• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga Di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga Di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI

PENGADAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA MARJANDI TONGAH KECAMATAN GUNUNG MERIAH

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

SAUT HASUDUNGAN SIMATUPANG NIM.111021081

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PARTISIPASI PENGADAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA MARJANDI TONGAH KECAMATAN GUNUNG MERIAH KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : SAUT HASUDUNGAN SIMATUPANG

Nomor Induk Mahasiswa : 111021081

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Tanggal Lulus : 12 Pebruari 2014

(3)

ABSTRAK

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah jamban untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. Desa Marjandi Tongah merupakan desa yang memiliki keberadaan jamban yang paling rendah di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang, dan selalu memanfaatkan sungai, parit sebagai tempat pembuangan kotoran/tinja. Jamban merupakan tempat membuang tinja manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, kemudian lingkungan akan terlihat bersih, indah sehingga mempunyai nilai-nilai estetika yang baik, serta tidak menyebabkan bibit penyakit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga di desa Marjandi Tongah. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua KK yang belum memiliki jamban keluarga. Adapun sampel penelitian adalah total populasi yaitu sebanyak 55 KK. Analisis data menggunakan analisa univariat dan bivariat menggunakan uji chi – square pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan (p = 0,003) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga. Variabel sikap (p = 0,0001) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga. Variabel ketersediaan air bersih (p = 0,0001) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban. Serta variabel peran petugas kesehatan (p = 0,019) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga.

Disarankan kepada Petugas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Gunung Meriah dan Kepala Desa untuk meningkatkan perannya dalam menyuluh masyarakat dalam penggunaan dan pemanfaatan jamban di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah.

(4)

ABSTRACT

One of the efforts made in the public health is privy maintain and improve the health of the community in the form of disease prevention , and restoration of health by government and society. Tongah Marjandi village is the village that has the lowest presence of latrines in the district of Gunung Meriah Deli serdang , and always use the river , ditch the sewage / feces . Latrines is home throw human feces so that bacteria in the dirt does not meet the environment, then the environment will look clean, so it has a beautiful aesthetic values, as well as not causing germs.

This study aims to determine the factors associated with a participation of family latrines in the village marjandi tongah. The method used is a cross sectional design. The population in this study families have not family latrines. The sample of the study was the total population of as many as 55 families, Analysis of the data using univariate and bivariate analysis using chi – square at 9 5% confidence level.

The results showed variable knowledge ( p = 0.003 ) no relationship with the participation of family latrines. Attitude variable ( p = 0.0001 ) there is relationship with participation of family latrines. Variable availability of clean water ( p = 0.0001) there is a relationship with a participation of family latrines.Variable availability of clean water (p= 0.0001) there is a relationship with a participation of family latrines As well as the role of health workers variable ( p = 0.019 ) no relationship with the participation of family latrines.

Health care workers are advised to Puskesmas Gunung Meriah and village chief counsel to increase its role in the community in the use and utilazation of latrines in the village Marjandi Tongah District of Mount Meriah.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Saut Hasudungan Simatupang

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 8 Pebruari 1971

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 9 dari 9 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Dame Ujung (seberang tol) Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas Kotamadya Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1976 – 1983 : SD Parit Bindu Kabupaten Langkat

2. 1984 – 1987 : SMP Katolik Budi Murni 2 Muara Kecamatan Medan Timur Kotamadya Medan

3. 1988 – 1991 : SMA Katolik Budi Murni 2 Kecamatan Medan Timur Kotamadya Medan

4. 1992 – 1995 : D-III APK-TS Kabanjahe Kabupaten Karo 5. 2011 – 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugrah-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga Di Desa Marjandi Tongah Kec.Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

Pada kesempatan ini, saya dengan rasa hormat ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Surya Dharma,MPH selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya, memberikan petunjuk dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya,memberikan petunjuk dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ir. Indra Chahaya.S,Mkes selaku dosen dosen penguji II yang telah memberi masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesikan.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(7)

8. Istri terbaikku Nelly Sitorus,yang selalu menemani, memberi dukungan dan motivasi serta kasih sayang yang tidak akan terlupakan oleh penulis.

9. Seluruh teman-teman yang telah memberikan masukan,Sehat,Epi,Rian,kepada penulis.

10. Kepada teman-teman seperjuangan di peminatan Kesehatan Lingkungan, Barita Goklas,Fandhi,Suryani, Astri,Manda,Ika dan lain-lain.

11. Teman-teman PBL: Efrida,Windasari,Lely,Ika,Imel,Muthia,Ayu 12. Teman-teman LKP: Barita Goklas,Febri,Wisra

13. Teman-teman Puskesmas: Sariaman.S.SKM, Efrida, Fatma, Eka, Rosalina, Indahaty,

Mariatik atas motivasinya kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Terkhusus bagi kedua orang tuaku Ayahanda Almarhum St.F Simatupang dan Ibunda Almarhum P.Sipahutar dan yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang yang tiada putus-putusnya dan senantiasa memberikan doa, dukungan, serta nasehat kepada penulis. Serta kepada saudara saudari penulis terkasih, Abang saya John W Simatupang, Dameria,Naulima,Norma,Ida,Saurlina atas dukungan, nasehat serta semangat yang juga diberikan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini, serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga bermanfaat.

Medan, Pebruari 2014 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.10. Sanitasi Pembuangan Tinja. ... 18

2.11. Metode Pembuangan Tinja Manusia. ... 20

2.11.1. Unsewered Areas. ... 20

2.11.2. Sewered Areas... 27

2.12. Pemeliharaan Jamban. ... 28

2.13. Pengertian Tinja. ... 29

2.13.1. Tinja dan Hubungannya dengan Kesehatan Lingkungan. ... 29

2.13.2. Pengelolaan Tinja. ... 31

2.14. Partisipasi Masyarakat. ... 32

2.15. Teori Perilaku. ... 35

2.15.1. Komponen Perilaku... 35

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 46

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 48

3.7. Teknik Analisa Data... 49

3.7.1. Analisis Univariat. ... 49

3.7.2. Analisis Bivariat. ... 49

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.2. Analisis Univariat ... 50

4.2.1. Karakteristik Responden ... 50

4.2.2. Jenis Kelamin ... 51

4.2.10 Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga ... 58

4.3. Analisis Bivariat ... 60

4.3.1. Hubungan antara Pengetahuan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga ... 60

4.3.2. Hubungan antara Sikap Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga ... 60

4.3.3. Hubungan antara Ketersediaan Air Bersih Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga ... 61

4.3.4. Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga ... 62

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... 63

5.1.1. Jenis Kelamin ... 63

5.1.2. Pendidikan ... 63

(10)

5.2. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban ... 64 5.3. Hubungan Pendidikan Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban ... 65 5.4. Hubungan Pekerjaan Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban ... 66 5.5. Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Partisipasi Pengadaan

Jamban ... 67 5.6. Hubungan Sikap Responden Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban.. 68 5.7. Hubungan Ketersediaan Air Bersih Dengan Partisipasi Pengadaan

Jamban ... 69 5.8. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Partisipasi Pengadaan

Jamban……….. 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 72 6.2. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Marjandi Tongah Kec. Gunung Meriah Kab. Deli Serdang ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa

MarjandiTongah Kec. Gunung Meriah Kab. Deli Serdang ... 51

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 52

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan di Desa

Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kab.Deli Serdang ... .52

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Responden di Desa

Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kab.Deli Serdang ... 53

Tabel 4.6 Kategori Responden Tentang Pengetahuan di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 54

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 54

Tabel 4.8 Kategori Responden Tentang Sikap Responden di Desa Marjandi

Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 55

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Air Bersih di Desa

Marjandi Tongah Kec. Gunung Meriah Kab. Deli Serdang ... 56

Tabel 4.10 Distribusi Responden Tentang Ketersediaan Air Bersih di Desa

Marjandi Tongah Kec. Gunung Meriah Kab. Deli Serdang ... 57

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut Peran Serta Petugas Kesehatan

di Desa Marjandi Tongah Kec. Gunung Meriah Kab. Deli Serdang ... 57

Tabel 4.12 Kategori Responden Tentang Peran Serta Petugas Kesehatan di Desa Marjandi Tongah Kec. Gunung Meriah Kab.Deli Serdang ... 58

Tabel 4.13 Distribusi Responden Menurut Partisipasi Pengadaan Jamban

Keluarga di Desa M.Tongah Kec.Gunung Meriah Kab.Deli Serdang ... 59

(12)

Tabel 4.15 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah

Kabupaten Deli Serdang ... 60

Tabel 4.16 Hubungan Antara Sikap dengan Partisipasi Pengadaan Jamban

Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 60

Tabel 4.17 Hubungan Antara Ketersediaan Air Bersih Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 61

Tabel 4.18 Hubungan Antara Peran Petugas Kesehatan Dengan Partisipasi

Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang ... 62

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Rantai Penularan Penyakit ... 10

Gambar 2.2. Syarat Jamban Sehat ... 14

Gambar 2.3. Jenis-jenis Jamban Keluarga ... 16

Gambar 2.4. Bore Hole Latrine ... 21

Gambar 2.5. Over Hung Latrine ... 22

Gambar 2.6. Dug Well Laterine ... 22

Gambar 2.7. Water Seal Laterine ... 23

Gambar 2.8. Bucket Laterine(pispot) ... 24

Gambar 2.9. Trench Latrine ... 25

Gambar 2.10. Septic Tank ... 25

Gambar 2.11. Aqua Privy ... 26

Gambar 2.12. Chemical closet... 26

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izi Penelitian dari FKM-USU

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Selesai Meneliti di Desa Marjandi Tongah Kecamatan .Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

(15)

ABSTRAK

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah jamban untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. Desa Marjandi Tongah merupakan desa yang memiliki keberadaan jamban yang paling rendah di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang, dan selalu memanfaatkan sungai, parit sebagai tempat pembuangan kotoran/tinja. Jamban merupakan tempat membuang tinja manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, kemudian lingkungan akan terlihat bersih, indah sehingga mempunyai nilai-nilai estetika yang baik, serta tidak menyebabkan bibit penyakit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga di desa Marjandi Tongah. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua KK yang belum memiliki jamban keluarga. Adapun sampel penelitian adalah total populasi yaitu sebanyak 55 KK. Analisis data menggunakan analisa univariat dan bivariat menggunakan uji chi – square pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan (p = 0,003) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga. Variabel sikap (p = 0,0001) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga. Variabel ketersediaan air bersih (p = 0,0001) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban. Serta variabel peran petugas kesehatan (p = 0,019) ada hubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga.

Disarankan kepada Petugas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Gunung Meriah dan Kepala Desa untuk meningkatkan perannya dalam menyuluh masyarakat dalam penggunaan dan pemanfaatan jamban di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah.

(16)

ABSTRACT

One of the efforts made in the public health is privy maintain and improve the health of the community in the form of disease prevention , and restoration of health by government and society. Tongah Marjandi village is the village that has the lowest presence of latrines in the district of Gunung Meriah Deli serdang , and always use the river , ditch the sewage / feces . Latrines is home throw human feces so that bacteria in the dirt does not meet the environment, then the environment will look clean, so it has a beautiful aesthetic values, as well as not causing germs.

This study aims to determine the factors associated with a participation of family latrines in the village marjandi tongah. The method used is a cross sectional design. The population in this study families have not family latrines. The sample of the study was the total population of as many as 55 families, Analysis of the data using univariate and bivariate analysis using chi – square at 9 5% confidence level.

The results showed variable knowledge ( p = 0.003 ) no relationship with the participation of family latrines. Attitude variable ( p = 0.0001 ) there is relationship with participation of family latrines. Variable availability of clean water ( p = 0.0001) there is a relationship with a participation of family latrines.Variable availability of clean water (p= 0.0001) there is a relationship with a participation of family latrines As well as the role of health workers variable ( p = 0.019 ) no relationship with the participation of family latrines.

Health care workers are advised to Puskesmas Gunung Meriah and village chief counsel to increase its role in the community in the use and utilazation of latrines in the village Marjandi Tongah District of Mount Meriah.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat membuang tinja manusia sehingga bakteri yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, kemudian lingkungan akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai-nilai estetika yang baik (Soeparman, 2003).

Upaya kesehatan adalah kegiatan atau serangkaian yang dilakukan secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembagunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal mungkin. (Depkes RI, 2009).

(18)

manusia sehingga menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia (Kusnoputranto, 1997).

Pada dasarnya target kesepakatan MDGs sejalan dengan target pembangunan jangka menengah Nasional 2010-2014. Sehingga untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan dan disepakati, maka penting untuk dikembangkan strategi yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi di Indonesia paling tidak selama 5 tahun kedepan. Terkait dengan kebutuhan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dan didukung Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) yang terdiri dari sektor terkait telah mengembangkan program nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program PPSP ini ditujukan untuk memfasilitasi pengembangan Strategi Sanitasi diseluruh kabupaten dan kota (SSK) di Indonesia sampai pada tahun 2014. Terkait dengan target yang dimaksud, telah dikembangkan roadmap PPSP 2010 – 2014. Dalam pelaksanaannya program PPSP bersenergi dengan program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk mengatasi permasalahan sanitasi Permukiman di Indonesia (Kepmenkes RI No.852/MENKES/SK/IX/2008).

(19)

pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,20 %, merebus air untuk mendapatkan air minum tetap 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Escheria coli (Depkes, 2009).

Menurut Azrul Azwar, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilakan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organic (sekitar 20 % untuk tinja dan 2,5 % untuk air seni) serta zat-zat anorganik seperti nitrogen,asam fosfat,sulfur dan sebaginya (Soeparman S, 2003).

Riskesdes 2007 mencatat cakupan masyarakat yang tidak memiliki fasilitas buang air besar 24,8 % dan yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah sebesar 32,5 %. Hal ini menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang membuang tinja sembarangan misalnya di sungai,pekarangan,parit,dll. (SKN 2009).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2012), Pengadaan Jamban keluarga di Kabupaten Deli Serdang hanya 26,851 dari 32,542 rumah yang memiliki jamban keluarga atau berkisar 82,512 %. Pengadaan jamban yang paling rendah terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu sebanyak 88 kk yang memiliki dari 755 kk atau sebesar 11,66 %.

(20)

sawah masyarakat sekitar dan mengalir ke sungai, Karena kebiasaan tersebut, kemungkinan suatu saat nanti masyarakat diwilayah ini akan terancam penyakit menular yang berbasis lingkungan. Menurut data profil puskesmas tahun 2012, Sepuluh penyakit terbesar tersebut adalah ISPA, Rheumatik, Anemia, Hypertensi, Diare, Parasit, Diabetes, Gangguan Pencernaan, pencabutan gigi, Kulit Alergi.

Berdasarkan penelitian Sutedjo (2003), menyebutkan alasan masyarakat pada dua desa di Kabupaten Rembang dimana partisipasi pengadaan jamban masih rendah hal ini disebabkan karena faktor tidak mempunyai biaya untuk membangun jamban, lebih nyaman di tegalan, belum mengetahui manfaat jamban, nyaman di sungai dan tidak terbiasa di jamban.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Factor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

Adapun Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran Faktor-faktor pemudah (pendidikan, pekerjaan,penghasilan,pengetahuan, sikap penduduk) mengenai partisipasi pengadaan jamban keluarga di Desa Marjandi Tongah.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung ( Ketersediaan Air Bersih) mengenai Partisipasi pengadaan jamban keluarga di Desa Marjandi Tongah.

3. Untuk mengetahui gambaran Faktor Pendorong yaitu bagaimana Peran Petugas Kesehatan mengenai partisipasi pengadaan jamban keluarga di Desa Marjandi Tongah.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Gunung Meriah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang, sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka membangun Sanitasi Kesehatan Lingkungan serta membina Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan Penyuluhan serta membina partisipasi masyarakat dalam meningkatkan Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah.

(22)

Pengadaan Jamban Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang.

4. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan proses belajar dalam menerapkan ilmu selama menempuh Pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengerian Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Adapun upaya sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban), Saluran pembuangan air limbah,dan sarana tempat pembuangan sampah (Azwar, 1995).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

(24)

2.2. Pengertian Hygiene

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi kebersihan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

2.3 Kesehatan Masyarakat

Kesehatan sangat didambakan oleh setiap manusia dengan tidak membedakan status sosial maupun usia. Masyarakat hendaknya menyadari bahwa kesehatan adalah sumber dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagian. Untuk mempertahankan kesehatan yang baik maka kita harus mencegah banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita. Ancaman lainnya terhadap kesehatan adalah pembuangan tinja (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan. Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat itu berbahaya. Karena itu akan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit melalui lalat,udara dan air,(Winaryanto, 2009).

2.4 Jamban, dan Kotoran Manusia

Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.

(25)

Menurut Josep Soemardji (1999) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia mengganggu estetika. Berarti jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya bermacam

penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan baik. Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya

penyehatan lingkungan pemukinan. Sarana jamban yang tidak saniter berperan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kotoran manusia atau tinja ialah bahan buangan yang sangat dihindari oleh manusia untuk berkontak karena sifatnya yang menimbulkan kesan jijik pada setiap orang dan bau yang sangat menyengat (Soeparman, 2002).

2.5. Dampak Tinja bagi Kesehatan Manusia

Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempat, selain faktor fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari isi tinja yang dihasilkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantung dari beberapa faktor yaitu diet, iklim dan status kesehatan (Sukarni, 1994).

Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti: Salmonella, vibriokolera, amuba, virus,cacing, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dll. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi untuk saluran pencernaan (warsito, 1996).

(26)

sis. (2). Penyakit infeksi oleh virus seperti Hepatitis infektiosa (3). Penyakit Enteric

atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.

Kaitan antara pembuangan tinja manusia dengan status kesehatan masyarakat menimbulkan akibat langsung dan tidak langsung. Akibat langsung dapat mengurangi incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typus dll. Akibat tidak langsung dari pembuangan tinja manusia yang berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan . Oleh karena itu ini akan mempengaruhi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk ( Kusnoputranto, 1995).

2.6. Skema rantai Penularan Penyakit oleh Tinja

Manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab penyakit.

Gambar.2.1 Gambar rantai penularan penyakit

Tangan Sakit Tinja Air Makanan dan Penjamu

Lalat Minuman (Host)

Tanah Mati

Sumber : Kesehatan Lingkungan,Haryoto Kusnoputanto (1986)

(27)

penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinja dengan jamban yang saniter. Hambatan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi pada air,tangan dan serangga,(Soemardji, 1999).

2.7 Syarat-syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah disekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan

7.Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

Menurut Arifin dan Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat yaitu : 1. Tidak mencemari air

(28)

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

2. Tidak mencemari tanah permukaan

Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.

b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air.

(29)

d. Lantai jamban harus kedap air permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya. a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring kearah saluran lubang kotoran. b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena menyumbat saluran.

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainnya terhindar dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010).

Menurut Ehlers dkk dalam Enjang (2000), syarat-syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

a. Tidak mengotori tanah permukaan b. Tidak mengotori air permukaan c. Tidak mengotori air dalam tanah d. Tempat kotoran tidak boleh terbuka

(30)

Menurut Enjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki:

a. Rumah Jamban

Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

b. Lantai jamban

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuai kan dengan bentuk rumah jamban.

c. Slab (tempat kaki berpijak waktu sipemakai jongkok). d. Closet (lubang tempat faeces masuk).

e. Pit (sumur penampungan faeces)

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja

(31)

Sumber

Agar syarat-syarat gambar diatas terpenuhi, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, terlindungi dari panas dan hujan, serangga, binatang dan terlindungi dari pandangan orang (privasi). 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat atau tempat berpijak yang kuat.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan dan tidak menimbulkan bau.

(32)

a. Keadaan daerah atau lereng

b. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam.

c. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.

2.8 Jenis-jenis Jamban Keluarga

Gambar 2.3 Jenis-jenis jamban

Jamban Leher Angsa Jamban Cemplung Jamban Plesengan

Sumber

1. Jamban Cemplung ( Pit Latrine )

Jamban cemplung ini banyak di pedesaan tetapi kurang sempurna, misalnya tanpa ada rumah jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk kejamban dan tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah yang dalamnya sekitar 1,5 – 3 meter (Mashuri, 1994).

2

. Jamban Cemplung berventilasi

(33)

3. Jamban Empang

Jamban ini dibangun diatas empang. Bedanya disini terjadi daur ulang, yakni tinja dapat langsung dimakan ikan. ikan dimakan orang, lalu orang mengeluarkan tinja, dan seterusnya. Jamban ini berfungsi mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga menambah ptotein bagi nelayan penghasil ikan (Kumoro, 1998).

4. Jamban pupuk (compost privy)

Jamban ini seperti kakus cemplung, dan lebih dangkal galiannya, fungsinya membuang kotoran, sampah dan daun-daunan (Kusnoputranto, 1995).

1. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa 2. Lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan 3. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran hewan setiap hari.

4. Setelah 20 inchi, ditutup dedaunan sampah, dan diberi kotoran sampai penuh. 5. Setelah penuh ditimbun tanah, dan dibuat jamban baru.

6. Lebih kurang 6 bulan digunakan pupuk tanaman baru.

5. Jamban Plesengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunnya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

2.9 Jamban keluarga di pedesaan

(34)

`1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban bermacam cara pembuangan kotorannya. a. Jamban cubluk,bila kotoran dibuang ketanah.

b. Jamban empang, bila kotoran dialirkan keempang atau kolam. 2. Jamban dengan leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara :

a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung diatas lubang galian penampungan kotoran.

b. Tempat jongkok dan leher angsa tidak berada langsung diatas lubang galian penampungan kotoran atau pemasangan slab dan bowl tapi dibangun terpisah dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring kedalam lubang galian penampungan kotoran (warsito, 1996).

2.10 Sanitasi Pembuangan Tinja

Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat

menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam

peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja.

Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut

(Kumoro, 1998).

1. Rumah Kakus

Melihat fungsinya sebagai sarana pelindung bagi pemakai, maka rumah kakus sebaiknya terlindung dari pandangan orang, gangguan cuaca dan keamanan.

2. Lantai Kakus

(35)

3. Tempat Duduk

Tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja, maka kondisinya harus memenuhi konstruksi yang kuat dan mudah dibersihkan dan juga bisa mengisolir rumah kakus menjadi tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat.

4. Lubang jamban

Lubang jamban merupakan tempat keluarnya gas-gas yang ditimbulkan oleh penguraian tinja.

5. Kecukupan Air Bersih

Untuk menjaga kebersihan jamban kecukupan air bersih sangat perlu diperhatikan, jamban sebaiknya disiram dengan air minimal 4-5 gayung sampai kotoran tidak mengapung di lubang jamban atau closet. Tujuannya menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih, selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga mencegah penyakit menular.

6. Alat Pembersih

(36)

7. Tempat Penampungan Tinja

Penampungan tinja yaitu lubang isolasi serta tempat proses penguraian tinja dan stabilisasi serta menurut sifatnya bisa berbentuk lubang tanah atau tangki dalam berbagai modifikasi.

8. Septic tank

Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, tinja dan air buangan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari dan mengalami proses biologis dan kimiawi (Simanjuntak, 1999).

a. Metode Pembuangan Tinja Manusia

Menurut Atika ( 2012 ) terdapat beberapa cara/metode pembuangan tinja manusia, yaitu :

2.11.1 Unsewered Areas

Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengelolaan air kotor. Terdapat beberapa cara antara lain :

a. Service Type

Merupakan metode pengumpulan tinja yang terbuat dari ember khusus yang diangkut ke TPA dan diletakkan pada lubang yang dangkal.Contoh masyarakat yang menggunkan tipe ini adalah masyarakat Bantul pada zaman dahulu.

b. Non Service Type (Sanitary Latrines)

(37)

Yaitu tipe dengan membuat lubang dengan dibor kemudian ditutup dengan tanah, berdiameter 30-40 cm dan dengan kedalaman 4-8 m. Tipe ini memeliki keuntungan dan kerugian masing-masing, diantaranya :

a. Keuntungan :

1. Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untukmemindahkan tinja. 2. Memiliki lubang yang gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk

berkembangbiak.

3. Tidak menimbulkan pencemaran air.

b. Kekurangan :

1. Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.

2. Alat khusus yang digunakan untuk menggali lubang tidak selalu tersedia.

Gambar 2.4 Bore Hole Latrine

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

2) Over Hung Latrine (buang tinja di kolam ikan )

(38)

Gambar 2.5 Over Hung Latrine

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

3) Dug well Latrine

Merupakan pengembangan dari Bore Hole Latrine. Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat lagi.

Gambar 2.6 Dug Well Laterine

(39)

4) Water Seal Latrine ( WC leher angsa )

Jamban jenis ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : a) Memenuhi syarat estetika

b) Tidak menimbulkan bau c) Aman untuk anak-anak d) Mencegah kontak dengan lalat

Gambar 2.7 Water Seal Laterine

Sumber : Stifical.com

5. Bucket Latrine (pispot)

(40)

Gambar 2.8 Bucket Laterine (pispot)

Sumber : atika satriagarini.blogspot.com

Bucket latrine memiliki dua tipe yakni bucket latrine (pispot) dan bucket latrine septic tank. Bucket latrine septic tank adalah jamban yang digunakan masyarakat Belawan yang pada dasarnya memiliki sistem kerja yang sama, akan tetapi yang membedakannya adalah pada bucket latrine septic tank terjadi proses dekomposisi seperti pada septic tank, sehingga tangki penampung pada bucket latrine septic tank dapat menampung tinja lebih banyak. Tinja yang sudah penuh pada tangki penampung akan diangkut dan akan ditimbun untuk dilakukan proses komposting (I Wash, 2012).

6) Trench Latrine ( buang tinja di sungai )

(41)

Gambar: 2.9 Trench Latrine

Sumber : wedc.iboro.ac.uk/knowledge/ing-lib-lies.html

7) Septictank

Merupakan cara yang efektif untuk pembuangan tinja rumah tangga yang memiliki air yang mencukupi tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem limbah penyaluran masyarakat. Cara ini memiliki keuntungan dan kerugian, diantaranya : a. Keuntungannya adalah memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri. b. Kerugian :

1.Penggunaan desinfektan/air sabun berlebihan dapat membunuh bakteri dalam septictank.

2.Endapan lumpur yang menumpuk dapat mengurangi kapasitas septictank. Gambar 2.10 Septictank

(42)

8) Aqua Privy (Cubluk Berair )

Merupakan bangunan kedap air yang diisi air seperti septic tank. Digunakan pada daerah padat penghuni.

Gambar .2.11 Aqua Privy

Sumber : atika satriagarini.blog.spot

9) Chemical Closet

Banyak digunakan dalam sarana transportasi, misal kereta api dan pesawat terbang.Kloset ini berisi cairan desinfektan seperti soda abu dan KOH.

Gambar. 2.12 Chemical Closet

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/chemical.toilet

10. Latrines Suitable for camps and temporary use

(43)

Gambar.2.13 Latrines Suitable for camps tempory use

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/latrine

2.11.2 Sewered Areas

Merupakan suatu cara pembuangan tinja dan air limbah dari rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan bawah tanah. Dalam memilih jamban yang tepat untuk digunakan disuatu daerah, perlu diperhatikan kondisi geografi daerah tersebut. Kondisi geografis yang berbeda-beda membuat penggunaan jamban di masing-masing daerah juga berbeda. Adapun cara memilih pembangunan jamban yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Jamban Cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air’

2. Jamban tangki/leher angsa untuk daerah yang cukup air dan padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan beberapa jamban (satu lubang dapat menampung kotoran tinja 3-5 jamban).

(44)

Ditinjau dari segi pemilihan konstruksi pembuangan ada beberapa hal perlu diperhatikan antara lain (Kumoro, 1998)

a. Keadaan tanah,seperti susunan,kemiringan,dan permukaan tanah. b. Kedaan sosial ekonomi, dan pengetahuan masyarakat.

2.12 Pemeliharaan Jamban

Agar jamban tidak menjadi sumber penyakit, jamban sebaiknya dipelihara dengan baik dengan cara (Depkes, 2004):

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih 3. Tidak ada genangan air disekitar jamban

4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa 5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

7. Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki

Dalam pemeliharan jamban keluarga, partisipasi keluarga sangat dibutuhkan agar jambantidak menjadi sumber penyakit bagi anggota keluarga dan orang disekitar. Upaya penggunaan jamban berdampak besar bagi penurunan resiko penularan penyakit. Beberapa hal harus diperhatikan keluarga :

1. Jamban keluarga berfungsi dengan baik dan dipakai semua anggota keluarga.

2. Siram jamban dengan air setiap menggunakan jamban.

(45)

4. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak buang air besar ditempat yang dekat dengan rumah, lebih kurang 10 meter dari sumber air, atau di kebun tempat bermain anak dengan menggali tanah dan menutupnya kembali, lalu dibersihkan, jangan biarkan kotoran menempel dianus anak, dan hindari tanpa alas kaki. Bantu anak buang air besar di tempat bersih dan mudah dijangkau anak, bersihkan jamban bila anak buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun(Purwanto, 2001 ).

2.13 Pengertian Tinja

Tinja atau kotoran manusia adalah semua zat atau benda yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces) air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia didalam buku ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut jamban atau kakus (Soekidjo, 2003).

2.13.1. Tinja dan Hubungannya dengan Kesehatan Lingkungan

(46)

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:

a. limbah cair; b. limbah padat; c. limbah gas;

d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;

e. binatang pembawa penyakit; f. zat kimia yang berbahaya;

g. kebisingan yang melebihi ambang batas; h. radiasi sinar pengion dan non pengion; i. air yang tercemar;

j. udara yang tercemar; dan

k. makanan yang terkontaminasi (Depkes RI, 2009).

(47)

berkapsul, umumnya mempunyai fimbiria dan bersifat motile. Escherichia coli

mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1 -1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus (Supardi, 1999). Escherichia coli mempunyai

antigen O, H dan K. Pada saat ini telah ditemukan : 150 tipe antige O, 90 tipe

antigenK dan 50 tipe antigen H. Antigen K dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu : L, A dan B. Escherichia coli memiliki waktu generasi yang cukup singkat yaitu berkisar 15-20 menit (Depkes RI, 1991).

2.13.2 Pengelolaan Tinja

Manusia sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal di wilayah geografis dengan batas-batas geografis tertentu. Individu dlam kelompok terikat dalam satu hubungan kemasyarakatan yang memiliki norma kelompok yang dimiliki bersama. Masalah pengelolaan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat kompleks. Berbagai penyebab yaitu keterbatasan penyediahan lahan, kepentingan yang berbeda antar individu, faktor sumber daya, faktor fisibilitis pengelolaan dan sebagainya, sangat menentukan keberhasilan pengelolaann tinja manusia sebagai kelompok ini (Soeparman.S, 2003).

(48)

penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.

2.14 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat member bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung berupa bantuan keuangan, pemikiran, dan materi dari luar. Partisipasi juga berarti sumbangan dana,material, tanah, atau tenaga pada program kegiatan pembangunan. Partisipasi merupakan sikap keterbukaan bagi persepsi dan peran pihak lain. Partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perubahan yang akan dihasilkan suatu program sehubungan dengan kehidupan masyarakat.

Menurut Conyers (1994), partisipasi masyarakat berarti terlibat aktif berpartisipasi sebagai perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku. Menurut

Delivery (2007) usaha pendekatan partisipasif di Indonesia memunculkan beragam persepsi berbeda tentang arti partisipasi. Persepsi yang ada selama ini yaitu

a. Masyarakat melaksanakan kegiatan dari program yang ditetapkan. b. Anggota Masyarakat ikut menghadiri pertemuan.

c. Anggota Masyarakat berpatisipasi aktif dalam tahap proses pengambilan keputusan, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program. Menurut

(49)

a. Sosialisasi : Meski terlibat proses perencanaan, namun semua pihak tahu kegiatan dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan, hal ini dilakukan dengan kunjungan kepihak yang berkepentingan.

b. Meningkatkan pemahaman : Jika masyarakat tahu kegiatan, perlu diadakan pertemuan guna membangun persepsi bersama dalam mengkomunikasikan tujuan. Pertemuan informasi ini menjadi program kerja bersama.

c. Menyusun Tim Pelaksana : Seseorang melakukan kegiatan dengan alasan berbeda karena pekerjaan lalu berkumpul. Minat berbeda sebagai dasar membentuk tim pelaksana,meliputi staf dan lembaga pemerintah.

Bentuk peran serta masyarakat dapat berbentuk format kemitraan (stakeholder). Badan perencanaan harus mengembangkan kemitraan masyarakat, meski pendekatan partisipasif memerlukan waktu lama (Mitcehll, 2000). Menurut Magnis (1987), pentingnya pendekatan partisipasif dalam pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan. Kebijakan Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan pendekatan partisipasi sejak dulu, tetapi pengaruhnya sedikit.

Meski telah berpengalaman dalam melaksanakan pendekatan partisipasi di Indonesia, tapi hanya sedikit orang yang cukup terampil. Tantangan yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat ini adalah merubah system kerja lembaga yang mengatur proyek pelaksanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat dan memberi pengetahuan serta keahlian yang dibutuhkan kepada staf lembaga pemerintah (Salam, 1996).

(50)

masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini harus berlandaskan prinsip pokok, yaitu mengikutsertakan potensi masyarakat berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Penyebabnya ada dua faktor,ke (1) : dapat menumbuhkan rasa memiliki dan faktor ke (2): kelanjutan program kesehatan (Notoatmojo, 1996).

Berbagai metode dibuat para ahli berkaitan dengan penggerakan peran serta masyarakat di bidang kesehatan, seperti Participatory Rural Appraisal (PRA). Ada dua hal yang berhubungan dengan ini yaitu: (1), peran serta mereka dalam program kesehatan yang berkaitan dengan aspek social budaya masyarakat. Apalagi pola penggerakan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berbeda di setiap tempat. Ke (2), bidang gerak peran serta masyarakat sangat bervariasi sehingga tidak bisa menerapkan suatu pola yang tetap. Maka fungsi petugas kesehatan yaitu meletakkan kerangka fikirnya, dan hasilnya diserahkan pada masyarakat untuk mengembangkannya (Notoatmodjo, 1996).

(51)

2.15 Teori Perilaku

Menurut Benyamin Blum perilaku terdiri dari 3 aspek yaitu : pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor). Pengetahuan merupakan hasil dari tahun setelah dilakukan penginderaan pada objek yakni dengan indera penglihat an, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Sikap merupakan respon seseorang yang tertutup pada suatu objek. Tindakan diwujudkan dengan sikap menjadi perbuatan nyata.

Realitanya perilaku bisa diartikan sebagai respon seseorang pada rangsangan diluar subyek. Respon ini ada 2 bentuk yaitu:

1. Bentuk pasif adalah respon internal yang terjadi dalam diri manusia dan secara tidak langsung dapat dilihat orang lain seperti berfikir, memberi tanggapan,dll.

2. Bentuk aktif adalah bila perilaku itu dapat di observasi secara langsung seperti kebiasaan penduduk membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan sebagainya(Notoatmojo, 2003).

2.15.1. Komponen Perilaku

1. Pengetahuan (Knowledge)

Hasil pengetahuan setelah dilakukan penginderaan pada suatu obyek yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Ada 6 tingkat pengetahuan :

a. Tahu (Know) berarti ingat materi sebelumnya secara benar

(52)

c. Aplikasi (apliction) berarti mampu memakai materi yang dipelajari dari situasi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis) berarti berarti mampu menjabarkan materi pada komponen, tetapi dalam stuktur organisasi masih berkaitan.

e. Sintesis (synthesis) berarti mampu menghubungkan bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) berarti mampu menilai materi. (Notoadmojo, 2003).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Berdasarkan penelitian Junaidi (2002) ada hubungan antara sikap dengan kepemilikan jamban keluarga.

3. Budaya

(53)

4. Tindakan ( practicee)

Notoadmojo (2003), menyatakan bahwa suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Ada 4 tingkatan dari tindakan atau praktek yaitu:

1. Persepsi yaitu memilih objek sesuai tindakan yang diambil. 2. Respon terpimpin mengurutkan yang benar sesuai contoh.

3. Mekanisme (mechanism) yaitu melakukan yang benar agar menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi yaitu tindakan berkembang baik atau di modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan itu.

2.15.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Hendrik L.Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu: Faktor Lingkungan, Perilaku Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, dan Keturunan. Faktor Lingkungan lebih berpengaruh bagi kesehatan masyarakat karena meupakan hasil dari faktor perilaku (Notoadmojo, 1996).

Perilaku manusia adalah suatu proses individu dan masyarakat pada lingkungan sebagai wujud kehidupan, atau keadaan jiwa yang meliputi, emosi, pengetahuan, fikiran, reaksi dan tindakan yang berbentuk karena berpengaruh lingkungan luar.

(54)

Ada 3 cara merubah perilaku yaitu:

1. Karena Terpaksa

Cara ini individu merubah perilakunya karena berharap imbalan, atau pengakuan dari atau pengakuan dari kelompoknya dan terhindar dari hukuinan serta tetap terpelihara hubungan baik dengan menganjurkan perubahan perilaku itu.

2. Karena ingin meniru atau disamakan

Cara ini dimana individu ingin merubah perilaku karena ingin disamakan dengan orang lain.

3. Karena menyadari manfaatnya

Cara ini merupakan perubahan cukup mendasar, artinya menjadi bagian dari hidupnya, karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari.(Notoadmojo,1996).

2.16 Pengaruh Perilaku Manusia bagi Kesehatan

Menurut teori Lawren Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni: a. Predisposing factor (Faktor pemudah)

(55)

boleh disuntik, karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah (Soekidjo, 2003).

b. Enabling factor (Faktor pendukung)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Soekidjo, 2003).

c. Reinforcing factor (Faktor pendorong/penguat)

(56)

Selain itu menurut Scord and Backman Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia :

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

2. Faktor Sosiopsikologis

Kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen.:

a. Komponen Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,yakni perilaku sosial dibentuk oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.

b. Komponen Kognitif

Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

c. Komponen Konatif

Adalah aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan dalam bertindak.

(57)

a. Jenis Ras

Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik saling berbeda satu dengan yang lainnya.

Dua kelompok ras terbesar, yaitu:

1. Ras kulit putih atau ras Kaukasia.

Ciri-ciri fisik : Warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang.

Perilaku yang dominan : Terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

2. Ras kulit hitam atau ras Negroid.

Ciri-ciri fisik : Berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam.

Perilaku yang dominan : Keramah tamahan, suka gotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara ritual.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria di sebut maskulin sedangkan perilaku wanita di sebut feminim.

c. Sifat Fisik

(58)

d. Sifat Kepribadian

Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”.

e. Bakat Pembawaan

Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip pendapat William B. Micheel (1960) adalah : “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenal hal tersebut”. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

f. Intelegensi

(59)

2.17 Kerangka Konsep

Faktor Pemudah

1. Pendidikan

2. Pekerjaan 3. Penghasilan 4. Pengetahuan 5. Sikap

Partisipasi Pengadaan

Faktor Pendukung Jamban Keluarga

Ketersediaan Air Bersih

Faktor Pendorong Kondisi Daerah

Peran petugas Kesehatan

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional yang terdiri dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (ketersediaan air bersih) dan faktor penguat (peran petugas kesehatan) terhadap partisipasi pengadaan jamban keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan karena beberapa alasan,antara lain;

1. Kecamatan Gunung Meriah memiliki 12 desa, dari 12 desa terebut desa Marjandi Tongah yang memiliki keberadaan kepemilikan jamban yang rendah yaitu dari 60 KK hanya 5 KK (8,33%) memiliki jamban, dan 55 KK (91,66%) tidak memiliki jamban.

2. Dari penjelasan diatas, dapat memungkinkan dilakukannya penelitian di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2 Waktu Penelitian

(61)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang belum memiliki jamban keluarga didesa Marjandi Tongah sebanyak 55 KK.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh KK yang belum memiliki jamban sebanyak 55 KK

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner bagi Kepala Keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literature-literatur yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan, berupa studi kepustakaan, dari instansi terkait misalnya kantor Kepala Desa, Puskesmas, dan pengumpulan informasi dari internet.

3.5 Defenisi Operasional

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang, atau pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berpontensi secara ilmiah.

2. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk memperoleh uang dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

(62)

2012 Tentang Upah Minimum Kabupaten (UMK) yaitu sebesar Rp. 1,250,000,-per bulan.

4. Pengetahuan adalah tingkat kemampuan intelektual responden tentang aspek kesehatan yang berhubungan dengan Partisipasi pengadaan Jamban Keluarga. 5. Sikap adalah tanggapan atau persepsi responden terhadap partisipasi

pengadaan jamban keluarga.

6. Ketersediaan Air Bersih adalah tersedianya Sarana air bersih di Desa Marjandi Tongah.

8. Peran petugas Kesehatan adalah pengajaran yang disampaikan petugas kesehatan dalam rangka penyuluhan jamban keluarga.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran variable bebas adalah karakteristik responden yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, kondisi daerah, ketersediaan air bersih dan peran petugas kesehatan.

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen.

1. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan satu butir pertanyaan berbentuk kuesioner. Penilaian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika responden menjawab pendidikan (SLTA, DIII, S1),nilai 0 jika responden menjawab pendidikan (SD, SLTP).

(63)

2. Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan responden diajukan satu butir pertanyaan berbentuk kuesioner. Diberikan nilai 1 apabila responden menjawab bekerja dan nilai 0 apabila tidak bekerja. Pekerjaan berdasarkan skala nominal.

Kategori : 0 = Tidak bekerja 1= Bekerja

3. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap partisipasi pengadaan jamban keluarga diajukan 10 pertanyaan dalam kuesioner berdasarkan skala Guttman dengan alternative jawaban benar nilai 1 dan salah nilai 0. Pengkategorian untuk pengukuran variabel pengetahuan adalah :

Kategori : 0 = Tidak baik, jika responden menjawab salah dengan skor < 50% (skor 0 – 4)

1 = Baik, Jika responden menjawab benar dengan skor ≥ 50% (skor 5 – 10).

4. Sikap

(64)

Kategori : 0 = Tidak Baik, jika responden menjawab tidak setuju dengan skor <50 (skor 0 – 8).

1 = Baik, jika responden menjawab setuju dengan skor ≥50% (skor 9 –18).

5. Ketersediaan Air Bersih

Untuk mengetahui responden tentang ketersediaan air bersih terhadap partisipasi pengadaan jamban keluarga ada 6 pertanyaan dalam kuesioner. Berdasarkan skala Guttman dengan alternative jawaban ya nilai 1 dan tidak nilai 0. Pengkategorian untuk pengukuran variabel ketersediaan air bersih adalah :

Karegori : 0 = Tidak baik, jika responden menjawab tidak dengan skor <50% (skor 0-3).

1= Baik, jika responden menjawab ya dengan skor ≥50% (skor 4-6).

6. Peran Petugas Kesehatan

Untuk peran petugas kesehatan responden diajukan 4 pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Penelitian terhadap jawaban responden dilakukan dengan memberikan nilai 2 Jika menjawab sering ,nilai 1 jika menjawab kadang-kadang dan tidak pernah nilai 0. Pengkategorian untuk variabel peran petugas kesehatan adalah :

Kategori 0 = Kurang baik, jika responden menjawab kadang-kadang dan tidak pernah skor < 50%. (skor 0-4).

1 = Baik,jika responden menjawab skor benar ≥50%. (skor 5–8).

3.6.2Aspek Pengukuran Variabel Dependen (Terikat)

(65)

nilai 1 dan tidak nilai 0. Pengkategorian untuk pengukuran variabel partisipasi pengadaan jamban keluarga adalah :

Kategori 0 = Kurang baik, jika responden menjawab tidak dengan skor < 50% (skor 0-3).

1 = Baik jika responden menjawab ya dengan skor ≥ 50% (skor 4 – 6).

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.7.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakangambaran tentang distribusi frekuensi dari variabel penelitian independen yaitu faktor pemudah (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan air bersih), faktor pendorong (peran petugas kesehatan) maupun variabel dependen (partisipasi pengadaan jamban keluarga).

3.7.2Analisa Data Bivariat

(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Marjandi Tongah merupakan suatu desa yang terdapat di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang. Desa Marjandi Tongah memiliki 3 Dusun antara lain Dusun 1 Marjandi Tongah, Dusun II Marjandi Sonang, dan Dusun III Marjandi Sordang. Jumlah penduduk Desa Marjandi Tongah 258 jiwa dan 60 KK. Kondisi daerah berbukit,berbatu-batu,jurang dan dikelilingi oleh bukit barisan dan banyak sungai-sungai.

Desa Marjandi Tongah memilki luas 14 Km2 dengan batas batas Wilayah: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Marjandi Pematang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gunung Meriah

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung/ Kabupaten Karo 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Raja STM Hulu

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang tidak memiliki jamban di Desa Marjandi Tongah sebanyak 55 KK.

(67)

4.2.2. Jenis Kelamin

Adapun distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang

No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1 Laki-Laki 49 89,1

2 Perempuan 6 10,9

Jumlah 55 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki ada sebanyak 49 KK (89,1%) dan responden perempuan ada sebanyak 6 KK (10,9%). .

4.2.3. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang

No Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 SD, SLTP 51 92,7

2 SLTA, DIII, SI 4 7,3

Jumlah 55 100,0

Gambar

Gambar  2.3 Jenis-jenis jamban
Gambar 2.4  Bore Hole Latrine
Gambar 2.6  Dug Well Laterine
Gambar: 2.9  Trench Latrine
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah : “Apakah ada hubungan antara faktor pendidikan, pengetahuan, pendapatan

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala neurotoksik pada

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah yaitu, Bagaimana prevalensi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tonsilitis

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah adalah ”Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Perimenopause Dalam Menghadapi

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, penelitian dengan tujuan menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan

Faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengadaan jamban keluarga melalui CLTS Berdasarkan nilai Beta ( b ) sebagaimana Tabel 3, dapat

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan sebagai arah pembahasan dalam penulisan LQL DGDODK ³

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah : “ apakah ada hubungan antara faktor budaya dengan pengambilan keputusan