• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Mei Widiati: Pemeriksaan Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani Di Desa Bunter Blok Cileudug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 27 PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER

BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS

Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Rizki Gusti Andani

Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis

*email:m.widiati@yahoo.co.id

ABSTRACT

The majority of livelihoods in the village of Bunter Block Ciledug mostly as farmers. The habit of gardening or farming done when not wearing footwear while doing her job, so the mud easily fit into your toenails and causes the development of mildew. Nails are not cleaned for a long time may cause odor and rot, so that can cause nail disease tinea unguium that is caused by the fungus Epidermophyton species that normally dermatofita floccosum, and Trichophyton genera. This research aims to know the existence of a cause of tinea unguium fungus on the toenails of the farmers in the village of Bunter Block Ciledug Subdistrict Sukadana Ciamis. Design research is descriptive. The population of this research is the entire farvillage of Ciledug Subdistrict Sukadana Ciamis. The sample used as many as 30 people. Research results mer in the showed the sample examination scrapings toenails farmers with breeding methods on the media (SDA) Saboraud Dextrosa from 30 people infected with the fungus Trichophyton mentagrophytes as many as 23 people (70%), infected with the fungus Trichophyton rubrum as 6 people (20%) and is infected with the fungus Aspergillus as much as 3 people (10%). A summary of the results of the examination sample scrapings toenails farmers with breeding methods on the media (SDA) Saboraud Dextrosa from 30 people as much as 29 people identified mushrooms dermatofita.

Key words : Fungal Toenails farmers, dermatofita

(2)

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 28 INTISARI

Mayoritas mata pencaharian di Desa Bunter Blok Ciledug sebagian besar sebagai petani. Kebiasaan yang dilakukan saat bertani atau berkebun tidak memakai alas kaki saat melakukan pekerjaannya, sehingga lumpur dengan mudah masuk ke dalam kuku kaki dan menyebabkan perkembangan jamur. Kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku yaitu tinea unguium yang disebabkan oleh jamur dermatofita yang biasanya spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya jamur penyebab tinea unguium pada kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis.Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan metode pembiakan pada media (SDA) Saboraud Dextrosa dari 30 orang terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes sebanyak 23 orang (70%), terinfeksi jamur Trichophyton rubrum sebanyak 6 orang (20%) dan terinfeksi jamur Aspergillus sebanyak 3 orang (10%). Simpulan dari hasil pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan metode pembiakan pada media (SDA) Saboraud Dextrosa dari 30 orang sebanyak 29 orang teridentifikasi jamur dermatofita.

(3)

Mei Widiati: Pemeriksaan Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani Di Desa Bunter Blok Cileudug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 29

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu penyebab berpotensinya penyebaran dan interaksi jamur. Penyakit jamur di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Angka insiden dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran diIndonesia sangat bervariasi, dimulai dari presentase terendah sebesar 4,8% di Surabaya, hingga presentase tertinggi sebesar 82,6% di Surakarta dari seluruh kasus dermatofitosis (Amirsyam Nasution M, 2008). Tingginya angka prevalensi ini dipengaruhi oleh letak geografis dan iklim negara Indonesia. Selain itu perilaku masyarakat seperti mata pencaharian dan tempat tinggal juga dapat menyebabkan interaksi dengan jamur.

Jamur pada umumnya dapat cepat

berkembang di tempat yang lembab, juga dapat berpindah melalui media air (Siregar, 2004).

Salah satu Provinsi dengan jumLah penduduk terbanyak di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi 18 Kabupaten dan 9 Kota, dan salah satunya yaitu Kabupaten Ciamis. Salah satu daerah di Ciamis, yaitu Desa Bunter di Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Berdasarkan data dari Desa Bunter Kecamatan Sukadana, jumLah penduduk di Desa Bunter sebanyak 5.010 jiwa. JumLah penduduk Desa Bunter Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis yang bermata pencaharian sebagai petani berjumLah 1.864 (37,2%) sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk yang sehari–harinya bertani dan berkebun memiliki kebiasaan

tidak memakai alas kaki bahkan

bertelanjang kaki saat melakukan

pekerjaannya, sehingga lumpur dengan mudah masuk ke dalam kuku kaki dan menyebabkan perkembangan jamur

(Zulkoni, Akhsin, 2010). amur merupakan tumbuhan parasit, berbentuk benang

bercabang mempunyai dinding dari

selulosa atau kitin atau keduanya,

mempunyai protoplasma yang

mengandung satu atau lebih, inti tidak mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara seksual, aseksual,dan keduanya. Hanya beberapa macam jenis jamur saja yang jadi penyebab dermatofitosis. Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Berdasarkan sifat morfologi,dermatofita dikelompokkan kedalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Enam spesies penyebab utama dermatofitosis di

Indonesia,yaitu Trichophyton

rubrum,Trichophyton mentaghrophytes, Epidermophyton floccosum, Microsporum canis, Microsporum gypseum, Trichophyton concentricum (Indrawati Gandjar, 2006).

Tinea unguium disebabkan oleh jamur dermatofita yang biasanya spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton. Pernah dilaporkan genus Microsporum dapat menginfeksi kuku. Gejala klinis dari Tinea Unguium, yaitu permukaan kuku tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena menjadi tipis. permukaan ini dari suatu penyakit akibat jamur dengan gejala klinis lempeng kuku menjadi tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan, dan kuku akhirnya tampak seperti berpori (Sutanto, 2008).

Hal inilah yang menjadi

kekhawatiran bila kebiasaan penduduk khususnya yang bekerja sebagai petani

(4)

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 30

(bertani dan berkebun) tidak menggunakan alas kaki saat bekerja dan tidak memperhatikan kebersihan kuku terutama kuku kaki. Petani tersebut menganggap kuku khususnya kuku kaki tidak begitu penting, padahal kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku yaitu tinea unguium (Natadisastra, 2009).

Keadaan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang ada atau tidaknya jamur penyebab Tinea unguium seperti Trichophyton rubrum, Trichophyton mentaghrophytes,

Epidermophyton floccosum, Microsporum canis (Indrawati Gandjar, 2006) pada kuku petani di Desa Bunter Blok Ciledug, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Pengambilan tempat penelitian di Desa Bunter Blok Ciledug, Kecamatan Sukadana, karena berdasarkan survey awal peneliti, peneliti melihat para petani di desa tersebut tidak memperhatikan alat pelindung diri ketika bekerja contohnya tidak memakai sepatu boot. Kemudian peneliti juga mensurvey kuku beberapa orang petani didesa tersebut dan ditemukan kuku tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan, dan kuku tampak seperti berpori.

Metode Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Ciledug, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. JumLah ini menggunakan jumLah minimal sampel untuk penelitian. Menurut Abdurrahman, dkk (2011) bahwa semakin besar sampel maka semakin normal distribusi rata-rata

sampelnya dan distribusi terlihat normal adalah ketika jumlah minimal 30 orang.

Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih yaitu, para petani di Desa Bunter Blok Ciledug, yang mempunyai kuku kaki berwarna coklat, kekuning-kuningan, rapuh,dan tampak seperti berpori. Sehingga sampel yang diperoleh sesuai berdasarkan kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah mikroskop, objek glass, deck glass, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, oven, autoclave, ose, skalpel, tabung reaksi, erlenmeyer.

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sampel, KOH 10-20%, alkohol 70%, aquadest, NaCl 0,85%, kapas, SDA.

Prosedur Penelitian

Sterilisasi Alat yang digunakan disiapkan kemudian disterilisasikan menggunakan oven pada suhu 180˚C selama 2 jam.

Pembuatan media Sabouraud

Dextrose Agar adalah Ditimbang 6,5 gram media SDA, dilarutkan dalam 100 ml aquades, medium dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna selama 1 menit, tambahkan 5-8 ml medium kedalam tabung reaksi dan tutup tabung reaksi pakai sumbat, disterilkan didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 118º121ºc dengan tekanan 1-2 atm, kemudian setelah disterilkan tabung dimiringkan 45º, tunggu hingga medium pada tabung reaksi dingin dan padat.

Pemeriksaan mikroskopis langsung

Dibersihkan jari-jari dan kuku dengan alkohol 70%, Diambil kerokan kuku dengan menggunakan scalpel steril, Hasil kerokan kaki langsung diletakan di objek

(5)

Mei Widiati: Pemeriksaan Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani Di Desa Bunter Blok Cileudug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 31

glass, Tambahkan KOH 10-20% 1 tetes, Tutup dengan coverglass, Tunggu 10 menit, Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran lensa objektif 10x dan 40x, Hasil positif

bila ditemukan spora atau jamur

Dermatofita, Hasil negatif bila tidak ditemukan spora atau jamur Dermatofita.

Pengambilan dan penanaman

sample pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah Dibersihkan jari-jari dan kuku dengan alkohol 70%, Diambil kerokan kuku dengan menggunakan skapel steril, Hasil kerokan kuku langsung ditanam pada media dengan penotolan dengan titik tertentu,Media diberi label dan nomor sample, Buatlah kontrol media, Media diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari dan dilakukan pengamatan setiap harinya, termasuk pada kontrol media SDA, Amati pertumbuhan koloni jamur pada media SDA.

Pemeriksaan Mikroskopis dari media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) adalah Diambil sedikit sample dari koloni jamur dengan ose lurus, letakkan pada objek glass yang sudah di tetesi larutan NaCL 0,85% kemudian tutup dengan deck glass, dan Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 10x dan 40 x (Gandjar, 2014).

Hasil Penelitian

Hasil pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan

metode pemeriksaan secara langsung pakai

KOH dan pembiakan pada media

(SDA)

Saboraud Dextrosa Agar di laboratorium parasitologi pada kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis.

Tabel 1 Hasil pengamatan langsung No Hasil No Hasil sampel pengamatan sampel pengamatan

langsung langsung KOH KOH 1 Negatif (-) 16 Negatif (-) 2 Negatif (-) 17 Negatif (-) 3 Negatif (-) 18 Negatif (-) 4 Negatif (-) 19 Negatif (-) 5 Negatif (-) 20 Negatif (-) 6 Negatif (-) 21 Negatif (-) 7 Negatif (-) 22 Negatif (-) 8 Negatif (-) 23 Negatif (-) 9 Negatif (-) 24 Negatif (-) 10 Negatif (-) 25 Negatif (-) 11 Negatif (-) 26 Negatif (-) 12 Negatif (-) 27 Negatif (-) 13 Negatif (-) 28 Negatif (-) 14 Negatif (-) 29 Negatif (-) 15 Negatif (-) 30 Negatif (-)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 diperoleh hasilnya semua sampel negatif, bisa dijelaskan bahwa semua sampel tidak terdapat jamur dermatofita dan tidak ditemukannya spora jamur. Untuk lebih memastikan bahwa hasil dari pemeriksaan pengamatan langsung dengan KOH negatif bisa dilakukan pengamatan kultur. Kultur

merupakan pemeriksaan jamur yang

distandarisasi. Untuk pengamatan KOH bukanlah standar untuk pengamatan jamur, tetapi hanya sebagai penyaring ada dan tidaknya infeksi jamur.

(6)

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 32 20 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 21 Negatif (-) Positif (+) Positif (+) Negatif (-) 22 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 23 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 24 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 25 Negatif (-) Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) 26 Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 27 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 28 Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 29 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) 30 Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)

Diperoleh hasil yang positif terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes ada 23 orang, Trichophyton rubrum 6 orang, Aspergillus sp 3 orang, dan yang terinfeksi oleh dua spesies jamur 2 orang.

Hasil pengamatan yang positif dan negatif diperoleh dari :

1) Hasil pemeriksaan makroskopis kuku adalah permukaan kuku tidak rata, kuku rapuh, keras, berwarna coklat kekuning. 2) Hasil pengamatan makroskopis koloni

biakan adalah

a. Trichophyton mentagrophytes

Bentuk dari koloni seperti kapas, warna atas koloni berwarna putih, warna bawah koloni berwarna Kuning dan putih.

b. Trichophyton rubrum Bentuk koloni seperti kapas, warna atas koloni berwarna putih, dan warna bawah koloni berwarna merah anggur.

c. Aspergillus sp

Bentuk koloni seperti kapas, warna atas koloni berwarna hitam, dan warna bawah koloni berwarna putih.

d. Hasil Pengamatan kontrol

Koloni negatif. 3) Hasil pengamatan mikroskopis.

a. Hasil pengamatan jamur Trichophyton mentagrophytes Gambar 1 Hasil Pengamatan Jamur Trichophyton mentagrophytes Setelah Pembiakan Pada Media SDA

Mikrokonida bulat, bergerombol, dengan bentuk cerutu yang jarang. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Trichophyton mentagrophytes.

b. Hasil pengamatan jamur Trichophyton rubrum

(7)

Mei Widiati: Pemeriksaan Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani Di Desa Bunter Blok Cileudug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 33 Gambar 2 Hasil PengamatanJamur Trichophyton rubrum Setelah Pembiakan Pada Media SDA

Mikrokonida berbentuk air mata, dengan sedikit makrokonidia berbentuk pensil. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Trichophyton rubrum.

c. Hasil pengamatan jamur Aspergillus sp. Gambar 3 Hasil Pengamatan Jamur Aspergillu Setelah Pembiakan Pada Media SDA

Hifa bersekat, bentuk seperti kipas konidiospora, sterigma. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Aspergillus sp.

Berdasarkan hasil penelitian pada sample kuku kaki petani didapatkan hasil positif yang terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes 70%, Trichophyton rubrum 20%, dan Aspergillus sp 10%.

Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan 30 sampel kerokan kuku kaki petani di Desa Bunter

Blok Ciledug Kecamatan Sukadana

Kabupaten Ciamis yang dilakukan dengan metode pembiakan pada media Saboraud Dextrose Agar ditemukan adanya jamur Trichophyton mentagrophytes 70%, infeksi jamur Trichophyton rubrum 20%, dan Aspergillus sp 10%.

Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan Kalium Hidroksida (KOH) hanya berfungsi sebagai penyaring ada dan tidaknya infeksi jamur pada sampel, meskipun hasil pemeriksaan secara langsung dengan menggunakan KOH negatif, akan tetapi dengan melalui kultur spesies jamur patogen dapat diidentifikasi, karena kultur merupakan pemeriksaan jamur yang distandarisasi observasi lapangan, yang memiliki fungsi untuk

menumbuhkan jamur, memperbanyak

jumLah, dan membantu dalam diagnosis jamur penyebab infeksi. Pada pemeriksaan KOH didapatkan hasil negatif bisa dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu seperti spora yang ada disampel tidak begitu banyak, dan spora yang ada tertutup oleh kotoran dari sampel, sehingga faktor inilah yang memungkinkan hasil dari pemeriksaan KOH negatif.

Untuk menjaga keakuratan hasil penelitian, penelitian ini disertai dengan media kontrol negatif. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan hasil dan hasil jamur yang tumbuh benar-benar jamur yang akan diteliti bukan jamur kontaminasi.

Berdasarkan tinjauan dan interpretasi hasil pemeriksaan dari sampel kuku kaki petani ditemukan adanya jamur Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, yang termasuk pada golongan jamur dermatofita. Golongan

(8)

Volume 3 | Nomor 1 | Februari 2016 34

jamur ini menyerang pada bagian tubuh yang mengandung zat keratin.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil wawancara sebelumnya dengan para petani sebelum dilakukan pengambilan sampel. Petani menderita kuku yang permukaan kukunya tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena menjadi tipis. Permukaan ini karena akibat penyakit jamur dengan gejala klinis lempeng kuku menjadi tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan. Infeksi jamur ini biasanya terjadi pada manusia yang berada dilingkungan yang lembab, kotor, kebiasaan kaki sering kontak langsung dengan tanah dan dengan keadaan yang berair kotor merupakan faktor yang dapat mendorong untuk terjadinya infeksi jamur. Selain itu jamur bisa juga menginfeksi akibat kontak dengan benda yang dihinggapi jamur.

Selain itu juga pada penelitian ini ditemukan juga jamur Aspergillus sp. Aspergillus sp merupakan jamur kontaminan yang hidup bebas dan terdapat

dimana-mana. Jamur dapat

mengkontaminasi dalam bentuk spora yang terdapat banyak di udara. Umumnya keadaan lingkungan yang kurang baik, lembab ini juga dapat mempengaruhi terdapatnya jamur Aspergillus sp serta jamur kontaminasi lainnya yang bisa terbawa sporanya oleh udara kemudian menempel pada kuku. Infeksi yang terjadi juga bervariasi ada sampel yang terinfeksi oleh satu jamur, ada pula yang terinfeksi oleh dua spesies jamur.

Simpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis ditemukan adanya jamur

dermatofita Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum.

Ucapan Terima Kasih

Sumber dana penelitian ini menggunakan

dana hibah dari LPPM STIKes

Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih

sebanyak-banyaknya kepada Ketua

STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah

Ciamis.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, M., Muhidin, S.A dan Somantri, A. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia

Amirsyam Nasution M. (2008). Mikologi dan Mikrologi Kedokteran Beberapa Pandangan Dermatologis. Medan : USU e-Repository

Gandjar, Indrawati. (2006). Mikologi : Dasar dan Terapan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Gandjar, Indrawati. (2014). Mikologi: DasardanTerapanedisirevisi, Jakarta :YayasanObor Indonesia.

Natadisastra, Dajaenudin., Agoes, Ridad. (2009). Parasitologi Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh yang

Diserang. Jakarta : EGC

Siregar, R.S. (2004). Penyakit Jamur Kulit, Edisi 2, Jakarta : EGC.

Sutanto, dkk. (2008) Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Balai FKUI.

Zulkoni, Akhsin. (2010). Parasitologi. Yogyakarta: Muha Medika

Gambar

Tabel 1 Hasil pengamatan langsung
Gambar 3 Hasil  Pengamatan  Jamur Aspergillu  Setelah Pembiakan Pada  Media SDA

Referensi

Dokumen terkait

Kemandirian Usaha Pembudidaya Ikan dalam Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) di Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis.. DiSimbing

Kegitan praktek lapang dilaksanakan d i Desa Hegarmanah; Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis-Jawa Barat... KERANGKA PEMIKIRAN

Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur adalah sebuah desa yang terdiri dari sejak tahun 1927 penduduknya merupakan pindahan atau pendatang

Kekayaan sumber hayati ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Gunung Peramas yang terletak di Desa Pangkalan Buton Kecamatan Sukadana

Hasil penelitian dengan sampel yang sama tetapi objek berbeda dapat diketahui bahwa jamur dapat menginfeksi kuku kaki yang pekerjaannya berbeda seperti petani, tukang cuci dan

Sampel SJ 1 merupakan tipe bentuk klinis interdigitalis dengan karakter kulit sela- sela jari kaki mengelupas hingga telapak kaki dan kuku yang sedikit menebal sesuai dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui Pemberdayaan Masyarakat Kampung Angklung oleh Pemerintah Desa Panyingkiran Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis penulis telah melakukan kegiatan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA WERASARI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS FEASIBILITY