The Effect of
Carrier
Systems of Phoma Sp.On Biological Control of Giant Foxtail (Setaria faberi Hermm)Srrtini.
lsolasi dan
Identifikasi
Jenis-jenis Kapang yang\I
engkontaminasi Jamu Serbuk Kemasan Kertas di Pasar Tradisional Kota MedanRismarr'ati. Kiki Nurtjahja dan Sartini
-{nalisis
}Iodel
Perilaku Ekonomi Rumah Tangga\
elavan TradisionilE :rdan g Sari Simanuliang...
Inr entarisasi dan
Identifikasi
Jenis -jenis Ubi Kayu l-ll aniltot esculenta, Crantz) Konsumsi padaDataran Rendah di Sumut
E .H arstr K ardhinata.
Etnobotani Oukup, Ramuan Tradisional Suku Karo
U ntuk Kesehatan Pasca M elahirkan
.l anrilah \asution dan Radiansyah Hadi Chandra...
Obserr-asi Hubungan Antara Umur Dengan Diameter Bonggol, Jumlah Daun dan Tinggi
Bibit
Kelapa SawitR ir lnto
Kisaran Inang Nematoda Sist* Kentrng (Globodera Spp.) di tndonesia
Lisnan ita ...
\plikasi
Berbagai Jenis Bungi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit R hizophora stylosaY unasfi
Variasi Genetik Patogen Penyakit Blas
Zulheri N oer ... t-7 t5-2t 22-33 34-41 42-49 50-57 58-66 67-71
ISSN
:
2085
-
1995
: "I I t'i t i t,o
Jurnal Pertanian
&
Biologi
8-14
AGROBIL)
Jurnal Pertanian & Biologi
Volume
2Nomor
1Medan
Mei
2010Hal
1-71
2A85-1995ISSNAgr<itrio/\'oltrrtrc 2i Notttor
l/
N{ei 2010ISSN:2085-1995
DAFTAR
ISIThe
Effect of
Carrier
Systems of Phoma Sp.OnBiological
Control
ofGiant Foxtail
(SetariafaDeriHermm)
Sartini
Isolasi dan
Identifitrasi
Jenis-jenis Kapang yangMengkontaminasi Jamu Serbuk
KemasanKertas
di
PasarTradisional Kota
Medan
Rismawati, Kiki Nurtjahja dan Sartini
Analisis Model
Perilaku
Ekonomi
Rumah Tangga NelayanTradisionil
Endang Sari Simanullang...
fnventarisasi
danIdentifikasi
Jenis -jenisUbi Kayu (Manihot
esculenla,
Crantz) Konsumsi
padaDataran
Rendahdi
Sumut
Etnobotani
Oukup,Ramuan Tradisional
SukuKaro
Untuk
Kesehatan PascaMelahirkan
Jamilah Nasution dan Radiansyah Hadi Chandra...
Observasi
Hubungan
Antara Umur
DenganDiameter
Bonggol,Jumlah Daun
danTinggi Bibit
Kelapa Sawit
Riyanto 4249
Kisaran Inang
Nematoda SistaKentang
(Glohoderu Spp.)di
IndonesiaLisnawita 50-57
Variasi
Genetik
PatogenPenyakit
BlasZulheri Noer.. 67-71
Pedoman Penulisan
JURNAL PERTANIAN & BIOLOGI
*
UNIVERSITAS MEDAN AR[:dtHalaman t-7 8-14 t5-21 22-33 3441
-Aplikasi
Berbagai JenisFungi
Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan
Bibit
Rhizophora stltlosaAGROBIO
JURNAL PERTANIAN DAN BIOLOGI
Penanggungjawab Dekan Fakultas Biologi UMA
(E. Harso Kardhinata) Dekan Fakultas Pertanian UMA
(RafioiTantawi) Ketua Redaksi Retna Astuti Kuswardani
Dewan Redaksi Sartini Khairul Saleh Riyanto Gustami Harahap Redaksi Pelaksana Kiki Nurtjahja Aarana Siti Mardiana Syahbuddin Hasib0an Ellen L Panggabean Ade Friady Tata Usaha Maimunah Asmah lndrawati Pardamean Hasibuan lsna Zubaidah Rahmasari Siregar AGROBIO
Jurnal Pertanian dan Biologi Diterbitkan oleh :
Fakultas Pertanian dan Fakultas Biologi Universitas Medan Area
Terbit 2 kali setahun (Mei dan Nopember)
Alamat Penyunting dan Tata Usaha :
Fakultas Pertanian/Fakultas Biologi Universitas Medan Area Jl. Kolam No.1 Telp. (061)7366878 Medan 20223
I
iritrritt,' i r,ii:tr,, i '",litr,ri j., \1]:)i iriilirl l(iiil,! l$Sl'i jG85 - 1995
VARIASI GENETIK
PATOGE,NPI,NYAKIT
BLAS
Zulheri Noer
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area
ABSTRACT
Pyriculuria oryzae is loown forming new race easily, a lot oJ' kinds of rice decrease its resistance toward blas disease. Race hstability is so high in Pyricularia oryzae race. The
genetic changing in pathogen is caused by mutation, recombination, moternal selection, migration, genetic drrfi, gen flow, heterokariosis, parasexual. The use oJ DNA mark is a practice wry in analyzing the variety of pathogen genetic. Its succeed is not aflected by environment factor becouse it works directly to the DNA level. This kind of test can be used to analyze more sample and can be implemented in the short time.
Keyrrords : new race, genetic variety, DNA mark
PENDAIIULUAI\I
Kardin,l99l).
Menurut Semangun (1993),Penyakit blas merupakan salatr
satu
gejala k*ras pada malai adalah terjadinya p€nyakit yang banyak menyerangtanaman
busuk padaujmg
tangkaimdai,
yangpadL
penyakit
ini
disebabkanoleh
dikenal dengan nama busuk leher atau neckcendawan
Pyricularia
orpae
Cav.
out,
tangkai malai yang busuk mudah (synonim Pyricularia grisea) termasukke
menjadi patah.dalam
pyhllum
Deuteromycotina,klas
Pengendalian dengan penggunaan Deuteromycetes, ordo Moniliales danfamili
varietas tatrantelatr
dijadikan sebagai Moniliaceae(Agnos, 1988).
Stadium
komponen
utama dalam
konsep sempurna cendawanini
menyenryai
pengendalianterpadu
karena
lebih Magmporthegrisea (Holiday,
1980),
ekonomis dan akrab dengan lingkungan,sehingga banyak ahli beranggapan
bahwa
akan tetapi metodaini
kurang memadaiM.
grisea adalatr stadium sempurnadari
unfirk patogen yang instabilitasnya tinggr Pyriculariaoryzae.
seperti Pyricularia oryzae. Leunget
al. Penyakit blas dapatmemperlihatkan
(1993) menyatakan batrwa tidak efektiftya gejala pada daun, ruas batang, lehermalai,
penggunaan varietastahan
disebabkan cabang malai dan kulit gabatl Bercakpada
kurangnya keragaman genetik yang diuji pelepah daun jarang ditemukan padadaun
dalaur merakit varietas tersebut.yang terseftmg terdapatnya bercak yang
berbentuk elips dengan dua ujungnya
yang
Tujuan penulisanagak
runcing.
Bercak
yang
telah
Tulisan
ini
dimaksudkan untukberkembang,
bagian tepinya
berwarna
memberikan informasiyang
berkaitancoklat dan bagian tengah berwarna
putih
dengan keragaman genetikP.
oryzae keabu-abuan. Bercak pada daunvarietas
sebagai upaya perbaikan varietas tanaman yang peka tidak membentuk tepi yangjelas,
padi yang tahan terhadap penyakit blas .dan dikelilingi oleh warna kuning pucat.
Pada varietas yang tahan
memperlihatkan
TINJAUAI\I PUSTAKAbercak tidak berkembang dan tetap
seperti
Keragaman Genetik$riculoria
oryzaetitik
kecil sedangkan pada varietasyang
P.
or)rzae diketahui
mudatl beraksi sedang menunjukkanterjadinya
membenhrk ras barrr, banyak jenis-jenisperkembangan bercak berb€ntuk elip
atau
padi
menurun ketahanannya terhadapbulat dengan tepi berwarna coklat.
Infeksi
penyakit blas. Instabilitas ras adalah sangatpada
buku
batang
(node
blast)
tinggi pada ras tunggal, isolat monokonidiamenyebabkan
bercak
hitam dan
dari ras hrnggal dapat menghasilkan ras-melgakibatkanbatang menjadi
patah,
ras baru, selainitu
diketatrui 3uga bahwa sgdaogkan infeksi pada malaimenyebabkan
masing-masing spora yang UerasA dariblas
leher
yang
dapat
menimbulkan
isolat
yang
sama dapatmemiliki
raskehanrpaan pada
bulir
padi
(Amir
dan
patogenik yang berbeda (Ou, 1985). Iwano,JURNAL PERTANIAN & BIOLOGI- UNIVERSTTAS MEDAN
AREA
670
l,xt'r.,1;,i,,,ti ,,illit,, i '',r,i,,, it .r', ..,.;ilr iiii-iri :i{ ,r,1.
Lee dan Kong
(i990)
menyatkan bahwa isolat-isolatdari
lesio yang sama dapatmemperlihatkan perubahan reaksinya pada kultivar diferensial
dari
tahunke
tahun. Quamaruzaman dan Ou (1978) menyatakanselarna
21
bulan
pengamatan pada P.oryzoe
ditemukan keragaman jumlah, komposisi dan liekuensi ras diarrtara bulan-bulan pengamatan.Pada
tahun
1975,
IRRI
sudah melaporkan terdapatnya 260 ras fisologi P. oryzae. Dari pengujian 262 varietas/ galurdi
lndonesia diperoleh45
varietas yangmemperlihatkan reaksi tahan terhadap ras dominan
P.
oryzae. Ras-ras dominantersebut
meliputi:
ras
no 6
(fR-lSukabumi), 15 (ID-14 Lampung),24
(lc-z,
Sukabumi),26
(lG-l
Bandung), 39 (IC-l5,Ujung
Pandang),60
(ID-15
SumateraBara$
dan Ras
no 66 (IG-l
Bogor) (Anggnani, Amir dan Sudiaty, 1993).Untuk mengetahui keragaman genetik
dari suatu populasi dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu pengujian isolat
pada varietas diferensial, narnun cara
ini
'memiliki
kelematranyaitu
keberhasilanpengujian
sangat
dipengaruhi
olehlingkungan dan jumlah sampel yang diuji sangat terbatas (Leung et al, 1993).
Penggunaan Marka DNA
Studi sidik
jari
DNA
(DNA fingerprinting) menggunakan marka DNA atau probe telatr memberikan inforrrasiyang jela.s tentang populasi dan keragaman
genetik suatu patogen. Marka DNA untuk
P.
oryzae diantaranya adalah PGR6I3,PGR46, PGR66 dan PGR106, marka ini diisolasi dari
P.
oryzae isolat dari klonfragmen
DNA
dari genomP.
oryzae dan dapat berhibridisasi spesifik dengan DNA P. oryae (Hammer, 1991).Khusus marka MGR 586 yang
akhir-akhir
ini
banyak
digunakan, dapatmendeteksi
profil
genom kira-kira 50-60 fragmen (yang dipotong dengan EcoRI)karena MGR586 dapat tersebar pada semua
khromosom
P.
orylzae dan akan terpisah sebagai lokus genetik (Hammer dan Givan,1990) dengan kata lain bahwa
MGR586-PSLP mampu mencirikan sejumlatr besar
multilokus
genetik
(Levy,
Correa-iSSf.J.;085-1995
Victoriam,
Zeigler, Shen,
Shajahn, Gunamanickam,Nelson,
Manry
danHammer,
1993).
Penelitian Borromeo,Nelson, Bonman
dan
Leung
(1993)penggunaan
marka
MGR586
dapat membedakan populasi P. oryzae pada padidan gulma, isolat yang menginfeksi padi
secara konsisten memperlihatkan pita
homolog yang lebih banyak dari pada isolat
P. oryzae dari gulma.
Kajian
penyebarangeografis
P. oryzae dapat dilakukan dengan metodasidik
jari
DNA,
secara umumP.
oryzaememiliki
geografis
yang
berbeda 'Lineages', patogen ditemukandi
USA berbeda dengan yang terdapat di Kolombia, Filipina dan tempat-ternpat lain (Borromeoet
al,
1993). Kehadiran clonal lineagesdiyakini
disebabkan
kemampuan seksual dari cendawan, walaupun cara-clrralain dari rekombinasi genetik dapat terjadi.
Bukti lain
menunjukkan batrwa migrasigeografis dari cendawan
P.
oryae
dapatterjadi, sebagai contoh; lineage SRL-6 yang
dominan di Kolombia juga banyak drjurnpar di dua propinsi di Cina (Zhu Shen, Yuan, Manry dan Hammer, 1993). Lineage
I
yang ditemukandi
India juga dideteksi rcrdapatdi
Bangladesh (Gunanmanickam, Sivaraj,L"ry, Rengnathan dan Harnmer, 1993).
Beberapa penelitian
denganmenggunakan sidik
jari
DNA pada isolatyang berasal dari gandum, gulma dan padi memperlihatkan bahwa isolat P. oryzae dari gandum adalah sama dengan isolat yang menginfeksi gulma, rulmun berbeda dengan
isolat yang berasal dari padi (Valent 1990). Studi yang dilakukan Borromeo et al (1993)
dengan
menggunakan
MGR586,menur$ukkan bahwa populasi
P.
oryzaepada padi berbeda dengan P.or7zae pada
gulma dengan ditandai dengan perbedaan jumlah pita DNA. Namun pada studi lain memperlihatkan bahwa adanya indikasi
terjadinya aliran gen (gen
flow)
diantaraisolat yang berbed4 sebagai bukti di Cina
pola DNA dari isolat gulma sama dengan isolat yang menginfeksi padi.
Dewasa
ini
teknik PCR
banyakdigunakan dalam kajian biologi molekuler,
pada dasarnya PCR merupakan suatu teknik r:ntuk perbanyakan
DNA
secara invitro.a
I
dl
.\grol;i,,.
",.,1ltitit i 1\,.it,,,i 2
\ir.,1rtr;ti,, i :J(it)i;
Dengan penggandaan basa nitrogen yang
dikandung DNA dan dipandu oleh primer
tertentu serta dibantu oleh dioksinukleotida
triphosphat (dNTPs), DNA polymerase dan komponen
bufler,
polymorfisme antarindividu
dapat diketahui secara cepat.Kehadiran
teknik PCR ini
dapatdimanfaatkan untuk identifikasi genotipe,
studi
populasi, analisis pedigree, studi kekerabatanserta
pemetaan genetik(Taylor, 1993).
Dengan prinsip dasar PCR, George er
al. (1998) telah melakukan penggunarm
rep-PCR untuk membedakan isolat-isolat P. oryzae yang menginfeksi padi dan non padi,
metoda
ini
dapat mengamplifikasi sekuen DNA secara random yang tenebar dalam suatu genom. MetodarepPCR
dengan menggunakan primer POT} sebagai markatelatr memberikan cara yang mudatr dan efesien untuk memantau dinamika populasi P. oryzae.
PEMBAHASAI\I
P.
oryzae
diketahui
memilikiinstabilitas ras yang tinggl dan berpotensi
dalam
menghasilkan banyakras
dan keragamanyang tinggr.
Kenyataanmenunjukkan terjadinya penrbatran genetik pada populasi
blas yang
berkembangdengan cepat pada varietas
di
lapangan.Perubalran genetik pada
P.
oryzae dapatdisebabkan mutasi, rekombinasi, seleksi
h*9,
migrasi, geneticdrift,
gen flow,(Leug et al., 1993), heterokariosis (Suzuki,
1965)
dan
paraseksual (Yamasaki dan Niizeki, 1965). Selainitu
aktifitas etemenloncat
(transposon
element)
danmengakibatkan
terjadinya
aberasi khromosommelalui
mekanisme delesi,inversi,
duplikasi
dan
translokasi (Rothstefur, Helms dan Rosenberg, 1987).Elemen loncat dapat berpindatr dari lokasi
genom
ke
lokasi
lain
dengan cara nansposisiatau
retroposisi. Pengaruh genetikdari
transposisidan
retroposisiadalah sangat besar terhadap perubatran
ukuran dan stnrktur genom
(Li
dan Graur, 1991). Chen (1993) menjelaskan bahwa mutasi merupakanfaktor yang
sangatpenting dalam
menghasilkan genetikmelalui peristiwa mutasi
titik,
delasi danissN
208s . 1995 insersi. Sedangkan Fatemidan
Nelson(1977)
menyatakanbahwa
perisitiwa heterokariosis dan paraseksual memiliki perananpenting dalam
menimbulkankeragaman genetik P. oryzae.
Melihat besarnya variasi genetik pada
P.
oryzae, tentunya pemantauan variasigenetik dan perubahan struktur populasi
patogen sangat diperlukan untuk progftrm
pemuliaan
atau
program pewilayahanvarietas
yang
tatran terhadap penyakit. Dengan mengetahui stnrktur populasi dari isolat-isolat patogen dalam dimensi ruangdan
wqktu,
sangat
memungkinkankeragaman patogen benar-benar dapat
terwakili dalam inokulasi dan proses seleksi pengujian varietas. Dengan demikian upaya
senuram
ini
dapat memberikan kontribusike
arah penciptaan varietas tatran danpewilayahan varietas (gen development)
sesuai dengan stnrktur populasi patogen yang ada. Mengingat perkembangan dan
dinamika populasi
P.
oryzae yang begitucepat,
pemantauan populasi denganpendekatan konvensional tidaklah culanp,
untuk itu perlu penerapan teknologi biologi
molekuler secara efektif.
Perkembangan
ilmu
biologi molekuler dengan menggunakan markerDNA
telah
memberikan keunggulankomperatif dibandingkan pengujian secara
konvensional. Penggunaan marker DNA
secara praktis dapat menganalisa variasi genetik dari populasi suatu patogen. Selain
keberhasilannya yang
tidak
dipengaruhi oleh fbktor lingkungan karena langsung pada ting[at DNA, pengujian dengan cmaini dapat menganalisa sarnpel dalam jumlah yang banyak dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif pendek
Mengingat
bahwa
P.
oryzoememperlihatkan perkembangan populasi
yang begttu cepat, uotuk itu pemarnfaatan teknologi molekuler diharapkan mampu
menjadi solusi pemetaan genetik penyakit
blas. Dewasa
ini
studi biologi molekulerbanyak dikembangkan dalam penelitian
penyakit tanaman, penggunaan marka DNA telah memberikan keunggulan komparatif dalam studi patogen. Penggunaan marka
DNA
secara praktis dapat menganalisiskeragaman genetik dari populasi patogeq
l'
I
.l,4,ii;i.i,\'oltti,it i..':.ririiol' !., "rr,i)r- r,ritrr 20i selain keberhasiiannya
tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena langsung pada tingkat DNA, pengujian cara ini jugadapat menganalisis lebih banyak sampel dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Penggunaan marka DNA
untuk studi
keragaman genetik dapat dikerjakandengan
teknik
RestrictionFragment Length Polimorphism (RFLP)
dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Studi yang dilakukan terhadap berbagai isolat
P.
oryzae
dari
Sumatera Utaramenunjukkan bahwa marka
DNA POT,
menghasilkan polimorfisme yang nyata. Keragaman genetik P. oryzae pada berbagai agroekosistem yang diamati adalatr relatiftinggi rlan sangat heterogen, isolat P. oryzae yang berasal
dari
Sumatera Utara, padi dataran tingg dan padi sawah menunjukkankeragam genetik yang tinggi.
Di
antara 30haplotipe yang didapatkan, haplotipe POT.
018
merupakan haplotipeyang
palingdominan
dan
masing-masing haplotipemanperlihatkan kecenderungan sfesifikasi
wilayah. Haplotipe
DNA
P-
oryzae dariinang
padi
sawah memperlihatkan pitaspesifik
yaitu
terdapatpita
ganda yangberjarak relatif sangat dekat pada posisi 1150
-
1250 bp (Noer, 2000).SIMPULAN DAI\I SARAN
Penyakit blas yang disebabkan oleh
P. oryzae Cav. merupakan penyakit penting
pada tanaman
padi.
Penanaman varietas tahm untuk mengendalikao penyakit ini seringkali
tidak
memuaskar4hal
inidisebabkan tinggrnya variasi genetik P.
oryzae. Penentuan variasi genetik dengan
cara
konvensionalseperti
penggunaan tanaman diferensial kurang memperlihatkanefektifitasnya
di
lapangan. Penggunaanmarka DNA merupakan cara yang praktis
dalam menganalisis keragaman genetik populasi patogen.
DATTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1988. Plant pathology. 3rd. Ed. Academic Press. lnc. New York
pp.803.
Amir,
M
dan
M.K.Kardin.
1991.Pengendalian Penyakit Jamur Dalam
Padi tsuku
l.
Badan Penehtian & PengembanganPertanian.
PusatPenelitian
dan
pengembangan tanaman pertanian. Bogor. p.825 -844.Anggiani, N., M. Amir dan Sudiaty. 1993.
Pencarian
Sumber
ResistensiTerhadap Blas Daun dan Leher. p.
140-145. Dalam. Risalah Kongres
Nasional
XII
dan Seminar llmiah.Perhimpunan Fitopatologi Indonesi4
Yogyakarta. 607 hal.
Borromeo,
E.S.
1990.
Molecular Characterizationof
Pyricularia oryzoe Cav. Population from Rice and other Host. PhD. Thesis of UPBL LosBanos, Philippines. pp. 122.
Chen,
D.
1993. Population Stnrcture of Pyriculoria grisea At Two Screening Sites and Quatitative Characterizationof
Major and Minor
ResistanceGenes.
A
Thesis
Doctor
of
Philosophy.University
of
The Philippines At Los Banos. pp 126.Fatemi,
J.
and Nelson. 1977. lntra-isolatheterokariosis in Pyricularia oryzae. Fytopathol ogy 67 :l 523 -l 525.
George, M.L.C., R.J. Nelson, R.S. Zeig)er
and
H.
Leung. 1998.
Rapid Population Analysis of Magnaporthegrisea
by
using
rep-PCR
andEndogenous
Repetitive
DNASequences. Phytopathology
88:233-239.
Gunnanmanickam, R, R. Sivaraj, M. Levy,
N. Rengnathan and J. Hammer. 1993. Genetic Organization
of
the
RiceBlast Fungus in India. Sixth Annual
Meeting of the International Program on Rice Biotechnology Chiang Mai,
Thailand. Abstracts. P232.
Hammer, R.J. and M,A. Ferari. 1989. Role
of Melanin in Appresorium Function. Exp. Mycol. I 3:403-41 8.
Holiday,
P.
1980. Fungus Diseaseof
Tropical
Crop.
Cambridge Univ.Press. Cambridge . pp.607 .
Iwano,
M.,
J.L.Lee,
C.Y. Lee and P.Kong.
1990.
Distribution
ofPathogenic Races and Changes in Virulence
of
Rice
Blast
Fungus, Pyricularia oryzae Cav.ln
Yunnan Propince, China. JARQ. 23: 241 -248.iSSl',l 1085 . 1u95
f
I
r,..r1t lrl( i r'li:t:!t- I t.r,,ltt, ,i z t,,i,a-! .;ililir
Kachroo. P." i-eong. S.A. ani-r B.ii. L.iiattou. 1994.
Pot
2, An
Iverted RepeatTransposon
liom
The Rice
Blast Fungus Magnaporthe gr isea. OriginalPaper. Mol Gen Genet. 245:339-348. Leung, H., R.J. Nelson and J.E. Leach.
1993. Population Structure
of
Plant Pathogenic Fungi and llacteria Plant Pathology l0:157-205.Levy,
M.,
F.J.
Correa-Victoria, R.S.Zeigler,
Y.
Shen,A.K.M.
Shajatrn, S.S. Gunnanmanickam. I 993. Internalatlas of Genetic Diversity in the Rice
Blast Fungus. Sixth annual Meeting
of
Intemational Programon
Rice Biotechnology. pp. 1 I 0.Li, W.H, and D. Graur, 1991. Fundamental
of
MolecularEvolution.
SinaverAssociates,
Sundarland, Massachusetts. pp. I -284.Noer,
Z.
2000. Studi Keragamill GenetikPyricularia oryzae Cav. Penyebab Penyakit
Blas
Pada Padi DenganMenggunakan Marka
DNA
POT-2.Thesis.
Program
Pascasarjana Universitas Andalas.Ou, S.H. 1985. Rice
Disease.Commonwealth.
Mycological.Institute
zdn.
Ed.
Kew.
Surrey. England. pp.380.Quamaruzzaman, Md and S.H. Ou. 1978. Monthly Changes
of
the Pathogenic Races of Pyricularia oryzae Cav. In aBlast Nursery.
Pytopathology60:1266-1269.
Rothstein, R., C. Helms and N. Rosenberg.
1987.
ConsertedDeletions
and Inversionsare
Causedby
MitoticRecombination
between
deltaSequences
in
Saccharomycescerevisiae.
Mol
Cell
Biol
7:1198-1207.
Semangun,
H.
1993. Penyakit-PenyakitTanaman Pangan di lndonesia. Gajah
Mada University Press. Bulaksumur
Yogyakarta. pp.Mg.
Suzuki,
H.
1965. Originof
Variation in Py'icularia oryzae.lll-149.
In. The Blast Disease. John Hopkins Pres,Balitnore, Maryland.
is-qilj 2085
-
I9951 aylor
.
G.
i{.
I99i.
Poivrnare (-,'hainReaction
:
Basic
Principles and Automation.In
:
PCRA
PracticalApproach. M.J. Pherson eds. Oxtbrd
University Press. New York. pp.305. Valent,
B.
1990. Rice Blast asa
ModelSystem
for
Plant
Pathology"Phyopathology 80:3 3 -3 e'.
Yamasaki. Y, H.Niizeki (1965). Studies on Variation
of
The Rice Blast fungusPyricularia
otyzae
Cav.
I.Karyological and Genetical Studies
on Variation. Bull. Nat Inst Agric Sci
13:323-326.
Zhu, P.,
Y.
Shen,X.
Yuan, M.Levy, J.Manry and J. Hammer. 1993. Genetic
Organization of Rice Blast Fwrgus in China- Sixth Amual Meeting
of
the InternationalProgram
on
RiceBiotechnology.
Chiang
Mai,Thailand. Abstraacts. p.I I1.