• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Arus globalisasi yang semakin deras telah menghilangkan batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem keuangan dan pasar modal global. Hal ini diindikasikan dengan berdirinya pasar modal berskala regional dan global seperti New York Stock Exchange, London Stock Exchange, Singapore Stock Exchange dan lain lain. Kondisi

ini menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang seragam dan di terima oleh berbagai Negara.

Standar-standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang digunakan pada setiap negara belum tentu sama. Untuk membangun sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang seragam di butuhkan standar akuntansi keuangan yang dapat diterima secara internasional maupun global. Ide untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan global telah ada sejak dekade 70-an. Ide ini kemudian diwujudkan dengan membentuk organisasi yang berskala internasional oleh negara-negara industri maju. Pada akhir dekade 1960-an, perwakilan lembaga-lembaga profesional akuntansi yang berasal dari Inggris, Kanada dan Amerika Serikat membentuk Accountants International Study Group (AISG). Lembaga ini bertujuan

(2)

melakukan kajian terhadap kemungkinan melakukan harmonisasi standar akuntansi dan auditing di ketiga negara tersebut.

Pada kongres profesi akuntan dunia di Sidney pada tahun 1972, Perwakilan AISG bertemu kembali untuk membahas proposal pembentukan International Accounting Standard Committee (IASC). Hingga kemudian sepuluh organisasi

profesional yang berasal dari Belanda, Kanada, Australia, Meksiko, Jepang, Perancis, Selandia Baru, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat melakukan negosiasi atas ide pembentukan Internasional Accounting Standard Committee (IASC) pada tahun 1973. Sejak itu lahirlah IASC dengan International Accounting Standard (IAS)

sebagai produknya.

Pada tahun 2000, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan dibentuknya IASC Foundation (IASCF) yang membawahi International Accounting Standard Board (IASB) dan International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC). IASB kemudian mengeluarkan International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan baru

yang di berlakukan di samping IAS yang sudah ada.

Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman

(3)

yang lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentu memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Indonesia telah memiliki sendiri standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. Dari revisi tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting Standards

(IFRS). Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi dan terakhir adopsi tersebut ditujukan dalam bentuk konvergensi terhadap International Financial Reporting Standard (IFRS). Program konvergensi terhadap IFRS tersebut dilakukan

oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh terhadap standar internasional (IFRS dan IAS) Menurut Patrick Finnegan, anggota dari Dewan Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Board/IASB), dengan mengimplementasi IFRS

pada perusahan yang ada di Indonesia, “Perusahaan akan menikmati biaya modal yang lebih rendah, konsolidasi yang lebih mudah dan sistem teknologi informasi yang terpadu.” (sumber : www.kompasiana.com, tanggal 25 juni 2010).

Menurut Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),

Ahmadi Hadibroto. Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di

(4)

Indonesia. Padahal penerapan IFRS dalam sistem akuntasi perusahaan akan menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan kesiapan bangsa Indonesia bersaing di era perdagangan bebas. (sumber: www.unpad.ac.id, tanggal 15 Februari 2010)

Menurut Fuad Rahmany (2009), tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada di upayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS, dengan demikian diharapkan meningkatkan kegiatan investasi secara global, memperkecil biaya modal (cost of capital) serta lebih meningkatkan transparansi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. (sumber: www.okezone.com tanggal 28 Mei 2009)

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang berada di bawah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang akan

rampung pada tahun 2010 dan mulai menerapkannya pada tahun 2012. Dalam melakukan implementasi IFRS, terdapat tiga hal yang menjadi perhatian manajemen, yaitu konsekuensi perpajakan dan legal, sistem informasi akuntansi dan pelaporan keuangan. Isu pelaporan keuangan adalah isu sentral yang harus diperhatikan pada saat melakukan implementasi IFRS. Pelaporan keuangan mencakup proses dan output pelaporan keuangan itu sendiri. Sistem informasi akuntansi harus disesuaikan dengan IFRS, demikian juga dengan proses pengukuran dan penilaian aset akan mengalami banyak perubahan. Aspek pelaporan intern dan basis penilaian adalah hal yang paling terkena dampak. Penerapan IFRS dapat menimbulkan permasalahan yang

(5)

serius apabila manajemen perusahaan tidak memperhatikan kesiapan administrasi dan sumber daya manusianya.

Dalam menilai aset terdapat tiga standar akuntansi keuangan yang ada pada IFRS yang menggunakan basis revaluasi dan nilai wajar dalam menilai aset, yaitu IAS 16 tentang “Property, Plant and Equipment”, IAS 38 tentang “Intangible Aset”,

IAS 40 tentang “Investment Property” dan IAS 41 tentang “Agriculture”.

Ketua Standar Akuntansi Indonesia, Jusuf Wibisana mengatakan dalam mengadopsi IFRS yang terpenting adalah penerapan nilai wajar akuntansi (fair value accounting). Indonesia bisa menerapkan IFRS, namun membutuhkan kehati-hatian,

terutama keamanan dan dampaknya terhadap perekonomian nasional (sumber: Suara Pembaruan Daily)

Penggunaan nilai wajar ini dianggap memberikan informasi yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan penggunaan historical cost. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwa standar akuntansi yang

menggunakan historical cost memainkan peranan penting sebagai penyebab

kerusakan perekonomian, terutama lembaga simpan pinjam tahun 1980an dan masalah perbankan 1990an. Karena pada waktu itu banyak laporan keuangan yang tidak mengungkapkan kerugian segera pada saat terjadi. Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standar akuntansi yang ada perlu diperbaiki untuk memastikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, relevan dan terpercaya. Dan di buatlah laporan

(6)

keuangan berbasis Fair value. (sumber : www.seminarakuntansi.warsidi.com, 29 Mei 2010)

Fair value ditetapkan oleh International Accounting Standard Board (IASB)

sebagai dasar untuk mengukur aset. Dengan diperkenalkannya International Financial Reporting Standard (IFRS) di berbagai belahan dunia, penggunaan metode fair value secara benar menjadi sangat penting. Akan tetapi, jika kekuatan ekonomi

terbesar di dunia tidak termasuk di dalamnya (Amerika Serikat), maka tidak dapat benar-benar disebut seluruh dunia. Amerika Serikat tidak mengadopsi IFRS, akan tetapi mereka mempunyai standar akuntansi sendiri yang disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). FASB tidak mengakui fair value sebagai dasar

untuk mengukur aset, mereka mencatat aset dengan dasar biaya historis (historical cost). Meskipun demikian, FASB dan IASB bekerja sama untuk berusaha

mengharmonisasikan standar akuntansi masing-masing. Pertanyaan mengenai bagaimana aset seharusnya diakui di neraca merupakan salah satu isu penting yang harus dicari solusinya. Untuk itu baik IASB maupun FASB melakukan pengujian secara seksama terhadap fair value, tentang arti dari fair value dan bagaimana

seharusnya diaplikasikan. Sementara itu FASB secara serentak melakukan investigasi sendiri terhadap fair value dan telah menerbitkan sebuah exposure draft. (Marisi P.Purba, 2010)

Oleh karena itu, di dalam standar akuntansi tentang properti investasi dan aset yang dijelaskan di dalam PSAK adopsian dari IAS, ada dua model dalam menentukan

(7)

nilai dari aset dan properti investasi sebuah perusahaan, yang pertama adalah model biaya dan yang kedua adalah model revaluasi. Akan tetapi apabila perusahaan menerapkan fair value, maka model revaluasi dirasa tepat untuk menentukan nilai

sebuah aset setelah harga perolehan, akibat dari adanya revaluasi aset menyebabkan nilai aset tersebut bisa naik maupun turun. Setiap model yang digunakan menghasilkan nilai yang berbeda, terutama apabila model tersebut telah menggunakan fair value sebagai basis pengukuranya. Di dalam model biaya nilai

perolehan dari sebuah aset tetap harus dikurangkan dulu dengan akumulasi penyusutan yang terjadi pada setiap tahunnya, hal ini dikarenakan adanya umur efektif dari sebuah aktiva yang terus dipakai oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya.

Dalam melakukan penyusutan suatu aset tetap, perusahaan dihadapkan kepada model atau metode penyusutan mana yang akan mereka gunakan, penggunaan metode penyusutan ini tersebut akan berdampak terhadap besar kecilnya biaya penyusutan yang akan mereka bebankan ke dalam laporan laba rugi. Tetapi pada kenyataanya terdapat beberapa perbedaan antara metode penyusutan yang diijinkan oleh komersial atau pun untuk kepentingan perpajakan.

Dari berbagai ulasan bahwa penerapan IFRS berdampak terhadap perusahaan dalam banyak hal. Hal yang paling signifikan adalah koreksi laba ditahan sebagai akibat penerapan IFRS pertama sekali. Biasanya manajemen banyak yang kaget

(8)

dengan konsekuensi efek laba yang begitu signifikan sebagai akibat adopsi IFRS. Efeknya bisa mengurangi laba atau bisa menambah laba.

Belum setiap perusahaan di Indonesia menggunakan International Financial Reporting Standarts dalam menilai properti investasi mereka, terlebih lagi bagi perusahaan yang ingin menggunakan fair value sebagai basis pengukuranya. Oleh

karena itu, banyak perusahaan di Indonesia yang merasa bahwa model biaya dirasa masih merupakan model yang relevan untuk mereka gunakan dalam menilai property investasi mereka.

Dari sekian banyak perusahaan indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya ada beberapa perusahaan yang memiliki properti investasi dimana perusahaan harus sudah menerapkan fair value sebagaimana yang dijelaskan dalam International Financial Reporting Standarts dalam menilai properti investasinya,

berikut adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang di dalam laporan keuangannya terdapat properti investasi :

(9)

Tabel 1.1

Data Perusahaan Manufaktu Yang Terdaftar Di BEI

NO KODE NAMA PERUSAHAAN

1 AUTO PT. ASTRA OTOPARTS Tbk

2 UNTR PT. UNITED TRACTORS Tbk

3 INTP PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA Tbk

4 SMSM PT. SELAMAT SEMPURNA Tbk

5 INAI PT. INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk

6 JPRS PT. JAYA PARI STEEL Tbk

7 STTP PT. SIANTAR TOP Tbk

8 HMSP PT. HM SAMPOERNA Tbk

9 PWON PT. PAKUWON JATI Tbk

10 ADHI PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk

11 DGIK PT. DUTA GRAHA INDAH Tbk

12 SCBD PT. DADANAYASA ARTHATAMA Tbk

13 TBIG PT. TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk

14 SUPR PT. SOLUSI TUNAS PRATAMA Tbk

15 IBST PT. INTI BANGUN SEJAHTERA Tbk

16 SMMA PT. SINAMAS MULTIARTHA Tbk

17 MRAT PT. MUSTIKA RATU Tbk

18 SSIA PT. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk

19 WIKA PT. WIJAYA KARYA (PERSERO) Tbk

20 TOTL PT. TOTAL BANGUN PERSADA Tbk

21 TRIS PT. TRISULA INTERNATIONAL Tbk

22 LTLS PT. LAUTAN LUAS Tbk

23 GDST PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk

24 KICI PT. KEDAUNG INDAH CAN Tbk

25 LPKR PT. LIPPO KARAWACI TBK

26 NIRO PT. NIRVANA DEVELOPMENT Tbk

27 PTPP PT. PP (PERSERO) Tbk

28 INVS PT. INOVASI INFRACOM Tbk

29 SCCO PT. SUCACO Tbk

30 RICY PT. RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk

(10)

Tabel 1.2

Data Akumulasi Properti Investasi, Penyusutan Aset Tetap dan Perubahan Laba Tahun 2011 – 2012 -100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

AUTO UNTR INTP SMSM INAI JPRS STTP HMSP PWON ADHI DGIK SCBD TBIG SUPR IBST SMMA MRAT SSIA WIKA TOTL TRIS LTLS GDST KICI LPKR NIRO PTPP INVS SCCO RICY

PROPERTI INVESTASI AKUMULASI PENYUSUTAN ASET LABA

Sumber: www.idx.co.id (2013

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa beberapa perusahaan mengalami fenomena yang tidak wajar ketika nilai properti investasi mereka mengalami penurunan dan di iringi dengan adanya penambahan biaya penyusutan aset tetapi hal ini justru dibarengi dengan turunnya perolehan laba mereka yang sangat signifikan, selain itu beberapa perusahaan juga mengalami penambahan properti investasi dan biaya penyusutan akan tetapi perolehan laba mengalami penurunan, hal ini merupakan hal yang tidak harapkan oleh perusahaan, penurunan perolehan laba mungkin saja diakibatkan adanya penerapan International Financial Reporting Standarts oleh perusahaan.

(11)

Fenomena diatas banyak yang bertentang dengan teori yang ada,dikarenakan apabila adanya kenaikan nilai properti invetasi maka akan memberi dampak adanya peningkatan perolehan laba yang diakibatkan adanya keutungan dari investasi yang di lakukan perusahaan, begitupun sebaliknya. Hal tersebut juga berlaku apabila naiknya biaya penyusutan perusahaan maka akan membuat laba perusahaan turun begitupun sebaliknya.

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andrianto Oktavianus menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan metode penyusutan aset tetap terhadap laba perusahaan.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Panji Ilham menyatakan bahwa penerapan International Financial Reporting Standards tentang Investment Property

berdampak signifikan terhadap laba.

Dalam penelitian yang lain pula yang dikemukakan oleh Lin dan Peasnell (2009) mengemukakan bahwa On the whole, the univeriate result provide some support for our hypotheses that asset revaluations and SSAP 16 compliance are driven by size, gearing, fixed asset inensity, profitability and prior behaviour concerning revaluation and Current Cost Accounting.

(12)

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “ANALISA PENGARUH PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING

STRANDARDS (IFRS) MENGENAI PROPERTI INVESTASI dan

PENYUSUTAN ASET TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN” (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI.)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah-masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan IFRS tentang properti Investasi terhadap perubahan laba perusahaan

2. Apakah terdapat pengaruh penerapan IFRS tentang akumulasi penyusutan aset tetap terhadap perubahan laba perusahaan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini :

a. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan IFRS tentang properti investasi terhadap perubahan laba perusahaan.

b. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan IFRS tentang penyusutan aset tetap terhadap perubahan laba perusahaan

(13)

Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai manfaat atau kegunaan untuk melakukan perbaikan pada objek yang diteliti. Ada dua kegunaan dalam penelitian ini yaitu kegunaan akademis dan kegunaan praktis.

a. Bagi Perusahaan

Di harapkan dapat di gunakan oleh manajemen sebagai alat bantu dalam menerapkan International Financial Reporting Standards (IFRS) untuk

meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan perusahaan. b. Bagi penulis

Untuk memperoleh pengetahuan tentang konsep-konsep dan teori-teori mengenai analisis dan penerapan International Financial Reporting Standards

tentang properti investasi dan penyusutan aset tetap serta pengaruhnya terhadap laba perusahaan.

c. Bagi pihak-pihak lain

Sebagai dasar untuk penelitian lanjutan, khususnya sebagai bahan referensi dan pembanding bagi mereka yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut di bidang ini.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dimana realita akan pengimitasian budaya pop Korea melalui televisi yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada tabel 4.1, maka profil kemampuan dasar siswa di SMK Pembangunan Nasional Purwodadi yang muncul melalui

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas terhadap kemampuan menganalisis unsur-unsur pembangun cerpen melalui model discovery learning pada siswa kelas XI IPS-3

Penelitian mengenai interferensi ini dilakukan oleh penulis untuk mengidentifikasi faktor interferensi yang terjadi di dalam kelas VIIIA pada saat proses

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

Perbedaan waktu penyelesaian operator dalam menyelesaikan pekerjaan merakit sebuah meja adalah sebesar 17.8 detik, dengan demikian kondisi optimal berdasarkan hasil ekperimen

Akan tetapi pada kenyataannya dalam praktik, masih saja banyak dijumpai dalam Fidusia elektronik masalah-masalah antara lain tidak tercantumnya obyek yang dijaminkan pada

Banyak rasio keuangan yang dapat mempengaruhi financial distress, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas dan leverage.. Peneliti