• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Pupuk P dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Di Tanah Ultisol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Pupuk P dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Di Tanah Ultisol"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Pupuk P dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Di Tanah

Ultisol

The effects of Phosphate fertilizer and Compost Empty Fruit Bunch Palm Oil

On the Growth and Yield Production Ground Nut (Arachis hypogaea L.) on

Ultisol Soil

Edwin Wijaya1 dan Yernelis Syawal1 1

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

This research aims to understand the influence of fertilizer P and compost empty fruit bunch palm oil ( OFB ) against growth and the production of a ground nut . The research were conducted from February 2015 upto Mey 2015 at field station in Agronomy Department, Agriculture Faculty, Sriwijaya University, Indralaya. The research used

randomized block design factorials with two a factor of treatment and repeated as many as

three times and there were 36 units treatment . The factors that fertilizer P , P1( 0), P2 ( 100

kg / ha ) , P3 ( 150 kg / ha ) . Fertilizer O factors , O1 (0), O2 ( 3 ton / ha ) , O3 ( 6 ton / ha ) ,

O4 ( 9 ton / ha ) .The results showed that treatment P3 fertilizer ( 150 kg / ha ) and fertilizer

O4 ( 9 tons / ha ) gives a good influence on the production of peanut plants. Key words : Groundnut, Posphor, Compost

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk P dan kompos tandan kosong kelapa sawit ( TKKS) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan February 2015 sampai dengan bulan Mei 2015 di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial ( RAKF) dengan 2 faktor perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 Unit perlakuan. Adapun Faktor pupuk P yaitu, P1 ( 0) , P2 (100 kg/ha), P3 (150 kg/ha). Faktor Pupuk O yaitu, O1(0), O2 (3 ton/ha), O3 (6 ton/ha), O4 (9 ton/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk P3 (150 kg/ha) dan kompos O4 (9 ton/ ha) memberikan hasil terbaik terhadap produksi tanaman kacang tanah.

Kata kunci : Kacang tanah, Fosfor, Kompos TKKS

PENDAHULUAN

Kacang tanah merupakan salah satu kelompok tanaman legum yang secara morfologis memiliki suatu keunikan tersendiri, yaitu pada proses pembentukan polongnya. Jika pada tanaman legum yang lain polong terbentuk di atas permukaan tanah (berada pada posisi yang

(2)

sama dengan tajuk tanaman) tetapi untuk kacang tanah, polong baru akan terbentuk apabila ginofor (calon bakal buah yang memanjang) sudah mencapai dan masuk ke dalam tanah (Adhi, 2010).

Masih rendahnya produksi dan produktivitas yang dicapai petani dalam pengembangan budidaya kacang tanah disebabkan oleh teknik budidaya yang belum optimal, pemupukan dan persediaan air kurang memadai, adanya serangan hama dan penyakit, serta adanya gangguan gulma yang merupakan pesaing dari kacang tanah. Pengaruh yang merugikan dari gulma terhadap tanaman budidaya dapat berupa persaingan dalam pemanfaatan unsur hara, air, cahaya serta ruang tempat tumbuh. Kemampuan persaingan antara tanaman dengan gulma dipengaruhi oleh jenis gulma, kerapatan gulma, saat dan lamanya persaingan, cara budidaya, dan varietas yang ditanam serta tingkat kesuburan tanah (Sumarno, 2002 ).

Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah kering (tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat menjelang musim kemarau, namun penanaman kacang tanah di tegalan dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan, karena tanaman tersebut di tanam oleh petani maka dapat disebut sebagai produksi tanaman rakyat. Kacang tanah termasuk tanaman palawija, yakni tanaman palawija yang berumur pendek, jadi tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Buah kacang tanah ini merupakan makanan yang sehat, karena mengandung protein nabati dan lemak yang dibutuhkan manusia (Pitojo,2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS dapat meningkatkan jumlah polong isi penuh pada kacang tanah dan meningkatkan bobot kering polong isi kacang tanah (Indrawati 2001).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kepadatan tanah dan cukup baik ditinjau dari aspek ekologis adalah dengan pemberian pupuk organik, baik yang berasal dari pupuk tandan kosong kelapa sawit atau dari sisa-sisa tanaman (jerami padi). Hal positif yang diperoleh dari pemberian pupuk organik tersebut adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan Kapasitas Tukar Kation tanah dan kapasitas menahan air (Sutarwi, 2013).

Kompos yang terbuat dari campuran pupuk organik , pupuk tandan kosong kelapa sawit ini perlu diperkaya dengan bahan-bahan organik lain yang dapat menambah unsur hara dan juga dapat berperan sebagai biopestisida sehingga diharapkan tanaman tumbuh baik dan terhindar dari serangan hama dan panyakit. Menurut Andhi (2010), pupuk organik mengandung unsur hara nitrogen bebas, dapat mencegah hama meletakan telur dan berperan mencegah benih dari serangan hama.

Indonesia merupakan salah satu daerah transmigran yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas untuk dikembangkan sebagai lahan penanaman tanaman palawija diantaranya adalah tanaman kacang tanah. Kacang tanah ini dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi tanah, Tetapi dalam hal pemanfaatan sisa bahan tanaman yang diolah kembali untuk dijadikan sebagai bokashi, belum begitu dimanfaatkan oleh petani.

Phospor (P) merupakan unsur hara esensial makro yang penting setelah Nitrogen (N). Hara P sangat penting bagi tanaman kacang tanah karena berfungsi dalam transfer energi, penyusunan protein, dan senyawa metabolik (Suwardjono, 2011. Kebutuhan hara P tanaman kacang tanah dapat dipenuhi melalui serapan dari dalam tanah ataupun lewat daun.

Gulma yang hadir diantara tanaman yang kita usahakan akan menjadi masalah karena akan berkompetisi dengan tanaman (Syawal, 2010) Hal ini karena gulma mampu berkembang biak dengan cepat, memanfaatkan unsur hara, air, ruang tumbuh, cahaya, CO2 yang seharusnya digunakan oleh tanaman (Zimdalh, 1980).

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah dan gulma terhadap pemberian P dan kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya, mulai bulan February 2015 sampai Mei 2015. . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 Unit perlakuan. Sumber pupuk P adalah SP-36 dan sumber pupuk TKKS adalah pupuk organik hayati dengan merek

dagang ImproBioTM

Peubah yang diamati meliputi Tinggi tanaman, Jumlah biji, Jumlah polong, berat biji, berat polong, produksi per plot dan gulma.

HASIL

Hasil analisis keragaman pada (Tabel 1) menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS (O) berpengaruh sangat nyata terhadap berat polong, berpengaruh nyata terhadap produksi per plot. Pemberian pupuk P berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji dan interaksi antara pupuk P dan pupuk TKKS berpengaruh nyata terhadap berat biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji, jumlah polong dan tinggi tanaman.

Tabel 1. Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati

No Peubah F Hitung

Pupuk P Pupuk O Interaksi KK (%)

1 Tinggi Tanaman 0,72tn 2,01tn 1,33tn 5,87

2 Berat Biji 13,16** 6,01** 4,55* 20,22

3 Berat Polong 0,09tn 10,48** 0,59tn 24,82

4 Jumlah Biji 1,79tn 1,04tn 1,09tn 27,38

5 Jumlah Polong 2,5tn 0,22tn 1,51tn 26,09

6 Produksi Per Plot 2,37tn 5,47** 1,99tn 19,73

F Tabel 5% 3,44 3,05 2,55

F Tabel 1% 5,72 4,82 3,76

Keterangan :

tn = berpengaruh tidak nyata

* = berpengaruh nyata pada taraf 5 %

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %

Tinggi Tanaman ( cm)

Pengamatan tinggi tanaman menunjukkan pada perlakuan pupuk P dan pupuk organik TKKS) tidak berpengaruh nyata (Tabel 2). Laju pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 2. Rata rata pengamatan tinggi tanaman maksimum kacang tanah terhadap pemberian pupuk P dan pupuk TKKS

Pupuk P Kompos TKKS (O) Jumlah P

0 1,4 2,7 4,5

(4)

45 56,13 57,93 60,37 59,71 234,14

67,5 60,11 58,25 58,28 61,35 237,99

Jumlah O 175,05 169,27 179,18 179,89

Gambar 1. Diagram pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah terhadap pemberian pupuk P dan pupuk TKKS

Berat Biji ( g)

Dari hasil Analisis sidik ragam pada pengamatan berat biji tanaman kacang pada perlakuan pupuk P dan kompos TKKS menunjukkan interaksi yang nyata (Tabel. 3)

Tabel 3. Hasil uji BNT terhadap berat biji tanaman

Pupuk P Pupuk Organik

0 1,4 2,7 4,5 0 17,85 a A 16,75 a A 22,56 a A 25,62 a A 45 26,88 ab AB 23,12 ab AB 28,51ab A 35,16 b B 67,5 30,56 ab B 27,95 a B 30,5 ab A 38,39 b B BNT 0,05 9,22

Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Berat Polong ( g )

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukkan pada perlakuan pupuk TKKS berpengaruh nyata terhadap pengamatan berat polong tanaman kacang tanah. Hasil uji lanjut BNT ( Tabel 4) menunjukkan pada perlakuan O4 menunjukkan penggunaan dosis pupuk yang efektif pada perlakuan pupuk O dengan rata rata 174,05.

Tabel 4. Hasil uji BNT terhadap berat polong tanaman

Pupuk Organik Rata-rata

O1 101.12 a O2 104.32 a O3 123.53 b O4 174.05 c 48 50 52 54 56 58 60 62 T in gg i T an am an ( Cm ) Perlakuan Pupuk

(5)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Ju m lah B iji BNT 5 % 17,60

Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Jumlah Biji

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk P dan pupuk O berpengaruh tidak nyata terhadapap peubah jumlah biji tanaman (Tabel 5).

Tabel 5. Rata rata pengamatan jumlah biji kacang tanah terhadap pemberian pupuk P dan kompos TKKS

Pupuk P Pupuk Organik Jumlah P

0 1,4 2,7 4,5

0 62,53 59,93 64,07 79,13 265,66

45 49,87 48,60 66,40 52,60 217,47

67,5 48,53 58,53 61,67 60,87 229,60

Jumlah O 160,93 167,06 192,14 192,60

Gambar 2. Laju pertambahan jumlah biji pada perlakuan P dan kompos TKKS

Jumlah Polong ( Buah )

Pengamatan jumlah polong dari data analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan pupuk P dan Pupuk TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong tanaman kacang tanah (Tabel 6.). Laju pertambahan jumlah biji pada perlakuan pupuk P dan pupuk kompos TKKS dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 6. Rata rata pengamatan jumlah polong kacang tanah terhadap pemberian pupuk P dan pupuk TKKS

Pupuk P Pupuk Organik Jumlah P

0 1,4 2,7 4,5

0 38,44 35,88 42,97 54,05 171,24

45 28,33 33,56 44,42 57,54 163,85

67,5 34,45 34,88 36,14 62,47 167,94

(6)

Gambar 3. Laju pertambahan jumlah polong pemberian P dan kompos TKKS

Produksi per plot (Kg)

Hasil pengamatan analisis sidik ragam menunjukkan pada perlakuan kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap pengamatan produksi per plot tanaman kacang tanah (Tabel 7). Hasil tingkat produksi tanaman kacang tanah dapat dilihat dalam Gambar 6.

Tabel 7. Rata rata pengamatan produksi per plot kacang tanah terhadap pemberian kompos TKKS

Pupuk Organik Rata-rata

O1 4.66 a

O2 4.54 a

O3 5.84 bc

O4 6.15 c

BNT 5 % 0,58

Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji BNT taraf 5%

PEMBAHASAN

Hasil pengamatan tanaman kacang tanah ( Tabel 1) menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji, berat polong dan produksi per plot, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah biji, dan jumlah polong. Perlakuan P berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat polong, jumlah biji, jumlah polong, produksi per plot. Interaksi pupuk P dan kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap berat biji, dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat polong, jumlah polong, jumlah biji, dan produksi per plot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk P dan kompos TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman ( Tabel 2). Meskipun demikian, tinggi tanaman kacang tanah yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3O4 dengan dosis pupuk P 67,5/ plot dan kompos TKKS 4,5 kg/ plot, tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P1O2 (tanpa P dan 1,4 / kg TKKS/ plot. Tinggi tanaman tertinggi 61,35 cm dan terendah 53,09 cm.. Hal ini sesuai dengan pernyataan Silahoi (2008) Fosfor berperan dalam pertumbuhan tanaman dalam fase generatif sehingga pertumbuhan tinggi tanaman pada fase

0 10 20 30 40 50 60 70 Jumla h Pol ong

(7)

vegetatif tidak berbeda. Pemberian pupuk P dan kompos TKKS tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, hal ini disadari bahwa kedua variabel tersebut merupakan indikator dari komponen pertumbuhan vegetatif tanaman yang ada diatas permukaan tanah. Pertumbuhan vegetatif tanaman, ditinjau dari aspek pendukung yang berasal dari dalam tanah, cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur nitrogen dan kalium. Pada penelitian ini unsur kalium didapat dari pupuk organik TKKS dan unsur nitrogen didapat dari tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, tinggi tanaman tidak berpengaruh terhadap perlakuan tersebut.

Hasil pengamatan menunjukkan pada perlakuan pupuk P dan pupuk kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap berat biji kacang tanah ( Tabel 3). Hasil rata rata berat biji kacang tanah dari semua perlakuan dosis pupuk yang paling efektif terdapat pada perlakuan P3O4. Sedangkan hasil rata rata berat biji terendah terdapat pada perlakuan P1O2. Pengaruh pupuk P dalam pembentukan biji sangat efektif, karena fosfor ini sangat baik dalam pembentukan biji tanaman kacang tanah. Sesuai dengan Lingga (2003) yang menyatakan bahwa fosfor dapat mempercepat penuaan buah atau pemasakan biji serta meningkatkan hasil biji-bijian. Pemberian pupuk TKKS memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat biji tanaman. Berat biji yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3O4. Hal ini didukung oleh Stell (1993) yang menyatakan pemberian pupuk TKKS ini memberikan pengaruh terhadap frekuensi pertumbuhan dan produksi tanaman dalam meningkatkan jumlah ginofor dalam tanaman kacang tanah. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi antara pupuk fosfor dan pupuk TKKS berpengaruh nyata terhadap berat biji tanaman kacang tanah per sampel. Pada (tabel 3) terlihat bahwa dosis pupuk P 67,5 g dan kompos 4,5 Kg/ plot (P3O4) merupakan pupuk yang efektif untuk berat biji..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos (TKKS) berpengaruh nyata terhadap berat polong kacang tanah (tabel 4). Hasil rata rata berat polong tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P3O4 dengan dosis pupuk P 67,5 g dan 4,5 kg/ TKKS plot. Semakin berat polong tanaman kacang tanah maka akan semakin efektif dalam penggunaan pupuk. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang tersedia pada kompos TKKS telah mencukupi kebutuhan tanaman kacang tanah seperti unsur P dan K. Sesuai dengan Sumarno (2002) pembentukan polong kacang tanah yang akan terbentuk dengan bertambahnya berat polong di pengaruhi oleh pupuk kompos TKKS yang diberikan kepada tanaman. Apabila kekurangan pupuk kompos maka akan mempengaruhi polong hampa dan kematangan buah dalam polong.

Hasil pengamatan menunjukkan pemberian P dan kompos TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan jumlah biji. Jumlah biji tertinggi terdapat pada perlakuan P1O4 dengan rata rata 79,13 dan terendah pada P202 dengan rata rata 48,6( Tabel 5). Hal ini dapat diduga karena nitrogen menjadi faktor yang sangat berperan dilahan penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutarwi (2013) yang menyatakan apabila tanaman kurang N maka akan menghambat pertumbuhan, menghambat produksi termasuk pembentukan biji. Pupuk P dan kompos TKKS berfungsi sebagai pembentukan biji namun kondisi lingkungan juga berfungsi sebagai pembentukan biji. Pada saat pembentukan biji kondisi lingkungan tidak menguntungkan diduga karena pada saat pembentukan biji terjadi musim hujan sehingga menghambat pembentukan biji.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS dan pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Namun pengamatan jumlah polong paling banyak terdapat pada perlakuan P304 dengan rata rata 62,47 dan terendah pada P2O1 dengan rata rata 28,33 (Tabel 6).. Hal ini dapat didukung dengan penelitian Indawati (2001) kompos TKKS berfungsi sebagai organ penyerap hara dan air dari dalam tanah,dan berfungsi

(8)

juga melindungi tanah dari sinar matahari yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kepadatan tanah. Unsur fosfor juga cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan organ generatif tanaman, namun pada tanaman kacang tanah ini pembentukan polongnya terdapat didalam tanah berbeda dengan tanaman legum lainnnya,sehingga perkembangan polong kacang tanah dapat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat biologi dan kimia tanah (Suwardjono,2011).

Hasil pengamatan pemberian pupuk P tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi per plot, namun pada perlakuan kompos TKKS memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi per plot. ( Tabel 7 ) . Pada pupuk kompos TKKS terdapat unsur K yang berperanan dalam pembentukan polong kacang tanah. Hal ini didukung penelitian Sumarno (2002) meningkatnya jumlah polong yang terbentuk akan bertambah beratnya apabila pengisian polong sempurna yang ditandai dengan berkurangnya jumlah polong yang hampa. Unsur K penting dalam pengisian polong dan pengisisan biji. Perlakuan pemberian kompos TKKS bertujuan menjaga kondisi tanah agar tetap gembur.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan pupuk P dengan 67,5 g dan kompos TKKS 4,5 kg /plot merupak dosis terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan untuk meningkatkan dosis pupuk P dan kompos TKKS guna meningkatkan produksi kacang tanah.

Pupuk Kompos TKKS yang diperkaya dengan mikroba yang bermanfaat dapat digunakan untuk produksi pangan dan perkebunan organik

DAFTAR PUSTAKA

Andhi ,2010. Keterse iaan Fosfat, Serapan Fosfat, Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Akibat Pemberian Pupuk Fosfat Pada Ultisols. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9: 30-36. Indrawati ,2001. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Lingga, 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pitojo, 2005. Status Kadar Lengas Tanah dan Hasil Kacang Tanah pada Berbagai Bentuk dan Dosis Mulsa Jerami. Tesis. Unibraw. Malang.

Silahoi, 2008. Efek pupuk KCl dan SP 36 terhadap kalium tersedia, Serapan kalium dan hasil kacang tanah ( Arachis hypogaea L ). Bul Agron 36 ( 2) 126-132.

Sumarno, 2002. Pengembangan Kacang Tanah. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Sutarwi, 2013. Pengaruh dosis pupuk fosfat terhadap petumbuhan dan hasil produksi kacang tanah ( Arachis hypogaea). Elvivo.1 ( 1) hal 42-48.

Suwardjono. 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Jurnal Matematika, Sain dan Teknologi Vol. 2 (2). September 2009

Syawal, Y. 2010. Interaksi Tanaman Dengan Gulma (Dasar-dasar Ilmu Gulma). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Unsri Pers. Palembang.

(9)

Zimdalh, R.L 1980. Weed Crop Competition, Areview. IPPC. Oregon State Iniv. Corvalis, Oregon.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati
Gambar 1. Diagram pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah terhadap pemberian pupuk P  dan pupuk TKKS
Tabel  5.  Rata  rata  pengamatan   jumlah  biji  kacang  tanah terhadap  pemberian  pupuk  P  dan  kompos  TKKS
Gambar 3. Laju pertambahan jumlah polong pemberian P  dan kompos TKKS  Produksi per plot (Kg)

Referensi

Dokumen terkait

Baik-buruknya respon pemegang IPPKH terhadap kebijakan PKH sangat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan tersebut, sedangkan BPKH dan BPDAS merupakan pihak

Pemilihan empat jenis bakteri patogen dalam penelitian ini berdasarkan alasan bahwa bakteri-bakteri tersebut lazim digunakan sebagai model untuk pengujian senyawa aktif baru dan

Terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada materi passing bola basket

Sikap mental ini menyebabkan guru tersebut merasa senang mengajar ( bekerja ), seakan- akan melakukan pekerjaan secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati

Dalam penelitian ini, Observasinya nanti akan ditujukan untuk peserta didik di kelas VII(A) Mts Nahdlatusy Syubban Sayung, Observasi ini dilakukan untuk mengamati

Pada skripsi yang berjudul Konsep Alienasi Kerja Menurut Karl Marx dalam Buku “Economic and Philosophic Manuscripts of 1844”, penulis menggunakan skema

13 Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan.. Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus

gambaran penguasaan materi ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :.. *) Isian kolom bisa, tidak bisa, ragu-ragu