• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR HATI IKAN SELAIS (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR HATI IKAN SELAIS (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRUKTUR HATI IKAN SELAIS (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KOTA PEKANBARU

Arieska Putri Rahmadani1, Yusfiati2, Roza Elvyra2 1

Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2

Dosen Zoologi Jurusan Biologi FMIPA UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

e-mail : arieska.pu3@gmail.com ABSTRACT

The research on liver structure of Selais fish (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) from Siak River Pekanbaru was conducted to find out the condition of liver tissue. The result sampling was conducted from November 2012 to May 2013. Histologic specimen of baung fish liver was prepared using paraffin method and stained with Hematoxylin-Eosin (HE). Data from macroscopic and microscopic observations were analyzed descriptively. Result from macroscopic observation showed that the liver of Selais fish from Siak River has two lobes that is left and right lobe a yellowish red. The result microscopic observation showed that the liver tissue experienced congestion, fatty liver, cell swelling and lysis. As conclusion, this case happen because is influenced by the condition of water pollution from the Siak river that have accumulated heavy metals.

Key words : Liver, Ompok hypophthalmus, Siak River. ABSTRAK

Penelitian struktur hati ikan Selais (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) di perairan Sungai Siak Kota Pekanbaru bertujuan untuk mengetahui keadaan struktur jaringan hati ikan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November 2012 sampai Mei 2013. Preparat histologi hati ikan Selais dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan hati ikan selais dari Sungai Siak memiliki dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan berwarna merah kekuningan. Pengamatan mikroskopis menunjukkan struktur hati mengalami kongesti, perlemakan sel, pembengkakan sel dan lisis. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi pencemaran air dari sungai Siak yang telah terakumulasi logam berat.

(2)

2

PENDAHULUAN

Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) merupakan fauna endemik pada ekosistem

floodplain river (sungai paparan banjir) yang menjadi maskot kota Pekanbaru. Ikan Selais

ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dijadikan ikan olahan seperti ikan salai. Ikan Selais ini memiliki rasa yang gurih sehingga disukai oleh masyarakat, bahkan produk ikan Selais salai sudah mulai diekspor ke negara tetangga seperti Malaysia.

Ikan Selais (O. hyphopthalmus) telah sulit untuk didapatkan di perairan Sungai Siak kota Pekanbaru khususnya di sekitar wilayah Jembatan Siak I dan II, karena perairan Sungai Siak di wilayah ini telah mengalami pencemaran. Agustina et al. (2012) melaporkan bahwa kandungan Pb di Sungai Siak Jembatan Siak I adalah 5,30 mg/l dan Jembatan Siak II adalah 0,059 mg/l (Nilai baku mutu 0,03 mg/l), kemudian kandungan Cu di Sungai Siak Jembatan Siak I yaitu 4,31 mg/l dan Jembatan Siak II yaitu 0,065 mg/l (Nilai baku mutu 0,02 mg/l) serta kandungan Zn di Sungai Siak Jembatan Siak I adalah 4,40 mg/l dan Jembatan Siak II adalah 0,043 mg/l (Nilai baku mutu 0,05 mg/l).

Perairan Sungai Siak yang telah tercemar akan berakibat buruk pada kehidupan ikan Selais (O. hypophthalmus) khususnya pada organ hati ikan. Karena organ hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap bahaya polutan ataupun materi beracun yang berasal dari lingkungan perairan. Informasi mengenai kondisi struktur jaringan hati pada ikan Selais (O.

hypophthalmus) di Sungai Siak sekitar wilayah Jembatan Siak I, Desa Okura, Kecamatan

Rumbai Pesisir dan disekitar wilayah Jembatan Siak II Kelurahan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru belum pernah dilaporkan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai struktur hati ikan Selais (O. hypophthalmus) di dua stasiun tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 di Sungai Siak sekitar wilayah Jembatan Siak I Desa Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, dan disekitar wilayah Jembatan Siak II Kelurahan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Pengamatan makroskopis dan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Phatologi Hewan IPB.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bedah, mikroskop fotomikrogafi, hotplate, oven, penggaris, kamera Digital, botol film, kertas label, kotak karton berukuran 2 x 2 cm untuk embedding, objek glass dan cover glass, mikrotom dan pisau mikrotom. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah ikan Selais (O. hypophthalmus), garam fisiologis 0,9 %, formalin 10 %, alkohol seri (30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut 100%), xilol, glyserin-albumin, pewarna Hematoxilin-Eosin (HE), entelan, dan aquades.

Prosedur penelitian ini yaitu Ikan Selais di ambil 5 ekor di Sungai Siak sekitar wilayah Jembatan Siak I dan 5 ekor ikan di Sungai Siak sekitar wilayah Jembatan Siak II dalam keadaan hidup. Kemudian ikan dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan aerator, selanjutnya dibawa ke Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA UR Pekanbaru untuk dilakukan pengamatan makroskopis. Selanjutnya pengamatan

(3)

3

mikroskopis dilakukan pembuatan preparat histologis dengan menggunakan metode parafin (Handari 1980). Analisis data yang digunakan yaitu Data yang diperoleh dari hasil pengamatan histologi hati ikan Selais (O. hypophthalmus) akan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis Hati Ikan Selais (O. hypophthalmus)

Hati ikan Selais terletak di antara bagian posterior jantung dan anterior usus depan. Organ hati ikan Selais memiliki dua lobus yaitu lobus kiri dan lobus kanan. Struktur lobus hati ikan Selais memiliki struktur yang sama dengan struktur lobus hati pada ikan Baung (Erlita, 2010), ikan Patin (Silurus sp) (Affandi et al. 2004) dan ikan Tilapia (Oreochromis

niloticus) (Vicentini et al. 2005). Pada organ hati ikan Selais terdapat ductus hepaticus,

yakni saluran yang menghubungkan antara organ hati dengan kantung empedu (vesica

fellea). Kantung empedu berbentuk oval dan berwarna kehijauan. Topografi hati ikan Selais

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Topografi ikan Selais Ompok hypophthalmus. Ket. 1. Jantung, 2. Hati, 3. Empedu, 4. Usus Depan, 5. Lambung.

Organ hati yang normal pada umumnya adalah berwarna merah tua (Anonim 2012). Hal ini karena salah satu fungsi hati yaitu untuk mensintesis sel darah merah, sehingga hati banyak sekali persediaan darah. Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis hati ikan Selais yang berasal dari stasiun I (disekitar wilayah Jembatan Siak 1) dan stasiun II (disekitar wilayah Jembatan Siak II) didapatkan organ hatinya berwarna merah kekuningan. Hal ini diduga hati yang berwarna merah kekuningan memiliki kandungan lemak yang tinggi di dalam hati (Burcu 2009).

(4)

4

Pengamatan Mikroskopis Hati Ikan Selais (O. hypophthalmus)

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis hati ikan Selais (O. hypophthalmus) yang diambil di dua stasiun ditemukan beberapa kelainan pada jaringan mikroanatomi hati ikan Selais yaitu kongesti, perlemakan sel, pembengkakan sel dan lisis. Data hasil pengamatan ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan struktur jaringan mikroanatomi hati ikan selais (O.

hypophthalmus).

Keterangan : A : Lobus Anterior ; C : Lobus Central ; P : Lobus Posterior + : Ada ; - : Tidak ada

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) kerusakan pada struktur jaringan mikroanatomi hati ikan Selais (O. hypophthalmus) yang terjadi di stasiun I dan stasiun II kerusakan yang ditemui yaitu perlemakan sel di lobus kiri dan lobus kanan yaitu pada lobus anterior, sentral dan posterior. Perlemakan sel adalah suatu proses degenerasi lemak yang merupakan gangguan pada sel lemak atau akumulasi lemak yang berlebihan di dalam sitoplasma. Ditandai dengan adanya vakuola-vakuola (keadaan antar sel-sel hati satu dengan yang lainnya menjadi merenggang). Berdasarkan penelitian El-Naggar (2009) yang melaporkan bahwa hati ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang mengalami perubahan patologis berupa perlemakan sel dan nekrosis adalah akibat hati telah terakumulasi oleh logam berat (Fe, Cu, Zn, Mn, Pb, dan Cd).

Mohamed (2008) juga melaporkan hati ikan Oreochromis niloticus dan Lates

niloticus mengalami perubahan patologis berupa perlemakan sel akibat dari akumulasi

logam Fe, Zn, Pb, Cu, Cd, dan Co. Selanjutnya Ahmad et al. (2011) juga melaporkan adanya kerusakan hati ikan Lele (Clarias batrachus) berupa perlemakan sel dari efek cadmium clorida dengan konsentrasi 8 ppm selama 30 hari. Alifia dan Djawad (2000) juga melaporkan adanya kerusakan hati pada juvenile ikan Bandeng yang diberi perlakuan timbal (Pb) dengan konsentrasi 0,15 ppm bahwa hati telah mengalami perlemakan sel, dimana penampakan histologi berupa vakuola-vakuola (ruang-ruang kosong). Hal ini akan menyebabkan fungsi hati yang kompleks menjadi terganggu.

Selanjutnya kerusakan yang ditemui yaitu lisis di lobus kiri dan lobus kanan yaitu pada lobus anterior, sentral dan posterior.Lisis terjadi akibat sel hati tersusun tidak teratur dan diduga hal ini terjadi akibat pecahnya dinding sel hati. Kejadian ini juga terjadi pada penelitian Erlita (2011) yang melaporkan bahwa sayatan melintang mikroanatomi hati ikan

Struktur Jaringan

Sungai Siak (Jembatan Siak 1) Sungai Siak (Jembatan Siak II) Lobus Kiri Lobus Kanan Lobus Kiri Lobus Kanan

A C P A C P A C P A C P

Kongesti + + + + + + + + + + + +

Perlemakan Sel + + + + + + + + + + + +

Pembengkakan sel + + + + + + + + + + + +

(5)

5

Baung yang berasal dari Sungai Siak telah mengalami lisis. Lisis ini juga dapat terjadi akibat dari mekanisme osmotik, yaitu diakibatkan oleh keberadaan sel dalam cairan yang sangat hipotonik relative terhadap konsentrasi cairan di dalam sel, sehingga ini mengakibatkan air akan bermigrasi secara besar-besaran masuk ke dalam sel. Volume sel menjadi meningkat dan akibatnya membran sel tidak mampu menahannya, sehingga sel menjadi pecah.

Selain itu kondisi struktur jaringan hati ikan Selais di stasiun I dan II juga telah mengalami pembengkakan sel di lobus kiri dan kanan yaitu pada lobus anterior, sentral dan posterior yang ditandai dengan adanya hepatosit membengkak sehingga menyebakan sinusoid menyempit, kemudian sitoplasma tampak menjadi keruh. Pembengkakan sel ini terjadi karena muatan elektolit di luar dan di dalam sel telah berada dalam keadaan tidak setimbang. Ketidakstabilan sel dalam memompa ion natrium keluar dari sel menyebabkan peningkatan masuknya cairan dari ektraseluler kedalam sel sehingga sel tidak mampu memompa ion natrium yang cukup. Hal ini akan menyebabkan sel menjadi membengkak dan sel akan mengeluarkan materi sel kemudian akan terjadi kematian sel (nekrosis) (Anderson 1995). Diduga terjadinya pembengkakan sel ini dipengaruhi oleh logam Cd. Hal tersebut diperkuat oleh Hinton dan Lauren (1990) yang melaporkan bahwa dengan terpaparnya cadmium pada sel hepatosit maka akan menyebabkan terjadinya pembengkakan hepatosit sebagai akibat langsung dari zat toksik yang berpengaruh langsung pada mekanisme transpor ion.

Berdasarkan penelitian juga didapatkan kondisi struktur jaringan hati ikan Selais di stasiun I dan II juga telah mengalami kongesti di lobus kiri dan kanan yaitu pada lobus anterior, sentral dan posterior. Menurut Van Dyk et al. (2005) salah satu penyebab terjadinya kongesti adalah karena terpapar oleh bahan kimia seperti cadmium, merkuri dan zinc. Hal ini terjadi karena sebagian besar racun atau zat toksik yang masuk ke dalam tubuh setelah diserap oleh sel selanjutnya akan dibawa ke hati oleh vena porta hati, sehingga hati berpotensi mengalami kerusakan. Menurut penelitian Khaisar (2006) melaporkan organ hati ikan Alu-alu (Sphyraena barracuda) yang terpapar logam berat Pb dan Cd mengalami kongesti (pembendungan sel-sel darah merah).

Menurut Darmono (1995), kerusakan hati dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan, sedang dan berat. Perlemakan sel termasuk dalam tingkat ringan yang ditandai dengan pembengkakan sel. Tingkat kerusakan sedang yaitu kongesti, dan tingkat kerusakan berat adalah kematian sel atau nekrosis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Makroskopis hati ikan Selais (O. hypophthalmus) dari Sungai Siak disekitar wilayah Jembatan Siak I dan Sungai Siak disekitar wilayah Jembatan Siak II memiliki dua lobus, yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berwarna merah kekuningan karena memiliki kandungan lemak yang tinggi di dalam hati. Kondisi struktur jaringan hati ikan Selais (O. hypophthalmus) di dua stasiun ini pada lobus kiri dan lobus kanan ditemukan perlemakan sel, kongesti, pembengkakan sel, dan lisis. Hal ini diduga perairan Sungai Siak disekitar wilayah jembatan I dan II yang

(6)

6

tercemar logam berat mempengaruhi kondisi struktur jaringan hati sehingga mengalami kerusakan.

Penelitian ini merupakan informasi awal mengenai struktur hati ikan Selais khususnya dari Sungai Siak disekitar wilayah Jembatan Siak I dan disekitar wilayah Jembatan Siak II. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kondisi struktur jaringan ikan Selais (O. hypophthalmus) di dua stasiun ini seperti ginjal, insang, dan saluran pencernaan. Selanjutnya perlu juga dilakukan penelitian tentang morfologi dan kandungan logam berat pada daging ikan Selais (O. hypophthalmus).

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Ahmad B., Quresi T. A., Susan M., Pinky K., Rumysa K. 2010. Effect of Cadmium Chloride on the Histoarchitecture of Liver and Kidney of a freshwater Catfish, Clarias Batrachus. India. Barkatullah University Bhopal.

Alifia F, Djawad MI. 2000. Kondisi Histologi Insang dan Organ dalam Juvenil Ikan Bandeng (Chanos chanos frorskall) Yang Tercemar Logam Timbal (Pb). Makasar. Universitas Hasanudin.

Anderson PS. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa. Peter A. Jakarta: EGC. Penerbit Buku Kedokteran.

Anonim. 2012. www.artikelbiologi.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013, pukul 20.30 WIB.

Burcu TK. 2009. The Effects Of Sodium Perchlorate On The Liver Of Molly Fish (Poecilia

sphenops, Cyprinidae, Teleostei). Turkey. Academic Journals. 8 (11).

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.

El-Naggar AM, Mahmoud SA, Tayel SI. 2009. Bioaccumulation of Some Heavy Metals and Histopathological Alterations in Liver of Oreochromis niloticus in Relation to Water Quality at Different Localities along the River Nile, Egypt. World

Journal of Fish and Marine Sciences1 (2): 105-114.

Erlita TA. 2011. Histologi Hati Ikan Baung (Mystus nemurus C.V.) dari Perairan Sungai Siak Propinsi Riau. [skripsi]. Pekanbaru. Universitas Riau.

Hinton DE, Lauren DJ. 1990. Integrative histopathological effects of environmental stressors on fishes. American Fisheries Society Symposium; 8: 51–66.

Khaisar O. 2006. Kandungan timah hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam air, sedimen, dan bioakumulasi serta respon histopatologis organ ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) di perairan teluk Jakarta. Institut pertanian bogor.

Mohamed F. A. S. 2008. Bioaccumulation Of Selected Metals And Histopatological Alterations In Tissues Of Oreochromis niloticus and Lates niloticus From Lake Nasser, Egypt. Global Veterinaria 2 (4): 205 – 218.

Van Dyk, J.C., Pieters, G.M. dan Van Vuren. J.H.J. 2005. Histological Changes in The Liver of Oreochromis mossambicus (Cichlidae) after Exposure to Cadmium and Zinc. Ecotoxicology an Environmental Safety 66:432-440.

(7)

7

Vicentini CA, Fransceschini VIB, Bombonato MTS, Bertolucci B, Lima SG, Santos AS. 2005. Morphological Study Of The Liver Teleost Oreochromis niloticus. Brazil.

Gambar

Gambar  1.  Topografi  ikan  Selais  Ompok  hypophthalmus.  Ket.  1.  Jantung,  2.  Hati,  3

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Sri Darnoto, SKM., M.PH, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta serta pembimbing yang telah

patroli laut dan udara dalam rangka menunjang operasi keamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pada prinsipnya, operasi maritim ini adalah gabungan antara kekuatan udara dan

Kadar abu yang terendah terdapat pada ki pasang, sedangkan kadar abu yang tertinggi terdapat pada sempur lilin, kadar silika terendah terdapat pada ki bugang

Wibowo dan Untung (2005: 2-7) menyebutkan beberapa pendapat terkait bunga bank, pertama; alasan yang mendukung penerapan bunga bank. a) bunga atas pinjaman adalah

Metode yang dilakukan dalam kegiatan sosialisasi ini yaitu demonstrasi pembuatan nuget lele dari awal hingga akhir, demonstrasi fillet daging ikan lele, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu kejutan suhu dingin memberikan hasil yang nyata ter- hadap pembentukan individu triploid pa- da ikan patin

Ekosistem mangrove memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pengelolaan hutan

Untuk melakukan analisis kontruksi pohon filogenetik pada penelitian ini, ditentukan outgroup yang berada pada level yang berbeda dengan seluruh sekuens yang dibandingkan, yaitu