• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Numerik. Imam Fachruddin Departemen Fisika, Universitas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Numerik. Imam Fachruddin Departemen Fisika, Universitas Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Numerik

Untuk dipakai dalam kuliah Analisis Numerik

Dapat diunduh dari http://staff.fisika.ui.ac.id/imamf/

Imam Fachruddin

(2)
(3)

Metode Numerik

Daftar Pustaka:

Imam Fachruddin

Departemen Fisika, Universitas Indonesia

Daftar Pustaka:

• P. L. DeVries, A First Course in Computational Physics (John Wiley & Sons, Inc., New York, 1994)

• W. H. Press, et. al., Numerical Recipes in Fortran 77, 2nd Ed. (Cambridge

University Press, New York, 1992)

(online / free download: http://www.nrbook.com/a/bookfpdf.php)

• R. H. Landau & M. J. Páez, Computational Physics: Problem Solving with Computers (John Wiley & Sons, Inc., New York, 1997)

• S. E. Koonin, Computational Physics (Addison-Wesley Publishing Co., Inc., Redwood City, 1986)

(4)
(5)

Isi

• akar fungsi

• solusi sistem persamaan linear

1 25 • solusi sistem persamaan linear

• fitting dengan least square • interpolasi • integrasi • persamaan differensial 25 49 59 81 109

(6)
(7)

=

X B

A

Pada kasus yang lebih umum bisa saja terdapat beberapa sistem

persamaan linear dengan nilai B yang berlainan, namun memiliki nilai A yang sama.

Dalam bentuk matriks sistem seperti ini dituliskan sebagai:

AX = B

Kasus Beberapa Sistem Persamaan Linear

atau

Keterangan: • A matriks n x n, X dan B matriks n x m, dengan m = jumlah sistem persamaan linear, n = jumlah persamaan / unknown dalam tiap sistem persamaan tersebut

• Tiap kolom matriks X merupakan solusi untuk kolom yang sama pada matriks B.

Langkah dan rumus pada metode Eliminasi Gauss dan LU Decomposition berlaku sama untuk kasus ini. Hanya saja, di sini matriks X dan B terdiri dari beberapa kolom, bukan hanya satu.

(8)

Contoh dua sistem persamaan linear yang memiliki nilai A sama tapi B berbeda.

=

n1 31 21 11 n1 31 21 11 nn n3 n2 n1 3n 33 32 31 2n 23 22 21 1n 13 12 11

b

b

b

b

x

x

x

x

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

M

M

L

M

O

M

M

M

L

L

L

=

n2 32 22 12 n2 32 22 12 nn n3 n2 n1 3n 33 32 31 2n 23 22 21 1n 13 12 11

b

b

b

b

x

x

x

x

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

M

M

L

M

O

M

M

M

L

L

L

=

n2 n1 32 31 22 21 12 11 n2 n1 32 31 22 21 12 11 nn n3 n2 n1 3n 33 32 31 2n 23 22 21 1n 13 12 11

b

b

b

b

b

b

b

b

x

x

x

x

x

x

x

x

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

a

M

M

M

M

L

M

O

M

M

M

L

L

L

(9)

Metode Eliminasi Gauss:

m)

...,

1,

r

n;

...,

k,

j

b

a

a

b

b

n;

...,

1,

k

i

1;

n

...,

1,

(k

a

a

a

a

a

m)

...,

1,

r

n;

...,

1,

j

(i,

b

b

,

a

a

1) (k kr 1) -(k 1) -(k ik 1) (k ir (k) ir 1) -(k kj 1) -(k kk 1) -(k ik 1) -(k ij (k) ij ir (0) ir ij (0) ij

=

=

=

+

=

=

=

=

=

=

=

− − ir ij (m) ir (m) ij

b

a

b

a

,

,

pada langkah ke m • rumus triangulasi:

m)

...,

1,

r

n;

...,

k,

j

b

a

b

b

(k-1) kr kk ik ir ir

=

=

=

• rumus substitusi mundur:

m)

...,

1,

r

1;

n

...,

1,

(j

a

x

a

b

x

m)

...,

1,

(r

a

b

x

1) -j -(n j -n j, -n n 1 j -n k kr 1) -j -(n k j, -n 1) -j -(n r j, -n r j, n 1) -(n nn 1) -(n nr nr

=

=

=

=

=

+ = −

(10)

• rumus substitusi maju untuk menghitung y (kini Y matriks n x m):

m)

...,

1,

r

n;

...,

2,

(i

l

y

l

b

y

m)

...,

1,

(r

l

b

y

1 i 1 j jr ij ir ir 11 1r 1r

=

=

=

=

=

− =

• rumus substitusi mundur untuk menghitung x:

m)

...,

1,

r

n;

...,

2,

(i

l

y

ii ir

=

=

=

m)

...,

1,

r

1;

n

...,

,

(i

x

u

y

x

m)

...,

1,

(r

y

x

n 1 i n j jr j i, n r i, n r i, -n nr nr

=

=

=

=

=

+ − = − −

1

(11)

Perhatikan metode LU Decomposition, anggap matriks L dan U telah diperoleh. Jika kemudian terdapat lagi sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka matriks L dan U yang telah diperoleh itu bisa langsung dipakai untuk sistem persamaan yang baru tersebut.

Kini perhatikan metode Eliminasi Gauss, anggap triangulasi matriks A sudah dikerjakan. Jika kemudian terdapat lagi

sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka sistem persamaan linear dengan A sama dan B berbeda, maka hasil triangulasi matriks A yang sudah diperoleh tidak dapat dipakai untuk sistem persamaan yang baru. Untuk sistem yang baru tersebut proses triangulasi matriks A harus dilakukan lagi dari awal.

Hal ini disebabkan, matriks B harus berubah mengikuti proses triangulasi matriks A, sementara proses penguraian matriks A menjadi matriks L dan U tidak melibatkan matriks B.

(12)

Dalam rumus-rumus baik pada metode Eliminasi Gauss

maupun LU Decomposition terdapat pembagian oleh elemen diagonal matriks yaitu, oleh elemen diagonal matriks A pada metode Eliminasi Gauss, dan elemen diagonal matriks L pada metode LU Decomposition.

Jika secara kebetulan elemen diagonal itu nol, maka akan timbul error.

Karena itu, pada setiap langkah dalam proses triangulasi

matriks A (metode Eliminasi Gauss) atau pencarian matriks L matriks A (metode Eliminasi Gauss) atau pencarian matriks L dan U (metode LU Decomposition) perlu dilakukan

pemeriksaan, apakah elemen matriks A atau L yang bersangkutan sama dengan nol.

Jika bernilai nol, maka baris berisi elemen diagonal nol itu harus ditukar dengan salah satu baris setelahnya, sehingga elemen diagonal menjadi bukan nol. Perubahan baris pada matriks A (metode Eliminasi Gauss) harus disertai

perubahan baris yang sama pada matriks B. Perubahan baris pada matriks L (metode LU Decomposition) harus disertai perubahan baris yang sama pada matriks A dan B.

(13)

Soal: Jawab:

 

 

 

 

 

 

1 2 3 4

x

2 -4

1

3

2

x

-1

2

3 -2

2

=

x

3 -4

1

2

2

x

1 -3 -1

5

2

1 2 3 4

x

2 -4

1

3

2

x

0

0

3.5 -0.5

3

=

x

0

2 -0.5 -2.5

-1

x

0 -1 -1.5

3.5

1

1 2 3 4

x

2 -4

1

3

2

x

0

2 -0.5 -2.5

-1

=

x

0

0

3.5 -0.5

3

x

0 -1 -1.5

3.5

1

baris 2 ditukar dengan baris 3

1

3.5

0.5x

3

x

1

x

4 3 4

=

+

=

=

0 -1 -1.5

3.5

x

4

1

0 -1 -1.5

3.5

x

4

1

1 2 3 4

x

2 -4

1

3

2

x

0

2 -0.5

-2.5

-1

=

x

0

0

3.5

-0.5

3

x

0

0 -1.75

2.25

0.5

1 2 3 4

x

2 -4

1

3

2

x

0

2 -0.5 -2.5

-1

=

x

0

0

3.5 -0.5

3

x

0

0

0

2

2

1

2

3x

x

4x

2

x

1

2

2.5x

0.5x

1

x

4 3 2 1 4 3 2

=

+

=

=

+

+

=

(14)

-1

2

3 -2

A =

3 -4

1

2

1 -3 -1

5

=

44 43 42 33 32 22

l

l

l

1

0

l

l

3

0

0

l

1

L





=

1

0

0

0

u

1

0

0

u

u

1

0

U

34 24 23

=

44 43 33

l

l

1

1

0

l

2

3

0

0

0

1

0

0

0

2

L

=

44 43 33

l

l

1

1

0

l

0

1

0

0

2

3

0

0

0

2

L

 

 

 

 

 

2

B =

2

2

2 -4

1

3

3 -4

1

2

A =

-1

2

3 -2

1 -3 -1

5

1

1

l

43

l

44

1

1

l

43

l

44

1 -3 -1

5

 

 

 

 

 

 

2

2

B =

2

2





=

1

0

0

0

u

1

0

0

1.25

0.25

1

0

1.5

0.5

2

1

U

34

=

44

l

1.75

1

1

0

3.5

0

1

0

0

2

3

0

0

0

2

L





=

1

0

0

0

1/7

1

0

0

1.25

0.25

1

0

1.5

0.5

2

1

U





=

2

1.75

1

1

0

3.5

0

1

0

0

2

3

0

0

0

2

L

(15)

Iterasi Jacobi

n)

...,

1,

(i

b

x

a

i n 1 j j ij

=

=

=

=

≠ n i j j ij i ii i

b

a

x

a

1

x

Pencarian solusi dimulai dengan nilai awal (i = 1, …, n) hasil perkiraan /

tebakan. Dengan nilai tebak awal ini diperoleh nilai perkiraan berikut melalui:

sistem persamaan linear: solusi:

(0) i

x

(1) i

x

n)

...,

1,

(i

x

a

b

a

1

x

n i j (0) j ij i ii (1) i

=

=

Demikian seterusnya berulang-ulang, nilai perkiraan pada langkah ke k diperoleh

Pencarian dihentikan setelah didapat nilai yang konvergen yaitu, yang tidak atau sedikit berubah dari nilai yang diperoleh pada langkah sebelumnya:

Demikian seterusnya berulang-ulang, nilai perkiraan pada langkah ke k diperoleh dari nilai perkiraan pada langkah ke k-1:

n)

...,

1,

(i

x

a

b

a

1

x

n i j 1) -(k j ij i ii (k) i

=

=

≠ i

x

kecil

bilangan

ε

ε,

x

x

1

(k) i 1) -(k i

<

=

(16)

Jika pada tiap langkah pencarian dilakukan dengan urutan i yang makin besar, maka semua sudah diperoleh ketika mencari .

Sebaliknya, jika dilakukan dengan urutan i yang makin kecil, maka semua sudah diperoleh ketika mencari .

Karena itu, nilai atau itu bisa langsung dipakai untuk mencari , Rumus iterasi Jacobi dapat ditulis:

(k) i

x

=

> < j i 1) -(k j ij i j 1) -(k j ij i ii (k) i

b

a

x

a

x

a

1

x

(k) i j

x

< (k) i j

x

> (k) i

x

(k)

x

x

(k)

x

(k)

Karena itu, nilai atau itu bisa langsung dipakai untuk mencari , sehingga iterasi mencapai nilai konvergen menjadi lebih cepat:

(k) i j

x

< (k) i j

x

>

x

i(k) 1) 2, ..., n, (i x a x a b a 1 x n) ..., 2, 1, (i x a x a b a 1 x i j (k) j ij i j 1) -(k j ij i ii (k) i i j 1) -(k j ij i j (k) j ij i ii (k) i =         − − = =         − − =

> < > <

(17)

Kita lihat kembali metode Eliminasi Gauss dan LU Decomposition untuk mencari solusi sebuah sistem persamaan linear. Pada metode ini terdapat substitusi mundur dan maju. Pada substitusi mundur (maju), nilai dihitung dari nilai ( ), sehingga kesalahan (ketidakakuratan) pada ( ) terakumulasi pada . Dengan kata lain, terjadi perambatan kesalahan.

Pada metode iterasi tidak terdapat perambatan kesalahan seperti itu. Semua elemen x dilihat secara sama. Pada tiap langkah

i

x

x

j>i i j

x

>

x

i i j

x

< i j

x

<

Pada metode iterasi tidak terdapat perambatan kesalahan seperti itu. Semua elemen x dilihat secara sama. Pada tiap langkah

dilakukan pemeriksaan konvergensi untuk semua elemen x. Jadi, untuk tiap elemen x terdapat kesempatan yang sama untuk

mencapai keakuratan yang diinginkan.

Namun, pada metode iterasi ada keharusan menentukan nilai awal, yang bisa saja sulit dilakukan atau menimbulkan masalah, misalnya membuat iterasi terlalu lama mencapai konvergensi.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul Skripsi ini adalah: ANALISIS PERAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM MEMBANTU PENYIDIK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN.. Dalam penyusunan skripsi ini

Untuk melihat pengaruh ukuran lubang udara terhadap dis- persi, maka perhitungan dispersi dilakukan untuk serat kristal fotonik Gambar 2 setelah radius lubang udara diubah, dengan

Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang

Setelah membaca materi yang diberikan oleh guru melalui Google Classroom, peserta didik dapat mengembangkan pengertian integral tak tentu dan sifat – sifat turunan fungsi

Kini Anda dapat memasukkan, mengedit, atau menghapus data pada database dengan tanpa melalui akses langsung ke tabel database, yang dalam contoh kita kali ini adalah tabel

Role playing dapat digunakan untuk membantu seseorang mengeksplorasi hubungan seseorang dengan orang lain dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai

Masih banyak perilaku oknum fiskus yang tidak terpuji dalam mengemban amanat sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, yang akan berdampak negatif terhadap UU yang telah dibuat

Penggunaan citra ASTER sudah banyak dila- kukan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk kajian geomorfologi yang terdapat dalam jurnal PIT MAPIN XVII yang terbit pada