• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Melalui produk model pembelajaran yang dikembangkan dari hasil

Research and Development (R & D), telah memberikan implikasi praktis dan teoritis bagi pengembangan kurikulum/pembelajaran, khususnya bagi pembelajaran Muatan Lokal (Mulok) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di masa yang akan datang. Untuk memahami hasil kajian model pembelajaran sebagai produk tersebut, lebih jelasnya akan diuraikan pada bab V ini, yang terbagi dalam 3 (tiga) bagian pokok, yakni; Pertama, kesimpulan hasil penelitian,

Kedua, implikasi, dan Ketiga, rekomendasi.

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, berikut ini akan dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Kondisi pembelajaran PLH di SMP Kabupaten Garut selama ini

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, disimpulkan bahwa pembelajaran PLH yang diimplementasikan di SMP di Kabupaten Garut, saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Bahwa model atau pendekatan pembelajarannya belum mampu menjadikan semua siswa dikelas bisa menguasai sebagaimana tujuan kurikulum pembelajaran PLH. Model pembelajaran yang dikembangkan masih belum peduli dan bahkan belum mampu mengapresiasi serta mengakomodasi pengembangan kreativitas nyata siswa. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di SMP lebih didasarkan pada kebutuhan formal daripada kebutuhan riil siswa. Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru tersebut lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi kreatif siswa secara optimal. Secara empirik berdasarkan temuan di lapangan terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran PLH. Keadaan dan fenomena tersebut antara lain, sebagai berikut : (a) proses pembelajaran lebih berpusat pada guru

(2)

dalam pola satu arah, penyampaian pembelajaran bersifat ekspositoris dan monoton, akibatnya pembelajaran kurang menarik, (b) bahan pelajaran yang berupa informasi tidak dimanfaatkan sebagai media bagi pengembangan kreativitas, (c) kegiatan pembelajaran PLH lebih mengarah pada belajar menghafal (berpikir konvergen) ketimbang belajar berpikir kreatif (berpikir

devergen), (d) guru kurang dapat mengembangkan proses kreatif dalam kegiatan pembelajaran, melalui upaya secara optimal dalam pengembangan berpikir kreatif dan afektif kreatif siswa, dan (e) Disisi lain, fenomena rendahnya mutu pembelajaran juga disebabkan oleh sikap spekulatif dan intuitif guru PLH dalam memilih model/metode dan strategi pembelajaran.

2. Pengembangan Model Pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini bertitik tolak dari hasil studi pendahuluan (pra-survai), dan disesuaikan dengan kondisi pembelajaran PLH, fasilitas dan sarana, lingkungan sekolah dan pemanfaatannya yang terlihat di lapangan. Oleh karenanya dalam pengembangan model ini, setidaknya memuat hal-hal tentang: (a) model pembelajaran yang dikembangkan, (b) prosedur dan langkah-langkah pengembangannya, dan (c) bentuk akhir dari model pembelajaran yang dikembangkan.

Dilihat dari sisi ini pengembangan model, merupakan suatu inovasi dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar melalui peningkatan kreativitas siswa khususnya, dan perbaikan kualitas pembelajarannya pada umumnya. Untuk prosedur pembelajarannya diarahkan pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat menerapkan keterampilan kreativitas (berpikir kreatif dan kemampuan afektif kreatif) dengan mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dalam PLH, melalui proses kreatif dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk evaluasi pembelajaran diarahkan pada pengembangan instrumen penilaian berupa test kreatif yang lebih menekankan pada kemampuan kreativitas siswa dalam pembelajaran PLH. Adapun sintaks pembelajarannya dilakukan melalui tiga tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pendahuluan, meliputi orientasi, yang memuat komunikasi tujuan pembelajaran,

(3)

memberikan permasalahan nyata dalam PLH, menguji dugaan/hipotesis. Kegiatan inti, merupakan proses kreatif, meliputi kegiatan preparation, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Kegiatan akhir, meliputi kegiatan komunikasi, refleksi pada proses kreatif, dan evaluasi.

3. Efektivitas Model Pembelajaran yang dikembangkan

Berdasarkan hasil uji validasi model pembelajaran yang dikembangkan ini ternyata lebih efektif dari model pembelajaran yang selama ini digunakan dalam meningkatkan kreativitas nyata siswa dalam PLH. Lebih lanjut berikut di bawah ini dijelaskan beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran, sebagai berikut :

a. Segi keunggulan; (1) dari hasil hitungan statistik menunjukkan bahwa model ini dapat secara nyata meningkatkan kreativitas peserta didik. Dengan demikian model pembelajaran merupakan model ideal bagi kebutuhan siswa. (2) model ini juga terbukti mampu mendorong kinerja guru menjadi lebih kreatif, inovatif, dan produktif dalam mengelola pembelajaran. (3) model yang dikembangkan ini, dapat beradaptasi dengan kondisi fasilitas pembelajaran.

b. Segi kelemahannya: (1) model pembelajaran membutuhkan kerja keras guru. Sebenarnya kerja keras yang harus dilakukan oleh guru adalah pada awal pembelajaran saja, dimana guru harus terlebih dahulu melempar permasalahan nyata sehari-hari yang berkaitan dengan PLH, untuk mendukung proses kreatif, yang tentunya ditunjang pula oleh peran guru untuk mengontrol siswa yang tidak aktif dalam proses kreatif tersebut di kelas. (2) menuntut siswa terus menerus berlatih dalam proses kreatif sehingga akhirnya akan membentuk pribadi kreatif.

4. Faktor pendukung dan penghambat

Dalam mengimplementasikan model, dapat ditentukan beberapa faktor yang mendukung dan menghambat tujuan model.

(4)

a. Faktor Pendukung

Sebagai faktor pendukung dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

Dimensi Guru; (1) Berdasarkan penelitian pra survey kepada guru, dapat disimpulkan bahwa guru terbuka untuk merubah kearah yang lebih baik, sehingga pembelajaran yang pasif dapat dirubah menjadi aktif. Dengan adanya motivasi untuk merubah ini, para guru dapat mengimplementasikan model pembelajaran baru ini, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan siswa dalam belajar. (2) Dilihat dari kualifikasi akademik yang umumnya berjenjang strata satu (S-1) serta pengalaman mengajar yang dimilikinya, para guru memiliki potensi beradaptasi cepat dan tepat dalam mengimplementasikan model. Dimensi Siswa; model ini memiliki kecenderungan memihak pada kepentingan siswa untuk menjadi pribadi kreatif, sehingga siswa akan merasa bertanggungjawab atas kemampuannya. Adapun dimensi sarana dan lingkungan terutama ruang belajar, sangat mendukung dalam proses kreatif, mulai dari kursi/meja yang bisa dikondisikan sesuai dengan kenyamanan siswa dalam situasi pembelajaran yang dibutuhkan baik individu maupun kelompok.

b. Faktor Penghambat

Dimensi guru; (1) latar belakang pendidik PLH di SMP umumnya variatif, tidak linear dengan yang diampu oleh guru pada mata pelajaran PLH, hal itu terjadi karena pada lembaga pendidikan tinggi keguruan tidak ada jenjang Strata 1 (S-1) program studi PLH. (2) mengingat PLH merupakan mata pelajaran Mulok, seringkali dijadikan oleh pengambil kebijakan sekolah dalam pendistribusian jam mengajar, diberikan kepada guru-guru yang mengalami kekurangan jam mengajar dari beban kewajiban guru tetap untuk mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Hal itu berdampak pada bongkar pasangnya guru PLH, sehingga secara langsung akan berdampak pada lemahnya kualitas pembelajaran PLH yang diakibatkan oleh guru dalam

(5)

penguasaan materi pelajaran, ataupun pada proses pengalaman mengajar.

Dimensi Siswa; Input siswa yang beragam, khusus dari beberapa sekolah yang menjadi sampel penelitian, untuk penjaringan dalam penerimaan siswa baru tidak dilakukan dalam seleksi yang ketat, artinya lebih pada pemenuhan kuota. Keadaan ini berpengaruh pada kemampuan kreativitas siswa yang rendah. Dimensi sarana lingkungan; (l) Umumnya kelas yang menjadi sampel penelitian merupakan kelas gemuk yang berjumlah rata-rata diatas 35 siswa, sehingga hal ini berdampak pada sulitnya guru mengontrol kegiatan siswa, seperti kejadian terganggunya KBM di dalam kelas oleh kegaduhan suara peserta didik. Hal tersebut menjadikan guru harus super ekstra untuk dapat mencermati dan menyikapi situasi kelas. (2) kurangnya rujukan materi pembelajaran PLH yang tersedia di perpustakaan. Buku-buku PLH di perpustakaan lebih banyak berupa buku-buku paket. Hal ini dapat mengurangi wawasan berpikir, berargumen, dan mereduksi keluasan siswa membaca sumber-sumber materi pembelajaran yang seharusnya menjadi pendukung pembelajarannya.

B. Implikasi Hasil Pengembangan

Dari temuan hasil penelitian dan pengembangan sebagaimana diungkapkan pada bab IV, dapat dibangun sejumlah prinsip untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dalam rangka pemaparan baik implikasi secara teoritis maupun secara praktis, yaitu;

1. Implikasi Teoritis

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas nyata pada mata pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SMP, Kabupaten Garut, mempunyai implikasi teoritis, antara lain;

a. Pembelajaran efektif bila perlakuan/metode (treatment) yang diterapkan dalam proses belajar mengajar agar dapat menyesuaikan/ mengembangkan potensi kreativitas peserta didik. Prinsip ini relevan dengan asumsi, bahwa: 1)

(6)

setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat berbeda-beda. 2) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. 3) karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. 4) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Banyak guru yang mengekspresikan pandangan bahwa kreatifitas, adalah sebuah aspek yang dinilai rendah dan diremehkan, oleh karenanya penting pembelajaran untuk kreatif dikembangkan yang intinya menyediakan kesempatan bagi semua anak untuk mengekspresikan diri mereka, dan membimbing mereka untuk membuat koneksi imajinatif dan original sebagai dasar bagi lahirnya ide-ide baru.

c. Mengajar dengan mendorong kreativitas siswa dapat mengembangkan kualitas pendidikan, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membuka cara-cara yang lebih menyenangkan dalam mendekati kurikulum. d. Pembelajaran yang mendorong meningkatnya kreatif siswa, melibatkan saling

keterkaitan yang kompleks antara para murid, guru dan konteksnya dalam suatu cara tertentu sehingga masing-masing unsur terdorong ke depan, berusaha mencari batasan-batasan baru, selalu berusaha untuk berkembang dalam rangka mencari sesuatu yang baru. Oleh karenanya guru semakin menyadari tentang kebutuhan untuk mengadopsi berbagai strategi/model pembelajaran yang lebih kreatif untuk mengelola kurikulum dan mempertimbangkan konteks yang dapat memberikan kerangka yang lebih kreatif bagi pengajaran dan pembelajaran, sehingga dapat mendorong para siswa meningkatkan energi kreatif alamiahnya.

e. Wallas (dalam Supriadi, 2001:7, Munandar, 2009:20) menegaskan bahwa agar tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan model pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dapat dicapai dengan baik maka dalam implementasinya perlu diperhatikan prinsip-prinsip proses kreatif yang meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi, sehingga sampai

(7)

kepada suatu produk kreatif yang merupakan ‘kreteria puncak’ untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang.

f. Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (dalam Munandar, 1992), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.

2. Implikasi Praktis

Seperti diuraikan pada bab I bahwa fokus utama pembahasan penelitian ini diarahkan pada “menemukan sebuah model pembelajaran yang cocok sesuai untuk dikembangkan dalam PBM, yang dapat meningkatkan kreativitas nyata peserta didik. Model pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran PLH di SMP, terbukti memberi manfaat secara bermakna, yaitu efektif mengoptimalkan kreativitas nyata peserta didik. Dari manfaat yang demikian itu terkandung sejumlah implikasi bagi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

a. Keberhasilan penerapan model pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas siswa, memberi implikasi tersendiri pada pengembangan kurikulum, sehingga model yang dikembangkan dapat diimplementasikan, sekaligus bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi rendahnya kualitas pembelajaran PLH dalam rangka meningkatkan kreativitas nyata peserta didik di SMP.

b. Keberhasilan implementasi model pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas nyata peserta didik, memberi implikasi pula kepada kinerja mengajar guru. Oleh karenanya dengan penerapan model pembelajaran yang dikembangkan tersebut mendorong berbagai kesiapan guru, mulai dari persiapan, penyusunan rencana pengajaran, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan melakan evaluasi. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari adanya rencana pembelajaran yang baik, yaitu:

(8)

(1) rencana pengajaran yang didasarkan pada pemahaman dan penghayatan terhadap kurikulum, (2) rencana pengajaran atau program pengajaran yang didasadari oleh adanya relevansi internal (kesesuaian ke dalam) yang tinggi antar komponen kurikulum/ pengajaran (terdapat kesesuaian nantar tujuan, materi, KBM, dan evaluasi).

c. Hasil pra survey menunjukkan bahwa penyusunan rencana pengajaran oleh guru selama ini banyak didasarkan pada apa yang dilakukan guru-guru sebelumnya secara konvensional. Cara demikian cenderung tidak mendorong guru untuk mengembangkan kreasinya dalam menyusun rencana pengajaran seperti yang diharapkan KTSP, yang memberi keleluasan pada guru sebagai pengembang kurikulum di kelas. Oleh karena itu, guru perlu ditumbuhkan kebiasaannya dalam mempelajari serta memahami pedoman dan landasan program, kurikulum/silabus, sehingga memberi kemungkinan untuk dapat mengembangkan setiap komponen pembelajaran yang ada menjadi rencana pengajaran yang memiliki relevansi internal yang tinggi. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas siswa bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat mendorong guru-guru ke arah kinerja yang baik (profesional).

d. Sistem pendidikan perlu meraih kembali ‘keseimbangan’ yang dituntut dalam tujuan pendidikan nasional. Maka perlu untuk mengembangkan semua kemampuan mata pelajaran termasuk PLH untuk meningkatkan kreatif peserta didik dan berbagai cara kerja yang kreatif. Sekolah berada dalam bahaya menyampaikan pembelajaran yang terasingkan dari pengalaman dan respon manusia terus menerus. Dalam masa kegelisahan terhadap pencapaian ekonomi dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam (lingkungan fisik), dan perhatian yang besar terhadap pencapaian posisi dan perhatian yang besar terhadap pencapaian posisi yang kompetitif di pasar dunia sangat penting untuk melihat pada cara bagaimana berpikir kratif dan bersikap kreatif dapat memperkaya potensi ekonomi.

(9)

e. Implementasi model pembelajaran PLH yang dikembangkan dalam penelitian ini idealnya membutuhkan sarana dan fasilitas khusus. Namun demikian sarana dan fasilitas yang dimiliki sekolah di masing-masing SMP, memungkinkan dapat digunakan untuk mengimplementasikan model pembelajaran yang dikembangkan ini.

f. Efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas nyata dalam pembelajaran PLH di SMP, telah teruji dan relatif mudah diadopsi oleh guru, akan tetapi dalam penerapannya oleh guru diperlukan adanya data tentang karakterisitik kreativitas siswa, yang akan dijadikan dasar dan titik tolak pemberian perlakuan yang relevan. Kamampuan (atitude) siswa merupakan salah satu variabel penting dari 3 (tiga) variabel utama yang ada dalam model pendekatan yang yang dikembangkan, yaitu kemampuan (aptitude) yang bersifat kemampuan awal, perlakuan (treatment) dan peningkatan kreativitas, maka dipandang perlu untuk melakukan aptitude testing pada siswa SMP yang akan mengikuti pembelajaran dengan pendekatan model pembelajaran yang dikembangkan.

C. Rekomendasi

Berdasarkan pembuktian dan potensi yang dimiliki dari model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan temuan penelitian selama di lapangan dan hasil analisa terhadap temuan tersebut, yakni mampu mengoptimalkan kemampuan kreativitas nyata peserta didik pada mata pelajaran PLH di SMP, maka dalam bagian akhir tulisan ini peneliti ingin menyampaikan beberapa ajuan rekomendasi sebagai harapan. Rekomendasi tersebut ditujukan kepada pengambil kebijakan

(decission maker), guru dan praktisi pendidikan, serta peneliti selanjutnya. Lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut :

1. Pengambil kebijakan.

Bahwa hasil penelitian dan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, telah terbukti mampu menyesuaikan perlakuan yang dikembangkan dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan

(10)

kreativitas nyata perserta didik dalam PLH. Kiranya melalui model pembelajaran yang dikembangkan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk diseminasikan pada jenjang SMP dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran PLH yang sedang diimplementasikan saat ini. Apakah dengan kurikulum yang sedang diimplementasikan, terbuka peluang untuk menerapkan model pembelajaran yang dikembangkan ini, atau tanpa diadakan penyesuaian. Namun demikian guru-guru PLH diberi kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi mengembangkan model pembelajaran.

2. Pengelola satuan pendidikan.

Bahwa dengan telah berhasilnya model pembelajaran yang dikembangkan secara efektif dapat meningkatkan kreativitas peserta didik di SMP dalam mata pelajaran PLH, maka dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat meningkatkan kreativitas peserta didik kiranya pengelola satuan pendidikan di SMP dapat menjadikan model ini sebagai salah satu alternatif yang diterapkan pada satuan pendidikan yang berada dalam pengelolalanya.

3. Guru/ Pendidik.

Guru yang bertanggungjawab atas terlaksanan kurikulum dalam bentuk kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang dikembangkan dalam proses pembelajaran, guru dapat mengapresiasi dan mengakomodir kemampuan kreativitas nyata peserta didik dalam belajar dan sekaligus bisa memperbaiki dan penyempurnaan layanan pembelajaran yang telah diberikan selama ini. Hasil pengembangan model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengoptimalkan proses pembelajaran PLH. Karena model ini memiliki keunggulan, diantaranya: (1) Model pembelajaran ini cukup mudah untuk dilaksanakan, karena pada dasarnya model ini tidak melibatkan Guru untuk lebih banyak berbicara dan ceramah di depan kelas dalam proses pembelajaran, tetapi lebih banyak sebagai inovator dan fasilitator, (2) Meskipun model pembelajaran ini membutuhkan sarana/ fasilitas pendukung, akan tetapi secara khusus model pembelajaran telah dirancang untuk dapat digunakan dalam

(11)

segala keterbatasan, (3) Model pembelajaran ini telah teruji mampu memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum PLH, yaitu mengembangkan kreativitas nyata peserta didik.

4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Berdasarkan pada hasil penelitian melalui studi pendahuluan, yaitu didapati kondisi kurang optimalnya kompetensi guru dalam pembelajaran PLH, baik secara sisi penguasaan standar isi materi pelajaran maupun standar proses dalam penyampaian materi pelajaran. Melalui rekomendasi ini penting kiranya untuk mengaktifkan atau menggiatkan kembali pelaksanaan MGMP Mulok PLH, mengingat banyak sisi positif manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan tersebut, diantaranya; a) berbagi pengalaman diantara guru mata pelajaran Mulok PLH, berkaitan dengan upaya mencari solusi permasalahan dilapangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, b) dapat merumuskan bersama sekaligus mensosialisasikan format model atau metode pembelajaran, sebagaimana tuntutan dalam kurikulum Mulok PLH.

5. Peneliti selanjutnya.

Didasari bahwa penelitian dan pengembangan ini memiliki keterbatasan, karena itu dianggap perlu untuk menyampaikan beberapa catatan penting sebagai rekomendasi kepada para peneliti pendidikan selanjutnya, diantaranya; Pertama; Penelitian dan pengembangan ini dilakukan terbatas pada jenjang SMP untuk mata pelajaran PLH. Hasil penelitian dan pengembangan memperlihatkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan peneliti mampu menyesuaikan perlakuan (treatment) yang diterapkan dengan kareakteristik kemampuan siswa dan sekaligus telah memperlihatkan keberhasilannya dalam meningkatkan kreativitas sebagai output hasil belajar siswa. Meskipun demikian efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan akan terlihat lebih konsisten bilamana dilakukan penelitian lanjutan dalam bidang kajian dan jenjang pendidikan yang berbeda. Untuk jenjang pendidikan terutama ditingkat pendidikan dasar SD

(12)

(Sekolah Dasar) akan menarik, sebab jenjang tersebut sebagai yang mendasari atau peletak dasar kreativitas. Juga pada jenjang SLTA tidak kalah menariknya, mengingat sebagai persiapan memasuki jenjang perguruan tinggi (PT), atau dipersiapkan memasuki dunia kerja. Lebih lanjut dalam konteks kreativitas tidak sebatas dibidang mata pelajaran PLH, akan tetapi dapat pada mata pelajaran yang berbeda. Kedua, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama dengan sampel yang lebih luas, mengingat apa yang dilakukan pada hasil penelitian lebih pada lingkung tingkat kabupaten. Oleh karenanya menarik jika penelitian dilakukan pada sekolah-sekolah yang secara geografis berada di daerah perkotaan/kotamadya yang memiliki dukungan administratif dan sarana/prasarana yang lebih baik. Hal ini sekaligus pula untuk menguji hasil produk pengembangan berdasarkan konteks atau variabel lingkungan. Ketiga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran PLH dengan disain yang berbeda agar memperkaya khazanah pengetahuan dalam implementasi pembelajaran PLH demi terwujudnya proses dan hasil pembelajaran PLH yang diharapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pengawasan yang dilakukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pengelolaan yaitu pada saat persiapan, perencanaa dan

Perairan estuari Pantai Timur Surabaya ditwnbuhi vegetasi mangrove yang didominasi oleb pobon api-api (Avicennia marina) yang berpotensi sebagai bioakwnulator logam berat

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Anak usia 21 bulan dengan diagnosa Delay De V elopment dan masih di tangani Dokter Sp.A dan di rujuk untuk ke fisioterapi.anak mengalami keterlambatan pada motorik kasarnya,

Itulah sebabnya banyak persoalan, keributan, atau konflik dalam gereja, karena ada pemimpinnya yang melayani menurut pola “apa yang dipikirkan manusia.” Maka

Struktur EIS dapat menyediakan beberapa interface, seperti laporan periodik, tanya jawab, menu-driven, command language, natural language, dan input/output. EIS interface yang baik

pembuatan kapal ikan masih kurang dikuasai. 3) Belum ada informasi (data-data) prototipe kapal ikan yang dikaitkan dengan alat tangkap, wilayah penangkapan dan kondisi perairan bagi

Pertama , pelaksanaan model aktualisasi perilaku keberagamaan siswi Madrasah Aliyah Diniyyah Putri Lampung pada praktik Pendidikan Agama Islam adalah penanaman dan