• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1.3. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan yang paling banyak di desa Aritonang adalah petani yaitu 50 KK (90,9%). Hal ini sebanding dengan jenis pekerjaan di Indonesia yaitu petani yang mencapai 90 % (BPS 2011).

Tempat kerja seseorang menentukan lama seseorang berintraksi dengan lingkungan. Seorang petani akan bekerja dan menghabiskan waktu yang lebih lama di lingkungan luar bagunan dan kondisinya jauh dari keramaian yakni di ladang maupun di sawah disbanding daengan pedagang atau pegawai negeri sipil. Orang yang bebas dari keramaian akan lebih bebas melaksanakan aktivitasnya secara bebas. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan jamban yaitu ada kemungkinan kondisi kerja berhubungan dengan pemanfaatan jamban (Widyastuti, 2005).

5.2. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentasi responden yang berjenis kelamin laki laki dengan tindakan baik lebih rendah daripada responden yang berjenis kelamin perempuan dengan tindakan kurang. Hasil uji chi square dengan α = 0,05

menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga dengan ( p = 0,817).

(di Provinsi Bali) dan penelitian Kiyu, A dan Hardin (1993) menemukan bahwa 90 % perempuan selalu menggunakan jamban.

5.3. Hubungan Pendidikan Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentasi responden yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA dengan tindakan baik lebih rendah daripada responden yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA dengan tindakan kurang. Tingkat pendidikan memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami dan melakukan tindakan/keterampilan apa yang diajarkan atau dilatih. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik dalam pemahaman, kemampuan, keterampilan, dan ketelitian.

Hasil uji chi square dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis pendidikan tidak berhubungan dengan Partisipasi pengadaan jamban keluarga dengan ( p = 0,829 ). Berdasarkan hasil uji ini pendidikan tidak berhubungan partisipasi pengadaan jamban keluarga hal ini mendukung penelitian dari Elisabet Tarigan 2007 yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemanfaatan jamban.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widaryoto (2002) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan lebih terbuka dengan perubahan. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan jamban, diharapkan bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi akan semakin besar kemungkinannya ia memanfaatkan jamban. hasil penelitian Sutomo, S, dkk (1983) diperoleh hasil bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban.

Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.

Menurut Nursalam (2008) dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Jadi, dengan pendidikan seseorang dapat mengembangkan sikap positif yang ada di dalam dirinya melalui proses pembelajaran.

5.4. Hubungan Pekerjaan Terhadap Partisipasi Pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentasi responden yang bekerja sebagai petani dan pedagang dengan tindakan baik lebih rendah daripada responden yang bekerja sebagai petani dan pedagang dengan tindakan kurang.

Hasil uji chi squaredengan α = 0,05 menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak

berhubungan dengan tindakan pemanfaatan jamban umum dengan (p= 0,265). berdasarkan hasil uji ini pekerjaan tidak berhubungan dengan pemanfaatan jamban keluarga. Hal ini mendukung penelitian Elisabet tarigan yang menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan jamban.

5.5. Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah bahwa kepala keluarga yang mempunyai pengetahuan lebih banyak yang kurang baik (58,2%) dibanding dengan yang berpengetahuan baik (41,8%). Hal ini didukung dari jawaban responden tentang pengetahuan dimana kepala keluarga yang berada di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah lebih banyak mereka ketahui adalah pengertian dari jamban keluarga (61,8%), dan yang lebih banyak mereka tidak ketahui adalah penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran/tinja disebabkan oleh apa (61,8%).

Hasil analisis penelitian dengan menggunakan uji Chi Square dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pengadaan jamban. Hal ini sejalan dengan penelitian Arito (2011) Semakin tinggi pengetahuan seseorang mengenai jamban maka semakin baik pula pemanfaatan jamban.

Hal ini sesuai teori Notoadtmodjo, (1997) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Apabila sesuatu tindakan didasari oleh pengetahuan, maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng dan sebaliknya. Dalam teori perilaku, pengetahuan merupakan salah satu tahap dari tiga tahapan yang dapat terjadi pada seseorang untuk menerima atau mengadopsi suatu perilaku baru. Sehubungan dengan pemanfaatan jamban, maka masyarakat yang berpengetahuan baik tentang jamban dengan hubungannya dengan penyebaran penyakit, dapat diharapkan akan memanfaatkan jamban.

Menurut penelitian Sumengen (1983), yamg menyatakan bahwa tingkat pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan jamban. Tingkat pengetahuan individu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan yang ikut serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak terhadap perilaku, namun bila dianalisis lebih jauh proses terbentuknya suatu kesadaran tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan saja belum cukup untuk membuat seseorang merubah perilakunya. Perubahan atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.

5.6 Hubungan Sikap Responden Dengan Partisipasi pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 55 kepala keluarga di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah bahwa sikap kurang baik (52,7%) lebih banyak didanding dengan sikap yang baik (47,3%). Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak setuju jika dianjurkan memiliki jamban keluarga (27,3%), yang kurang setuju yaitu BAB ditempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban (85,5%), dan yang setuju yaitu BAB sembarang tempat dapat merugikan kesehatan, bapak/ibu jika tetangga Bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah bapak, dan mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari tinja masing-masing (29,1%).

Hasil analisis uji Chi Square dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan jamban. Hal ini sesuai dengan teori Soekidjo (2005) sikap adalah juga respon tertutup pada seseorang terhadap stimulus

(suka-tidak suka, setuju-tidak setuju). Sikap adalah kumpulan gejala yang merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan sebagainya. Seramat (2003) mengatakan bahwa sikap berhubungan dengan kepemilikan dan pemakaian jamban keluarga. Menurut hasil penelitian dan juga menurut penelitian Elisabeth (2007) menunjukkan bahwa sikap mempunyai hubungan dengan penggunaan jamban keluarga.

Menurut Green dan Marshall (1991) sikap merupakan presiposing factor yaitu mempermudah perubahan perilaku dan menurut Budiono sikap merupakan tanggapan diri sendiri dari hasil rangsangan orang lain yang menyaakan tepat atau tidak tepat, dimana yang bersifat lebih baik, yaitu tepat atau setuju akan lebih mudah untuk merubah perilaku untuk menggunakan jamban keluarga, sehingga responden yang mempunyai sikap lebih tepat akan mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk menggunakan jamban keluarga dari pada responden yang bersikap kurang tepat.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial, pembentukan sikap tidak terlepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lainnya (eksternal). Manusia juga sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), juga akan mempengaruhi pembentukan sikap (Sunaryo, 2004).

5.7 Hubungan Ketersediaan Air Bersih Dengan Partisipasi Pengadaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang ketersediaan air bersih kurang baik (58,2%) lebih banyak dibanding dengan ketersediaan air bersihnya baik (41,8%). Hasil wawancara dilapangan bahwa 69,1% keluarga yang lebih banyak

memiliki ketersediaan air bersih di daerah tempat tinggalnya, dan 52,7% yang ketersediaan air bersih tidak diperoleh dari mata air.

Hasil uji Chi Square penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Elisabeth (2007) bahwa tidak ada hubungan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban, sedangkan pada penelitian Arito (2011) ada hubungan antara kondisi jamban dengan penggunaan jamban. Hal ini dapat diketahui bahwa lebih banyak kepala keluarga yang tidak menggunakan jamban, jamban hanya digunakan seperlunya saja jika dalam waktu darurat saja (misalnya pada malam hari), sedangkan pada siang hari mereka sepenuhnya menggunakan sungai jika BAB.

Hal ini jika dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan dan sikap responden dalam penggunaan jamban, dapat diketahui bahwa jumlah pengetahuan responden kurang baik sebanyak 46 orang (64,8%), dan jumlah sikap responden kurang baik sebanyak 47 orang (66,2%).

5.8 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Partisipasi Pengadaan Jamban

Hasil penelitian di Desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah diketahui bahwa kepala keluarga yang peran petugas kesehatan yang baik (50,9%) lebih banyak dibanding dengan peran petugas kesehatan yang kurang baik (49,1%). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga yang tidak pernah jika petugas kesehatan menjalankan program pengadaan jamban keluarga (41,8%), dan jarang petugas kesehatan pernah menyarankan masyarakat untuk membangun jamban keluarga (65,5%).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase peran petugas kesehatan yang dinilai baik dan kurang dengan tindakan baik lebih rendah dibandingkan peran petugas kesehatan yang dinilai baik dan kurang dengan tindakan yang kurang. Hal ini menunjukkan adanya hubungan faktor peran petugas kesehatan terhadap partisipasi pengadaan jamban keluarga.

Hasil uji chi square dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa peran petugas

berhubungan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga dengan (p=0,001). Semakin baik peran petugas semakin baik juga pemanfaatan jamban keluarga. Hal mendukung teori peran penyuluh kesehatan adalah memotivasi sekaligus menjadi penggerak di masyarakat dalam memelihara kesehatan. Tugas dan tanggungjawab petugas yaitu melakukan pendekatan kognitif melalui penyuluhan dan sebagainya dan memfasilitasi masyarakat dalam memelihara kesehatannya (Soekidjo, 2005).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden adalah berjenis kelamin laki-laki yakni 49 KK (89,1%); sebagian besar berpendidikan (SD,SLTP) yakni 51 KK (92,7%); seluruhnya responden sudah bekerja yakni 55 KK (100,0%); sebagian besar penghasilan responden adalah >1250000 yakni 48 KK (87,3%); sebagian besar pengetahuan responden adalah termasuk kategori kurang baik sebanyak 32 KK (58,2%); sebagian besar sikap responden adalah termasuk kategori kurang baik sebanyak 29 KK (52,7%); sebagian besar ketersediaan air bersih adalah termasuk kategori kurang baik sebanyak 32 KK (58,2%) ; sebagian besar peran petugas kesehatan adalah termasuk kategori baik sebanyak 28 KK (50,9%).

2. Partisipasi pengadaan jamban keluarga berkategori baik sebanyak 23 KK (41,8%) dan partisipasi pengadaan jamban yang berkategori kurang baik sebanyak 32 KK (58,2%).

3. Sikap mempunyai hubungan yang signifikan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga,Ketersediaan air bersih mempunyai hubungan yang signifikan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga,Peran petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan partisipasi pengadaan jamban keluarga.

6.2. Saran

1. Kepada kepala desa Marjandi Tongah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang diharapkan meningkatkan perannya dalam partisipasi pengadaan jamban keluarga.

2. Kepada petugas kesehatan di wilayah tugas Puskesmas Gunung Meriah Kabupaten Deli Serdang diharapkan meningkatkan perannya dalam menyuluh masyarakat dalam partisipasi pengadaan jamban keluarga.

3. Kepada tokoh masyarakat diharapkan meningkatkan perannya dalam menyuluh masyarakat dalam partisipasi pengadaa jamban keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat.

Arito. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Umum Bagi Rumah Tangga Yang Belum Mempunyai Jamban Pribadi. Medan Azwar. A. 1995.Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.: Penerbit Mutiara Sumber

Widya. Jakarta.

Atika. 2012. Carametode pembuangan Tinja Manusia, Jakarta

Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes RI, 2011. Hemat Air Untuk Hari EsokYang

Lebih Sehat

Diakses 20 Januari 2014.

Conyers. 1994.Partisipasi Masyarakat Sebagai Perwujudan dari Perubahan

Sikap dan Perilaku. Jakarta.

Delivery. 2007. Pendekatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.www/Delivery.com.diakses:24 Januari 2011.

Depkes RI. 1991. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 1990. Jakarta.

_________. 2004. Fasilitas Sanitasi DasarDirektorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

_________. 2009. UU Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.Jakarta.

Dinkes Kabupaten Deli Serdang. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Lubuk Pakam.

Ehler, S. 2000. Syarat-syarat Pembuangan Kotoran. Jakarta : UI Press.

Elisabeth. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga Dalam Penggunaan Jamban. Medan

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. : PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Junaidi. Herman 2002. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga. Wilayah Puskesmas Bentiring Kabupaten Bengkulu Utara :T, Thesis Universitas Diponegoro, Semarang.

Kepmenkes RI. 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Jakarta.

Kiyu, A dan Hardin S, 1997. Hubungan jenis Kelamin dengan Pemanfaatan Jamban, Skripsi, Jakarta.

Kumoro. 1998. Jamban Keluarga di Kecamatan Denpasar Bali. Skripsi UI.

Kusnoputranto. 1995. Toksikologi Lingkungan.Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan, Jakarta

Kusnoputranto. 1997. Kesehatan Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Jakarta.

Magnis. 1987. Pendekatan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Medika.

Mashuri. 1994.Jamban Cemplung ( Pit Latrine ), Jakarta.

Michell, B, 2000. Pengolahan Sumber Daya dan Linkungan, Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 1996.Ilmu Kesehata Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

______________. 1997. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

______________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

______________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Purwanto. 2001. Tinjauan Sekilas Kebijakan Program Pemberantasan Diare.

Puskesmas Gunung Meriah. 2013. Profil Kesehatan Puskesmas Gunung Meriah 2012. Deli Serdang.

Sander, MA 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika. Vol.2 No.2 Juli – Desember 2005:163-1993

Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Cakupan Masyarakat Yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air Besar. Riskesdas 2007.

Simanjutak. 1999. Septic Tank Terdiri dari Tangki Sedimentasi Yang Kedap Air Tinja dan Air Buangan Mengalami Deskomposisi. Jakarta.

Sitinjak, Lely. 2007. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011.

Skripsi FKM USU

Soemardji. 1999. Pembuangan Kotoran Manusia dan Air Limbah. Majalah Sanitasi Lingkungan. Jakarta.

Soeparmin, S. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta : EGC. Soeparman. 2003.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta : EGC. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabert.

Sukarni. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Penerbit Kornesius. Yogyakarta

Sukardi. 1997.Intelegensi Adalah Kemampuan Untuk Berpikir Abstrak. Jakarta. Sutedjo. 2003.Analisa Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Jamban Keluarga

Pada Dua Desa di Kabupaten Rembang. Semarang : Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Warsito. 1996. Kakus Sederhana Masyarakat Desa. Jakarta : Penerbit Konesius. Jakarta.

Widaryoto. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan Jamban Keluarga di Bali Tahun 2002. Skripsi UI.

Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PENGADAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA MARJANDI TONGAH KECAMATAN GUNUNG MERIAH

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

A. Karakteristik Responden

Nomor Responden :

Nama :

Jenis kelamin : (1).Lk-lk (2). Perempuan

Umur :

Alamat :

Pendidikan : 1.SD,SMP 2.SMA,DIII,S1 Pekerjaan : a. Petani b. Pedagang c. Tukang

Penghasilan : (1) < Rp. 1.250.000,- 2) > Rp. 1.250.000,-

B. Panduan Pertanyaan

I. PENGETAHUAN

1. Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan Buang Air Besar sembarangan?

a. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban atau Wc umum b. Buang air besar dimana saja

2. Menurut Bapak/Ibu dimana tempat Buang Air Besar yang tepat? a. Jamban, WC Umum

3. Menurut Bapak/ Ibu apa yang dimaksud dengan jamban keluarga?

a. Bangunan yang diperlukan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang digunakan untuk keluarga.

b. Tempat membersihkan diri

4. Apakah manfaat jamban bagi keluarga a. Untuk mencegah penularan penyakit b. Sebagai tempat pembuangan kotoran

5. Berapa jarak lubang pembuangan tinja dengan Sumber air Bersih? a. ≥10 meter

b. < 10

6. Tahukah Bapak/Ibu kegunaan mencuci tangan dengan sabun sesudah buang Air Besar?

a. Agar tangan bersih, dan bebas kuman yang terkontaminsi oleh Tinja. b. Agar tangan bersih

7. Tahukah Bapak/Ibu mengenai hubungan antara jamban dan penyakit? a. Jamban dapat mencegah timbulnya penyakit.

b. Tidak ada hubungan antara jamban dan penyebaran penyakit 8. Tahukah Bapak/Ibu penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran//tinja disebabkan oleh apa?

a. Infeksi cacing,Virus,penyakit enteric b. Demam berdarah, malaria

9. Tahukah bapak/ibu cara penularan penyakit dari tinja?

a. Pemutusan rantai penularan penyakit dengan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun dan sebagainya.

b. Tidak dapat dilakukan pemutusan pemutusan rantai penularan penyakit. 10. Tahukah bapak/Ibu melalui media apa sajakah tinja dapat menularkan penyakit?

a. Tangan, Makanan, Air, Serangga, Sayuran b. Melalui udara

II. Sikap

1. BAB ditempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di Jamban? a. Setuju b. Kurang Setuju d. Tidak setuju

2. Setujukah Bapak/ Ibu BAB sembarang tempat dapat merugikan kesehatan? a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak setuju

3. Setujukah Bapak/Ibu BAB sembarangan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan? a. Setuju b. Kurang Setuju d. Tidak setuju

4. Setujukah Bapak/Ibu, sumber air dapat tercemar oleh tinja manusia? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak Setuju 5. Setujukah Bapak/Ibu jika anggota keluarga BAB ditempat terbuka? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak Setuju

6. Setujukah Bapak/Ibu jika tetangga Bapak/Ibu BAB dikebun atau dekat rumah Bapak? a. Setuju b.Kurang setuju c. Tidak setuju

7. Setujukah bapak/Ibu, bahwa mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari tinja?

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak setuju 8. Setujukah Bapak/Ibu dengan anjuran memiliki jamban keluarga?

9. Setujukah Bapak/Ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit?

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak setuju

III. Ketersediaan Air Bersih

1. Apakah di daerah tinggal Bapak/Ibu terdapat air bersih?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah di dalam rumah Bapak/Ibu tersedia air bersih?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah air bersih Bapak/Ibu diperoleh dari mata air?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah air bersih tersebut disambung melalui perpipaan?

a. Ya. b. Tidak

5. Apakah dirumah Bapak/Ibu memiliki bak penampungan air bersih?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Air bersih dirumah Bapak/Ibu cukup untuk keperluan mandi,mencuci?

a. Ya b. Tidak

V. Peran Petugas Kesehatan

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang penggunaan jamban keluarga

dari petugas kesehatan?

a.Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

a.Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

3.Apakah petugas kesehatan pernah melakukan pendataan jika ditemukan anggota keluarga yang sakit?

a.Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4.Apakah petugas kesehatan menjalankan program pengadaan jamban keluarga?

a.Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

VI. Partisipasi Pengadaan Jamban Keluarga

1. Apakah ada program dari pemerintah untuk pengadaan jamban? a. Ya b. Tidak

2. Jika ada, apakah Bapak/Ibu ikut berpartisipasi didalam program tersebut? a. Ya b. Tidak

3. Apakah Bapak/Ibu dibebani biaya pada program pengadaan jamban yang akan dilaksanakan?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Bapak/Ibu mengerti informasi program pengadaan jamban sehat yang Disampaikan oleh petugas kesehatan.

a. Ya b. Tidak

5. Apakah pengadaan jamban yang rendah pada masyarakat akibat media informasi yang kurang di masyarakat?

a. Ya. b. Tidak

6. Apakah Bapak/Ibu setuju jika di desa ini digalang dana jamban sehat? a. Ya b. Tidak

Lampiran V

: Hasil Statistik Analisis Univariat

Karakteristik Responden

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 49 89.1 89.1 89.1 perempuan 6 10.9 10.9 100.0 Total 55 100.0 100.0 pendidikan kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid SD,SLTP 51 92.7 92.7 92.7 SLTA,DIII,SI 4 7.3 7.3 100.0 Total 55 100.0 100.0 pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid petani 50 90.9 90.9 90.9 pedagang 4 7.3 7.3 98.2 tukang 1 1.8 1.8 100.0 Total 55 100.0 100.0 penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid < 1250000 7 12.7 12.7 12.7 > 1250000 48 87.3 87.3 100.0 Total 55 100.0 100.0 Pengetahuan pengetahuan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 23 41.8 41.8 41.8

benar 32 58.2 58.2 100.0

pengetahuan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 24 43.6 43.6 43.6 benar 31 56.4 56.4 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 21 38.2 38.2 38.2 benar 34 61.8 61.8 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 30 54.5 54.5 54.5 benar 25 45.5 45.5 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 26 47.3 47.3 47.3 benar 29 52.7 52.7 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 26 47.3 47.3 47.3

benar 29 52.7 52.7 100.0

pengetahuan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 23 41.8 41.8 41.8 benar 32 58.2 58.2 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 34 61.8 61.8 61.8 benar 21 38.2 38.2 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 25 45.5 45.5 45.5 benar 30 54.5 54.5 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 23 41.8 41.8 41.8 benar 32 58.2 58.2 100.0 Total 55 100.0 100.0 pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak baik 32 58.2 58.2 58.2

Baik 23 41.8 41.8 100.0

Sikap

sikap 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 8 14.5 14.5 14.5

kurang setuju 47 85.5 85.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 6 10.9 10.9 10.9

kurang setuju 33 60.0 60.0 70.9

setuju 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 6 10.9 10.9 10.9

kurang setuju 39 70.9 70.9 81.8

setuju 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 7 12.7 12.7 12.7

kurang setuju 36 65.5 65.5 78.2

setuju 12 21.8 21.8 100.0

sikap 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 14 25.5 25.5 25.5

kurang setuju 36 65.5 65.5 90.9

setuju 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 12 21.8 21.8 21.8

kurang setuju 33 60.0 60.0 81.8

setuju 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 11 20.0 20.0 20.0

kurang setuju 28 50.9 50.9 70.9

setuju 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 10 18.2 18.2 18.2

kurang setuju 29 52.7 52.7 70.9

setuju 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

sikap 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Dokumen terkait