1 GKG tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan 8,3-9,3 t ha-1 GKG pada perlakuan nomor 1, 2, 9 dan 11. Kombinasi pupuk 200 kg ha-1 Urea + 200 kg SRF 20-6-6 memberikan keuntungan usahatani padi sebanyak Rp. 13.575.714 (B/C ratio 2,64). Sedangkan pemberian 200 kg ha-1 Urea + 200 kg SRF 20-10-10 sebanyak Rp. 13.470.714 (B/C ratio 2,57) s/d 17.139.286 (B/C ratio 2,92).

Kata kunci: Pupuk majemuk NPK 20-6-6 dan 20-10-10, padi, lahan sawah, produktivitas

ABSTRACT

Assessment effectiveness the slow release fertilezer of NPK for lowland rice in South Sulawesi, Wajo district. The experiment was carried out at Maniangpajo village, wajo district in south sulawesi in the rainy season (April to August 2009) and dry season (November 2008 to February 2009). A total of 11 treatments were tested on plot size of 4 x 5 m. The research was conducted in randomize block design and repeated 3 times. The data analyzed with anova and Duncan multiple range test. Planting distance was 25 x 25 cm. whole of the fertilizer SRF NPK treatment aplicated at planting time. The result of the research revealed that aplication fertilizer in wet season much 200 kg ha-1 SRF NPK 20-6-6 + 200 kg ha-1 Urea; and 200 kg ha-1 SRF NPK 20-10-10 + 200 kg ha-1 Urea to find production much 7,8 t ha-1 dry milled grain (DMG) but not significant different compared production 7,2-7,7 t ha-1 DMG with treatment of number 1, 3, 4, 6, 9 and 11. In the dry season aplication fertilizer much

(2)

200 kg ha-1 SRF NPK 20-10-10 + 200 kg ha-1 Urea to find production 9,2 t ha-1 DMG but not significant different production 8,3-9,3 t ha-1 DMG with treatment number 1, 2, 9 dan 11. Combination fertilizer much 200 kg ha-1 Urea + 200 kg SRF 20-6-6 to find profit Rp. 13.575.714 (B/C ratio 2,64), and 200 kg/ha Urea + 200 kg SRF 20-10-10 to find profit Rp. 13.470.714 (B/C ratio 2,57) s/d 17.139.286 (B/C ratio 2,92).

Keywords: Compound fertilizerSRF NPK 20-6-6 dan 20-10-10, paddy, law land rice, and productivity

PENDAHULUAN

Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia (Hardjowigeno, 1987). Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani tetapi juga terkait de-ngan keberlanjutan sistem produksi, keles-tarian lingkungan, dan penghematan sum-berdaya energi.

Kebutuhan dan efiesiensi pemupukan di-tentukan oleh dua faktor yang saling ber-kaitan, yaitu: (a) ketersediaan hara dalam tanah, termasuk pasokan melalui air iri-gasi dan sumber lainnya, dan (b) kebu-tuhan hara oleh tanaman. Untuk itu, reko-menasi pemupukan harus bersifat spesifik lokasi (Hardowigeno dan Lutfi, 2005). Harga pupuk anorganik yang semakin ma-hal mendorong ahli yang bekerja di IRRI dan IFDC melahirkan konsep slow release dalam penggunaan pupuk pada tanaman padi sawah. Tujuannya adalah agar diper-oleh penggunaan pupuk yang efisien. Je-nis pupuk yang pertama kali dicoba ada-lah pupuk sulfur dan urea (SCU). Jenis pupuk USG dan SCU dibuat dengan tu-juan slow release agar diperoleh peng-gunaan pupuk yang efisien dan efektif serta melindungi lingkungan dari pence-maran bahan kimia akibat pemupukan kimia yang berlebihan (Badan Litbang Departemen Pertanian, 1996).

PT. Pupuk Kalimantan Timur telah mela-kukan inovasi baru dengan menemukan dan memproduksi pupuk majemuk SRF NPK 20-6-6 dan 20-10-10. Pupuk tersebut dirancang khusus agar dapat melepas

un-sur hara secara pelan yang disebut slow release sesuai dengan umur tanaman padi. Penggunaan pupuk yang bersifat slow re-lease sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan padi sawah karena dapat menekan kehilangan pupuk akibat kondisi alam berupa tanah dan lingkungan yang buruk.

Perakitan paket teknologi anjuran secara spesifik lokasi sangat penting dilakukan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi berbagai input yang diberikan untuk men-dapatkan tingkat produktivitas optimal. Untuk itu dilakukan uji efektivitas pupuk majemuk SRF NPK 20-6-6 dan 20-10-10 untuk melihat sejauh mana pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani padi sawah di Sulawesi Selatan, sebelum direkomendasikan kepa-da para petani di lapangan. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas pupuk lepas lambat SRF NPK, mendapatkan rekomen-dasi pemupukan SRF NPK, dan dihasil-kannya takaran terbaik untuk pemupukan SRF NPK untuk usahatani padi di Sula-wesi Selatan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo pada musim hujan (MH) April 2008 sampai Agustus 2008 dan musim kemarau (MK) November 2008 sampai Februari 2009. Sebanyak 11 perlakuan pupuk yang diuji meliputi rekomendasi Menteri Per-tanian, pupuk SRF 6-6, dan SRF 20-10-10 (Tabel 1).

(3)

Tabel 1. Kombinasi dan dosis pupuk perlakuan pemupukan pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009

No Perlakuan Dosis Perlakuan (kg/ha)

SRF NPK Urea ZA KCL SP36 1. Rekomendasi Mentan - 200 50 50 75 2. SRF NPK 20-6-6 200 200 - - - 3. SRF NPK 20-6-6 300 - 100 - - 4. SRF NPK 20-6-6 300 100 - - - 5. SRF NPK 20-6-6 400 - 100 - - 6. SRF NPK 20-6-6 400 100 - - - 7. SRF NPK 20-10-10 200 200 - - - 8. SRF NPK 20-10-10 300 - 100 - - 9. SRF NPK 20-10-10 300 100 - - - 10. SRF NPK 20-10-10 400 - 100 - - 11. SRF NPK 20-10-10 400 100 - - -

Metode penelitian menggunakan rancang-an acak kelompok (RAK) yrancang-ang diulrancang-ang sebanyak tiga kali. Data pengamatan di-analisis dengan di-analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji berganda Duncan. Sebelum tanam, dilakukan pengolahan ta-nah sempurna dan pembuatan plot per-lakuan berukuran 4 m x 5 m, serta pena-taan saluran pemasukan dan pengeluaran air dari saluran irigasi. Penataan saluran air ke seluruh petakan perlakuan diatur dengan baik agar tidak terjadi percam-puran pupuk dari plot satu dengan lainnya, juga dari lahan petani. Bibit berumur 18 hari setelah semai ditanam pindah dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm sebanyak 1-2 bibit tanaman per rumpun. Varietas yang digunakan adalah Ciherang. Waktu tanam di Kabupaten Wajo pada MH tanggal 15 Mei 2008 dan MK tanggal 29 Nopember 2009. Aplikasi pupuk SRF dilakukan ber-samaan hari tanam dengan cara menebar rata seluruh takaran pupuk dalam plot penelitian. Aplikasi pupuk kombinasi dari Urea, SP36, KCl dan ZA dilakukan ber-tahap. Aplikasi Urea dan ZA dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam (HST) sebanyak 50% dari takaran dan pada umur 25 HST sebanyak 50%

sisa dari takaran pupuk pertama. Aplikasi seluruh takaran SP36 dan KCl dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST. Parameter yang diamati adalah tinggi ta-naman (cm), jumlah malai rumpun-1 (ba-tang), jumlah gabah isi (biji), jumlah gabah hampa (%), bobot 1.000 butir gabah kering kadar air 14% (g), hasil gabah kering giling (GKG) kadar air 14 % (t ha-1), status hara tanah sebelum tanam, dan cuaca meliputi suhu serta curah hujan. Analisis usahatani secara sederhana juga dilakukan dengan tujuan untuk mengeta-hui kelayakan penggunaan pupuk SRF dalam usahatani padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah

Hasil anlisis tanah lokasi penelitian sebe-lum tanam pada MH menunjukkan ke-suburan kimia yang cukup bagus, didu-kung sifat fisik yang bagus pula yaitu lempung. Tanah tersebut berkadar N, P dan K, KTK efektif dan KB cukup tinggi (Tabel 2).

(4)

Tabel 2. Hasil analisis laboratorium beberapa sifat fisik dan kimia tanah sebelum kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009

No. Penetapan Nilai*)

1. Tekstur Lempung liat berdebu

Pasir 2

Debu 69

Liat 29

2. pH

H2O 6,20 (agak masam)

KCl 5.35 3. Bahan Organik C 1.77 (rendah) N 0.23 (sedang) C/N 8 (rendah) 4. Extract 25 % (mg / 100 gr) P2O5 50 (tinggi) K2O 51 (tinggi) 5. Olsen / Bray (ppm) P2O5 49 (tinggi)

K2O 247 (sangat tinggi)

6. KTK (me/100 gr)

Ca 25.84 (sangat tinggi)

Mg 8.83 (tinggi)

K 0.52 (sedang)

Na 0.23 (rendah)

7. KTK (,e/100 gr) 33,44 (sangat tinggi)

8. Kejenuhan Basah (5) 100 (sangat tinggi)

*) Penilaian berdasarkan kriteria penilaian sifat fisik dan kimia tanah, Pusat Penelitian Tanah, 1983.

Tanah yang ber KTK dan KB tinggi adalah subur dan mudah dikelola (Hakim et al., 1986) untuk tanaman pertanian uta-manya padi. Unsur hara N, P, K dan S adalah esensial untuk tanaman padi. Tanah yang berkadar N, P, K dan S tidak mencukupi kebutuhan suatu tanaman maka dapat ditambahkan unsur yang sama dengan cara pemupukan anorganik. Jenis dan takaran pupuk ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman dan tingkat keterse-diaan hara dalam tanah. Semakin tinggi kebutuhan tanaman pada tanah yang ren-dah kadar haranya maka semakin banyak

pupuk yang diperlukan demikian sebalik-nya. Lokasi penelitian secara umum cukup subur sehingga takaran pupuk yang di-perlukan relatif rendah untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kadar organik yang rendah merupakan dampak buruk dari suatu pengembangan usahatani intensif, tapi dapat ditingkatkan kembali dengan cara mengembalikan sisa tanaman dalam bentuk pupuk organik dan tidak membakar limbah pertanian setelah panen.

(5)

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman rata-rata untuk semua perlakuan cukup baik dan normal. Tabel 3 menampilkan data bahwa pada MH tinggi tanaman mencapai 106 cm (perla-kuan 8) sampai 113 cm (perla(perla-kuan 1 dan

2), dan pada MK mencapai 105 cm (perlakuan 8) sampai 113 cm (perlakuan 11). Varietas Ciherang mempunyai poten-si tinggi 107 sampai 115 cm (BBLITPA, 2009).

Tabel 3. Tinggi tanaman (cm) pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009

No. Perlakuan MH MT2-MK

1. Rekomendasi Mentan 113 c 111 c-f

2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 113 c 112 def 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 109 abc 108 bcde 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 110 abc 109 b-e 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 110 abc 109 b-e 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 112 abc 109 b-e 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 112 abc 111 c-f 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 106 a 105 ab 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 109 abc 110 c-f 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 108 abc 111 c-f 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 111 abc 113 ef KK (%) 13 12

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa untuk MH perlakuan 1 dan 2 mem-punyai tanaman paling tinggi 113 cm tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, dan 11 yang mempunyai tinggi tanaman 108-112 cm, kecuali terhadap perlakuan 8 yang mem-punyai tinggi tanaman nyata lebih pendek dengan tinggi tanaman 106 cm. Pada MK perlakuan 11 mempunyai tanaman paling tinggi 113 cm tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, dan 10 yang mempunyai tinggi tanaman 108–112 cm, kecuali pada per-lakuan 8 yang mempunyai tinggi tanaman nyata lebih pendek dengan tinggi tanaman 105 cm. Semua perlakuan terlihat berpe-ngaruh dengan cukup baik terhadap tinggi tanaman secara optimal. Kombinasi dan

takaran pupuk pada setiap perlakuan ter-lihat dapat memberikan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Perlakuan 1, 2, 6, 7, dan 11 dengan total N yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya menghasilkan tanaman yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang berkadar N lebih rendah baik pada MH maupun MK. Peranan N sangat pen-ting untuk pertumbuhan tanaman. Pembe-rian N sebanyak 120 kg ha-1 cenderung mempercepat pertumbuhan tanaman padi (Suhartatik et.al., 1994). Nitrogen (N) pa-da hampir semua tanaman merupakan pengatur penggunaan kalium (K), fosfat (P) dan unsur lainnya (Zubachtirodin dan Subandi, 2008). Sebagai contoh pada ja-gung, penggunaan pupuk kombinasi PK saja tanaman jagung mempunyai tinggi

(6)

pada saat berbunga hanya 131 cm, tapi pupuk N dalam kombinasi NPK tinggi tanaman meningkat 35 cm. Artinya tanpa pemupukan N maka pemberian P dan K saja kurang berfungsi (Zubachtirodin dan Subandi, 2008). Air yang selalu tersedia dalam jumlah yang cukup selama perta-naman dalam dua musim tanam ikut men-dukung terjadinya proses pertumbuhan yang baik. Curah hujan rata-rata pada MH selama empat bulan pertanaman sebanyak 257 mm bulan-1 dengan hari hujan setiap bulan 11 hari, serta suhu rata-rata 28oC, dan pada MK sebanyak 108 mm bulan-1, hari hujan 5 hari, serta suhu rata-rata 28oC (BMG Maros, 2008). Tanaman padi tum-buh dengan baik pada curah hujan >200 mm bulan-1 (Suprihatno et.al., 2003). Cu-rah hujan yang rendah pada MK dapat dicukupi oleh air irigasi. Penyinaran mata-hari yang cukup cerah menekan kelem-baban udara sehingga berbagai macam hama dan penyakit tidak berkembang pa-da tanaman. Tiap perlakuan berpengaruh dengan baik dan konsisten terhadap tinggi

tanaman sehingga baik pada musim hujan maupun musim kemarau menghasilkan tinggi tanaman yang maksimal dan relatif sama kualitasnya. Petani menyukai tanam-an ytanam-ang tingginya sekitar 100 cm karena mudah dipelihara. Tanaman yang terlalu pendek rentan dengan banjir dan yang terlalu tinggi rentan dengan kerebahan. Varietas Ciherang yang hanya dipupuk 300 kg Urea + 125 kg SP36 ha-1 mem-punyai tinggi tanaman 103 cm (Imran dan Suriany, 2009).

Jumlah Malai Rumpun-1 (batang) Tabel 4 terlihat bahwa pada MH jumlah malai untuk semua perlakuan sebanyak 17 batang (perlakuan 2, 3, 5, 8, dan 9) sampai dengan 19 batang (perlakuan 7 dan 11). Sedangkan pada MK sebanyak 15 batang (perlakuan 8) sampai dengan 18 batang (perlakuan 1, 6, 7, 9, dan 10). Varietas Ciherang mempunyai potensi jumlah malai rumpun-1 sebanyak 14 sampai 17 batang (BBLITPA, 2009).

Tabel 4. Jumlah malai rumpun-1 pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009 No. Perlakuan MH MK 1. Rekomendasi Mentan 18 b 18 b 2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 17 b 17 bc 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 17 b 16 ac 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 18 b 17 bc 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 17 b 16 ac 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 18 b 18 b 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 19 b 18 b 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 17 b 15 a 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 17 b 18 b 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 18 b 18 b 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 19 b 16 ac KK (%) 7,2 6,3

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

(7)

Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa pada MH perlakuan 7 dan 11 mempu-nyai jumlah malai rumpun-1 paling tinggi sebanyak 19 batang tapi tidak berbeda nyata dibanding dengan seluruh perlakuan lainnya yang mempunyai jumlah malai rumpun-1 sebanyak 17-18 batang. Pada MK perlakuan yang mempunyai jumlah malai terbanyak 18 batang rumpun-1 ada-lah perlakuan 1, 6, 7, 9, dan 10 tapi tidak berbeda nyata dibanding dengan perlaku-an nomor 2, dperlaku-an 4 yperlaku-ang mempunyai jum-lah malai rumpun-1 sebanyak 17 batang. Perlakuan lainnya menghasilkan jumlah malai hanya 15-16 batang rumpun-1 tapi termasuk kategori baik sesuai potensi ta-naman. Ini berarti semua perlakuan cukup bagus dan mengandung kadar unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan tanam-an. Hanya perlakuan 11 yang kurang kon-sisten pengaruhnya terhadap pembentukan jumlah malai yang mana pada MH lebih tinggi 19 batang sedangkan MK hanya 16 batang. Pemberian pupuk SRF NPK yang dikombinasi pupuk 200 kg Urea ha-1 ada-lah lebih bagus dan konsisten pengaruh-nya dibandingkan dengan 100 kg Urea ha-1. Kombinasi Urea dengan SRF NPK lebih baik dibandingkan dengan ZA de-ngan SRF NPK. Faktor cuaca yang bagus seperti curah hujan dan penyinaran mata-hari yang cukup cerah selama dua musim tanam juga ikut berpengaruh positif ter-hadap proses pertumbuhan dan pemben-tukan jumlah malai yang banyak. Keseim-bangan unsur hara tidak selalu berarti jumlahnya harus sama antar seluruh un-sur-unsur hara. Penambahan P tanpa di-iringi dengan penambahan K dapat meng-ganggu keseimbangan unsur hara dalam tanah dan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Zubachtirodin dan Subandi, 2008). Jumlah Gabah Hampa Malai-1 (%) Secara umum tingkat kehampaan tanaman selama dua musim tanam termasuk

ren-dah. Hanya perlakuan 7 pada MK yang mencapai gabah hampa paling tinggi se-banyak 21%. Tingkat kehampaan 20% masih layak untuk tanaman padi. Tingkat kehampaan gabah untuk semua perlakuan pada MH rata-rata lebih rendah 10% di-bandingkan dengan pada MK yang rata-rata lebih tinggi 14% (Tabel 5).

Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa pada MH perlakuan yang memberikan tingkat kehampaan paling rendah adalah perlakuan 1 sebanyak 8% tapi tidak ber-beda nyata dibandingkan dengan hampir seluruh perlakuan lainnya yang mempu-nyai kehampaan 9-10%. Hanya perlakuan nomor 3, 6 dan 11 yang mempunyai ke-hampaan tinggi sebanyak 11-12% dan berbeda nyata dibandingkan dengan perla-kuan nomor 1 yang lebih rendah sebanyak 8%. Pada MK perlakuan nomor 2, 3, 5, dan 8 mempunyai jumlah gabah hampa paling rendah yaitu 10% tapi tidak ber-beda nyata dibandingkan dengan jumlah gabah hampa 12 dan 13% pada perlakuan 10 dan 11. Perlakuan 1, 4, 6, 7 dan 9 mempunyai jumlah gabah hampa yang nyata lebih tinggi yaitu 16-21%.

Tingkat kehampaan tersebut adalah eks-presi genetik varietas Ciherang. Di Sula-wesi Selatan varietas Ciherang merupakan salah satu varietas yang populer serta ba-nyak dikembangkan karena mempunyai kualitas gabah yang baik dan cepat terjual, berasnya jernih dan tidak berkapur, bentuk gabah panjang dan ramping, kulit gabah berwarna kuning bersih, jika dipelihara secara layak maka menghasilkan tingkat kehampaan yang rendah, dan produk-tivitas tinggi rata-rata sebanyak 5-6 t ha-1 gabah kering giling. Seluruh perlakuan sudah bagus dan berhasil menekan ke-hampaan pada tingkat paling rendah se-suai dengan potensi genentik varietas.

(8)

Tabel 5. Jumlah gabah hampa malai-1 (%) pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009 No. Perlakuan MH MK 1. Rekomendasi Mentan 8 a 18 bc 2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 9 ab 10 a 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 11 b 10 a 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 9 ab 16 b 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 10 ab 10 a 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 11 b 19 cd 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 9 ab 21 d 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 9 ab 10 a 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 10 ab 16 b 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 10 ab 12 a 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 12 b 13 a KK (%) 16 11

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

Jumlah gabah isi malai-1 (biji)

Pada MH semua perlakuan menghasilkan jumlah gabah isi malai-1 sebanyak 120 bi-ji (perlakuan 10) sampai dengan 152 bibi-ji (perlakuan 4), dan pada MK sebanyak

112 biji (perlakuan 9) sampai dengan 143 biji (perlakuan 11). Jumlah rata-rata gabah isi per malai pada MH umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada MK (Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah gabah isi permalai (biji) pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009

No. MH MK

1. Rekomendasi Mentan 132 abc 118 bc

2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 139 b-e 126 cd 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 136 a-d 118 bc 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 152 de 120 bcd 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 143 cde 124 cd 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 142 b-e 122 cd 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 140 b-e 135 ef 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 122 a 128 de 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 140 b-e 112 ab 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 120 a 123 cd 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 145 cde 143 f KK (%) 6,3 8,3

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

(9)

Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa pada MH perlakuan yang menghasil-kan jumlah gabah isi malai-1 paling tinggi sebanyak 152 biji adalah perlakuan 4 tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 2, 3, 5, 6, 7, 9, dan 11. yang mempunyai jumlah gabah isi malai-1 se-banyak 136 biji (perlakuan 2) sampai 145 biji (perlakuan 11). Perlakuan 8 dan 10 jumlah gabah isinya malai-1 nyata lebih rendah 120 sampai 122 biji. Pada MK, perlakuan yang mempunyai jumlah gabah isi malai-1 paling tinggi sebanyak 143 biji adalah perlakuan 11 tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 7 dan 8 sebanyak 128 sampai 135 biji. Per-lakuan lainnya mempunyai jumlah gabah isi malai-1 hanya sebanyak 112 biji (per-lakuan 9) sampai 126 biji (per(per-lakuan 2). Semua perlakuan pada dua musim tanam menghasilkan jumlah gabah isi rata-rata malai-1 yang cukup tinggi di atas 100 biji malai-1. Ini berarti tanaman mempunyai potensi produksi sekitar 8 ton GKG. Umumnya perlakuan memberikan penga-ruh yang lebih baik dengan jumlah gabah isi malai-1 yang lebih tinggi pada MH dibandingkan dengan MK. Hanya per-lakuan 7, 8, 10 dan 11 yang stabil penga-ruhnya terhadap pembentukan malai berisi pada MH dan MK. Beberapa perlakuan kombinasi SRF NPK dengn pupuk tung-gal lainnya pada MK perlu diperbaiki untuk mencapai jumlah gabah isi yang lebih tinggi seperti pada MH. Penambah-an unsur hara N yPenambah-ang lebih tinggi pada MK adalah kunci untuk memperbaiki atau meningkatkan jumlah gabah isi. Sesuai dengan pernyataan Tirtowirjono (1992) bahwa N sangat mendukung perkembang-an orgperkembang-an vegetatif dperkembang-an reproduktif selama pertumbuhan tanaman padi. Perlakuan 11 dapat menghasilkan jumlah gabah isi yang jumlahnya stabil pada MH dan MK tapi kuantitasnya sangat rendah karena kadar N yang diberikan hanya 81 kg yang jauh

lebih rendah dibandingkan dengan bebe-rapa perlakuan lainnya yang mempunyai N di atas 100 kg ha-1. Roechan dan Partohardjono (1994) menemukan pro-duktivitas tanaman sebanyak 7,087 t ha-1 GKG dengan pemberian N sebanyak 108 kg ha-1 yang jauh lebih tinggi dibanding-kan dengan hasil 6,3 t ha-1 GKG dengan pemberian N sebanyak 54 kg N ha-1. Bobot 1.000 butir gabah kering giling kadar air 14 % (g)

Bobot rata-rata gabah kering 1.000 butir untuk semua perlakuan pada MH dan MK mencapai 28 g sampai 30 g (Tabel 7). Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa perlakuan yang mempunyai bobot ga-bah kering 1.000 butir yang tertinggi 30 g pada MH adalah perlakuan 5 dan 10 tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan bobot 28 sampai 29 g pada seluruh perla-kuan laiannya. Pada MK perlaperla-kuan yang mempunyai bobot gabah kering 1.000 butir tertinggi sebanyak 30 g adalah per-lakuan 2, 3, 5, 6 dan 7 tapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan seluruh perla-kuan lainnya yang mempunyai bobot gabah 28 sampai 29 g. Varietas Ciherang mempunyai potensi bobot gabah kering 1.000 butir 28 g (BBLITPA, 2009). Data ini memperkuat seluruh data komponen pertumbuhan dan produksi sebelumnya seluruh perlakuan berpengaruh positif ter-hadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Hasil gabah kering giling kadar air 14 % (t ha-1)

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada MH produktivitas tanaman pada semua perla-kuan sebanyak 6,8 sampai 7,8 t ha-1 gabah kering giling (GKG) dan pada MK se-banyak 7,0 sampai 9,2 t ha-1 GKG.

(10)

Tabel 7. Bobot 1000 butir gabah kering giling (g) pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009 No. Perlakuan MH MK 1. Rekomendasi Mentan 28 a 29 a 2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 29 a 30 a 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 29 a 29 a 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 29 a 30 a 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 30 a 30 a 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 29 a 30 a 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 29 a 30 a 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 29 a 29 a 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 29 a 28 a 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 30 a 29 a 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 29 a 29 a KK (%) 3,1 3,7

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

Tabel 8. Hasil gabah kering giling (t/ha) pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009

No. MH MK

1. Rekomendasi Mentan 7.7 cd 8.9 d-e

2. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 7.8 d 8.3 b-e 3. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-6-6 7.4 bcd 7.7 abc 4. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-6-6 7.2 bcd 7.6 ab 5. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-6-6 7.1 abc 7.9 abc 6. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-6-6 7.4 bcd 8.0 bcd 7. 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 7.8 d 9.2 e 8. 100 kg ZA + 300 kg SRF NPK 20-10-10 6.8 ab 7.0 a 9. 100 kg Urea + 300 kg SRF NPK 20-10-10 7.5 bcd 8.6 b-e 10. 100 kg ZA + 400 kg SRF NPK 20-10-10 6.9 ab 7.9 abc 11. 100 kg Urea + 400 kg SRF NPK 20-10-10 7.5 bcd 8.4 b-e KK (%) 7,3 6,2

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada 95% uji berganda Duncan

Hasil analisis statistik menunjukkan bah-wa pada MH perlakuan yang memberikan produktivitas tertinggi sebanyak 7,8 t ha-1 adalah nomor 2 dengan kombinasi pupuk 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-6-6 dan perlakuan 7 dengan kombinasi pupuk

200 kg Urea + 2 00 kg SRF NPK 20-10-10 tapi tidak berbeda nyata dibandingkan hasil sebanyak 7,2 sampai 7,7 t ha-1 GKG pada perlakuan 1, 3, 4, 6, 9, dan 11. Pada MK perlakuan yang memberikan produk-tivitas tertinggi sebanyak 9,2 t ha-1 GKG

(11)

adalah perlakuan 7 dengan kombinasi pu-puk 200 kg Urea + 200 kg SRF NPK 20-10-10 tapi tidak berbeda nyata dibanding-kan dengan produktivitas sebanyak 8,3 sampai 8,9 t ha-1 GKG pada perlakuan no-mor 1, 2, 9, dan 11. Cuaca dan pemeli-haraan yang cukup baik selama penelitian menjadi fungsi yang ikut memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Curah hujan rata-rata pada MH selama empat bulan pertanaman sebanyak 257 mm bulan-1 dengan hari hujan bulan-1 11 hari, serta suhu rata-rata 28oC, dan pada MK sebanyak 108 mm bulan-1, hari hujan 5 hari, serta suhu rata-rata 28o C (BMG Maros, 2008). Tanaman padi tumbuh de-ngan baik pada curah hujan >200 mm bulan-1 (Suprihatno et al., 2003). Curah hujan yang rendah pada MK dapat dicu-kupi oleh air irigasi.

Pupuk majemuk SRF NPK 20-6-6 dan NPK 20-10-10 terbukti cukup bagus untuk digunakan dalam usahatani padi. Pupuk majemuk tersebut kalau dikombinasi de-ngan urea saja pengaruhnya cukup baik sebagaimana jika dikombinasi dengan Urea, SP36, KCl dan ZA. Kombinasi pu-puk SRF dengan Urea saja mampu me-nambah kadar unsur hara N, P dan K dalam tanah yang sangat esensial bagi tanaman. Ini berarti pupuk SRF dapat me-ngurangi penggunaan beberapa jenis pu-puk anorganik tunggal untuk mengurangi biaya usahatani dan pencemaran lingkung-an pertlingkung-anilingkung-an dari bahlingkung-an bahlingkung-an kimia. Pada MH semua perlakuan mempunyai hasil gabah yang lebih rendah dibanding-kan dengan hasil gabah pada MK. Per-lakuan yang memberikan peningkatan produktivitas >1 t ha-1 GKG pada MK adalah perlakuan 1, 7, 9 dan 10. Seluruh perlakuan lainnya peningkatan hasilnya hanya dibawah 1 t ha-1 GKG. Pemberian

N di atas 100 kg ha-1 berpengaruh cukup bagus terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Pengaruh Kalium (K), Posfor (P) dan Sulfur (S) pada berbagai perlaku-an tidak berbeda nyata pengaruhnya ter-hadap pertumbuhan dan produktivitas ta-naman. Hal ini mungkin disebabkan kare-na kadar P dan K takare-nah sudah cukup ting-gi (Tabel 2). Wahid et. al. (2000) melapor-kan bahwa pemberian Kalium 0 sampai 60 kg setara 0 sampai 100 kg ha-1 pada tanah yang berkadar K tinggi tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi.

Analisis Usahatani

Di Sulawesi Selatan usahatani padi sudah menjadi usahatani ekonomi keluarga. Se-gala pendapatan petani umumnya bersum-ber dari usahatani padi. Itulah sebabnya usahatani ini harus dikelola berdasarkan paket rekomondasi teknologi spesifik lo-kasi sehingga mempunyai produktivitas tinggi dan menguntungkan secara layak bagi petani.

Hasil perhitungan penggunaan biaya usa-hatani menunjukkan bahwa semua perla-kuan pemupukan memberikan keuntungan yang layak bagi petani. Tabel 9 menun-jukkan bahwa pada MH modal usahatani yang digunakan sebanyak Rp. 5.370.714 sampai dengan Rp 5.144.286 menghasil-kan keuntungan sebanyak Rp 11.189. 286, B/C ratio 2,08 (perlakuan 11) sampai de-ngan Rp 13.575.714, B/C ratio 2,64 (perlakuan nomor 2). Pada MK modal usahatani yang digunakan sebanyak Rp 5.225.000 sampai dengan Rp 5.860.714 menghasilkan keuntungan sebanyak Rp 12.275.000, B/C ratio 2.35 (perlakuan 8) sampai dengan Rp 17.139.286, B/C ratio 2,92 (perlakuan 7).

(12)

Tabel 9. Analisis usahatani padi pada kajian efektivitas pupuk majemuk SRF NPK untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009 No. Perlakuan MH MK Pengeluaran Keuntungan B/C Rasio Pengeluaran Keuntungan B/C Rasio 1. 5.119.500 13.360.500 2.61 5.658.071 16.591.929 2.93 2. 5.144.286 13.575.714 2.64 5.434.286 15.315.714 2.82 3. 5.104.643 12.655.357 2.48 5.317.500 13.932.500 2.62 4. 5.046.071 12.233.929 2.42 5.291.786 13.708.214 2.59 5. 5.229.286 11.810.714 2.26 5.616.429 14.133.571 2.52 6. 5.342.143 12.417.857 2.32 5.662.143 14.337.857 2.53 7. 5.249.286 13.470.714 2.57 5.860.714 17.139.286 2.92 8. 5.056.429 11.263.571 2.23 5.225.000 12.275.000 2.35 9. 5.306.429 12.693.571 2.39 5.806.429 15.693.571 2.70 10. 5.370.714 11.189.286 2.08 5.826.429 13.923.571 2.39 11. 5.586.429 12.413.571 2.22 6.015.000 14.985.000 2.49 Keterangan: Pengolahan tanah Rp 700.000,- ha-1, Tanam Rp 700.000,- ha-1; Panen 1:7:

Harga Gabah MT 1 Rp 2.400,- : MT 2 Rp 2.500,- : Urea Rp 1.200,- kg-1 : SP 36 Rp 1.500,- kg-1 : KCl Rp 6.000,- kg-1 : SRF 20-6-6 Rp 2.275,- kg-1 : SRF 20-10-10 Rp 2.800,- kg-1.

Usahatani padi pada MK terlihat mem-berikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan MH. Penggunaan varietas yang berpotensi hasil lebih tinggi dan beradaptasi dengan baik pada MH diduga dapat meningkatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Ciherang. Beberapa komponen dalam kegiatan usahatani padi yang mem-bebani biaya usahatani adalah tanam, panen dan angkutan hasil panen. Beban biaya usahatani yang ditimbulkan pada kegiatan tanam pindah adalah 13%, panen 47% dan angkutan hasil panen 7% dari seluruh modal usahatani yang diper-lukan hektar-1. Merubah kebiasaan tanam pindah menjadi tabela sangat efektif me-nekan biaya tanam dari sekitar 1 juta ru-piah menjadi 150 ribu ruru-piah hektar ha-1 (ditekan 85%). Biaya angkutan hasil panen dapat diperkecil dengan adanya jalan usahatani yang dapat dilewati mobil roda 4. Semakin dekat sawah dengan jalan usahatani semakin rendah biaya

angkut-nya yang menggunakan motor atau sepeda roda dua. Biaya angkut hasil panen de-ngan menggunakan sepeda dan motor ro-da dua ro-dari sawah ke jalan usahatani ber-kisar 5.000 sampai 25.000 100 kg-1 gabah basah. Biaya panen yang menempati biaya paling besar sekitar 50% dari total biaya produksi dalam usahatani padi dapat di-perkecil dengan teknologi modern dalam kegiatan panen. Tetapi untuk yang ter-akhir mungkin masih sulit diwujudkan dalam kondisi sulitnya lapangan pekerjaan lain bagi masyarakat. Mekipun demikian solusinya antara lain dengan mengalihkan tenaga kerja panen ke proses pengelolaan hasil panen terutama penjemuran sehingga kualitas gabah menjadi tinggi dan hasil beras yang diperoleh juga meningkat. Kalau kualitas gabah dan beras meningkat akibat penjemuran yang benar maka harga gabah dan beras menjadi tinggi dan akhir-nya berdampak pada peningkatan upah kerja yang lebih baik bagi buruh tani.

(13)

KESIMPULAN

1. Penggunaan pupuk SRF 20-6-6 dan SRF 20-10-10 yang dikombinasi dengan pupuk Urea atau ZA efektif berpengaruh dengan baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanam-an padi.

2. Pemberian kombinasi pupuk sebanyak 200 kg Urea + 200 kg ha-1 SRF 6-6; dan 200 kg Urea + 200 kg SRF 20-10-10 ha-1 pada musim hujan (MH) memberikan produktivitas tertinggi se-banyak 7,8 t ha-1 GKG dengan keun-tungan sebanyak Rp 13.575. 714 (B/C ratio 2,64) dan Rp. 13.470. 714 (B/C ratio 2,57). Selanjutnya pada musim kemarau (MK) pemberian 200 kg Urea + 200 kg SRF 20-10-10 ha-1 memberikan produktivitas tertinggi se-banyak 9,2 t ha-1 GKG dengan keun-tungan Rp 17.139.286 (B/C ratio 2,92).

3. Perlakuan yang terbaik perlu diuji demplot di atas lahan yang lebih luas sehingga dapat dilihat dan diadopsi oleh petani.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Departemen Pertanian, 1996. Efisiensi Penggunaan Pupuk dalam Strategi Peningkatan Produksi Menuju Pertanian Tangguh. Prosi-ding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Cipayung 16-17 Nopember 1997.

BBLITPA, 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanam-an Padi, BadTanam-an PenelitiTanam-an dTanam-an Pe-ngembangan Pertanian, Sukamandi. BMG Maros, 2008. Data Curah Hujan

Bulanan dan Harian Tahun 2008. Badan Meteorologi dan Geofisika, Maros.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Bang Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lam-pung.

Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit PT. Mediayatama Sarana Perkasa Jakarta.

Hardjowigeno, S., dan R. Luthfi, 2005. Tanah Sawah. Karakteristik, Kon-disi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Penerbit Bayumedia Publishing.

Imran, A. dan Suriany, 2009. Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida SL-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sula-wesi Selatan. Balai Pengkajian Tek-nologi Pertanian Sulawesi Selatan. Buletin Plasma Nutfah. Badan Pene-litian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 15 (2): 54-58.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak), 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Proyek Pembangu-nan Penelitian Pertanian Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departe-men Pertanian.

Roechan, S., dan S. Partohardjono, 1994. Status Hara N Padi Sawah dalam Kaitannya dengan Efisiensi Pupuk. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. J. Penelitian Pertanian 14 (1): 8-13.

Suprihatno, B., Satoto, dan A. Martono, 2003. Penampilan Beberapa Galur Padi Hibrida asal Cina. J. Penelitian Tanaman Pangan 22 (1): 36-44. Suhartatik, E., Mastur, dan S.

Partohar-djono, 1994. Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Pembenaman Sesbania rostrata dan Jerami terhadap Hasil

(14)

Padi Sawah. J. Penelitian Pertanian 14 (1): 1-7.

Tirtowirjono, S., 1992. Pewarisan Sifat Jumlah Malai pada Tanaman Padi (Oriza sativa L.). J. Penelitian Pertanian 12 (1): 8-13.

Wahid, S., I. Wirajaswadi, S. Piay dan M. Ridwan, 2000. Kajian Efisisensi Pemupukan Kalium pada padi sawah di Nusa Tenggara Barat. J.

Peng-kajian dan Pengembangan Tekno-logi Pertanian 2 (2): 75-83.

Zubachtirodin dan Subandi, 2008. Pe-ningkatan Efisiensi Pupuk N, P, K dan Produktivitas Jagung pada Lahan Kering Ultisol Kalimantan Selatan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27 (1) : 32-36.

Gambar

Tabel 1.  Kombinasi dan dosis pupuk perlakuan pemupukan pada kajian  efektivitas pupuk  majemuk  SRF  NPK    untuk  padi  sawah  di  Kecamatan  Maniangpajo,  Kabupaten  Wajo MH 2008 dan MK 2009
Tabel  2.  Hasil  analisis  laboratorium  beberapa  sifat  fisik  dan  kimia  tanah    sebelum  kajian   efektivitas  pupuk  majemuk  SRF  NPK  untuk  padi  sawah  di  Kecamatan  Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008 dan MK 2009
Tabel 4.  Jumlah malai rumpun -1  pada kajian  efektivitas pupuk majemuk SRF NPK  untuk  padi  sawah  di  Kecamatan  Maniangpajo,  Kabupaten  Wajo  MH  2008  dan  MK  2009  No
Tabel 5.  Jumlah  gabah  hampa  malai -1   (%)  pada  kajian    efektivitas  pupuk  majemuk  SRF  NPK  untuk padi sawah di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo MH 2008  dan MK 2009  No
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa penerapan model scramble berbasis power point dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis web yang telah dihasilkan pada perancangan ini dapat digunakan untuk mengelola data pasien rawat jalan, rawat inap,

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan OAT pada penderita TB Paru di Indonesia ditinjau

Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Dimensi Indikator Kepercayaan merk (X2) Kepercayaan merk didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut

Setiap Departemen terintegrasi dengan mengandalkan sistem informasi serta jaringan internet untuk menunjang serta memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga

Untuk meningkatkan kualitas personel pendidikan di sekolah menengah maka dibutuhkan pola manajemen yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia pendidikan. Karena

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka disimpulkan, bahwa perlakuan asam sulfat dapat mematahkan dormansi benih pala