• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN METODE PROBING - PROMPTING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN METODE PROBING - PROMPTING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL

PROBLEM BASED LEARNING

MENGGUNAKAN

METODE

PROBING - PROMPTING

BERPENGARUH

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

Ni Kd. Kariani

1

, DB Kt. Ngr. Semara Putra

2

, I Kt. Ardana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : aai82ree@yahoo.com

1

, ngurahsemara@yahoo.com

2

,

ketut_ardana55@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequevalent Control Group Design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara yang berjumlah 102 orang siswa. Sampel penelitian berjumlah 80 orang siswa yaitu 40 orang siswa dari kelas VA yang menjadi kelompok eksperimen dan 40 orang siswa dari kelas VB yang menjadi kelompok kontrol. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik sampling jenuh. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan menggunakan teknik tes yang kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 1 = 80,34 > 2 = 71,17

kelompok kontrol. Selanjutnya berdasarkan uji hipotesis diperoleh = 4,83, sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 40 + 40–2 = 78 diperoleh harga

ttabel = 2,00, sehingga = 4,83 > ttabel (α=0,05, 78) = 2,00, maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci: Model Problem Based Learning, metode Probing-Prompting, hasil belajar IPA.

Abstract

This study aimed to determining the significant difference of science learning outcomes between students who were taught by Problem Based Learning model using Probing-Prompting method and students who were taught by conventional learning of fifth graders of SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara year 2013/2014. This study was a quasy experimental design with used Nonequivalent Control Group Design. The population of this study was all fifth graders of SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara amounted of 102 students. The sample of this study was 80 students that devide as two groups, 40 students from VA as the experimental group and 40 students from VB as the control group. This study used saturation sampling technique as the sampling method. Data of science learning outcomes were collected by using test methods, then analyzed by using t-test. By analyzing the data, it was found that the average value of experimental group 1 = 80,34 > 2 =

(2)

of significance level and df = 40 + 40 – 2 = 78, it was found that ttable = 2,00, so tcount =

4,83 > ttable(α=0,05,78) = 2,00, then H0 rejected and Ha accepted. Based on the difference

of average values both groups coupled with the result of hypothesis testing, it can be concluded that the application of Problem Based Learning model using Probing-Prompting method indeed affects the science learning outcomes of the fifth graders of SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara year 2013/2014.

Keywords: Problem Based Learning model, Probing-Prompting method, Science learning outcomes

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat penting dalam pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada siswa agar memperoleh informasi, memperoleh kemampuan, serta membentuk sikap yang nantinya akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Dalam hal ini, guru memiliki peranan penting untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Bantuan tersebut dapat berupa terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan, menarik, serta bermakna bagi siswa. Adanya kebermaknaan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran menyebabkan apa yang dipelajari siswa akan menjadi lebih optimal dan berguna bagi dirinya sendiri ataupun lingkungan di sekitarnya. Namun, dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru sering melupakan hal tersebut. Davis (dalam Rusman, 2011) mengemukakan bahwa salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Siswa kurang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar, hal tersebut sering ditemukan. Hasil observasi dengan kepala sekolah dan guru kelas V di SD Negeri 21 Pemecutan juga menunjukkan bahwa pembelajaran IPA belum dilakukan secara optimal. Hal

ini terlihat dari masih kurangnya pemahaman siswa tentang manfaat belajar IPA. Selain itu, hasil belajar siswa juga cenderung masih rendah. Pembelajaran yang mereka peroleh hanya menekankan pada teori semata. Pembelajaran IPA kurang ditekankan pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika dihadapkan pada suatu permasalahan siswa tidak memahami bahkan tidak menyadari adanya keterkaitan antara teori-teori IPA yang dipelajari dengan permasalahan yang tengah dihadapi.

Pada jenjang pendidikan dasar, seharusnya pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan secara optimal dengan mengembangkan seluruh sumber daya dan kemampuan yang dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran IPA di kelas, siswa perlu didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pada umumnya proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011). Hal ini tentu saja berdampak pada perkembangan siswa dalam memahami apa yang dipelajarinya. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun mereka tidak memahaminya. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan (Suprijono, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan pengalaman dan kenyataan

(3)

yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, IPA di sekolah dasar juga hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memupuk rasa ingin tahunya secara ilmiah (Samatowa, 2010).

Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga sangat penting. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa akan mampu memahami apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam. Pembelajaran IPA di sekolah dasar juga harus mengembangkan tiga aspek atau tiga ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek tersebut merupakan acuan dalam memilih serta menerapkan berbagai model, strategi, ataupun metode pembelajaran sehingga pembelajaran IPA menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Pemilihan serta penerapan model, strategi, ataupun metode dalam pembelajaran IPA harus pula disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa sekolah dasar.

Sebagai langkah dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi siswa, maka dalam penelitian ini peneliti mencobakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari. Adapun model pembelajaran tersebut yaitu model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting. Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting adalah salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam membelajarkan IPA yang berorientasi pada penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman 2011), Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata.

Barr dan Tagg (dalam Huda 2013) menyatakan Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan peralihan dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Dalam Problem Based Learning atau

pembelajaran berbasis masalah guru bukan lagi sebagai tokoh utama dalam kegiatan belajar di kelas, melainkan siswa secara aktif belajar dan terlibat dalam proses pemerolehan pengetahuan. Belajar bukan lagi proses menghafal sejumlah fakta, tetapi merupakan suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Problem Based Learning bertujuan mengembangkan dan menerapkan kecakapan yang penting, yakni pemecahan masalah, kerjasama tim, dan pemerolehan yang luas atas sebuah pengetahuan.

Problem Based Learning

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan, serta menganalisis data secara lengkap untuk menemukan solusi dari masalah yang ada. PBL didefinisikan sebagai sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah bisa dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan maupun mengintegrasikan ilmu baru (Putra, 2013). Jadi, dalam hal ini masalah merupakan titik awal dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan serta menerapkan pengetahuannya

Menciptakan pembelajaran berbasis masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah hal yang mudah, karena dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna bukan hanya model pembelajaran yang memiliki peran penting. Pemilihan serta penggunaan metode yang tepat juga akan memberikan pengaruh yang besar. Sebagai langkah dalam memudahkan siswa untuk memahami keterkaitan konsep IPA dengan masalah sehari-hari yang disajikan dalam pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah dapat dikombinasikan dengan metode Probing-Prompting.

Menurut arti katanya, Probing adalah penyelidikan dan pemeriksaan sedangkan

Prompting berarti mendorong atau

menuntun. Pembelajaran dengan menggunakan metode Probing-Prompting berkaitan erat dengan pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan saat pembelajaran disebut sebagai Probing Question. Suherman (dalam Huda, 2013)

(4)

mengemukakan bahwa Probing Question adalah pertanyaan yang sifatnya menggali untuk mendapatkan jawaban lebih mendalam dari siswa dengan bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat, dan beralasan.

Secara lebih lanjut, Marno dan Idris (2010) mengemukakan bahwa Probing Question dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban murid.

Jadi, Probing Question dapat diartikan sebagai pertanyaan lanjutan yang bersifat menggali dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas jawaban siswa.

“Prompting Question atau pertanyaan yang mengarahkan atau menuntun adalah pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya” (Marno dan Idris, 2010:117). Hasibuan (2010:15) mengartikan Prompting Question adalah pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikir. Berdasarkan hal tersebut Prompting

Question dapat diartikan sebagai

pertanyaan yang bersifat mengarahkan ataupun menuntun siswa dalam proses berpikirnya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Probing-Prompting berkaitan erat dengan pertanyaan yang dilontarkan saat proses pembelajaran berlangsung. Suyatno (2009:63) mengemukakan, Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali, sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada masalah dunia nyata untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang dikombinasikan dengan pemberian pertanyaan yang bersifat menggali, mengarahkan, serta menuntun sehingga siswa dapat memperoleh informasi serta

pengetahuan. Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode Probing-Prompting juga dapat memotivasi siswa untuk memahami suatu permasalahan dengan lebih mendalam, sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang dituju. Pembelajaran IPA yang dialami siswa menjadi lebih menarik dan menantang, karena pembelajaran IPA melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting menuntut konsentrasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dicirikan dengan adanya 1) pengajuan masalah yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari, 2) pemberian pertanyaan yang bersifat menggali pengetahuan dan mengarahkan siswa dalam menemukan solusi, 3) pemberian kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dan melakukan penyelidikan, serta 4) memberi kesempatan pada siswa untuk melaporkan hasil dari diskusi dalam rangka menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.

Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggali serta menghubungkan apa yang dipelajari dengan masalah yang diberikan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa memperoleh kemampuan dalam memecahkan masalah serta memahami keterkaitan antara konsep IPA yang dipelajari dengan kenyataan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Model Problem Based Learning yang dikombinasikan dengan metode Probing-Prompting dalam penerapannya juga memiliki beberapa kelebihan. Adapun kelebihan dari Model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting yaitu 1) meningkatkan

perhatian dan fokus siswa terhadap kegiatan pembelajaran, karena siswa harus selalu siap dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru selama proses pembelajaran, 2) meningkatkan partisipasi siswa secara

(5)

aktif dalam pembelajaran khususnya dalam merumuskan masalah serta menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan, 3) meningkatkan kreativitas siswa dalam menjawab pertanyaan dan menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, 4) meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan, 5) menumbuhkan motivasi siswa dalam memahami suatu permasalahan secara lebih mendalam melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan, sehingga mampu mencapai jawaban yang dituju. Pembelajaran IPA yang dialami siswa juga menjadi lebih menarik dan menantang, karena pembelajaran IPA melalui penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting menuntut konsentrasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut memunculkan kebermaknaan serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Proses pembelajaran yang dialami siswa memberikan dampak positif, baik bagi perkembangan dan juga hasil belajar IPA siswa.

“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera” (Trianto, 2011:136). Susanto (2013:167) menyebutkan “sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang alam dan juga merupakan usaha manusia dalam memahami alam yang dilakukan dengan pengamatan ataupun eksperimen secara sistematis, dan kebenarannya dapat dibuktikan secara ilmiah.

Menurut Sulistyorini (dalam Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA yaitu sikap ingin tahu, mendapat sesuatau yang baru, kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Dalam kegiatan pembelajaran IPA, sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek dilapangan. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPA dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai siswa. Dari setiap proses belajar yang dialami seseorang maka secara langsung ia akan memperoleh hasil dari proses belajar tersebut. Hasil yang diperoleh tersebut selanjutnya disebut sebagai hasil belajar.

“Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar” Susanto (2013:5). Suprijono (2013:5) juga mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan-perubahan serta kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengalami proses belajar khususnya proses belajar IPA. Dari proses belajar IPA yang dialaminya, siswa memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran IPA guru tentu menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah siswa belajar. Siswa yang dikatakan memperoleh hasil belajar IPA adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran IPA yang telah ditetapkan guru. Hasil belajar IPA siswa dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan guru.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Metode Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara”. Rumusan masalah dalam

(6)

penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014?. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Dalam hal ini desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (Quasi-Eksperimental Design) dengan rancangan

Nonequivalent Control Group

Design.Rancangan penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

(Sugiyono, 2008:116) Gambar 1. Rancangan Penelitian

Nonequivalent Control

Group Design Keterangan :

O1 = Pre Test pada kelompok eksperimen O3 = Pre Test pada kelompok kontrol X = Perlakuan (treatment) dengan model

pembelajaran Problem Based

Learning Menggunakan Metode

Probing-Prompting

O2 = Post test pada kelompok eksperimen O4 = Post test pada kelompok kontrol

Dalam rancangan penelitian ini, tidak dapat dilakukan randomisasi individu. Kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen dibiarkan

sebagaimana adanya. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara yang berjumlah 102 orang siswa dengan 52 siswa dari kelas VA dan 50 orang siswa dari kelas VB. Berdasarkan karakteristik populasi maka dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012:68).

Untuk mengetahui kesetaraan sampel secara empirik, maka dilakukan pemetaan dengan menggunakan nilai pre-test kedua kelompok. Dari pemetaan tersebut diperoleh jumlah sampel seluruhnya adalah 80 orang siswa dengan 40 orang siswa dari kelas VA dan 40 orang siswa dari kelas VB. Penentuan sampel yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mengundi. Setelah diundi, diperoleh bahwa kelas VA sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dan kelas VB sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau independen pada penelitian ini yaitu model Problem Based Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dan pembelajaran

konvensional. Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini yaitu hasil belajar IPA. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA siswa adalah tes hasil belajar jenis tes pilihan ganda biasa (PGB). Sebelum tes hasil belajar IPA yang disusun digunakan untuk mengukur pemahaman dan penguasaan materi siswa, maka tes tersebut diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas tes. Hal ini dilakukan untuk mengetahui layak tidaknya hasil belajar dijadikan sebagai instrumen penelitian.

Berdasarkan analisis terhadap 50 butir soal diperoleh 40 butir soal yang

O

1

X

O

2

---

(7)

dinyatakan valid dan 10 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Analisis butir soal yang telah dinyatakan valid dilanjutkan dengan uji daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas tes. Dalam analisis daya beda diperoleh sebanyak 4 butir soal yang dinyatakan kurang baik, 24 butir soal dinyatakan cukup baik, dan 12 butir soal dinyatakan baik. Dari hasil analisis tingkat kesukaran butir tes diperoleh tingkat kesukaran butir tes pada kriteria mudah 12 sebanyak butir, kriteria sedang 18 sebanyak butir, dan kriteria sukar sebanyak 6 butir. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes (Pp) diperoleh sebesar 0,55. Perangkat tes hasil belajar IPA tersebut termasuk ke dalam kriteria sedang. Berdasarkan uji reliabilitas tes diperoleh r1.1 = 1,03 sehingga r1.1 > 0,70, dengan demikian tes hasil belajar IPA memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya beda, serta tingkat kesukaran butir soal, selanjutnya dipilih 30 butir soal dengan jumlah soal mudah sebanyak 6 butir (20%), soal sedang sebanyak 18 butir (60%), dan soal sukar sebanyak 6 butir (20%). Soal-soal tersebut dipilih berdasarkan alasan bahwa soal-soal tersebut telah mencakup keseluruhan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas sebaran data yang dianalisis menggunakan rumus Chi-Squre dan uji homogenitas varians yang dianalisis menggunakan uji F. Setelah uji prasyarat terpenuhi, dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap data hasil belajar IPA siswa diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting adalah 80,34 dengan varian sebesar 69,92 dan standar deviasi sebesar 8,36. Sedangkan untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional diketahui nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah

71,17 dengan varian sebesar 74,36 dan standar deviasi sebesar 8,62. Berdasakan data tersebut diketahui bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Berdasarkan analisis uji normalitas sebaran data menggunakan rumus Chi-Square, pada kelompok eksperimen, diperoleh 2

hitung = 6,5. Sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5 diperoleh 2

tabel = 11,070. Karena 2hitung < 2

tabel maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data pada kelompok kontrol diperoleh

2

 hitung = 8,61. Sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5 diperoleh 2

tabel = 11,070. Karena 2

hitung < 2tabel maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol berdistribusinormal.

Setelah dilakukan uji normalitas sebaran data, uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas varians menggunakan rumus uji F. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,06

sedangkan dengan derajat kebebasan pembilang = 40 – 1 = 39 dan derajat kebebasan penyebut = 40 – 1 = 99 pada taraf signifikansi 5% diperoleh Ftabel = 1,71.

Sehingga diperoleh Fhitung = 1,06 < Ftabel (α=0,05, 39, 39) = 1,71 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti kedua kelompok memiliki varians yang homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians diketahui bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal serta memiliki

(8)

varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan.

Adapun hipotesis penelitian yang diuji yaitu, Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan

melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014.

Adapun kriteria pengujiannya adalah jika thitung < ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1 + n2 – 2. Hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji-t disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis pada Taraf Signifikansi 5% dan dk=78

No. Kelompok Nilai thitung Nilai ttabel Hipotesis Alternatif

1 Eksperimen 80,34 4,83 2,00 Diterima

2 Kontrol 71,17

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji-t yang disajikan pada Tabel 1 diperoleh thitung = 4,83 sedangkan

pada taraf signifikansi 5% dan dk = 40 + 40– 2 = 78 diperoleh harga ttabel = 2,00,

sehingga thitung = 4,83 > ttabel (α=0,05, 78) = 2,00 , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014.

Perbedaan tersebut terjadi akibat adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adanya perbedaan perlakuan antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting pada kelompok eksperimen dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol tentu akan memberikan dampak ataupun hasil yang berbeda pula terhadap hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, diketahui bahwa rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih

besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu = 80,34 > = 71,17. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting memberikan pengaruh ataupun dampak yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan permasalahan yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari yang dikombinasikan dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan menuntun siswa dalam menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Pembelajaran IPA dengan menerapkan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan, serta menganalisis data secara lengkap untuk menemukan solusi dari masalah yang ada.

Pembelajaran IPA yang diterapkan melalui model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dapat memotivasi siswa untuk memahami

(9)

suatu permasalahan dengan lebih mendalam, sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang dituju. Adanya motivasi yang ditimbulkan dari proses pembelajaran dapat memberikan dampak yang baik bagi perkembangan dan juga hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA yang demikian menyebabkan siswa tidak hanya menerima informasi yang diberikan guru saja, melainkan siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pemerolehan informasi tersebut. Siswa mampu untuk menghubungkan apa yang sedang atau telah dipelajarinya dengan kenyataan sehari-hari.

Selain itu, pembelajaran IPA melalui model ini dapat meningkatkan perhatian dan fokus siswa, meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam menjawab dan menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan, serta menumbuhkan motivasi siswa dalam memahami suatu permasalahan secara lebih mendalam melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan, sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang dituju. Oleh karena itu, pembelajaran IPA melalui model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting menjadi lebih optimal dan bermakna bagi siswa. Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar IPA siswa yang lebih baik serta meningkatnya motivasi siswa dalam belajar IPA.

Pembelajaran IPA melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting berbeda dengan pembelajaran IPA yang dilaksanakan melalui pembelajaran konvensional. Pembelajaran IPA secara konvensional lebih cenderung pada kemampuan siswa dalam menghafal informasi. Kegiatan belajar mengajar lebih diarahkan pada aliran informasi dari guru kepada siswa, sehingga siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional cenderung pasif. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menggali serta menemukan sendiri informasi atau

pengetahuannya, sehingga pemahaman siswa terhadap materi IPA yang dipelajari cenderung kurang dan berdampak kurang baik pula terhadap hasil belajar IPA siswa.

Adanya perbedaan-perbedaan tersebut mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5% (α =

0,05) dengan dk = 78 yaitu thitung= 4,83>

ttabel = 2,00. Selain itu, berdasarkan hasil

penelitian serta analisis yang telah dilakukan menunjukkan pula bahwa rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata nilai pada kelompok kontrol yaitu = 80,34 > = 71,17. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model Problem Based

Learning menggunakan metode

Probing-Prompting dengan yang dibelajarkan

melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 21 Pemecutan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: Bagi Siswa, dengan diadakannya penelitian ini siswa diharapkan mampu untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran serta mampu

(10)

meningkatkan motivasinya dalam belajar sehingga memberikan dampak positif bagi hasil belajarnya.

Bagi Guru, dengan diadakannya penelitian ini guru diharapkan dapat menambah wawasannya mengenai inovasi pembelajaran sehingga mampu menerapkan ataupun mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih inovatif dan bervariasi agar memberikan dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi Sekolah, dengan diadakannya penelitian ini sekolah diharapkan dapat berkontribusi penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga berdampak positif pada hasil belajar siswa khususnya di sekolah dasar.

Bagi Peneliti, dengan diadakannya penelitian ini peneliti diharapkan dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subyek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran IPA dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi hasil belajar IPA siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, J.J, dkk. 2010. Proses Belajar

Mengajar. Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model

Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta:Pustaka Belajar.

Marno dan M. Idris. 2010. Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Putra, Rizema S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jakarta:Diva Press.

Rusman. 2011. Model-model

Pembelajaran. Jakarta:Rajawali

Pers.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi

Pembelajaran. Jakarta:Kencana

Prenada Media Group.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ---. 2012. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajr dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Surabaya:Pers Media

Buana Pustaka.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

(Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di Kelas VIII-C SMP Negeri 7 Ciamis pada tanggal 12 Nopember 2016).. Keadaan seperti di atas jika

Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, pendidikan dan pelatihan, kebebasan terkendali,

Menurut Berman &amp; Evans (2007), general interior memiliki elemen-elemen tersendiri yaitu: lighting (pencahayaan di dalam toko dapat diatur sedemikian rupa

Jadi pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka beban

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian kualifikasi

◦ merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam periode tertentu. Dalam laporan tergambarjumlah pendapatan dan sumber- sumber pendapatan, serta jumlah biaya dan

Guidance  and  counseling  teachers  as  professionals  who  have  the  qualifications  in  planning,  implementing,  and  developing  guidance  and  counseling 

Setelah kedatangan kaum muslimin Mekah, penduduk Madinah terdiri kaum Muhajirin (kaum muslimin yang hijrah dari Mekkah ke Madinah), kaum Ansar (penduduk Madinah yang