• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Cold Storage

Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk

menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas

produk tetap terjaga sampai pada waktunya dikirim ke konsumen. Bangunan cold

storage dapat dikelompokkan menurut fungsi utamanya, yaitu:

1. Bangunan yang difungsikan untuk menyimpan sayuran dan buah-buahan.

Bangunan ini memiliki temperatur > 0˚ C.

2. Bangunan yang difungsikan untuk menyimpan makanan beku seperti ikan

dan daging. Bangunan ini memiliki temperatur sampai -25˚ C.

3. Bangunan yang biasanya digunakan untuk memproduksi ice cream.

Gambar 2.1 Bangunan Cold Storage

(sumber, yunias19ocean.blogspot.com)                

(2)

2.2 Sistem Kompresi Uap Sederhana

Sistem refrigerasi kompresi uap adalah siklus pada sistem pendinginan yang menggunakan proses penguapan dalam menyerap panas dengan menggunakan media refrigeran. Komponen utama yang digunakan adalah kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator.

Siklus refrigerasi tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga menghasilkan suatu siklus seperti Gambar 2.2, dan Gambar 2.3.

3 2

4 1

Gambar 2.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana

h Gambar 2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap pada Diagram P-

1 4 3 Kondensasi 2 Evaporasi Kompresi Ekspansi P KONDENSOR EVAPORATOR

ALAT EKSPANSI KOMPRESOR

               

(3)

2.2.1 Proses 1-2 Proses Kompresi

Proses kompresi ini terjadi di kompresor, dimana fasa yang masuk ke kompresor adalah uap jenuh dengan tekanan dan temperatur yang rendah. Kerja yang diberikan pada refrigeran dengan cara dipompakan (dikompresikan) agar tekanan naik sehingga temperaturnya juga menjadi naik (titik didih naik). Pada fasa ini, uap refrigeran yang keluar dari kompresor berubah menjadi fasa uap

superheat dengan tekanan yang tinggi.

Temperatur refrigeran akan lebih tinggi daripada temperatur lingkungan tempat kompresor tersebut ditempatkan. Refrigeran mengalami kompresi secara

isentropik.

Kerja kompresi (qw) dapat dinyatakan dalam persamaan:

qw = h2 – h1...(2.1) (Dossat, 1981)

dimana:

qw = Kerja kompresor (kJ/kg)

h1 = Enthalpy refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg) h2 = Enthalpy refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg) 2.2.2 Proses 2-3 Proses Kondensasi

Proses ini terjadi di kondensor, uap refrigeran dari saluran discharge

mengalami pendinginan dengan melepaskan kalor sensibel ke lingkungannya sehingga menjadi uap jenuh yang siap diembunkan. Refrigeran yang mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi akan berubah fasanya menjadi cair dan melepas kalor laten ke lingkungan sekitarnya. Proses kondensasi ini terjadi pada temperatur dan tekanan yang konstan.

Kalor yang dilepas di kondenser :                

(4)

Qc = 𝑚 . qc qc = h2 - h3

Qc = 𝑚 . (h2-h3)………...(2.2)

(Dossat,1981) dimana:

Qc = Kalor yang dilepas di kondenser (kW)

𝑚 = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg) h3 = Enthalpy refrigeran keluar kondenser (kJ/kg)

2.2.3 Proses 3-4 Proses Ekspansi

Proses ekspansi merupakan suatu proses penurunan tekanan. Proses ini terjadi di katup ekspansi. Setelah refrigeran melepas kalor di kondensor, refrigeran berfasa cair yang berasal dari kondensor akan mengalir menuju katup ekspansi untuk diturunkan tekanan dan temperaturnya. Diharapkan temperatur yang akan terjadi lebih rendah daripada temperatur lingkungan, sehingga dapa menyerap kalor pada saat berada di evaporator. Dalam proses ekspansi ini tidak terjadi proses penerimaaan ataupun pelepasan energi. Maka, dapat dinyatakan dalam persamaan:

h3 = h4...(2.3) (Dossat, 1981)

dimana:

h3 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)                

(5)

h4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kJ/kg) 2.2.4 Proses 4-1 Proses Evaporasi

Proses ini terjadi di bagian evaporator, dimana temperatur refrigeran di evaporator dibuat lebih rendah daripada temperatur lingkungan atau kabin. Karena temperatur refrigeran lebih rendah dibandingkan temperatur lingkungan, maka refrigeran itu akan mengalami penguapan dan menyerap kalor dari lingkungan atau produk yang akan didinginkan. Sehingga refrigeran berubah fasa dari fasa campuran (cair-uap) menjadi fasa uap jenuh.

Besarnya kalor yang diserap di evaporator adalah:

qe = h1− h4...(2.4) (Dossat, 1981)

Kalor total diserap di evaporator (kapasitas Pendinginan) Qe = 𝑚 . qe

Qe = 𝑚 . ( h1 – h4 )……….………...(2.5)

dimana:

qe = Besranya kalor yang diserap di evaporator (kJ/kg)

𝑚 = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h1 = Enthalpy Refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)

h4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)

2.3 Performansi Sistem                

(6)

Diagram P-h (pressure-enthalpy) atau diagram mollier merupakan suatu

media untuk mengetahui besaran-besaran yang menunjukkan performansi dari suatu sistem. Untuk menganalisis suatu sistem dari diagram P-h biasanya kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis refrigeran yang digunakan pada sistem tersebut. Karena diagram P-h bermacam-macam sesuai dengan jenisnya.

Dengan adanya diagram P-h kita dapat dengan mudah mengetahui performansi sistem dari data yang diperoleh diantaranya: jenis refrigeran yang

digunakan, tekanan kerja high pressure dan low pressure dengan menggunakan

pressure gauge , temperatur keluar dan masuk evaporator, temperatur keluar dan

masuk kompresor, temperatur keluar dan masuk kondensor, temperatur kabin dan temperatur masuk alat ekspansi. Selanjutnya kita dapat memplotkan pada diagram P-h sehingga kita dapat menghitung nilai:

 Kapasitas refrigerasi 𝑄𝑒 = 𝑚 . (ℎ1-h4)

 Kerja kompresi 𝑄𝑤 = 𝑚 . (h2 – h1)

 Kalor yang di buang kondensor 𝑄𝑐 = 𝑚 . (h2 – h3)

 Nilai COPcarnot ,COPactual dan Efisiensi sistem

2.4 Koefisien Prestasi

Perhitungan koefisien prestasi dari suatu sistem refrigerasi akan

memudahkan untuk mengetahui efisiensi dari suatu sistem. Harga koefisien actual

dan carnot dapat ditulis dengan persamaan berikut:

COPactual adalah COP sebenarnya yang dimiliki suatu sistem. COPactual = 𝑞𝑒 𝑞𝑤

...

(2.6) (Dossat,1981) dimana:                

(7)

COPactual = koefisien prestasi aktual

qe = Efek refrigerasi (kJ/kg)

qw = Kerja kompresi (kJ/kg)

COP carnot atau COP ideal adalah COP maksimum yang dapat dimiliki

suatu sistem. Sementara perhitungan COPcarnot dapat dituliskan dengan

persamaan: COPcarnot = 𝑇𝑒 𝑇𝑘−𝑇𝑒

...(2.7)

(Dossat, 1981) dimana:

COPcarnot = koefisien prestasi carnot

Te = Temperatur evaporator (K)

Tk = Temperatur kondensor (K)

Sedangkan untuk mencari harga efisiensi dari suatu sistem refrigerasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

ɳ

= 𝐶𝑂𝑃𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡𝐶𝑂𝑃𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙

...(2.8)

(Dossat, 1981)

2.5 Perhitungan Beban Pendinginan

Dalam rancang bangun sistem refrigerasi perlu dilakukan perhitungan beban pendinginan yang harus ditangani untuk menentukan kapasitas peralatan yang dibutuhkan. Dalam sistem refrigerasi beban pendinginan bisa dikelompokkan ke dalam empat jenis sumber beban. Beban total diperoleh dengan menjumlahkan beban yang ada dari keempat jenis sumber beban tersebut.

               

(8)

Jenis sumber beban,yaitu:

1. Beban kalor melalui dinding (wall gain load)

2. Beban pertukaran udara (air change load)

3. Beban produk (product load)

4. Beban lain-lain (miscellaneous load)

2.5.1 Beban Kalor Melalui Dinding

Besarnya kalor yang masuk ruangan melalui dinding dapat dihitung dengan persamaan :

Qd = U x A x T ... (2.9) dimana:

Q = Kalor yang masuk ke ruangan melalui dinding (Watt) U = Koefisien perpindahan panas meyeluruh (W/m² K)

T = Beda temperatur melalui dinding (0C)

A = Luas penampang (m²)

Nilai U bisa dicari dengan cara :

dimana:

U = Koefisien perpindahan kalor meyeluruh dalam (W/m²K)

k = Konduktivitas bahan (W/mK)

x = Tebal lapisan bahan (m)

fi = Koefisien konveksi dinding dalam diasumsikan 9,37 (W/m² K)

fo = Koefisien konveksi dinding luar. diasumsikan 22,7 (W/m² K)

Harga c dan k dilihat pada tabel 10-3 (Dossat,1981)

) 10 . 2 ...( ... ... 1 .... 1 1 0 3 3 2 2 1 1 f k x k x k x k x f U n n i                       

(9)

Untuk bahan yang tidak homogen nilai k dapat diperoleh dengan data konduksi bahan sebagai berikut :

dimana:

C = Nilai konduktansi

2.5.2 Beban Pertukaran Udara (infiltrasi load)

Udara yang masuk ke dalam ruangan refrigerasi bisa menjadi beban untuk pendinginan ruangan tersebut. Udara masuk ruangan ada dua yaitu :

- ventilasi (sengaja)

- infiltrasi (tidak sengaja)

Beban pertukaran udara bisa dihitung dengan persamaan :

Qpu = I x ∆h...(2.12) dimana:

Qpu = Kalor pertukaran udara, (kW)

I = Laju infiltrasi,(L/s)

h = Perubahan entalpi faktor pertukaran udara, (kJ/L)

Harga I dan h dilihat di tabel 10-7 dan 10-6 Dossat.

2.5.3 Beban Produk

Beban produk dapat dibagi menjadi : 1. Beban pendinginan produk 2. Beban wadah (tempat)

3. Beban respirasi (untuk buah dan sayuran) 4. Beban lain – lain

) 11 . 2 ...( ... ... ... ... ... ... ... k x C                

(10)

2.5.4 Beban Kalor Dari Produk (product load)

Beban pendinginan produk ini dapat dihitung dengan

persamaan:

Qp = m.Cp. T...(2.13) n.3600

dimana :

Qp = Beban kalor penurunan temperatur produk (kW) Cp = Kalor spesifik (kJ/kgK)

m = Massa produk (kg)

T = Besarnya penurunan temperatur (K)

n = Chilling time

2.5.5 Beban Wadah

Wadah atau pembungkus bisa menjadi sumber beban untuk

pendinginan, besarnya beban wadah dihitung dengan persamaan : dimana :

Cp = Kalor spesifik wadah, (kJ/kg K) m = Massa wadah (kg)

t = Besarnya penurunan temperatur (K)

n = Chilling time

Bila ada chilling rate factor digunakan persamaan :

) 15 . 2 ...( ... ... ... ... ... ... . 3600 . . . Rf n T C m Qp dimana : ) 14 . 2 ...( ... ... ... ... ... ... ... . 3600 . . . n T C m Qp                

(11)

RF = chilling rate factor (nilainya berupa pecahan ada pada tabel 10-8

s/d 10-11, Dossat) 2.5.6 Beban Lain-Lain

Beban lain-lain diantaranya adalah :

1. Manusia

2. Lampu

3. Peralatan

4. Lain-lain

2.5.7 Beban Manusia

Besarnya beban kalor dari manusia diantaranya tergantung pada :

a. Aktivitas

b. Ukuran tubuh

c. Pakaian

d. Dll.

Untuk memudahkan perhitungan beban kalor dari manusia dapat menggunakan tabel kalor equivalen/orang (tabel 10-14, Dossat).

Beban kalor manusia dihitung dengan persamaan :

Qm = (P x QE).Tp/24...(2.16) dimana :

P = jumlah orang

QE = kalor equivalen /orang (kW/orang) Tp = lamanya orang berada di ruangan (Jam)                

(12)

2.5.8 Beban Lampu

Beban dari lampu dihitung dengan persamaan :

QL = WL x (TL/24) ... ...(2.17) dimana :

WL = Watt lampu (Watt)

TL = lamanya lampu menyala (Jam) QL = beban kalor dari lampu (Watt)

2.5.9 Kapasitas Peralatan dan Penggunaan Faktor Keamanan

QB = QM + QDT + Qpu + Qpt + QLL

dimana:

QB : Jumlah beban total

QM : Beban Kalor dari manusia (kW)

QDT : Beban kalor dinding, lantai dan atap (kW)

Qpu : Beban Pertukaran udara (kW)

Qpt : Beban produk total (kW)

QLL : Beban lain-lain (kW)

Kapasitas peralatan yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan:

Q= QT x 𝑅𝑇24...(2.18) Dimana:

Q : Kapasitas peralatan

QT : Jumlah beban total ditambah faktor keamanan 10% dari jumlah

tersebut.

RT : Jam Operasi Peralatan (Running Time)

               

(13)

2.6 Deskripsi tentang Produk yang Diamati 2.6.1 Kentang

Kentang (Solanum Tuberosum L.) termasuk famili solanoceae dan

merupakan salah satu komoditas sayuran yang mendatangkan keuntungan bagi petani, mempunyai dampak yang baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti sayuran lain. Selain itu, merupakan sumber kalori, protein dan vitamin.

Umbi kentang dapat dipanen setelah daunnya berwarna kekuningan, yaitu sekitar umur 70 hari. Setelah umbi kentang dipanen, dilakukan

grading atau pengelompokan umbi berdasarkan ukuran atau berat umbi menjadi

kelas A, B dan C. Sortir dilakukan untuk memisahkan umbi yang berkualitas jelek. Kemudian umbi ditempatkan dalam karung jala, keranjang atau kotak untuk tujuan pengangkutan dan penyimpanan sementara.

Jika tidak langsung dipasarkan, umbi sebaiknya disimpan pada

suhu dingin (cold storage), yaitu pada suhu 100C dan RH 90%. Penyimpanan

seperti ini bisa memperpanjang umur simpan sampai 2 bulan, mempertahankan kualitas, memperkecil susut bobot, menekan pertunasan dan menekan pembusukan umbi.

2.6.2 Buncis

Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) merupakan jenis polong-polongan

yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuraan ini kaya dengan kandungan protein. Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

 Warna polong masih agak muda dan suram.

 Permukaan kulitnya agak kasar.

 Biji dalam polong belum menonjol.

               

(14)

 Polongnya belum berserat dan apabila di patahkan akan menimbulkan bunyi meletup.

Temperatur penyimpanan buncis di dalam cold storage antara 4

-5˚C dengan RH 90%. Penyimpanan seperti ini bisa memperpanjang umur simpan sampai 1 bulan.

2.6.3 Lobak (White Radish)

Lobak ( Rhavanus Sativus L.) adalah tanaman jenis umbi, jenis

umbi lobak ini hampir mirip dengan wortel, jika wortel mempunyai isi dan warna

kulit orange lain halnya dengan lobak yang mempunyai isi dan warna kulit yang

putih. Lobak banyak mengandung enzim ditase, vitamin A, vitamin B1, vitamin

B2, vitamin C, dan vitamin E. Temperatur penyimpanan di dalam cold storage

untuk jangka pendek antara 4-5˚C. Sedangkan, untuk jangka panjang dapat disimpan pada 0˚C. Lamanya penyimpanan dengan temperatur tersebut sekitar 4-5 bulan.

2.6.4 Ubi jalar (Sweet Potato)

Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis

tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang berbentuk umbi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Temperatur penyimpanan yang

di rekomendasikan pada cold storage adalah 12,75 ˚C. Dengan penyimpanan

pada temperatur tersebut dapat memperpanjang umur simpan sampai 5 bulan.

2.6.5 Melon

Melon (Cucumis Melo L.) merupakan tanaman buah yang masuk

kedalam suku labu-labuan. Di dalam cold storage melon disimpan pada

temperatur 7,25˚C dengan RH 85 % dengan penyimpanan yang demikian akan memperpanjang umur simpan sampai 2-4 minggu.

               

Gambar

Gambar 2.1 Bangunan Cold Storage
Gambar 2.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana
Diagram  P-h  (pressure-enthalpy)  atau  diagram  mollier  merupakan  suatu  media  untuk  mengetahui  besaran-besaran  yang  menunjukkan  performansi  dari  suatu  sistem

Referensi

Dokumen terkait

Kitab Methoda Al-Qotru merupakan kitab ilmu falak yang digunakan di kalangan LFNU Kabupaten Blitar. Bahasa pengantar kitab ini bukanlah bahasa Arab seperti

2. Pada contoh tanah yaitu Nematoda jenis Nematoda A, Nematoda C, Nematoda D, Nematoda E, Nematoda I, Nematoda K. Pada contoh akar dan tanah nematoda yang ditemukan yaitu Nematoda H,

Telah dilakukan sintesis serbuk grafena alam berfasa reduced Graphene Oxide (rGO) dari arang bambu Kuning (Bambusa Vulgaris), Ori (Bambusa Bambos Miq) dan Petung (Dendrocalamus

Sementara, pada pengujian efisiensi bahan bakar, penambahan minyak sereh wangi dengan perbandingan volume gasoline: minyak sereh wangi = 1000:2 dapat menin- gkatkan efisiensi

Variabel ukuran perusahaan diperoleh memiliki pengaruh positif terhadap CSR.Hasil penelitian ini memberikan dukungan empiris bahwa perusahaan yang besar lebih banyak memiliki

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari

Morfologi eksterior yang terlihat di kolam: tubuh kuat, kokoh, mengkilat, dan keseluruhan tubuh berwarna abu-abu tua dengan abdomen abu-abu muda, tonjolan kepala yang khas,

Dalam blog ini diberikan beberapa contoh perhitungan struktur jembatan beton prategang mulai dari struktur atas yang terdiri dari slab lantai jembatan dan girder