• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ludi Hartono. 1) MA Wanadadi Banjarnegara ABSTRAK. Kata kunci: Pemahaman konsep IPA, pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ludi Hartono. 1) MA Wanadadi Banjarnegara ABSTRAK. Kata kunci: Pemahaman konsep IPA, pembelajaran kooperatif tipe TSTS."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPA

MATERI BUNYI PADA SISWA KELAS VIII

MTs COKROAMINOTO WANADADI

Ludi Hartono

1) MA Wanadadi Banjarnegara

Ludyhartono21@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif TSTS pada kelas VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi.Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan digunakan untuk proses belajar mengajar dan 1 kali pertemuan digunakan sebagai tes akhir. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu plan (perencanaan), act (pelaksanaan tindakan), observe (pengamatan), dan reflect(refleksi). Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs. Cokroaminoto Wanadadi yang berjumlah 24 peserta didik yang terdiri dari 12 putra da 12 putri. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), tes pemahaman konsep siklus I, tes pemahaman konsep siklus II, tes pemahaman konsep siklus III, catatan lapangan, serta wawancara dengan siswa dan guru.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas VIIIA MTs Cokroaminoto Wanadadi. Penerapan pembelajaran ini disesuaikan dengan ciri-ciri pembelajaran TSTS yang memuat elemen-elemen berikut: (1) Saling ketergantungan positif, (2) Interaksi tatap muka, (3) Akuntabilitas individual, dan (4) Keterampilan menjalin. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase rata-rata pemahaman konsep siswa dari siklus I sebesar 47,44% kategori sedang, siklus II menjadi sebesar 62,50% kategori sedang, dan pada siklus III sebesar 84,42% berdasarkan pedoman kualifikasi termasuk dalam kategori tinggi.

Kata kunci: Pemahaman konsep IPA, pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Pendidikan

bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Pendidikan

merupakan suatu hal yang sangat penting

dan tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan seseorang baik dalam keluarga maupun masyarakat. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dan belajar dalam suatu lembaga pendidikan.

Mengingat kebutuhan tersebut maka

seorang guru harus menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan anak supaya tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di berbagai tingkat pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali teknologi yang

dikembangkan dengan berawal dari

(2)

IPA bermanfaat dalam kehidupan sehari hari mulai dari iptek sampai pada seni. Salah satu contoh sederhana pemanfaatan IPA adalah pemanfaatan konsep bunyi dalam bermusik. Melalui konsep IPA yang dipadukan dengan seni dapat tercipta alunan musik yang indah.

Banyak peserta didik yang merasa tidak menyukai pembelajaran IPA karena mereka beranggapan bahwa pembelajaran IPA itu sulit, menakutkan dan tidak bermanfaat dalam kehidupan.Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa peserta didik kelas VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi, hampir sebagian peserta didik mengaku bahwa mereka sering kali masih mengalami kesulitan untuk memahami pokok bahasan IPA yang telah dijelaskan oleh guru. Sebagian besar peserta didik hanya menghafal rumus tanpa mengetahui asal-usul ditemukannya rumus tersebut. Terlebih lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit variasi yang membutuhkan penalaran lebih. Hanya beberapa peserta didik yang mampu menjawab dengan benar.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan Yuliantini selaku guru IPA kelas

VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi

menunjukan realitas nilai peserta didik kelas VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi masih jelek, beberapa tahun terakhir menunjukan nilai yang masih kurang.

Disebabkan faktor-faktor yang

kurang mendukung dalam proses

pembelajaran, yaitu: 1). Faktor yang dihadapi peserta didik: Peserta didik masih belum aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditandai dengan kurang beraninya peserta didik dalam menyatakan dan menanggapi pendapat, atau bahkan ketika bertanya tentang materi yang belum dipahami.Daya imajinasi peserta didik masih kurang, terbukti dari kurangnya alternatif yang dimiliki peserta didik dalam menjawab soal yang bervariasi; serta peserta didik masih mengandalkan

kemampuan teman sekelas. Dapat

dikatakan demikian karena ketika diskusi

berlangsung, mereka kurang dapat

mempertahankan pendapatnya sendiri

karena masih tergantung pada peserta didik yang pintar, jika peserta didik yang

dianggap pintar di kelasnya sudah

mengeluarkan pendapat, maka peserta didik yang lain menganggap bahwa pendapatnya lah yang benar walaupun sebenarnya kebenaran itu belum terbukti. Hal tersebut terjadi karena pemahaman konsep peserta didik masih kurang. 2) Faktor yang dihadapi guru yaitu guru belum menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan modern, tetapi hanya

menggunakan metode pembelajaran

konvensional (metode ceramah) sehingga keaktifan peserta didik belum maksimal dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa uraian di atas, perlu diupayakan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar sehingga

diharapkan mampu meningkatkan

pemahaman konsep peserta didik.

Permasalahan yang terjadi pada peserta didik kelas VIII menunjukkan bahwa

peserta didik belum mampu untuk

menyajikan konsep dari berbagai bentuk

representasi matematis serta

mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep IPA pada peserta didik kelas VIIIMTs Cokroaminoto Wanadadi masih rendah.

Untuk mewujudkan pemahaman

konsepIPA, dapat dilakukan dengan

pembelajaran yang aktif dan kreatif yang

dikenal sebagaiactive learning.Active

learning pada dasarnya merupakan salah

satu bentuk atau jenis dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa sistem pembelajaran menempatkan peserta didik

(3)

sebagai subjek didik yang aktif dan telah memiliki kesiapan untuk belajar.

Dalam pandangan psikologi modern belajar bukanlah sekedar menghafalkan sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap

peristiwa pembelajaran menuntut

keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui asimilasi dan akomodasi

kognitif untuk mengembangkan

pengetahuan, tindakan serta pengalaman

langsung dalam rangka membentuk

keterampilan (kognitif, motorik, dan

sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Tingkatan di atas dapat dijadikan bahan

pertimbangan dan alasan untuk

menerapkan strategi pembelajaran active

learning dalam pembelajaran di kelas.

Peserta didik perlu membaca, menulis, berdiskusi bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini menggunakan teknik active learning di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar peserta didik.

Salah satuactive learning yang sangat populer sekarang adalahcooperative

learning, salah satunya dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TSTS). Pembelajaran

kooperatif TSTSadalah teknik

pembelajaran kooperatif yang dapat

mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada peserta didik, yaitu teknik belajar mengajar dua tinggal dua tamu. Teknik belajar mengajar TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan. Struktur TSTS memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Model pembelajaran kooperatif TSTS adalah dua orang peserta didik tinggal di kelompok dan dua orang peserta didik bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada

tamu tentang hasil kelompoknya,

sedangkan yang bertamu bertugas

mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

Berdasarkan analisis situasi

pembelajaran IPA di kelas VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi, peneliti dalam

rangka memecahkan masalah yang

ditemukan, maka dipandang perlu

diadakan penelitian tindakan kelas dengan

menerapkan model pembelajaran

kooperatiftipeTSTS untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada peserta didik kelas VIII MTs Cokroaminoto Wanadadi.

Diharapkanmelaluipembelajaran

kooperatif TSTS, peserta didik dapat merespon pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan kemampuan pemahaman konsep pada peserta didik juga meningkat. Adapun materi yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah materi bunyi,pengertian bunyi, nada, resonansi, dan pemantulan gelombang bunyi.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat penelitian ini adalah MTs

Cokroaminoto Wanadadi

yangberalamatkan di Jalan Raya Timur KM 01 Wanadadi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah.

Adapun waktu penelitian dalam penelitian ini mulai dari survei dan penjajakan, penyusunan proposal peijinan hingga pembuatan laporan penelitian dimulai dari bulan April 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK).

Rancangan penelitian dalam

penelitian ini disusun sesuai dengan variabel-variabel yang terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam penelitian ini merupakan cerminan dari data-data yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap sample penelitian dilakukan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

(4)

mengguna-kan, analisis data dilakukan sejak data diperoleh dari hasil observasi oleh peneliti. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk setiap siklus. Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Data yang akan dianalisis adalah data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, berupa data hasil observasi pembelajaran, data hasil tes pemahaman konsep pada masing-masing siklus, data wawancara, dan hasil catatan lapangan.

Analisis hasil tes akhir digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik setelah pembelajaran dilaksanakan. Data hasil tes

pada akhir siklus akan dianalisis

berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh peneliti. Pedoman penilaian hasil tes pemahaman konsep peserta didik didasarkan pada indikator-indikator yang telah disesuaikan dengan materi. Adapun indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut.

(1)Kemampuan menafsirkan (Interpreting)

(2)Kemampuan mengklasifikasikan

(Classifying) dan memberikan contoh (Exemplifying)

(3)Kemampuanmenarik inferensi

(Inferring)

(4)Kemampuan membandingkan

(Comparing)

(5)Kemampuan menjelaskan (Explaining) Indikator yang menunjukkan bahwa

pemahaman konsep peserta didik

meningkat adalah dengan cara

membandingkan hasil tes pada tiap-tiap siklus. Data yang terkumpul dianalisis dengan langkah berikut ini.

Menghitung rata-rata pencapaian

peserta didik pada tiap indikator

pemahaman konsep yang telah ditetapkan dengan rumus sebagai berikut.

A =jumlahskorpencapaianperindikator jumlahsiswa

Menghitung persentase pencapaian

seluruh peserta didik untuk setiap

indikator pemahaman konsep dengan rumus sebagai berikut.

B = A

skormaksimalperindikator100%

Menghitung rata-rata persentase

pemahaman konsep peserta didik dengan rumus sebagai berikut.

C =jumlahpersentasepencapaianperindikator jumlahindikator

Peneliti menentukan kategori

persentase rata-rata nilai tiap indikator pemahaman konsep IPA yang diperoleh

peserta didik. Pemberian kategori

dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Berikut kualifikasi hasil persentase skor indikator pemahaman konsep IPA peserta didik.

Tabel 1Pedoman Kualifikasi Hasil Tes

Nilai rata-rata tes Kategori 66,68% ≤ x ≤ 100% Tinggi 33,34% ≤ x < 66,68% Sedang

0% ≤ x < 33,34% Rendah

Analisis data tes pemahaman konsep ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep IPA peserta didik. Nilai tes siklus I dibandingkan dengan nilai tes siklus II dan III. Dengan demikian

dapat diketahui apakah pemahaman

konsep IPA peserta didik mengalami peningkatan, tetap, atau penurunan.

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan: (1) Metode

TesTes bertujuan untuk mengukur

kemampuan peserta didik sesudah proses pembelajaran IPA dilakukan pada siklus I, II dan siklus III dengan menggunakan metode pembelajaran TSTS, (2) Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan tertutup. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuis dan tes akhir. Instrumen yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

(5)

(2) Pedoman Wawancara (3) Test

Pemahaman Konsep (4) Catatan

Lapangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam melakukan pengukuran

terhadap tingkat pemahaman konsep IPA peserta didik maka diberikan tes siklus I. Berikut disajikan tabel hasil analisis tes pemahaman konsep pada siklus I

Tabel 2 Hasil Analisis Tes Siklus I N N o Indikator Pemahaman Konsep Jumlah Skor Peserta didik Ju ml ah Sk or Ide al Keterca paian Kateg ori 1 . Menafsirkan (Interpreting) 172 24 0 71,7% Tinggi 2 . Mengklasifikasi kan (Classifying) danMemberikan contoh(Exempli fying) 81 24 0 33,8% Renda h 3 . Menarik inferensi (Inferring) 124 24 0 51,7% Sedan g 4 . Membandingka n(Comparing) 88 24 0 36,7% Renda h 5 . Menjelaskan (Explaining) 104 24 0 43,3% Sedan g

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihatbahwapersentase aspek

membandingkan

(Comparing),mengklasifikasikan(Classifyi

ng) dan memberikan contoh

(Exemplifying) berada pada kategori rendah, aspek menarik inferensi (Inferring) dan menjelaskan (Explaining) berada pada kategori sedang, serta aspek menafsirkan (Interpreting) berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan perhitunggan diperoleh

bahwa rata-rata pemahaman konsep IPA

peserta didik kelas VIII A MTs

Cokroaminoto Wanadadi adalah47,44% yang berada pada kategori sedang.

Respon peserta didik terhadap

pembelajaran belum maksimal. Peserta didik belum antusias dengan model

pembelajaran yang diterapkan.

Berdasarkan analisis pedoman observasi pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada siklus I belum berhasil dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan

persentase pelaksanaan pembelajaran

menunjukkan angka60,00% pada

pertemuan pertama serta 64,00% pada pertemuan kedua. Terdapat permasalahan

yang timbul selama pembelajaran.

Permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :

(1).Ada anggota kelompok yang

menggunakan kesempatan diskusi untuk bercanda dengan teman sebangku. Ada juga yang mengganggu anggota kelompok lain saat berdiskusi.

(2).Alokasi waktu untuk tahapan-tahapan dalam pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe TSTS masih kurang cermat sehingga tidak semua kegiatan dalam LKS dapat dipresentasikan oleh peserta didik.

(3).Pada saat peserta didik mengerjakan tes akhir siklus I, beberapa peserta didik terlihat mencontek pekerjaan temannya.

Untuk mengatasi beberapa

permasalahan yang muncul pada siklus I, direkomendasikan pada siklus II untuk dilakukan perlakuan yang berbeda agar pemahaman konsep IPA peserta didik dapat meningkat. Beberapa rekomendasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1).Untuk mengatasi permasalahan pada

poin 1, pada siklus II dilakukan

pemindahan tempat duduk antar

kelompok. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak lagi bercanda atau mengganggu teman dari kelompok lain

dan lebih fokus dalam mengikuti

pembelajaran. Selain itu, guru bersikap lebih tegas terhadap peserta didik dengan cara memberikan teguran terhadap peserta didik yang masih bercanda dan tidak fokus dalam pembelajaran.

(2).Untuk mengatasi permasalahan pada poin 2, pada RPP siklus II alokasi waktu pada tiap tahap lebih dirinci dan dialokasikan secara cermat lagi, sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

(6)

(3).Untuk mengatasi permasalahan pada poin 3, pada siklus II guru memberikan teguran dengan memindahkan tempat duduk peserta didik yang mencontek ke meja yang paling depan.

Tabel 3Hasil Analisis Tes Siklus II

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa persentase aspek menarik

inferensi (inferring) membandingkan

(comparing) menjelaskan (explaining)

berada pada kategori sedang. berada pada

kategori rendah. Sedangkan aspek

menafsirkan(interpreting),mengklasifikasi kan (classifying) dan memberikan contoh (exemplifying berada pada kategori tinggi. Perhitunggan diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep IPA peserta didik kelas VIIIA MTs Cokroaminoto Wanadadi adalah 62,50% yang berada pada kategori sedang.

Berdasarkan perhitunggan diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep IPA

peserta didik kelas VIIIA MTs

Cokroaminoto Wanadadi adalah 62,50% yang berada pada kategori sedang.

Respon peserta didik terhadap

pembelajaran juga baik sekali. Peserta didik sangat antusias dengan model

pembelajaran yang diterapkan.

Berdasarkan analisis pedoman observasi

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan prosedur akan tetapi proses pembelajaran belum maksimal. Hal ini ditunjukkan

dengan persentase pelaksanaan

pembelajaran menunjukkan angka 88,00% pada pertemuan pertama serta 92,00%

pada pertemuan kedua (Tampilan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.4). Walaupun demikian, masih terdapat

permasalahan yang timbul selama

pembelajaran. Permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut : (1) Keaktifan peserta didik yang menurun, karena guru lebih berkonsenterasi pada alokasi waktu penelitian

(2) Hasil belajar peserta didik masih di bawah standar nilai yang ditentuka peneliti.

Untuk mengatasi beberapa

permasalahan yang muncul pada siklus II, direkomendasikan pada siklus III untuk dilakukan perlakuan yang berbeda, yaitu : (1) Untuk mengatasi permasalahan pada poin 1, peneliti ikut membantu proses

pembelajaran dalam mengkondisikan

siswa agar selalu aktif dalam

pembelajaran.

(2) Untuk mengatasi permasalahan pada poin 2, peneliti memperbanyak latihan soal.

Tabel 4Hasil Analisis Tes Siklus III

N o Indikator Pemahaman Konsep Jumlah Skor Peserta didik Jum lah Sko r Idea l Keterc apaian Katego ri 1 . Menafsirkan (Interpreting) 216 240 90% Tinggi 2 . Mengklasifik asikan (Classifying) dan Memberikan contoh (Exemplifyin g) 214 240 89,2% Tinggi 3 . Menarik inferensi (Inferring) 213 240 88,8% Tinggi 4 . Membanding kan (Comparing) 222 240 92,5% Tinggi 5 Menjelaskan 196 240 81,7% Tinggi N o Indikator Pemahaman Konsep Jumla h Skor Pesert a didik Jumla h Skor Ideal Keter capai an Ka teg ori 1 . Menafsirkan (Interpreting) 177 240 73,8 % Tin ggi 2 . Mengklasifik asikan (Classifying) dan Memberikan contoh (Exemplifyin g) 180 240 75% Tin ggi 3 . Menarik inferensi (Inferring) 150 240 62,5 % Sed ang 4 . Membanding kan (Comparing) 93 240 38,8 % Sed ang 5 . Menjelaskan (Explaining) 150 240 62,5 % Sed ang

(7)

N o Indikator Pemahaman Konsep Jumlah Skor Peserta didik Jum lah Sko r Idea l Keterc apaian Katego ri . (Explaining)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase semua aspek yang diamati berada pada kategoti tinggi. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep IPA peserta didik kelas VIIIA MTs Cokroaminoto Wanadadi pada siklus III adalah 88,42% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsep IPA dari siklus I, siklus II menuju siklus III mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis pedoman

observasi pembelajaran dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran sudah berhasil

dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan

persentase pelaksanaan pembelajaran

menunjukkan angka 100% pada pertemuan pertama serta 100% pada pertemuan kedua angka tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe TSTS sudah terlaksana dengan baik dan berada pada kategoti tinggi.

Pemahaman Konsep IPA Peserta didik

Berdasarkan analisis hasil tes peserta didik pada siklus I,II dan III, pemahaman konsep IPA peserta didik

kelas VIIIA MTS Cokroaminoto

Wanadadi mengalami peningkatan.

Adapun peningkatan digambarkan dalam Tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Perbandingan Tiap Siklus

N o Indikator Pemahaman Konsep Ketercapa ian pada Siklus I Ketercapai an pada Siklus II Ketercapa ian pada Siklus III 1 Menafsirkan (Interpreting) 71,1% 73,8% 90% 2 Mengklasifikas ikan (Classifying) dan Memberikan contoh (Exemplifying) 33,8% 75% 89,2% 3 Menarik inferensi (Inferring) 51,7% 62,5% 88,8% 4 Membandingk an (Comparing) 36,7% 38,8% 92,5% 5 Menjelaskan (Explaining) 43,3% 62,5% 81,7% Rata-rata Prentase Peserta Didik 47,44% 62,50% 88,42%

Tabel5 di atas merupakan

perbandingan tes pemahaman konsep siklus I, siklus II dan siklus III. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata

persentase peserta didik mengalami

peningkatan ketercapaian. Rata-rata

Presentase pada siklus I adalah 47,44%, pada siklus II adalah 62,50% dan pada siklus III adalah 88,42%. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep IPA peserta didik kelas VIIIA MTs Cokroaminoto Wanadadi pada siklus I berada pada kategori sedang, pada siklus II pada kategori sedang, dan pada siklus III yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsep IPA dari siklus I, siklus II menuju siklus III mengalami peningkatan.

Sedangkan hasil nilai peserta didik pada tes siklus I ,siklus II dan siklus III ditampilkan dalam bentuk grafik berikut ini.

Diagram diatas menunjukan

perbandingan nilai dari siklus I, II dan siklus III dengan jumlah 24 peserta didik. Warna menunjukkan nilai pada siklus I, warna merah menunjukkan nilai pada

siklus II, sedangkan warna hijau

menunjukkan nilai pada siklus III. Berdasarkan diagram tersebut, nilai dari

(8)

peserta didik pada siklus I dan II belum mencapai ketercapaian dalam pemahaman konsep IPA (masih di bawah kompetensi), dan pada siklus III nilai dari peserta didik sudah mencapai ketercapaian kompetensi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketercapaian nilai dari siklus I menuju siklu II dan siklus III mengalami peningkatan yang signifikan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA dalam setting

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA materi bunyi pada

peserta didik kelas VIII A MTs

Cokroaminoto Wanadadi

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai

pihak berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran IPA dalam setting

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) sebagai upaya

meningkatkan pemahaman konsep IPA materi bunyi pada peserta didik kelas VIII A MTs Cokroaminoto Wanadadi, yaitu: (1) Pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray (TSTS) adalah model

pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA peserta didik. Diharapkan kepada pihak sekolah agar model pembelajaran ini dapat menjadi

alternatif model pembelajaran yang

digunakan di MTs Cokroaminoto

Wanadadi dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan model pembelajaran

yang lain.Dalam pembelajaran ini,

hendaknya guru lebih intens mendampingi dan membimbing peserta didik dalam belajar kelompok. Manajemen waktu juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan

pembelajaran IPA dalam setting

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)). Karena dalam pembelajaran ini terdapat tujuh langkah penting yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya. Sehingga, alokasi dan disiplin waktu sangat menentukan kelancaran proses pembelajaran.

(2) Bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian serupa, tahap

persiapan sangat diperlukan sebelum melakukan penelitian. Komunikasi yang baik dengan berbagi pihak yang berkaitan, akan meminimalisir kendala teknis yang mungkin terjadi di lapangan. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pembelajaran IPA dalam setting pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai upaya untuk meningkatkan aspek-aspek lain dan juga mengaplikasikannya pada materi pembelajaran yang berbeda atau pada mata pelajaran selain IPA.

DAFTAR PUSTAKA

A,Lie. 2002. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo

Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Dengan

Menggunakan Metode “Discovery” dan

Inquiry”. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Karim, Saeful, dkk. 2008. Belajar IPA:

Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 Untuk Kelas VIII/SMP/MTs. Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Kunto, Ari Suharsimi. 2009. Penelitian

Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara,

Margono, S. Metodelagi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2007.

P, Rinie. Pratiwi, dkk. 2008. Contextual

Teaching and Learning Ilmu

Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas

VIII.Jakarta: Pusat Perbukuan,

(9)

Sugiyanto, 2009. Model-Model Pembelajaran

Gambar

Tabel 2 Hasil Analisis Tes Siklus I
Tabel 3 Hasil Analisis Tes Siklus II
Diagram  diatas  menunjukan  perbandingan  nilai  dari  siklus  I,  II  dan  siklus  III  dengan  jumlah  24  peserta  didik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji statistik t, diperoleh hasil temuan bahwa variabel audit tenure memiliki pengaruh negatif pada asimetri informasi, sementara keberadaan komite audit terbukti

pada saat Pembuktian Kualifikasi penyedia Jasa harus membawa seluruh Dokumen Asli sesuai yang di Upload / diunggah beserta 1 ( satu ) rekaman Termasuk dokumen Kontrak /

Setelah selesai menelaah naskah tersebut dan memutuskan pendapat yang benar tentangnya, saya dikejutkan dengan dikirimnya contoh naskah buku ini yang akan diterbitkan

Berbeda dengan ras, disini rasisme merupakan perilaku oleh sekelompok ras tertentu yang menganggap kelompok mereka lebih superior dari pada ras yang lain, hubungannya

pada saat Pembuktian Kualifikasi penyedia Jasa harus membawa seluruh Dokumen Asli sesuai yang di Upload / diunggah beserta 1 ( satu ) rekaman Termasuk dokumen Kontrak /

Pada sistem ini admin dapat menyimpan data dari dokumen yang telah diisi oleh pengambil dari departemen lain untuk diproses kedalam system baru yang lebih praktis tanpa

[r]

Walaupun intervensi yang dilakukan tidak memberikan hasil yang signifikan (p&gt;0,05) tetapi dari nilai p1 dan p2 mengalami penurunan, jadi dapat dikatakan bahwa asupan lemak