• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

liv V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari

Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi aktivitas pertanian terbesar kedua yang diusahakan para petani di Desa Purwasari setelah usahatani padi.

Secara Geografis Desa Purwasari terletak sekitar 5 km kearah barat pusat Kecamatan Dramaga. Secara administratif Desa Purwasari berbatasan dengan Desa Petir di sebelah utara dan timur, dan Desa Sukajadi di sebelah selatan sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Desa Situ Daun. Luas wilayah Desa Purwasari yaitu 211.016 hektar yang dibagi menjadi beberapa wilayah menurut penggunaanya yaitu untuk pemukiman, persawahan, perkebunan, pekarangan, taman dan perkantoran, sarana umum serta digunakan untuk lahan kuburan. Penggunaan lahan terluas digunakan untuk lahan persawahan yaitu mencapai 150.233 hektar.

5.1.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakter sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Jumlah penduduk di wilayah Desa Purwasari tahun 2010 adalah 6.747 jiwa, terdiri dari 3.474 orang penduduk laki-laki dan 3.273 orang penduduk perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) diwilayah Desa Purwasari tahun 2010 sebanyak 1.1791 KK, yang sebagian besarnya terdiri dari KK Tani. Hal ini menunjukan bahwa penduduk diwilayah Desa Purwasari menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, sedangkan yang lainnya terdiri dari bidang jasa, perdagangan, pegawai negeri dan lain-lain.

Penduduk Desa Purwasari umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya selain itu ada beberapa etnis betawi sekitar 57 orang laki laki dan 27 orang perempuan. Seluruh penduduk Desa Purwasari beragama Islam. Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Purwasari yaitu petani, buruh tani dan pengrajin industri rumah tangga. Sebagian besar masyarakat bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Luas lahan pertanian mencapai seluas ± 170.509 ha. Lahan pertanian tersebut mampu ditanami dua hingga tiga kali musim tanam dalam setahun, dan memiliki produktivitas sebesar ± 340 ton/ha (padi sawah) dan 12,5 ton/ha untuk ubi jalar. Berdasarkan fungsinya, tanah di daerah Desa Purwasri terdiri atas lahan

(2)

lv persawahan (158.233 ha), dan perkebunan rakyat (12.276 ha), dan lain-lain. Berdasarkan angka luas jenis lahan tersebut tampak bahwa luas lahan persawahan di daerah lokasi penelitian merupakan yang terluas yang mencirikan daerah agraris (Monografi Desa Purwasari 2010).

5.1.2. Keadaan Usahatani Ubi Jalar

Desa Purwasari merupakan Desa di Kecamatan Dramaga yang secara kontinyu setiap tahunnya membudidayakan ubi jalar, varietas yang banyak dibudidayakan yaitu varietas jawa. Daerah penghasil ubijalar terbesar pada Desa Purwasarai terletak pada Kampung Rawasari yang berada pada RW 6 dan dan 7 hampir pada setiap RT di Kampung tersebut terdapat petani yang membudidayakan ubijalar, selain itu ada beberapa petani yang berada di Kampung Situ Uncal. Sebagian besar petani ubijalar pada daerah tersebut tergabung pada kelompok tani Mekarsari yang terdiri dari empat kelompok tani dan tiga masih diantaranya aktif.

Usahatani ubi jalar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor secara umum merupakan milik petani yang dikelola secara tradisional turun temurun. Luas kepemilikan lahan usahatani ubi jalar berkisar antara 0,15 – 1 ha per kepala keluarga (Kantor Desa Purwasari 2011). Luas tersebut cenderung semakin berkurang sebagai akibat dari fragmentasi lahan sejalan dengan sistem bagi waris yang menjadi budaya. Varietas ubi jalar yang dibudidayakan oleh petani di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga terdiri dari varietas jawa, varietas ubi merah, dan varietas ubi ungu serta yang terbaru yaitu varietas AC. Pada penelitian ini varietas yang diteliti adalah varietas jawa.

Pola tanam sebagian besar dilakukan secara monokultur, kecuali di beberapa keluarga petani di Kampung Rawasari yang mulai melakukan tumpang sari dengan jagung, kacang tanah dan talas bogor. Pola tumpang sari ini dirasakan sebagian besar petani menjadikan pemanfaatan lahan menjadi kurang optimal sehingga produktivitas ubi jalar akan rendah.

Pada periode tahun 2009 luas panen ubijalar di Desa Purwasari mencapai 25 hektar dengan produksi rata-rata yaitu 12,5 ton per hektar. Produktivitas petani di Desa Purwasari ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Bogor yang mencapai 16 ton perhektar. Harga ubi jalar di Desa Purwasari sangat berfluktuatif pada tahun 2004 harga ubijalar berkisar Rp. 300,-, sedangkan periode 2009-2010 harga sedikit naik pada kisaran Rp 700,- samapai dengan Rp 1.000,-.

Usahatani ubi jalar di Desa Purwasri juga didukung dengan adanya pedagang pengumpul yang berada satu desa sehingga petani samasekali tidak ada

(3)

lvi kesulitan dalam penjual hasil produksi mereka. Kendala yang paling banyak dikeluhkan petani yaitu harga yang tidak menentu dan tidak sebanding dengan kenaikan harga input seperti pupuk dan input-input lainnya. Selain itu adanya gabungan kelompok tani belum begitu berperan penting bagi petani yang mengusahakan ubi jalar, karena bantuan kepada kelompok tani yang datang dari pemerintah sejauh ini hanya untuk komoditas padi seperti bantuan benih unggul. Petani dapat meminjam modal pada kelompok untuk melakukan usahataninya yang biasanya dibayar perminggu, dan juga petani dapat menabung pada kelompok tani tempat mereka bergabung.

Komoditas ubi jalar sendiri mempunyai banyak produk turunan, pemanfaatannya mencakup umbi dan daun. Bagian daun dari ubi jalar selain ada yang dimanfaatkan untuk menjadi setek, dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti ubi segar, ubi rebus, ubi goreng, chips ubi jalar, mie ubi jalar, ubi beku, ubi jalar parut, ubi oven, dan pati.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan diklasifikasikan menurut usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani, pengalaman usahatani, status kepemilikan lahan, keanggotaan kelompok tani, luas lahan garapan, jenis lahan, dan musim tanam. Keragaan karakteristik tersebut akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan usahatani.

Petani yang menjadi responden berusia antara 20-78 tahun. Tabel 13 menunjukan bahwa petani responden lebih banyak didominasi oleh petani dengan usia 30-39 tahun dan 40-60 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas petani terdiri dari petani usia produktif (58,67 persen).

Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Usia Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari

Tahun 2010

Usia (tahun) Jumlah (orang) %

20-29 9 12,00 30-39 23 30, 67 40-49 21 28,00 50-60 15 20,00 >61 7 9,33 Total 75 100,00

(4)

lvii Tabel 14 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden mayoritas lulusan SD yakni sebanyak 65,33 persen. Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahatani. Hal ini terkait dengan adopsi teknologi yang baik untuk peningkatan produksi ubi jalar. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani responden maka proses penyerapan teknologi dapat berjalan lebih mudah.

Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010

Pendidikan Formal Jumlah (orang) %

Tidak lulus SD 13 17,33 Lulusan SD 49 65, 33 Lulusan SMP 7 9,33 Lulusan SMA 6 8,00 Diploma 0 0,00 Sarjana 0 0,00 Total 75 100,00

Tabel 15 menunjukan sebanyak 92 persen responden petani ubi jalar mengusahakan usahatani sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan sampingan responden bervariasi, mulai dari peternak, pedagang hasil pertanian, buruh tani, pedagang warung, perangkat desa, usaha penggilingan padi, dan wiraswasta. Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi modal usahatani dan manajemen usahatani ubi jalar yang dilakukan petani ubi jalar yang selanjutnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani.

Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Ubi Jalar di Desa

Purwasari Tahun 2010

Status Jumlah (orang) %

Utama 69 92

Sampingan 6 8

(5)

lviii Petani responden pada daerah penelitian telah mengusahakan pertanian secara turun temurun dan merupakan cara hidup sebagian besar mereka adalah bertani. Beberapa petani telah membudidayakan ubi jalar sejak tahun 1960-an. Dari segi pengalaman petani responden di Desa Purwasari telah matang dalam membudidayakan ubi jalar. Sebanyak 82,67 persen petani telah berpengalaman lebih dari 15 rahun dalam membudidayakan ubi jalar. Tabel 16 menunjukkan sebaran responden berdasarkan pengalaman usahatani ubi jalar.

Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Ubi Jalar di Desa

Purwasari Tahun 2010

Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) %

≤ 10 5 6,67

10-15 9 10,66

16-30 34 44,00

≥ 31 29 38,67

Total 75 100,00

Tabel 17 menunjukan sebaran responden menurut status penguasaan lahan petani responden. Status penguasaan petani responden 90, 67 persen merupakan lahan milik sendiri dan sisanya merupakan lahan gadai. Bebrapa petani membudidayakan ubi jalar pada lahan gadai, lahan ini diperoleh dari warga atau petani lainnya yang biasanya meminjam uang dengan menggadaikan lahannya sebagai jaminan. Status penguasaan lahan akan mempengaruhi keputusan usahatani ubi jalar, baik dari waktu dan biaya usahatani.

Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Ubi Jalar di

Desa Purwasari Tahun 2010

Status lahan Jumlah %

Milik 52 90,67

Gadai 7 9,33

Total 75 100,00

Pada aspek kelembagaan, petani ubi jalar di lokasi penelitian sebanyak 80 persen responden tergabung dalam kelompok tani. Banyaknya petani yang tergabung dalam kelompok tani didukung oleh berbagai program pengembangan agribisnis ubi jalar di Desa Purwasari dari pemerintah selama lima tahun terakhir.

(6)

lix Keikutsertaan petani dalam kelompok tani akan mempengaruhi pengetahuan petani tentang usahatani ubi jalar, baik teknis usahatani, pemasaran, dan keorganisasian melalui forum-forum yang dilaksanakan dalam kegiatan

kelompok. Kelompok tani dapat menjadi sarana pemerintah untuk

mensosialisasikan program-program dalam pengembangan agribisnis ubi jalar. Dengan semakin aktifnya petani mengikuti kegiatan kelompok tani maka akan semakin besar peluang penyebarluasan teknologi usahatani (Tabel 18).

Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Keanggotaan Kelompok Tani Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010

Keanggotaan Poktan Jumlah (orang) %

Anggota 56 74,67

Bukan anggota 19 25,33

Total 75 100,00

Luas lahan yang digunakan petani untuk membudidayakan ubi jalar oleh petani responden berkisar antara 0,05–1 ha. Sebanyak 84,00 persen responden merupakan petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 ha. Sempitnya luas pengusahaan lahan untuk usahatani ubi jalar sebagian besar disebabkan oleh pembagian warisan lahan dan juga persil lahan yang digunakan untuk menanam komoditas lainnya. Lahan usahatani yang sempit akan erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan faktor produksi dari usahatani ubi jalar yang dijalankan serta pendapatan yang akan diterima oleh petani.

Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010

Luas lahan Jumlah (orang) %

< 0,5 ha 63 84,00

0,5-1,0 ha 12 16,00

> 1 ha 0 0,00

Total 75 100,00

Jenis lahan usahatani di lokasi penelitian terdiri dari lahan irigasi dan lahan tadah hujan. Sebagaian besar petani responden mengusahakan ubi jalar pada lahan tadah hujan dan tidak melakukan pengairan pada usahatani ubi jalar yang mereka

(7)

lx ushakan. Pengairan pada ubi jalar hanya mengandalkan datangnya hujan dan sebagian besar responden menanam ubi jalar pada musim hujan yaitu pada bulan September hingga januari.

Waktu tanam ubi jalar pada usahatani petani responden di lokasi penelitian lebih banyak menaman ubi jalar pada musim hujan sebanyak 76 persen, sedangkan 24 persennya memilih untuk menanam di musim kemarau. Pemilihan waktu tanam ini terkait dengan ketersediaan air dan perkiraan waktu panen untuk bulan ramadhan. Panen pada saat bulan puasa akan memberikan harga jual yang lebih tinggi. Pada musim hujan petani lebih memilih untuk menanam padi di lahan sawahnya. Selain itu produksi ubi jalar pada musim hujan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau. Petani yang menanam ubi jalar pada musim hujan bertujuan untuk mendapatkan harga tinggi di pasar karena jumlah penawaran ubi jalar di pasar berkurang dan pada aktivitas budidayanya mereka tidak perlu melakukan proses pengairan (Tabel 20).

Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Waktu Tanam Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010

Waktu tanam Jumlah (orang) %

MH (September -Februari) 57 76,00

MK (Maret-Juli) 18 24,00

Total 75 100,00

Petani yang mempunyai pekerjaan di luar usahatani ubi jalar pada saat musim tanam ubi jalar 2010 sebanyak 83,33 persen, sendangkan sisanya sebesar 16,67 persen hanya melakukan pekerjaan di usahatani (Tabel 18). Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan petani responden diantaranya perangkat desa, pedagang warung, pedagang hasil pertanian, buruh pabrik, buruh tani, tukang ojek, pengrajin besek, penggilingan padi, dan wiraswasta. Rata-rata waktu yang digunakan untuk bekerja di luar usahatani adalah 54,06 jam per musim tanam dengan sebaran yang terpusat pada waktu kerja antara 1-100 jam per musim tanam. Satu musim tanam adalah 840 jam, dengan 1 hari kerja 5 jam/hari selama lima bulan tanam (Tabel 21).

(8)

lxi Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Waktu Kerja di Luar Usahatani Ubi Jalar di Desa Purwasari Tahun 2010

Waktu kerja (jam/5 bulan) Jumlah (orang) %

0 3 4

1-100 54 72

>100 18 24

Total 75 100,00

Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pendapatan usahatani dan pendapatan di luar usahatani. Pendapatan di luar usahatani bisa berasal dari pekerjaan diluar usahatani, pendapatan anggota keluarga lain yang berasal dari luar usahatani, aset di luar usahatani dan lainnya. Pendapatan luar usahatani yang di dapat petani selama lima bulan tanam ubi berkisar antara Rp 100.000-3.000.000/5 bulan, pendapatan tambahan tersebut dapat digunakan sebagai modal pembelian input pertanian (Tabel 22).

Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Luar Usahatani di Desa Purwasari Tahun 2010

Pendapatan (Rp 000/5 bulan) Jumlah (orang) Persentase

Tidak ada 2 2,67

100-500 45 60,00

500-1.000 25 33,33

>1.000 3 4,00

Gambar

Tabel 13.  Sebaran Responden Menurut Usia Petani Ubi Jalar di Desa Purwasari  Tahun 2010
Tabel 16.  Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Ubi Jalar di Desa  Purwasari Tahun 2010
Tabel 22.  Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Luar Usahatani di Desa  Purwasari Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoretis, persen degradasi dengan metode DOC harus lebih tinggi daripada dengan metode botol tertutup karena selama inkubasi kadar DO dijaga konstan dengan

terkejut lagi ketika beberapa bulan setelah kejadian tersebut ada beberapa orang yang datang ke pasar simo untuk menawarkan penukaran uang logam tersebut dengan harga seratus

Morning Show: Belahan Dunia, Metro Pagi, Editorial Media Indonesia, 8-11, Headline News Afternoon Show: Sisi Berita, Metro Siang, Wide Shot, Headline News Prime Time: Metro Hari

Pada proses pencampuran partikel keramik ke dalam matrik cair, partikel keramik SiC biasanya tidak terbasahi permukaannya oleh matrik cair atau wettability yang kurang, dan

Dengan menggunakan program komputer kita juga dapat menentukan banyaknya faktor umum berdasarkan pada banyaknya nilai eigen dari matriks korelasi R atau dari matriks varians

dengan itu dapat menjadi bukti bahwa adanya peningkatan pada profesionalisme aparatur sipil negara dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik di

Jika dilihat kembali usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender, hasil yang dicapai belumlah seperti yang

Motivasi pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor dari dalam individu perawat maupun faktor dari luar individu