• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENANAMAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI

WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN

DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO

KEC TUNTANG KAB SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

AULIA ULFA DEWI

NIM 11110167

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEG

ERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

6 MOTTO

ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُِّيَِغُ ي َّتََّح ٍمْوَقِب اَم ُِّيَِغُ ي لا ََّللَّا َّنِإ

...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..(Ar-Ra’ad 11)

PERSEMBAHAN

Kubingkiskan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

& Kedua orang tuaku Bapak Mahrur Fauzie & Ibu Isroiyah peneduh jiwaku yang selalu memberikan dukungan, cinta kasih, sayang,dan do‟a yang selalu

tercurah untuk penulis hingga takmungkin dapat terbalas. Dengan karya ini semoga memberikan sedikit kebahagiaan.

& Adik-adikku, Alfian Setyo Haryono dan M. Agung Wahibul Huda terimakasih atas do‟a kalian, tekunlah dalam menimba ilmu semoga kalian

dapat meraih cita-cita yang diimpikan.

& Seluruh keluarga besar Bani Trmudi Conciliatory‟s Fam yang memberikan

dukungan pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi selalu ada kehangatan dan kerukunan ketika berkumpul bersama.

& Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang selalu membimbing serta memberikan nasehatnya sehingga mampu memberikan

keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar untuk hidup mandiri. Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa dalam kesehatan dan

ketaqwaan.

(7)

7

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang engkau berikan akan senantiasa bermanfaat.

& Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro terkhusus santri putri yang telah menemani hari-hari mengukirkan cerita serta mengajarkan indahnya

kebersamaan dalam belajar mandiri.

& Teman-teman satuangkatan dan seluruh keluarga besar Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi dengan canda tawa dan kebersamaan dari sini penulis

belajar untuk berorganisasi yang telah memberi warna, pengalaman, kebahagiaan. Keceriaan hingga mengerti apaitu loyalitas.

& Mbak Upla, , Mb Henni, Mb Aini, Ana, Zaty,Vita, Lilis, dan Aminah terima kasih atas bingkaian kehangatan dan kebersamaan dalam canda tawa yang telah mengajarkkan akan arti sebuah persahabatan dan kesetiakawanan. Tiada

hari yang indah tanpa kalian semua.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

Melalui Wacana Pluralitas Kebeagamaan Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pondok Pesantren Edi Mancoro

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

(9)

9

5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

6. Bapak Mahrur Fauzie dan Ibu Isroiyah tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do‟a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

7. Saudara-saudara, serta teman-teman yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ‟alamin

Salatiga, 11 Februari 2015 Penulis

(10)

10 ABSTRAK

Dewi, Aulia Ulfa. 2015. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M. Hum.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Pluralitas

Penelitian ini membahas mengenai penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro. 2. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.

(11)

11 DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

JUDUL ... ii

PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

(12)

12

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 10

2. Kehadiran Peneliti ... 11

3. Lokasi Penelitian ... 11

4. Sumber Data ... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12

6. Analisis Data ... 13

7. Pengecekan Keabsahan Data... 14

8. Tahap-tahap Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 18

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 23

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

(13)

13 B. Pluralitas

1. Pengertian Pluralitas Keberagamaan... 33

2. Sejarah Pluralitas ... 37

3. Islam dan Pluralitas Agama ... 41

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Edi Mancoro 1. Letak Geografis ... 49

2. Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro ... 50

3. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro ... 54

4. Visi, Misi, Tujuan, dan garis perjuangan ... 59

5. Unsur-unsur Pesantren ... 63

B. Model Pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro 1. Kurikulum Pesantren ... 66

2. Sistem Pendidikan ... 68

3. Pengajar atau Ustad ... 73

(14)

14

D. Temuan Hasil Penelitian ... 78

BAB IV PEMBAHASAN

A. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam ... 85

B. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro ... 86

C. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas

keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro ... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA

(15)

15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat hidup penulis 3. Nota pembimbing skripsi

4. Surat permohonan izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Deskripsi wawancara

7. Lembar konsultasi 8. Foto Kegiatan

(16)

16

DAFTAR GAMBAR

i. Diskusi dengan para calon room ii. Kegiatan malam jum‟at

iii. Kunjungan dari ueu visiting iv. Diskusi Lintas agama v. Peserta diskusi lintas agama vi. Sorogan kitab

vii. Kunjungan dari faster dari universitas sanata darma viii. Ro‟an Pondok

(17)

17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan sebuah landasan bagi seseorang dalam hidup di dunia. Agama memberikan arahan pada manusia dalam berperilaku baik dengan tuhannya, dirinya sendiri maupun dengan sesamanya. Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini membutuhkan agama, sebab agama manjadi pembimbing dan penunjuk arah/haluan. Meski kenyataan dimasyarakat ada banyak pertentangan yang terjadi dengan agama akan tetapi, agama tetap memberikan ketentraman bagi pemeluknya. Menurut Komarudin Hidayat seperti yang dikutip oleh Syafaat (2008:171-172) menyatakan betapa pentingnya agama meski kekuatan yang sinis dan anti agama masih tetap hidup dan berkembang, tetapi ternyata para rezim dan beberapa ideologi anti agama tidak pernah memenagkan pertempuran. Mungkin hal tersebut disebabkan amunisi mereka semakin lama semakin menipis, sementara agama tetap hidup di muka bumi.

Pentingnya agama bagi kehidupan menjadikan agama perlu untuk dikembangkan dan ditanamkan pada generasi muda. Penanaman nilai-nilai yang ada dalam agama dapat dilakukan lewat pembinaan atau pengajaran secara intensif. Melalui pendidikan keagamaan nilai-nilai yang ada dalam masing-masing agama dapat tersalurkan dan tertanam bagi setiap pemeluk agama tersebut.

(18)

18

memiliki agama seakan ia tidak memiliki pegangan yang dapat menjadikan dasar dalam kehidupan. Sehingga dalam bertindak ia tidak memiliki rambu-rambu sebagai patokan hidup.

Pentingnya agama dalam hidup ini dapat dikembangkan bersama melalui pendidikan. Lewat pendidikan penanaman nilai-nilai agama dapat dilakukan lebih maksimal dengan menyertakanknya dalam proses pembelajaran yang ada.

Agama yang ada di dunia ini sangatlah beragam. Ragam keyakinan dan agama yang ada menuntut untuk dapat hidup berdampingan bagi umatnya. Di Indonesia salah satunya, ragam budaya, suku dan agama yang ada dituntun menjaga kerukunan dan ketentraman dengan sikap rasa saling menghargai dengan adanya perbedaan yang ada. Sebagaimana Al-Qur‟an dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

َأ اَي

اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلا اَهُّ ي

ٌميِلَع ََّللَّا َّنِإ ْمُكاَقْ تَأ َِّللَّا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإ اوُفَراَعَ تِل َلِئاَبَ قَو

ٌيِِبَخ

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

(19)

19

Allah telah menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang berbeda-beda dan bersuku-suku bangsa, ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk bisa menerima pluralisme. Nurcholish Madjid menjelaskan sikap menerima pluralisme sebagaimana yang dikutip Siti Nadroh (1999:35) “Islam mengajarkan pada kita agar pluralitas karena itu adalah Sunnah Allah, Allah telah menciptakan segala sesuatu beranekaragam”.

Mengutip ajaran Kristiani yang dinyatakan dalam Kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, Bambang Ruseno seorang pendeta dari Malang masih yakin bahwa hakikat agama yang benar adalah bukan manusia untuk agama melainkan agama untuk manusia. Agama dikaruniakan Allah untuk mensejahterakan manusia dan dunia (Zainuddin, 2010:190). Oleh karena itu, keragaman agama yang ada sebagai sarana mencapai kesejahteraan antara umat manusia di dunia.

(20)

20

Adanya pluralitas ini justru dapat digunakan untuk belajar, saling bertukar informasi antar pemeluk agama yang berlainan. Adanya diskusi yang terjadi akan menjadikan masing-masing pemeluk agama tidak tabu lagi dengan salah satu agama terlebih jika dilakukan di pesantren. Selain itu hal tersebut dapat menjawab semua pertanyaan yang mengepal dalam pikiran karena selama ini pesantren dianggap lembaga pendidikan yang bercorak “ekslusif” yang sulit untuk menerima perbedaan agama. Menjadi

salah satu hal yang berbeda jika diskusi antaragama ditemukan di pondok pesantren. Tempat yang sangat identik dengan pembelajaran mendalam mengenai agama Islam ternyata juga dijadikan tempat bertukar informasi dan kebiasaan antar pemeluk agama.

Saat ini adanya pengenalan budaya pluralisme dan multikulturalisme juga mulai ada di beberapa pondok pesantren yang ada di Indonesia. Baik di daerah yang sebagian terdapat masyarakat yang plural maupun yang disekelilingnya kebanyakan kaum muslim. Tidak hanya di pesantren yang bercorak modern tapi juga pesantren yang bercorak tradisonal.

(21)

21

yang terkenal yaitu, Pondok Pesantren Al-Qodir terletak di Tanjung Wukirsari, Cangkringan, Sleman dan Pesantren Budaya Ilmu Giri atau yang lebih dikenal dengan Pesantren KH. Nasruddin Anshoriy terletak di Imogiri, Bantul. Sedangkan dari Jawa Timur ada Pondok Pesantren Rodlotul Thalibin Rembang asuhan KH. Musthafa Bisri.

Salah satu pondok pesantren yang dijadikan tempat kunjungan dalam bertukar informasi antar agama yaitu Pondaok Pesantren Edi Mancoro yang terletak di Semarang, Jawa Tengah. Di pesantren ini sering ada kunjungan yang dilakukan oleh tamu dari luar kota ataupun luar negeri dari berbagai agama yang berbeda. Kedatangan para tamu yang datang untuk berdiskusi menjadi hal yang berbeda bagi santri yang ada. Dengan adanya diskusi ini menjadi nuansa yang tak lazim di temukan di pesantren.

Selain adanya kunjungan tersebut, di Pondok Pesantren Edi Mancoro juga sering ada kajian diskusi lintas agama dengan mendatangkan tokoh-tokoh dari agama lain beserta pemeluknya untuk berdiskusi dan saling bertukar informasi. Dengan adanya diskusi yang dilakukan justru memperkaya wawasan keagamaan santri dan pemeluk agama lain dengan mengenal nilai-nilai religius yang ada dari masing-masing agama.

(22)

22 B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka fokus penelitian sebagi berikut:

1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014?

2. Bagaimana wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014?

3. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014

3. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.

(23)

23

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis berharap nantinya akan memberikan manfaat yaitu:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat wawasan untuk pengembangan ilmu pengetahun khususnya dalam bidang Pendidikan Agama mengenai pluralitas beragama sehingga dapat disesuaikan dengan kehidupan yang plural ini.

2. Secara Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan praktis yang bias dijadikan oleh para pembimbing khususnya pengasuh pondok pesantren dalam membimbing Pendidikan Agama Islam.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, penulis akan menjelaskan beberapa kata yang ada pada judul penelitian yaitu:

1. Nilai

(24)

24

Nilai ini digunakan hanya dalam etika. Adapun menetapkan nilai seni, baik seni gerak, seni suara, seni lukis, maupu seni pahat(Ahmadi, 2010:50).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia yang dapat dijadikan petunjuk mengenai hal yang diangap benar dan salah, baik dan buruk, serta sesuatu yang indah dan tidak indah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam menurut Sahilun A. Nasir seperti yang dikutip oleh Syafaat(2008:15) adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Sehingga ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental. Jadi Pendidikan Agama Islam adalah proses pengajaran, bimbingan dan asuhan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama Islam.

3. Pluralisme

(25)

25

selain itu ia juga mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah faham tentang keberagamaan cara pandang untuk mengatakn bahwa segala sesuatunya adalah jamak dan beragam. Sedangkan pluralisme agama adalah suatu paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama dan benar (Zainuddin, 2010: 4).

4. Pondok Pesantren

Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri. Menurut Nurcholish Madjid santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab (Yasmadi, 2005:61-62). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Jadi pondok pesantren adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang sedang mendalami agama khususnya Agama Islam.

F. Metode Penelitian

(26)

26

Untuk memperoleh data mengenai nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro diperluhkan pengamatan yang mendalam. Pada penelitian ini penulis mengunakan jenis pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran) (Ghani, 1997:11). Sedang menurut Taylor dalam Moleong (2002:3) penelitian kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripti berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dapat dipahami dari pendapat yang dikemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang menghasilkan data tertulis. Sedangkan jenis penelitian yang di gunakan oleh penulis adalah diskripsi. Penelitian diskripsi menurut Suryabrata(1998:19) adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-kejadian. Sedangkan tujuan penelitian diskriptif adalah untuk mengambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat

research dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu

(27)

27

Berdasarkan dengan pengertian di atas pendekatan kualitatif yang dimaksud yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan kejdian yang ada pada saat penelitian berlangsung.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting karena, disini peneliti bertindak sebagai instrument langsung dan pengumpul data dari hasil observasi yang dilakukan serta terlibat aktif dalam penelitian.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang pada tahun 2014.

4. Sumber data

(28)

28 5. Prosedur Pengumpulan Data

Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan seperangkat metode yang sesuai dengan objek dan karakteristik matrial yang diangkat. Agar penelitian menjadi rasional dan terarah maka peneliti mengunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Nawawi(1990:100) observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode ini digunakan penulis sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi yang secara langsung ke Pondok Pesantren Edi Mancoro. Metode ini juga di gunakan untuk mengamati penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro melalui Pluralitas Keberagamaan yang ada.

(29)

29

Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan bertanya langsung pada narasumber. Menurut Nawawi (1990:111) Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung atau tatap muka antara penulis dengan narasumber informasi.

c. Dokumen

Dokumen terdiri dari kata-kata dan gambar yang telah direkam tanpa campur tangan pihak peneliti. Dokumen tersebut tersedia dalam bentuk tulisan, catatan, suara, dan gambar (Daymon, 2008: 3) metode ini digunakan untuk memperluas pengamatan dan penggumpulan data.

6. Analisis data

(30)

30

temuan bagi orang lain. Kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:

a. Menetapkan fokus penelitian

b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul

c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.

d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan data berikutnya

e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik kesimpulan (verifikasi) (Milles, 1992:16-18).

Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis sajikan mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.

7. Pengecekan keabsahan data

(31)

31

kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data yaitu:

a. Triangulasi sumber

Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

b. Triangulasi metode

Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2002:178).

8. Tahap-tahap penelitian

Menurut Moloeng (2002:84-105) tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

(32)

32 c. Tahap analisis data

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut:

BAB 1 berisi pendahuluan, yang memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah dan metode penelitian. Metode penelitian berisi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisi data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II berisi tentang kajian pustaka,merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat mengenai pengertian, dasar, tujuan, metode Pendidikan Agama Islam, pengertian pluralitas keberagamaan, sejarah pluralitas, ialam dan pluralitas agama.

(33)

33

bentuk kegiatan plural yang ada di pesantren edi mancoro, serta nilai –nilai Pendidikan Agama Islam yang ada.

BAB IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

(34)

34 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata pendidikan, agama dan Islam. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan(ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan dipandang sebagai faktor penting dalam menumbuhkan kesadaran nilai-nilai kehidupan.

Kata “Islam” dalam “Pendidikan Agama Islam” menunjukkan

suatu makna tersendiri yakni pendidikan yang berdasarkan dengan Agama Islam. Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Nata(2010:28) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang sedang dididik. Sedangkan Menurut pendapatnya Ahmad Tafsir deinisi pendidikan menurut Islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta’lim,

(35)

35

Menurut Abdurrahman Al-Nawawi yang dikutip Tafsir (2008:29) merumuskan definisi pendidikan justru dari kata at-tarbiyah.

Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata at-tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu: pertama, kata rabba-yarbu-tarbiyatan yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat didalam Al-Qur‟an Surat Ar-Rum ayat 39. Maka kata At-Tarbiyah bias berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik baik secara fisik, sosial maupun spiritual; kedua, kata

rabaa-yarbi-tarbiyatan yang berarti tambah dan menjadi besar atau dewasa.

Dengan mengacu kata yang kedua itu maka tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan mendewaskan peserta didik baik secara fisik, sosial, maupun spiritual; ketiga, dari kata rabba-yarubbu-tarbiyatan

yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, mememlihara. Maka kata tarbiyah berarti usaha memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar dapat survive lebih baik dalam hidupnya.

Sedang kata at-ta’lim memiliki makna doktrinasi pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah.

At-ta’lim merupakan tranmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa

individu tanpa ada batasan dan ketentuan tertentu. Sehingga terjadi

tazkiyah an-nafs (penyucian diri atau pembersihan diri) diri manusia

(36)

36

mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketauinya. Kata at-ta’lim dalam arti pengajaran banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat non formal. Pengertian tersebut menunjukkan at-ta’lim memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada kata at-tarbiyah.

Kata at-ta’dib berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban

yang dapat berarti beradab, bersopan santun, tata karma, budi pekerti, adab, akhlak, moral dan etika. Melalui kata at-ta’dib menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi dasar bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu pengetahuan.

Dari pengertian tersebut sebenarnya pengertian dari pendidikan Islam sebenarnya hanya berbeda dalam penekanan atau keutamaannya saja. Kata at-tarbiyah mempunyai pengertiann pendidikan yang memberikan penekanan di masa anak-anak dan juga mencakup dalam hal pemeliharaannya, terutama pemeberian nafkah, mencukupi kebutuhan hidupnya, dan lain-lain. Artinya mensejahterakan kehidupan pada anak. Kemudian ta’lim merupakan pendidikan yang memfokuskan pada transformasi keilmuan, baik berupa sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial, pengetahuan budaya ataupun ilmu-ilmu keagamaan. Sedangkan pembentukan prilaku seseorang lebih ditekanakan pada pengertian pendidikan yang diambil dari kata

(37)

37

adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.

Sementara itu, pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Agama adalah aturan perilaku bagi umat manusia yang sudah ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah melalui orang-orang pilihannya yang dikenal sebagai utusan-utusan, rasul-rasul, atau nabi-nabi(Safaat, 2008:13). Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa agama adalah suatu peraturan yang bersumber dari Allah yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan pencipta maupun manusia dengan sesamanya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mengharap keridaan dari-Nya.

Islam secara bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu-Islaman

(38)

38

pula dengan misi ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan (Nata, 2010:32).

Dari penjabaran yang ada diatas Darajat(1996:28) menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Sedangkan menurut M. Arifin seperti yang dikutip oleh Safaat(2008:16) mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia terhadap kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai degan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Dalam Pendidikan Islam segala komponen dan aspek yang ada didasarkan pada ajaran Islam.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

(39)

39

kegiatan baik fisik maupun non fisik, yang intinya adalah sesuatu yang berada di bawah yang selanjutnya menopang sebuah kegiatan atau pekerjaan.

Dasar ideal Pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur‟an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam

pemahaman para ulama dalam bentuk : a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membaca merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala.

Pengertian Al-Qur‟an dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur‟an merupakan sumber pendidikan yang lengkap berupa pendidikan sosial, akhlak, akidah, ibadah dan muamalah.

(40)

40

yang bertakwa. Selain itu Al-Qur‟an juga sebagai penawar atau obat dari beberapa penyakit, dan sebagai petunjuk arah ketika seorang hamba berada dalam kesesatan.

b. Sunnah (Hadits)

Dasar yang kedua selain Al-Qur‟an adalah sunnh Rasulullah. Amalan yang dikerjakan Rasulullah saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah swt menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.

Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah. Dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau memberikan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan, dan taqrir nabi. Konsep dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw menurut Ramayulis sebagai berikut:

1) Disampaikan sebagai rahmatan lil’alamin (Qs. Al-Anbiyak

107)

(41)

41

3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (Qs. Al-Hijer 9)

4) Kehadiran nabi sebagai evaluator atau segala aktivitas pendidikan (Qs. As Syu’ara 48)

5) Perilaku nabi sebagai figur identifikasi (uswatun hasanah) Antara Al-Qur‟an dan sunah terdapat perbedaan yang cukup prinsipal meskipun keduanya adalah sama-sama sebagai sumber hukum Islam. Yaitu:

1) Al-Qur‟an nilai kebenarannya adalah mutlak sedangkan hadits adalah relatif, nisbi (zhanni) kecuali hadits-hadits mutawatir.

2) Seluruh ayat Al-Qur‟an mesti dijadikam sebagai pedoman hidup, tetapi Tidak semua hadits mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Sebab, hadits ada yang sahih, dhaif (lemah) dan seterusnya.

3) Al-Qur‟lan sudah pasti autentik lafal dan maknanya sedang hadits tidak demikian.

(42)

42

Menurut pendapat Nata(2010:99) dilihat dari sifat dan sumbernya dasar pendidikan Islam terdiri dari dasar keagamaan, filsafat dan ilmu pendidikan. Dasar keagamaan bersumber dari ajaran agama (Al-Qur‟an dan Hadits), dasar filsafat berasal dari pemikiran filsafat, dan dasar ilmu pengetahuan berasal dari hasil penelitian terhadap fenomena alam dan fenomena sosial.

Dasar keagamaan berfungsi memberian nilai keislaman dan akhlak bagi kegiatan pendidikan. Dasar filsafat memberikan dasar dalam perumusan visi, misi, tujuan, dan berbagai aspek lainnya tentang pendidikan. Adapun dasar ilmu pengetahuan memberikan masukan bagi penyusunan berbagai komponen pendidikan. Dasar ilmu penegetahuan ini terdiri dari ilmu psikologi, ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan ilmu administrasi.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

(43)

43

a. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia akhirat, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semngat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme subjek didik.

b. Abd At-Rahman An-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan kehambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.

c. Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia yang mampu beribadah kepada Allah, baik dengan pikiran, amal, maupun perasaan.

(44)

44

Dari penjabaran diatas bisa disimpukan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali manusia sehigga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

4. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode disini adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi kepada anak didik. Dalam pendidikan, semua aspek kelembagaan dan proses belajar mengajarnya harus menerapkan sistem dan metode yang tepat agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Safaat (2008:40-47) menyatakan bahwa teknik atau metode Pendidikan Agama Islam ada lima macam, yaitu:

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif

yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mepersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan social hal ini karena pendidik adalah contoh yang paling terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru dalam tindak tanduk baik disadari atau tidak. Allah telah menunjukkan contoh keteladanan dari kehidupan nabi Muhammad mengandung nilai

pedagogis bagi manusia (para pengikutnya). Seperti dalam

Surat Al-Ahzab ayat 21:

َهللَّا وُج ْرَي َناَك ْهَمِل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُأ ِ هللَّا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

َر ِخلآا َم ْوَيْلا َو

(45)

45

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

Jelas dalam ayat ini diterangkan bahwa rasul menjadi suri tauladan atau contoh bagi para pengikutnya yang ada didunia.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan

Kebiasaan merupakan peran penting dalam kehidupan manusia, karena menghemat banyak kekuatan manusia. Sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dilapangan seperti untuk bekerja, memproduksi, dan mencipta.

Islam mempergunakan kebiasaa itu sebagai salah satu teknik pendidikan, dengan mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi suatu kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan baik tanpa banyak tenaga dan tanpa banyak kesulitan.

c. Pendidikan dengan nasihat

Nasihat dapat membukakan mata pada hakekat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luar, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

(46)

46

Dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam hal akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.

Metode pendidikan anak dengan cara memberikan perhatian kepada anak akan memberikan dampak positif, karena dengan metode ini si anak merasa dilindungi, diberi kasih sayang karena ada tempat untuk mengadu baik suka maupun duka. Sehingga anak tersebut menjadi anak yang berani untuk mengutarakan isi hatinya atau permasalahan yang hadapi kepada orang tuanya atau gurunya.

e. Pendidikan dengan memberi hukuman

Pada dasarnya, hukum-hukum syariat Islam yang lurus dan adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar di sekitar penjagaan berbagai keharuasan asasi yang tidak bisa di lepas oleh manusia. Manusia tak bisa hidup tanpa hukum. Dalam hal ini, para imam mujtahid dan ulama‟usul fiqh membatasi pada

lima perkara. Mereka menamakannya sebagai kulliyat

al-khamsah (lima prinsip universal), yakni menjaga agma,

(47)

47

Janganlah menghukum atau memukul anak sampai si anak menjerit-jerit, melolong-lolong yang tentu saja amat sakit. Karena, para ahli berpendapat bahwa hukuman yang kejam akan membuat anak menjadi penakut, rendah diri, dan akibat akibat lain yang negatif seperti sempit hati pemalas, dan pembohong. Hukuman itu harus adil (sesuai dengan kesalahan) anak harus mengetahui mengapa dia di hukum selanjutnya hukuman itu harus membawa anak kepada kesadaran atas kesalahannya.hukuman jangan meninggalkan dendam pada anak.

Selain dalam Muhaimin (59-68) model pengembangan Pendidikan Agama Islam yang dikemukan oleh para ahli adalah sebagaai berikut:

a. Model Dikotomi

Model ini memandang kehidupan yang ada dengan sangat sederhana. Segala hal hanya dipandang dari dua sisi, seperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada, pendidikan agama dan non agama dan lain sebagainya. Model ini berkembang pada periode pertengahan dalam sejarah pendidikan Islam.

b. Model Mekanisme

(48)

48

pengembangan seperangkat nilai-nilai kehidupan yang terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi dan nilai-nilai yang lain. Model tersebut dikembangkan lembaga pendidikan yang bukan berciri khas agama Islam, namun mungajarkan mata pelajaran agama Islam.

c. Model Sistemik

Dalam konteks metode ini pendidikan Islam dipandang sebagai aktifitas yang terdiri atas komponen-komponen yang hidup bersama dan bekerja sama dengan tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang religius. Model ini diterapkan oleh madrasah atau sekolah swasta Islam unggulan.

B. PLURALALITAS

1. Pengertian Pluralitas Keberagamaan

(49)

49

ُّبَر َءاَش ْوَلَو

َيِفِلَتُْمُ َنوُلاَزَ ي لاَو ًةَدِحاَو ًةَّمُأ َساَّنلا َلَعََلَ َك

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”

ْتََّتََو ْمُهَقَلَخ َكِلَذِلَو َكُّبَر َمِحَر ْنَم لاِإ

ِساَّنلاَو ِةَّنِْلَا َنِم َمَّنَهَج َّنلأْملأ َكِّبَر ُةَمِلَك

َيِعَْجَْأ

Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”

(50)

50

Ragam agama yang ada di Indonesia telah diakui sejak dulu oleh masyarakat. Adapun agama yang diakui di Indonesia yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Akan tetapi pada masa pemerintahan presiden Gus Dur agama Kong Hucu diakui menjadi salah satu agama yang ada di Indonesia. Adanya pengakuan agama ini menjadikan masyarakat Indonesia bebas dalam menentukan agamanya masing-masing. Jaminan kebebasan untuk memeluk agama tertuang di dalam UUD pada pasal-pasal berikut. Pasal 28E Ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Hak kebebasan beragama juga dijamin dalam Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan adanya jaminan kebebasan beragama tersebut maka masyarakat berhak menentukan agamanya sesuai apa yang diyakini tanpa suatu paksaan.

(51)

51

tubuh agama itu sendiri. Di sini dapat dikadakan ada pluralitas eksternal dan internal. Pluralitas eksternal adalah melihat agama-agama diluar agama-agamanya sendiri, misalnya Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan seterusnya. Sedangkan pluralitas internal adalah realitas keberagamaan yang ada di dalam tubuh agama itu sendiri, misalnya di dalam Kristen ada banyak realitas kelompok-kelompok Kristen yang berbeda aliran (Zainuddin, 2010:213).

Menurut Imarah (1997:9) pluraitas adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Sedangkan Pluralisme adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan (Imarah, 1999:9). Sedangkan menurut Ali (2006:4) pluralisme adalah “realita fundamental yang bersifat jamak”

selain itu ia juga mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah faham tentang keberagamaan cara pandang untuk mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah jamak dan beragam. Sedangkan pluralisme agama adalah suatu paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama dan benar (Zainuddin, 2010: 4).

(52)

52

individu dalam menghargai ajaran agama yang dianut oleh setiap orang.

2. Sejarah Pluralitas

Plutalitas tidak muncul dengan begitu saja, melainkan didahului sejarah panjang yang mengiringginya. Berkaitan dengan pluralitas agama, sejarah mengenai hal ini pada awalnya telah terjadi pada masa Rasulullah saw ketika berdakwah ke Yashrib atau Madinah. Di Madinah setidaknya ada tiga kelompok yang hidup berdampingan bersama Rasulullah, yaitu sebagai berikut:

a. Orang-orang Musyrik

Orang–orang musyrik ini menetap di beberapa wilayah di Madinah. Mereka tidak mampu berkuasa atas orang-orang Muslim. Bahkan mereka juga tidak pernah berpikir untuk memusui Islam dan orang-orang Muslim.

b. Orang-orang Yahudi

Orang-orang Yahudi masih membanggakan diri sebagai orang israel dan mereka melecehkan bangsa Arab dengan menyebut bangsa Arab sebagai ummiyyin yaitu orang-orang yang jelang dan buas, buta huruf, hina dan terbelakang.

c. Sahabat-sahabat nabi yang suci, baik dan mulia.

(53)

53

dalam menentukan peradaban dan kemajuan derta maslah kehidupan yang lain.

Dari ketiga kelompok tersebut tetangga yang paling dekat dengan umat Islam adalah umat yahudi. Meskipun mereka memendam kebencian kepada umat Islam, namun mereka tidak berani menapakkannya. Sehingga Rasulullah menaruh perhatian besar pada hal tersebut. Rasulullah mengadakan perjanjian pada kaum Yahudi agar kesetabilan masyarakat terwujut. Perjanjian yang menjamin kebebasan beragaman kaum yahudi yang disebut konstitusi madinah (Yatim, 1999:26).

Konstitusi ini menjadi sebuah bukti adanya pemahaman dan penghayatan terhadap keragaman atau pluralitas agama. Dari pemahaman dan penghayatan ini akan muncul kesdaran antar umat beragama dan sikap menghargai yang tercermin dalam pengakuan akan kebebasan dalam keyakinan. Rasulullah pemimpin yang telah menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu, bahwa dengan adanya pluralitas agama dapat terwujud kehidupan masyarakat yang damai dan tolerir.

(54)

54

Budha yang berkembang, tetapi selanjutnya mulai muncul agama-agama lain seperti; Islam, Kristen, dan Katolik.

Penyebaran agama Islam di Indonesia menurut Mansur (2004:113-114) yaitu melalui beberapa jalur yaitu:

1) Perdagangan

Wilayah barat Indonesia dan sekitar malaka sejak dulu merupakan tempat yang sangat strategis sehingga menjadi titik pusat perhatian terutama karena hasil bumi yang melimpah. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga 16 M menjadi kesempatan yang digunakan oleh para pedagang muslim untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia. Menurut Uka Tjandrasasmita seperti yang dikutup Yatim (1999:201) menyebutkan bahwa para pedagang Muslim banyak yang bermukim di pesisir laut jawa yang ketika itu penduduknya masih kafir, mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan ulama dari luar sehingga jumlah mereka semakin banyak.

2) Perkawinan

(55)

55

para putri bangsawan tersebut harus diisalamkan terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka akan semakin meluas sehingga berdirilah kampung-kampung muslim dan kerajaan-kerajaan Islam.

3) Tasawuf

Para pengajar tasawuf atau sufi mengajaran teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh amsyarakat Indonesia. Mereka mengajarkan kepada penduduk pribumi bentuk peribadaan yang memiliki kesamaan dengan ajaran-ajaran Hindu-Budha yang sebelumnya sudah dianut sehingga penduduk lebih mudah dalam menerima ajaran Islam tersebut.

4) Pendidikan

Islamisasi dengan jalan ini dilaksanakan di pondok pesantren maupun sekolah. Para santri terlebih dahulu dibekali dengan ilmu-ilmu keislaman. Selanjutnya setelah mereka keluar dari lembaga-lembaga pendidikan, mereka dapat berdakwah dan mengajarkan ilmu yang mereka peroleh ke kampung halaman dimana mereka tinggal. 5) Kesenian

(56)

56 6) Politik

Banyak penduduk pribumi yang masuk Islam setelah raja mereka masuk Islam. maka kerajaan Islam berusaha menguasai kerajaan non Islam, karena secara politis kekuasan raja berpengaruh dalam penyebaran Islam. Dari sejarah munculnya pluralisme agama di atas, dapat diambil hikmah bahwa penghayatan terhadap adanya pluralisme agama telah terjadi sejak zaman dulu semenjak zaman Rasulullah. Begitu pula di Indonesia pluralitas agama sudah diajarkan sejak dulu kala. Ajaran tersebut dapat ditemukan dari semboyan “Bhineka Tunggal Ika” secara

tersirat semboyan tersebut mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati keragaman yang ada di Indonesia. Maka sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya setiap umat beragama selalu mengembangkan sikap toleransi serta menjaga kerukunan antara umat beragama.

3. Islam dan Pluralitas Agama

(57)

57

menebarkan perdamaian, dan menentang kedzaliman yang akan merusak kedamaian.

Tidak berbeda jauh dari pendapat yang telah diatas menurut (Fazlurrahman) sebagaimana yang dikutip oleh Abdussami Dan Tahir menjelaskan bahwa kata Islam berasal dari kata salama yang berarti aman (to be safe), keseluruhan (whole), dan menyeluruh (integral).

Islam sebagai sebuah agama tentu memiliki sebuah pegangan yang menjadi pedoman dalam kehidupan umatnya. Berkaitan dengkan pluralitas atau keragaman Al-Qur‟an banyak mengulang dalam beberapa ayatnya bahwa Allah SWT menghendaki pluralitas dalam agama dengan keragaman yang ada. Tidak hanya menjelaskan pluralitas agama secara umum, tetapi juga menanamkan kaidah-kaidah yang dapat memperkuat pluralitas agama. Menurut Al-Banna (2006:14-21) Kaidah-kaidah yang menopang pluralitas agama dalam Al-Qur‟an yaitu:

a. Nash-nash yang menegaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Sehingga membuktikan tidak adanya ketunggalan dalam masyarakat dan membuktikan adanya pluralism yang dimulai dari satu pasnagan. Seperti dalam surat

Adz Zariyat 49;

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِْيَجْوَز اَنْقَلَخ ٍءْيَش ِّلُك ْنِمَو

(58)

58

b. Adanya ketetapan prinsip berderajat yang mengandalkan adanya jarak. Al-Qur‟an menggunakan kata derajat untuk membedakan kelompok yang ada di kalangan kaum muslimin. Allah berfirman dalam Qs. Al-An’am 156;

َط ىَلَع ُباَتِكْلا َلِزْنُأ اََّنَِّإ اوُلوُقَ ت ْنَأ

ْمِهِتَساَرِد ْنَع اَّنُك ْنِإَو اَنِلْبَ ق ْنِم ِْيَ تَفِئا

َيِلِفاَغَل

(Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa Kitab itu Hanya diturunkan kepada dua golongansaja sebelum kami, dan Sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca”

c. Prinsip berlomba-lomba dalam kebajikan seperti dalam surat

(59)

59

Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu”

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Agama itu berbeda-beda dari segi aturan dan pandangan hidupnya. Oleh karena pluralitas sama sekali tidak mengangap semua agama itu sama.

2) Allah SWT telah menghendaki keragaman agama yang ada. Kemudian keragaman agama yang ada dimaksud untuk menguji manusia mengenai keimanan mereka kepada Sang Maha Pencipta.

3) Semua agama yang ada akan kembali kepada Allah SWT. Maka manusia di anjurkan untuk berlomba dalam berbuat kebaikan.

d. Prinsip berkeyakinan. Prinsip ini menyentuh sesuatu yang paling mendasar pluralitas. Karena keyakinan menjadi sesuatu yang penting bagi setiap agama. Banyak ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan prinsipini begitu tegas seperti dalam surat

Al-Baqarah ayat 256;

(60)

60

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”

Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT telah melarang dengan jelas melakukan pemaksaan untuk memeluk suatu agama. Hal ini diperkuat lagi dengan fiman Allah SWT dalam Surat Yunus ayat 9;

آ َنيِذَّلا َّنِإ

ُمِهِتَْتَ ْنِم يِرَْتَ ْمِِنِاَيمِإِب ْمُهُّ بَر ْمِهيِدْهَ ي ِتاَِلْاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَم

ِميِعَّنلا ِتاَّنَج ِفِ ُراَهْ نلأا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka Karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan”

e. Adanya pengakuan keberadaan agama-agama lain dan larangan menghujat agama atau kelompok lain. seperti yang dijelaskan dalam Qs. Al-An’am ayat 108;

َنيِذَّلا اوُّبُسَت لاَو

اَّنَّ يَز َكِلَذَك ٍمْلِع ِْيَِغِب اًوْدَع ََّللَّا اوُّبُسَيَ ف َِّللَّا ِنوُد ْنِم َنوُعْدَي

َنوُلَمْعَ ي اوُناَك اَِبِ ْمُهُ ئِّبَنُ يَ ف ْمُهُع ِجْرَم ْمِِّبَِر َلَِإ َُّثُ ْمُهَلَمَع ٍةَّمُأ ِّلُكِل

(61)

61

pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Islam memerintahkan manusia untuk menghormati agama lain dan dapat hidup berdampingan dengan penganut agama lain. Islam sama sekali tidak melarang umatnnya untuk bekerja sama ataupun saling membantu kepada penganut agama lain, selama tidak memusuhi dan melecehkan simbol-simbol keagamaan.

(62)

62

a. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik, terutama sekali yang berhubungan dengan nilai seperti: tenggang rasa, toleransi, saling mengasihi, tolong menolong dll.

b. Rasional, pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai yang di tanamkan mudah di pahami dengan penalaran. Disisi lain pendekatan akademis cenderung menempatkan proses pendidikan agama pada orientasi objektif. c. Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalam

memahami realitas keanekaragaman budaya dan agama dalam masyarakat. Sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik untuk selalu menampilkan sikap tenggang rasa dan saling menghormati antara agama satu dengan yang lainnya.

d. Fungsional, memfungsikan ajaran masing-masing agama (termasuk agama Islam) terutama tentang pentingnya menghargai perbedaan dengan menekankan segi manfaat dan hikmahnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dengan tingkat perkembangannya

BAB III

(63)

63

A. Gambaran Umum Pondok Pesanteren Edi Mancoro 1. Letak Geograis

Pondok pesantren Edi Mancoro yang lebih terkenal dengan istilah Wisma Santri Edi Mancoro terletak di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Dusun Bandungan, Desa Gedangan Rt 02 Rw 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dusun Gedangan memiliki wilayah cukup luas yang kemudian dibagi menjadi 7 dusun dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Batas wilayah desa Gedangan yaitu:

Timur : Sraten Selatan : Rowosari Barat : Beji Utara : Sraten

Gedangan merupakan daerah yang cukup potensial secara ekonmis, karena penghasilan warganya disamping bersumber dari hasil pertanian padi juga bersumber dari asil pertanian kering. Desa ini cukup terkenal sebagai penghasil buah-buahan seperti buah salak, duku, langsep, kokosan dan lain-lain. Maka tak heran bila masuk dalam klasifikasi desa swasembada.

(64)

64

pusat kota salatiga. Hanya berjarak 4 km di barat Kota Salatiga membuat Pondok Pesantren Edi Mancoro ini mudah dijangkau. Apalagi letaknya tak jauh dari jalan raya Ambarawa-Salatiga.

Kondisi wilayah yang tidak seramai dengan daerah di sekitarnya, menjadikan tempat strategis untuk pendidikasn seperti pendidikan Agama atau Pesantren. Selain itu jarak yang tidak terlalu jauh dengan pusat Kota Salatiga yang merupakan pusat sentra pendidikan formal, mendorong bertambahnya jumlah santri yang ingin mendalami ilmu agama di pesantren. Sebab santri yang menetap di pesantren ini kebanyakan masih belajar di lembaga-lembaga formal baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar. Kondisi yang ada seperti ini tentunya mempengaruhi proses belajar yang ada di pesantren ini, lebih jelasnya dapat dilihat dari pendidian dan pengajaran yang ada.

2. Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro

(65)

65

Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat pada waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius, sebaliknya mereka sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh setempat untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan (tafaqutifi ad-din) sebagai peredam yang bisa mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat setempat.

(66)

66

Setelah itu maka proses pendidikan di Darussalam agak tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu, munculah kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta oleh masyarakat setempat dan diharapkan mampu untuk meneruskan misi dan perjuangan pendidikan ini , dan pendidikan pesantren ini dapat berjalan kembali seperti kepemimpinan kiai Sholeh. Kemudian munculah KH. Mahfudz Ridwan, tokoh dari pulutan yang merupakan alumni dari beberapa pesantren ternama sekaligus alumni dari Universitas di Baghdad. Setelah Kyai Sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan oleh KH. Mahfudz Ridwan.

Pada tahun 1984 KH.Mahfudz Ridwan bersama beberapa tokoh lokal lainya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan yang bernama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor 14/1984. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial yang mengamban misi dan tujuan membantu pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mengembangkan swadaya serta sumber daya manusia khususnya masyarakat pedesaan. Yayasan ini cukup familiar bagi warga Salatiga, karena merupakan satu-satunya yayasan Islam yang bergerak di bidang kemasyarakatan.

(67)

67

akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro dibawah “Yayasan Desaku Maju” sebagai pusat pendidikan masyarakat khususnya

bagi masyarakat setempat sekaligus sebagai basecamp berbagai kegiatan.

Sejak saat itu keadaan pesantren terus berkembang. Karena yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang telah berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di Salatiga dan Kabupaten Semarang khususnya memecahkan permasalahan antar umat beragama, kemudian karakter pesantren yang pluralis dan terbuka untuk siapa saja termasuk untuk orang non Islam oleh karena itu nama pesantren ini sangat terkenal hingga luar negeri hingga banyak kunjungan dari luar negeri dari berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun 2007 nama Pondok Pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan nama Wisma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang normatif tetapi masih tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan orang non Islam sebagai bentuk terciptanya konsep Islam

Rahmatan lil’alamin.

(68)

68

pesantren lainnya menggunakan bahasa Arab atau istilah-istilah Islam.

Menurut penuturan KH.Mahfud Ridwan (Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro), “nama Edi Mancoro itu sebenarnya nama

yang diusulkan untuk nama anak saya, jika suatu saat nanti saya punya anak laki lagi. Akan tetapi beliau tidak punya anak laki-laki lagi maka menjadi nama pesantren ini. Edi Mancoro artinya Edi adalah bagus atau elok dan Mancoro kira-kira berarti bersinar. Diharapkan kelak pesantren ini menjadi pondok pesantren yang bagus dan bersinar di seluruh penjuru dunia.

3. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro

Pondok Pesantren Edi Mancoro merupakan sebuah institusi pendidikan keagamaan, yang berusaha membekali santri-santrinya dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren Edi Mancoro terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis) guna peningkatan sumber daya santrinya. Adapun secara statistik profil Edi Mancoro adalah sebagai berikut :

a. Nama : Pondok Pesantren Edi Mancoro

b. Alamat : Dsn. Bandungan, 02/01 Ds.

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50773

Telepon (0298)

313329/08139239383

c. Email : ppedimancoro@gmail.com

(69)

69

Lembaga-lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro 1. Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro 2. Koperasi Pondok Pesantren Edi Mancoro

3. Kulliyyatud Dirosah Al-Islamiyyah Wal Ijtima‟iyyah (KDII) 4. Madrasah Tahfidz

(70)

70

ORGANISASI SANTRI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO

MASA KHIDMAT 2014-2015M/ 1435-1436 H

Pelindung :

Pengasuh PP Edi Mancoro Ketua Yayasan PP Edi Mancoro

Penasehat :

Ust. Sumarno, S.Ag Ust. Budi Santoso, S.Pd.I

Pembina : Ustdzh. Imma Dahliyani, S.Pd.I

BADAN PENGURUS HARIAN Ketua Umum : Taufiq Ashari Sekretaris : Nurul Innayah Bendahara : Iis Sholihah

Rayon Putra : Akrom Musabbihin Rayon Putri : Stri Ana Farhana

BIRO-BIRO

Biro Pendidikan : Umi Arifah Biro Litbang : Alfiatu Rahmah

Biro PU : M. Sulkhan & Putri Rifa Anggraini UNIT PENGELOLA TEKNIK (UPT)

TBB : Chusnul Wardati

Perpustakaan : Siti Mu‟asyaroh

(71)

71

Pers : Ajeng Virga

Bahasa : Naimatus Tsaniyah

PROGRAM KERJA PENGURUS PONDOK PESANTREN EDI MANCORO - HARLAH (hari lahir pondok)

- Khataman Al-Qur‟an dan Ahirussanah - MUSTRI (musyawarah santri)

- Diskusi Lintas Agama

- PHBI dan PHBN

- Rapat Koordinasi Bulanan - Recovering Bank Data

- Pembuatan Papan Struktur Organisasi Pondok Pesantren Edi Mancoro

(72)

72

iman anak-anak Rayon Putra

dan Putri

- Rapat interen masing-massing rayon setiap bulan

- Penertiban kamar

- Pengkondisian tata tertib - Kebersihan lingkungan

- Penggalangan dana tak terduga - Jama‟ah shalat maghrib dan subuh - Ziarah ke makam masayikh - Mujahadah/qiamul lail - Muthalaah kitab Riyadus shalihin - Sorogan kitab

- Bahtsul masail atau diskusi kubro Biro Litbang - Khitobiah

- Barjanji - Sholat tasbih - Istighosah

- Pelatihan kewirausahaan

- Pelatihan khot, qiro‟, dan rebana Biro PU - Lebelisasi perlengkapan

- Perbaikan sarana prasarana - Plangisassi

- Baksampah

UPT TBB - Malam pengakraban santri (mapesa) - Rikhlah

(73)

73 UPT Bahasa - Hafalan kosa kata

- Kampung bahasa - Pelatihan khitobiah

4. Visi, misi, tujuan, dan garis perjuangan Pondok Pesantren Edi Mancoro

a. Visi, misi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis kepadatan populasi Bivalvia seperti pada Tabel 2jenis Bivalvia yang memiliki kepadatan tertinggi dan mendominasi yaitu Meretrix meretrix yellow, dan

Guru pamong yang membimbing mahasiswa praktikan bidang studi IPA adalah Abdul Basit, S.Pd. Beliau merupakan guru yang sangat sabar dan interaksi antara guru dengan peserta

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data di atas, maka hasil penelitian ini sejalan dengan pengajuan hipotesis peneliti yaitu terdapat pengaruh model Problem Based

Peserta rapat memberikan laporan dan permasalahan yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing baik secara tertulis atau lisan, dari laporan ini nantinya

Pendekatan pertama adalah penelitian yang berkaitan dengan mengkaji faktor-faktor apa yang menyebabkan pelaporan keuangan yang dihasilkan berkualitas, dan

PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007 (Pedoman Umum PNPM MD

Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya dan disusun

Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekolah sebagai variabel X (variabel yang