(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490
–
STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
oleh
CYNTIA HARMAYTHA HARAHAP
090406073
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
Oleh :
CYNTIA HARMAYTHA HARAHAP
09 0406 073
Medan, Juli 2013
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, MT.
NIP.
19660622 199702 1 001
Ir. Dwi Lindarto H., MT
NIP : 19630716 199802 1 001
Wahyuni Zahrah, ST, MS
NIP : 19730819 200004 2 001
Nama
: Cyntia Harmaytha Harahap
NIM
: 09 0406 073
Judul Proyek Tugas Akhir
: Lhokseumawe Shopping Center
Tema
: Arsitektur Kontekstual
Rekapitulasi Nilai
:
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No.
Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing
I
Paraf
Pembimbing
II
Koordinator
TKA-490
1.
Lulus Langsung
2.
Lulus
Melengkapi
3.
Perbaikan
Tanpa Sidang
4.
Perbaikan
Dengan Sidang
5.
Tidak Lulus
Medan, Juli 2013
A
B+
B
C+
C
D
E
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir.N
.
Vinky Rahman, MT.Koordinator TKA-490,
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data
melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa, dan
penyusunan landasan-landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta
gambar - gambar rancangan.
Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari
berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT sebagai dosen pembimbing I atas bimbingan,
dukungan, dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi
dari awal hingga akhir.
Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat berguna, serta
motivasi yang sangat berarti.
Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan, kritik, dan saran.
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur USU.
Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.
Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT sebagai Ketua Koordinator Studio Tugas Akhir
Semester B TA.2012/2013.
Seluruh staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara
atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.
Orang tua tercinta selaku penyemangat dan motivator terbaik dalam hidup saya,
Bapak Asharuddin Harahap dan Ibu Sasmita. Kedua adik saya, Chindy Fairuz
menyemangati, mendukung, dan mendampingi segala kegiatan saya.
Teman-teman terdekat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka,
Indah, Rima, Reza, Danu, Fadhil.
Teman-teman arsitektur 2009 yang saya cintai, khususnya Amed, Riyadi, Arep,
terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat, kebersamaan, dan suka duka
selama kuliah di Arsitektur USU.
Teman-teman seperjuangan satu kelompok, Fahima, Relung, Rossy, Fany, Aya,
Rose, Stefany, Icha, Ade, Desy. Terima kasih atas semangat, kebersamaan dan
suka duka yang kita lewati bersama dari awal hingga akhir.
Abang/Kakak senior yang telah memberikan semangat dan masukan serta
semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan proyek tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.
Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU
.
Hormat Penulis
LEMBARAN PENGESAHAN
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... x
ABSTRAK ... xi
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ... 11.2. Maksud dan Tujuan ... 3
1.3. Masalah Perancangan ... 3
1.4. Metode Pendekatan ... 4
1.5. Lingkup dan Batasan... 4
1.6. Kerangka Berpikir ... 5
1.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 6
Bab II
.
Deskripsi Proyek
2.1. Terminologi Judul ... 72.2. Tinjauan Umum ... 8
2.2.1.Pengertian Pusat Perbelanjaan ... 8
2.2.2 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan ... 9
2.3. Tinjauan Lokasi ... 13
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 13
2.3.2. Analisis Penetapan Tapak ... 17
2.4. Tinjauan Fungsi ... 24
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 24
2.4.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 26
2.4.3. Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang ... 27
2.5. Studi Banding Proyek Sejenis ... 28
Bab III
.
Elaborasi Tema
3.1. Pengertian Tema ... 373.2. Interpretasi Tema ... 39
3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 41
Bab IV
.
Analisis
4.1. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 444.1.1. Analisis Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 44
4.1.2. Analisis Tata Guna Lahan ... 46
4.1.2.1 Kondisi Eksisting Sekitar ... 46
4.1.2.2 Batas-batas Sekitar Site... 48
4.1.2.3 Analisis Skyline ... 49
4.1.3. Analisis Sirkulasi ... 50
4.1.3.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 50
4.1.3.2 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 51
4.1.4. Analisis Pencapaian ... 52
4.1.5. Analisis Matahari dan Vegetasi ... 53
4.1.6. Analisis Kebisingan ... 55
4.1.7. Analisis View ... 56
4.1.7.1 Analisis View Ke Luar ... 56
4.2.1. Deskripsi Pengguna ... 60
4.2.2. Analisis Kegiatan ... 60
4.2.3. Program Ruang ... 69
4.2.3.1. Analisis Jumlah Pengunjung ... 69
4.2.3.2. Analisis Perhitungan Program Ruang ... 70
4.2.3.3. Analisis Kebutuhan Parkir ... 74
4.2. Analisis Bentuk ... 75
Bab V. Konsep 5.1. Konsep Dasar ... 77
5.2. Konsep Ruang Luar ... 82
5.2.1 Konsep Penzoningan Tapak... 82
5.2.2 Konsep Sirkulasi ... 82
5.3. Konsep Ruang Dalam ... 83
5.3.1 Zoning Horizontal ... 83
5.3.2 Zoning Vertikal ... 84
5.4. Konsep Struktur ... 85
5.5. Konsep Utilitas ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... xii
Gambar 1.1 Peta Kota Lhokseumawe ... 1
Gambar 1.2 Harun Square Mall & Hotel ... 2
Gambar 2.1 Wilayah Peruntukan Lahan Kota Lhokseumawe ... 17
Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 1 ... 18
Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 2 ... 19
Gambar 2.4 Lokasi Alternatif 3 ... 20
Gambar 2.5 Peta Lokasi Tapak Terpilih ... 23
Gambar 2.6 Eksterior Mall Ciputra Jakarta ... 28
Gambar 2.7 Eksterior & Interior Mall Ciputra Jakarta ... 29
Gambar 2.8 Eksterior Mall Artha Gading ... 33
Gambar 2.9 Interior Mall Artha Gading ... 33
Gambar 2.10 Eksterior Sun Plaza ... 34
Gambar 2.11 Interior Sun Plaza ... 35
Gambar 2.12 Simbol Matahari Sun Plaza ... 35
Gambar 3.1 Eksisting Islamic Center ... 41
Gambar 3.2 Turtle Bay Towers ... 41
Gambar 3.3 Turtle Bay Towers ... 42
Gambar 3.4 Victorian Homes ... 42
Gambar 4.1 Peta Lokasi Site ... 44
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Lokasi Site ... 46
Gambar 4.3 Tata Guna Lahan Sekitar Site ... 46
Gambar 4.4 Kondisi Eksisting Sekitar Site ... 47
Gambar 4.5 Batas-Batas Sekitar Site ... 48
Gambar 4.6 Keyplan Potongan Skyline ... 49
Gambar 4.10 Potongan Skyline D-D ... 49
Gambar 4.11 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 50
Gambar 4.12 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 51
Gambar 4.13 Analisa Pencapaian ... 52
Gambar 4.14 Analisa Matahari dan Vegetasi ... 53
Gambar 4.15 Kondisi Eksisting Vegetasi pada Site ... 54
Gambar 4.16 Analisa Kebisingan ... 55
Gambar 4.17 Analisa View ke Luar ... 56
Gambar 4.18 Analisa View ke Dalam ... 57
Gambar 4.19 Prasarana di Sekitar Site ... 58
Gambar 4.20 Sarana di Sekitar Site ... 59
Gambar 5.1 Konsep Fasad Bangunan ... 78
Gambar 5.2 Konsep Kolom Semi Basement ... 78
Gambar 5.3 Perspektif 3D Bangunan ... 79
Gambar 5.4 Tampak Depan Bangunan ... 79
Gambar 5.5 Mesjid di Islamic Center ... 79
Gambar 5.6 Kopi Pancung Aceh ... 80
Gambar 5.7 Kegiatan Masyarakat pada Malam Hari ... 80
Gambar 5.8 Site Plan ... 80
Gambar 5.9 Suasana Outdoor ... 81
Gambar 5.10 Konsep Sirkulasi ... 82
Gambar 5.11 Zoning Horizontal... 83
Gambar 5.12 Zoning Vertikal ... 84
Gambar 5.13 Zoning Vertikal ... 84
Gambar 5.17 Rencana Pembalokan ... 87
Gambar 5.18 Potongan A-A ... 87
Gambar 5.19 Potongan B-B ... 88
Gambar 5.20 Aksonometri Rencana Sanitasi ... 89
Gambar 5.21 Aksonometri Rencana Elektrikal ... 90
Gambar 5.22 Aksonometri Rencana Fire Protection ... 91
Gambar 5.23 Aksonometri Rencana Tata Udara ... 92
Gambar 5.24 Interior Mesjid Nabawi ... 93
Gambar 5.25 Interior Lobby ... 93
Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Tapak ... 14
Tabel 2.2 Wilayah Peruntukan Lahan Kota Lhokseumawe ... 15
Tabel 2.3 Tabel Perbandingan Penetapan Lokasi Tapak ... 21
Tabel 2.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 27
Tabel 4.1 Kegiatan Pusat Perbelanjaan ... 62
Tabel 4.2 Kegiatan Sarana Hiburan ... 64
Tabel 4.3 Kegiatan Rekreasi Olahraga ... 66
Tabel 4.4 Kegiatan Administrasi ... 67
Tabel 4.5 Kegiatan Penunjang ... 68
Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Kota Lhokseumawe ... 69
Tabel 4.7 Jumlah Wisatawan Asing dan Wisatawan Domestik ... 69
Tabel 4.8 Program Ruang Fasilitas Publik ... 70
Tabel 4.9 Program Ruang Fasilitas Berbelanja ... 71
Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Rekreasi (Hiburan) ... 72
Tabel 4.11 Program Ruang Fasilitas Administrasi ... 73
sebagai lokomotif pembangunan perekonomian yang dinilai amat menjanjikan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi Kota Lhokseumawe. Akan tetapi, kondisi perekonomian yang bertumbuh pesat berbanding terbalik dengan sarana perbelanjaan yang tersedia di Lhokseumawe. Perilaku masyarakat yang semakin maju dan berkembang menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu fasilitas tempat
perbelanjaan yang lengkap, baik, aman, dan nyaman. Maka
direncanakanlah proyek pembangunan Lhokseumawe Shopping Center untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Konsep perencanaan pusat perbelanjaan ini kemudian dikembangkan lagi fungsinya, dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja, akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya dengan pengelolaan ruang dalam dan ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.
Kata kunci : arsitektur kontekstual, pusat perbelanjaan, rekreasi
Abstract
Aceh, Lhokseumawe especially, has the potential to be developed as a locomotive for economic development are considered very promising in line with population growth and economic Lhokseumawe. However, the fast-growing economy is inversely proportional to the shopping facilities available in Lhokseumawe. Behavior of society who increasingly developed and developing raises people's desire for a comprehensive shopping facilities, good, safe, and comfortable. Then the construction of the project is planned Lhokseumawe Shopping Center to meet the needs of the people. The concept of a shopping center planning is then developed further functions, where activities in the shopping center is not just for shopping, but also for recreation, entertainment, play, and doing other activities with the management of the interior and exterior optimal and creating a comfortable and pleasant atmosphere.
sebagai lokomotif pembangunan perekonomian yang dinilai amat menjanjikan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi Kota Lhokseumawe. Akan tetapi, kondisi perekonomian yang bertumbuh pesat berbanding terbalik dengan sarana perbelanjaan yang tersedia di Lhokseumawe. Perilaku masyarakat yang semakin maju dan berkembang menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu fasilitas tempat
perbelanjaan yang lengkap, baik, aman, dan nyaman. Maka
direncanakanlah proyek pembangunan Lhokseumawe Shopping Center untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Konsep perencanaan pusat perbelanjaan ini kemudian dikembangkan lagi fungsinya, dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja, akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya dengan pengelolaan ruang dalam dan ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.
Kata kunci : arsitektur kontekstual, pusat perbelanjaan, rekreasi
Abstract
Aceh, Lhokseumawe especially, has the potential to be developed as a locomotive for economic development are considered very promising in line with population growth and economic Lhokseumawe. However, the fast-growing economy is inversely proportional to the shopping facilities available in Lhokseumawe. Behavior of society who increasingly developed and developing raises people's desire for a comprehensive shopping facilities, good, safe, and comfortable. Then the construction of the project is planned Lhokseumawe Shopping Center to meet the needs of the people. The concept of a shopping center planning is then developed further functions, where activities in the shopping center is not just for shopping, but also for recreation, entertainment, play, and doing other activities with the management of the interior and exterior optimal and creating a comfortable and pleasant atmosphere.
dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja,
akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan
kegiatan lainnya. Konsep ini mengalami perkembangan pesat dan banyak dipakai
oleh berbagai pusat perbelanjaan baik di dalam maupun di luar negeri, dan konsep
ini biasanya disebut konsep Mall and Leisure, yakni konsep sarana belanja dan
rekreasi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan shopping center ini adalah:
Sebagai pusat perbelanjaan baru yang menyediakan fasilitas kebutuhan
masyarakat dan hiburan di Kota Lhokseumawe.
Menciptakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang dalam dan
ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan
menyenangkan.
1.3. Masalah Perancangan
Dalam melakukan proses merancang diperlukan penelitian terhadap
masalah yang ada dan yang akan timbul nantinya, sehingga produk yang dihasilkan
akan menjadi solusi dari masalah perancangan tersebut. Adapun permasalahannya
adalah:
Lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang
memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.
Pencapaian/aksesibilitas yang mudah menuju ke lokasi perancangan.
Merencanakan kedua fungsi yang berbeda pada satu massa bangunan yaitu
tempat perbelanjaan dan rekreasi (hiburan), dimana kedua fungsi tersebut
masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.
Merancang bangunan tanpa merusak ekosistem dan lingkungan di sekitar.
Menyesuaikan rancangan dengan iklim di kawasan perancangan.
Perancangan fisik bangunan secara arsitektural yang dapat memberi
kenyamanan kepada pengunjung shopping center dari berbagai kalangan
Mewujudkan rancangan bangunan sesuai dengan tema yang diangkat dan mampu menarik pengunjung.
1.4. Metode Pendekatan
Adapun pendekatan yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah
perancangan dan untuk memperlancar proses perancangan tersebut antara lain:
Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang
digunakan untuk mendapatkan informasi dan bahan literatur yang sesuai
dengan materi laporan untuk memperkuat fakta secara ilmiah, diperoleh dari
buku, tabloid, majalah, ataupun internet untuk mengetahui perkembangan
shopping center yang terkenal di dunia.
Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang diperoleh dari buku,
majalah, internet, ataupun survey lapangan.
Studi lapangan pada lokasi-lokasi yang dipilih untuk mengetahui kondisi
tapak secara langsung dan mencari potensi-potensi pada tapak yang
dianalisis dan diobservasi.
1.5. Lingkup dan Batasan Proyek
Lingkup kajian dalam studi kasus adalah perencanaan Shopping Center.
Sedangkan pembahasan akan dibatasi dari berbagai aspek berikut :
Fungsi
Batasan fungsi adalah kegiatan yang akan dilangsungkan dalam bangunan
shopping center yaitu kegiatan berbelanja, kegiatan rekreasi atau hiburan,
dan kegiatan pengelola bangunan.
Arsitektural
Batasan arsitektural yaitu batasan nilai-nilai arsitektur yang akan dibahas
nantinya dalam perancangan Shopping Center ini antara lain :
a) Bentuk dan ruang, bagaimana gubahan massa, penataan ruang luar
dan dalam, serta massa untuk fasilitas pendukung / penunjang.
b) Karakteristik Lahan, yang diperuntukan untuk shopping center.
1.6. Kerangka Berfikir
Lhokseumawe Shopping Center
Latar Belakang
Mengikuti pertumbuhan
perekonomian penduduk yang
meningkat dengan membuka
tempat perbelanjaan baru.
Maksud dan Tujuan
Sebagai pusat perbelanjaan baru
yang menyediakan fasilitas
kebutuhan masyarakat dan
hiburan di Kota Lhokseumawe.
Menciptakan tempat perbelanjaan
yang nyaman bagi pengunjung.
Masalah Perancangan
Lokasi yang sesuai.
Aksesibilitas yang mudah menuju
lokasi.
Mewujudkan bangunan sesuai
dengan tema yang diangkat dan mampu menarik pengunjung.
Pendekatan
Studi literatur
-Memperoleh informasi dari
berbagai sumber
Studi banding
-Perbandingan fungsi sejenis
Studi lapangan
Analisis
Fisik
-Lokasi tapak dan lingkungan -Potensi tapak
Non fisik
-Aktivitas, pengguna, kebutuhan ruang, dan program ruang.
Konsep & Desain Skematik
Konsep dasar
Konsep massa dan tapak
Sirkulasi
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Pada sistematika laporan ini, terdiri dari enam bab, yaitu bab
pendahuluan,deskripsi proyek, elaborasi tema, analisa, konsep perancangan, dan
hasil perancangan.
BAB I PENDAHULUAN berisikan tentang kajian latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat, telaah pustaka, kerangka teoritis,
metodologi perancangan dan sistematika pelaporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK berisikan tentang terminologi judul, lokasi,
deskripsi kondisi eksisting lokasi dan tinjauan fungsi.
BAB III ELABORASI TEMA berisikan tentang pengertian tema, interpretasi
tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur
yang mempunyai tema sejenis.
BAB IV ANALISA berisikan tentang analisa kondisi tapak, analisa
lingkungan, analisa bangunan, analisis fungsional, analisis teknologi,
analisis dan penerapan tema.
BAB V KONSEP perancangan berisikan tentang konsep perancangan tapak,
pencapaian dan entrance, zoning tata guna lahan, massa dan bentuk
bangunan, open space dan taman, area parkir, perangkat lunak, dan
konsep penerapan tema.
BAB VI DESAIN AKHIR (hasil perancangan) berisikan tentang gambar
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek perancangan adalah “Lhokseumawe Shopping Center”
yang merupakan sebuah tempat perbelanjaan dan hiburan untuk segala kalangan
yang letaknya di pusat Kota Lhokseumawe. Dalam judul “Lhokseumawe Shopping
Center”mengandung pengertian utama, antara lain;
Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada
persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera serta berada di antara Banda
Aceh dan Medan.2
Shopping berasal dari bahasa Inggris yaitu shop yang artinya toko/retail,
dengan penambahan (ing) sehingga artinya menjadi berbelanja atau membeli
sesuatu yang dibutuhkan / diinginkan. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia
belanja berarti uang yang dikeluarkan untuk keperluan sesuatu. Sedangkan
secara harfiah, belanja adalah suatu kegiatan membeli sesuatu untuk
kebutuhan hidup yang mencakup kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.3
Center berasal dari bahasa latin yang berarti Centrum atau bahasa Yunani
yang berarti Ketron. Dalam bahasa inggris, center berarti pusat atau bagian di
tengah, terpusat, atau tertuju. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, pusat
berarti tempat yang letaknya di tengah, titik yang di tengah-tengah benar, pusat
dan pokok pangkal atau yang menjadi tumpuan.4
Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa
Lhokseumawe Shopping Center adalah sebuah pusat perbelanjaan dalam satu
bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan baik berbelanja,
berjalan-jalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di Kota Lhokseumawe.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Lhokseumawe
Menurut Gruen, Victor (1966)
Shopping center adalah suatu tempat yang dipergunakan sebagai wadah bagi para
pedagang yang diatur oleh suatu manajemen terencana yang memberikan servis
bagi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai fasilitas kota untuk
memberikan kenyamanan berbelanja.
Menurut De Chiara, Joseph and Callender, John Hancock (1973,577)
Shopping center adalah sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat toko-toko
eceran yang disatukan dengan fasilitas-fasilitas yang direncanakan untuk
memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimum dan keleluasaan maksimum
bagi barang dagangan.
Menurut Pemerintah DKI (1971) .
Shopping center berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja, berkumpul, dan
rekreasi yang ketiganya ini akan berjalan seiringan dan saling mempengaruhi, oleh
karena itu disebut sebagai suatu lembaga dalam masyarakat yang berkembang di
masyarakat yang menghidupkan kota.
Menurut Beddington, Nadine (1981)
Shopping center adalah suatu kompleks perbelanjaan yang terencana dibawah
suatu manajemen pusat yang menyewakan unit-unit pertokoan kepada para
pedagang eceran dengan pengelolaan oleh manajemen yang bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pusat perbelanjaan.
2.2 Tinjauan Umum
2.2.1 Pengertian Pusat Perbelanjaan
Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi
tempat yang menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang dikunjungi
oleh warga kota tersebut. Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian,
diantaranya adalah:
Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui
penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial (Beddington, Design For
Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang / jasa yang bercirikan
komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena
bertujuan untuk memperileh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya (Gruen,
Centers for the Urban Environment, Survival of the Cities).
Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat,
dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan
pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggungjawab secara
menyeluruh (Beddington, Design For Shopping Centre).
Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada
sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi
sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran,
tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan
parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Beyard,
Shopping Center Development Handbook).
Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan
setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau
tranksaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau
berekreasi (Beddington, Design For Shopping Centre).
Dari berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci terkait
dengan pusat perbelanjaan, yaitu:
1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa
2. Dapat berfungsi juga sebagai tempat berkumpul dan berekreasi
Dua kata kunci tersebut di atas, akan mewarnai proses perancangan
sebuah pusat perbelanjaan, selain kata kunci utama sebagai bangunan komersial,
yaitu bertujuan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.
2.2.2 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
1. Berdasarkan skala pelayanan (Lion, Shopping centers : planning development,
and administration)
a. Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi
berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada pusat
perdagangan golongan ini adalah supermarket.
b. Pusat perbelanjaan distrik (community center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000 sampai
150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara
9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualannya terdiri atas junior department store,
supermarket dan toko-toko.
c. Pusat perbelanjaan regional (main center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah
dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan
27.870-92.990 m2. Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 departement store
dan 50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi oleh
daerah parkir
2. Berdasarkan fungsi dan kegiatan (Beyard, Shopping Center Development
Handbook)
a. Pusat Perbelanjaan Murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai
tempat pertemuan masyarakat (community center) untuk segala urusan, baik
untuk bersantai, mencan hiburan. Misalnya Plaza Senayan, Blok M Plaza,
Pondok Indah Mall dll.
b. Pusat Perbelanjaan Multi Fungsi
Fungsi sebagai pusat perbelanjaan di campur dengan fungsi lain yang
berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
3. Berdasarkan sistem transaksi (Beyard, Shopping Center Development
Handbook)
a. Toko Grosir
Adalah toko yang menjual barang dalam partai besar. Barang-barang tersebut
biasanya disimpan di gudang atau di tempat lain, sedangkan yang ada di toko
grosir hanya contohnya.oleh karena penjualan dilakukan dalam partai besar,
kecil, sedangkan bagian terbesarnya adalah gudang atau tempat penyimpan
persediaan. Aktivitas lain yang juga tidak kalah penting pada toko seperti ini
adalah pengepakan. Oleh karena penjualannya dilakukan dalam jumlah besar
sekaligus, maka pengepakan memerlukan ruang tersendiri yang juga relatif
besar, yaitu ruang dropping barang. Area ini sebaiknya berdimensi cukup
besar yang memungkinkan kendaraan pengangkut barang berhenti pada
proses pembongkaran atau pemuatan barang belanjaan.
b. Toko Eceran
Menjual barang dalam partai kecil atau per satuan barang. Toko eceran lebih
banyak menarik pembeli karena tingkat variasi barangnya tinggi. Pada toko
jenis ini, area display barang dagangan memerlukan ruang dengan dimensi
yang relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan yang tinggi.
Sebaliknya, gudang mungkin hanya memerlukan area dengan dimensi yang
lebih kecil. Area dropping barang merupakan area vital pada toko jenis ini.
4. Berdasarkan lokasi (Beyard, Shopping Center Development Handbook)
a. Pasar (market)
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los, toko, kios, dan
sebagainya) yang berada disuatu area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas
perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka atauun berada di dalam bangunan,
biasanya berada dekat kawasan pemukiman, merupakan fasilitas
perbelanjaan untuk memennuhi kebutuhan (biasanya sehari-hari) masyarakat
di sekitarnya.
b. Shopping Street
Merupakan pengelompokan sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan
toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area perbelanjaan ini
merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan.
Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan
wisata, atau kawasan pertokoan yang menarik dkunjungi wisatawan.
Merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap pada suatu ruang
terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh di dekat obyek atau
kawasan wisata.Contohnya yaitu Nakamise-dori,Senso-ji‟s temple precint‟s
shopping street, Asakusa, Tokyo, Jepang.
d. Shopping Center
Merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan (toko dan kios) yang berada
di bawah satu atap. Pada shopping center, barang yang diperdagangkan
didominasi oleh kebutuhan sekunder dan tersier, sedangkan pada jenis pasar,
barang yang diperdagangkan terutama didominasi oleh kebutuhan primer
manusia. Shopping center secara khusus mempunyai pola visual dan sirkulasi
yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk berjalan mengelilinya, bahkan
tidak hanya mencakup kompleks yang berukuran besar berskala monumental,
tetapi juga berskala manusia.
e. Department Store
Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang
yang berada di bawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi masih
menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan
mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata
letak khusus yang memudahan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses. Luas
lantainya berkisar antara 10.000 sampai 20.000 m2.
f. Supermarket
Merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan cara
pelayanan mandiri (self service). Pemilihan dan pencarian produk dilakukan
secara mandiri oleh konsumen. Pelayan hanya digunakan untuk membantu
proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual pada toko jenis ini
kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan. Luas lantainya
berkisar antara 1.000 m2 sampai dengan 2.500 m2. Setiap supermarket
mempunyai sekuen kejadian, diawali dengan masuknya konsumen hingga
proses pembelian, pembayaran, dan perginya konsumen. Sekuen kejadian ini
perlu dikaji melalui sebuah program yang termasuk di dalamnya adalah
g. Superstore
Merupakan pusat perdagangan dengan luas area penjualan lebih dari 2.500
m2. Pada umumnya luas superstore berkisar antara 5.000 m2 sampai dengan
7.000 m2. Superstore ini menempati satu lantai bangunan dan terletak di pusat
kota. Sistem pelayanan yang digunakan adalah sistem self timer. Oleh karena
sistem pelayanannya mandiri, perlu penataan dan pengelompokan barang
yang jelas sehingga memudahkan pembeli menemukan barang yang
diinginkan.
h. Hypemarket
Merupakan bentuk perluasan dari superstore, dengan luas lantai minimum
5.000 m2. Hypermarket merupakan simbol perdagangan disuatu kota kota
karena tempat tersebut mencerminkan adanya kecendrungan penduduk yeng
mengikuti trend perdagangan dengan munculnya produk-produk yang
ditawarkan. Sistem penjualannya pun dibedakan antara pembeli eceran dan
pembeli sistem grosir. Pada hypermarket yang bergabung dengan plaza atau
shopping park, kecendrungannya adalah ruangan untuk hypermarket
diletakkan di area paling belakang karena membutuhkan lahan bangunan
yang paling luas sehingga tidak menutupi area retail atau counter lain yang
luasannya lebih kecil.
i. Shopping Mall
Merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau sekumpulan sistem
dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Jadi mall
dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalu
lintas umum, tetapi memiliki akses mudah terhadapnya, sebagai tempat
berjalan-jalan, duduk-duduk, bersantai, dan dilengkapi dengan unsur-unsur
dekoratif untuk melengkapi kenyamanan.
2.3 Tinjauan Lokasi
2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu
dijadikan tempat pelaksanaan pembangunan proyek ini, maka penting terlebih
dahulu dibuat kriteria-kriteria pemilihan lokasi. Langkah ini ditempuh kemudian
dievaluasi sehingga mendapatkan lokasi yang benar-benar cocok untuk proyek ini.
Kriteria ini dibuat berdasarkan analisis tata ruang kota, analisis sasaran proyek,
analisis program aktivitas, analisis pencapaian, dan analisis penerapan tema.
Ada pun kriteria dalam pemilihan lokasi untuk proyek ini adalah:
No. Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap
struktur kota
Tapak harus berada pada wilayah RUTRK yang tata
guna lahannya diperuntukkan daerah perdagangan
dan jasa.
2. Luas lahan Luas lahan harus memadai untuk menampung
seluruh fasilitas yang telah direncanakan dengan luas
lantai bangunan ±15.000 - 25.000 m2.
3. Pencapaian Lokasi harus terletak pada daerah yang mudah
dicapai oleh kendaraan pribadi, kendaraan umum,
ataupun pejalan kaki.
4. Area pelayanan Area di sekitar site hendaknya merupakan
fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan
bangunan yang direncanakan atau di sekitar sarana
prasarana yang membutuhkan jasa / pelayanan yang
berhubungan dengan berbelanja, seperti permukiman
penduduk, terminal, dan pusat komersil lainnya.
4. Kemudahan
entrance
Entrance yang dipilih sebagai jalur menuju dan keluar
tapak harus mudah diakses oleh pengelola, penyewa,
pengguna fasilitas, dan pengunjung Shopping
Center
.5. Kontur tapak Tapak yang dipilih hendaknya relatif datar (kontur
tanahnya tidak terlalu bergelombang), karena dengan
keadaan ini diharapkan aktivitas loading dock
bangunan menjadi mudah dan mengurangi tingkat
kerusakan barang yang akan dijual.
6. Loading dock Barang yang akan dijual di Shopping
Center
umumnya membutuhkan dimensi ruang yang cukup
besar karena massanya yang berat dan besar pula,
sehingga aksesibilitas loading dock harus
benar-benar diperhatikan sehingga tidak mengganggu
aktivitas yangberlangsung di dalamdan di luar tapak.
Kecamatan Gampong Peruntukan Lahan
Banda Sakti
Moun Geudong Pemukiman, Perdagangan dan jasa,
Pendidikan
Simpang Peut Pemukiman, Perdagangan dan jasa,
Perkantoran
Kota Lhokseumawe Pemukiman, Perkantoran,
Taman Kota, Pendidikan
Lancang Garam Pemukiman, Perdagangan dan jasa,
Pelayanan Sosial, Pendidikan
Kampung Jawa Lama Pemukiman
Kampung Jawa Baru Pemukiman, Perdagangan dan jasa
Pusong Lama Pemukiman , Perdagangan dan jasa
Pusong Baru Pemukiman, Perdagangan dan jasa
Keude Aceh Pemukiman, Pelayanan Sosial,
Pendidikan
Peukan Cunda Pemukiman, Perdagangan dan jasa
[image:32.595.101.512.99.288.2]Ujong Blang Pariwisata
Hagu Barat Laut
Hagu Teungoh
Hagu Selatan
Uteun Bayu
Kuta Blang
Ulee Jalan
Blang Masen
Pemukiman
Muara Dua
Alue Awe
Blang Kreung
Mayang
Cot Girek
Cot Mamplam
Mon Puteh
Uten Kot
Blang Poroh
Lhok Mon Puteh
Paloh Batee
Cot Panggoi
Paya Bili
Alue
Pemukiman, Pendidikan
Muara Satu
Blang Panyang
Blang Pulo
Paloh Dayah
Paloh Punti
Padang Sakti
Cot Trieng
Naleung Mameh
Ujung Pacu
Batuphat Timur
Batuphat Barat
Pemukiman, Perdagangan dan jasa
ASPEK LOKASI A LOKASI B LOKASI C
Luas lahan ± 1,3 Ha
(5)
± 0,9 Ha
(3)
± 0,9 Ha
(3)
Tingkatan jalan Jl. Kolektor 2
(5)
Jl. Lokal 1
(5)
Jl. Arteri
(5)
Posisi site Pusat kota
(5) Pusat kota (5) Pinggir kota (3) Pencapaian ke lokasi Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5) Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5) Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5)
Akses pejalan kaki Terdapat trotoar
(5) Tidak terdapat trotoar (3) Tidak terdapat trotoar (3) Fungsi pendukung sekitar lokasi Pertokoan, pemukiman, perkantoran, taman kota (5) Pertokoan, pemukiman (5) Pertokoan, pemukiman, perkantoran, penginapan (5) Kepadatan penduduk Tinggi (5) Tinggi (5) Sedang (3) Intensitas kendaraan Padat (3) Sedang (5) Sedang (5)
View ke dalam dan
[image:38.595.102.512.100.760.2]jasa Utilitas Tersedia dengan baik (5) Tersedia dengan baik (5) Tersedia dengan baik (5) Loading dock Terdapat jalan alternatif (5) Terdapat jalan alternatif (5) Tidak terdapat jalan alternatif (3) Status kepemilikan lahan Swasta (5) Swasta (5) Pemerintah (3)
61 59 51
Keterangan : 5 : Baik
3 : Cukup
1 : Kurang
Dari penilaian beberapa kriteria-kriteria dan analisa di atas serta memenuhi
persyaratan maka terpilihlah site alternatif A yaitu persimpangan Jl. Listrik dengan
Jl. Merdeka.
2.3.3 Deskripsi Kondisi Tapak Terpilih
2.3.3.1 Deskripsi Tapak
Kasus Proyek : Lhokseumawe Shopping Center
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pihak Swasta
Lokasi Lahan : Jl. Merdeka, Kecamatan Banda Sakti
Batas Utara : Islamic Center Lhokseumawe
Batas Selatan : Jalan Listrik
Batas Barat : Pertokoan
Batas Timur : Bank Indonesia
Luas Lahan : ± 1,3 Ha (± 13.000 m2)
Kontur : datar
KDB : 60 %
Bangunan Eksisting: Ruko
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Pengguna kegiatan dalam Lhokseumawe Shopping Center terdiri atas
pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis.
Pengunjung
Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Lhokseumawe
Shopping Center, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti;
Berdasarkan golongan :
- Masyarakat berpenghasilan menengah
- Masyarakat berpenghasilan cukup
Berdasarkan asal-usul
- Pengunjung yang datang dari Kota Lhokseumawe dan sekitarnya
- Pengunjung yang datang dari luar Kota Lhokseumawe
Berdasarkan klasifikasi umur :
- Anak-anak (usia 5-13 tahun)
- Remaja (usia 14-24 tahun)
- Dewasa (usia 25-45 tahun)
- Lanjut usia (usia diatas 46 tahun)
Berdasarkan motivasi atau tujuan :
- Pengunjung dengan motivasi untuk berbelanja.
- Pengunjung dengan motivasi hanya untuk cuci mata (window shopping).
Penyewa
Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam shopping
center untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung yang datang.
Pengelola
Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan
- Pimpinan, terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur. Direktur ini dibantu oleh
sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
- Kepala Bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran,
keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.
Servis
Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti
masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan.
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Kegiatan pengunjung shopping center, aktivitas umum yang dilakukan
pengunjung adalah :
- Berbelanja
- Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola
- Jalan-jalan / cuci mata / window shopping
- Makan / minum
- Melakukan kegiatan permainan
- Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping
center
.2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola shopping
center
adalah :
- Mengelola dan mengatur jalannya operasional shopping
center
- Melayani kebutuhan para konsumen
- Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan
- Memberikan informasi singkat
- Melakukan kegiatan administrasi
- Penyelenggaraan kegiatan penunjang (bisa saja bekerjasama dengan badan
lain yang bersangkutan).
- Mengadakan publikasi
3. Kegiatan servis shopping
center
, aktivitas yang dilakukan oleh bagian servisadalah:
- Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan
peralatan-peralatan yang ada di dalamnya.
- Mengurus loading dock.
- Mengurus utilitas bangunan
- Menjaga keamanan
2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang
1. Fasilitas Utama
A. Fasilitas Perbelanjaan
Department Store
Supermarket
Men‟s and ladie‟s fashion
Sport wear equipment
Beauty care
Accessorie shop
Book Store
Retail
Retail berupa kios-kios kecil yang disediakan untuk para penjual
produk-produk pendukung lainnya.
2. Fasilitas Pendukung
Food court, café, kedai kopi, dan restaurant, yaitu tempat berjualan
berbagai makanan dan minuman.
Timezone, yaitu sarana bermain dan rekreasi keluarga.
Gym, tempat untuk olahraga fitness.
3. Fasilitas Pelengkap
Open Space, yaitu ruang terbuka seperti pedestrian, taman, dan lain
sebagainya
Atrium, yaitu ruang yang disediakan untuk menampung berbagai
kegiatan acara seperti pameran atau bazar produk-produk tertentu.
Kantor Pengelola, yaitu ruang yang disediakan untuk pengelola bangunan dan staf-stafnya
Toilet Umum yang disediakan untuk pengunjung
Mushalla
ATM Gallery
Ruang ME
Loading Dock
Pos satpam
2.4.3 Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang
Fungsi Kelompok
fungsi Kebutuhan ruang Persyaratan
Shopping
center Utama
Kantor Pengelola Mudah dalam pencapaian
Hall Cukup luas
Restoran Memerlukan view yang bagus,
suasana tenang
Café Memerlukan view yang bagus,
suasana tenang
Supermarket Disesuaikan dengan modul kolom
Food Court Memerlukan view yang bagus,
suasana tenang
Retail Disesuaikan dengan modul struktur
Mushalla Nyaman ,tenang
R.ME Tertutup bagi umum
Area parkir Kemudahan pencapaian
[image:44.595.99.512.342.655.2]Ruang pameran Bebas kolom
Tabel 2.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang
Dilengkapi juga dengan elemen - elemen interior seperti void, skylight pada lantai
foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.
Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa retai tenant yang
berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,
area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja
sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan
berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan
berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa
kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet
pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon
umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi
menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parkir
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas
keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda
motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa
maupun pada akhir pekan dan libur.
Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk
itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan
segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh.
Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1- 6
pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant
berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari
mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal.
Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar
mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun
bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.
Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang
tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan
Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu
mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan
kepuasan pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari
Artha Gading Mall8,9
Mal Artha Gading (MAG) berlokasi di Jakarta Utara. Dengan lokasinya
yang strategis yaitu tepat di sisi pintu Tol Cawang - Tanjung Priok, dan juga area
mal yang luasnya mencapai 270.000 m2, menjadikan Mal Artha Gading sebagai
tujuan rekreasi dan berbelanja bagi keluarga, terutama keluarga yang tinggal di
wilayah Jakarta Utara. Dengan konsep mal keluarga, MAG terus memanjakan
pengunjung setianya dengan menyediakan beragam tenant untuk memenuhi
kebutuhan keluarga seperti Diamond Supermarket, Ace Home Centre dan Index,
Fashion Boutique, Electronic City, Furnish Centre terlengkap, IT Center sampai
restaurant yang menyajikan beraneka ragam makanan. Entertainment Centre selain
sebagai tempat untuk berbelanja, Mal Artha Gading juga dilengkapi oleh berbagai
fasilitas hiburan yang dapat dinikmati seluruh keluarga seperti arena bermain
Amazone terbesar di Indonesia yang dilengkapi dengan trampoline setinggi 6 m,
wahana ini juga selalu melengkapi koleksi mainannya dengan mainan terbaru,
wahana ini terdapat di 3 lantai yaitu lantai dasar, 1 dan 2; Magic Café (Billiard and
Karaoke) di lantai 5; Artha Gading Bowling Centre dengan standart International
sebanyak 30 lines dan Artha Gading XXI dengan fasilitas yang nyaman di lantai 6.
Fasilitas
Mal Artha Gading terus meningkatkan fasilitas untuk pengunjung seperti area parkir
luas yang dapat menampung 2600 unit mobil dan 1800 unit motor, shuttle bus
sebanyak 3 armada, food court yang luas dengan fasilitas free hotspot, smoking
area yang nyaman, musholla, ATM Centre, serta fasilitas pelayanan perpanjangan
SIM (Gerai SIM) dan STNK (Gerai Samsat) hasil kerjasama Mal Artha Gading
dengan Polda Metro Jaya, dan yang paling penting adalah fasilitas free parking
(bagi pengguna MAG Customer Card). Interior Mal Artha Gading terdapat 7 atrium
dengan interior Negara-negara Jalur Sutra : Atrium Nusantara, sebagai pintu masuk
utama dimana pengunjung yang datang dapat langsung melihat miniatur dari Candi
Jawi dilengkapi sebuah taman kerajaan dari “The Majapahit Golden Age”.
Perjalanan berlanjut menuju Atrium Paris, atrium ini berkonsep ruang France Court
yang tercipta dari jajaran kolom-kolom melingkar yang menumpu pada arch way
serta terdapat elemen sculpture yang bertema dewa-dewi memberi suasana anggun
dan cantik seperti kesan yang disandang kota Paris yang mengagumkan „Beauty of
love‟ yang terpancar pada patung venus. Melanjutkan perjalanan ke Atrium Italy,
kita menemukan perpaduan antara Colloseum dan Menara Pisa, memberikan
suasana Italy yang kental. Sampai di Atrium China, kita menemukan suasana Kota
China Tua dengan segala bentuk detail dan arsitekturnya yang didominasi
warna-warna klasik China seperti Merah tua, hijau lumut dan warna-warna-warna-warna kayu serta
emas yang diyakini sebagai warna pelambang kebahagiaan. Tidak ketinggalan
elemen-elemen China yang kental terlihat pada Grabang atrium China yang
berbentuk Moon Gate, Canopy Roof, dengan ornament China, bentuk lampion
untuk lampunya, plafon yang berbentuk gazebo, serta kolam keberuntungan. Di
Atrium India dapat dilihat ornamen-ornamen yang tidak ternilai pada abad ke 5
hingga abad ke 7, seperti detail pada Taj Mahal. Didominasi oleh warna –warna
lembut dan monokromatik serta ukiran-ukiran pada dinding yang dilengkapi
binatang gajah sebagai artwork. Atrium Persia kental dengan nuansa padang pasir.
Diilhami legenda rakyat Timur Tengah “Alladin and the Magic Lamp”, serta arsitektur
Islam dengan warna biru turquoise dan dilengkapi dengan lentera minyak gantung
khas timur tengah membuat pengunjung dapat merasakan suasana timur tengah di
Mal Artha Gading. Atrium terbesar yang menjadi pusat kegiatan di Mal Artha Gading
adalah Atrium millennium yang terdiri dari 2 lantai yaitu lantai dasar dan lantai 1.
Atrium ini merupakan gambaran era millennium. Didominasi oleh material-material
modern seperti kaca, stainless steel, metal sheet dan permainan marmer pada pola
lantai.
Data Mall
Luas Area : 7 Ha
Total luas lantai : 270.000 m2
Tag line : Everyday Family Day
Fasilitas Mall Artha Gading
o Information Center
o ATM Center
o Area parkir luas menampung 2.600 unit mobil dan 1.800 unit motor
o Smoking area di lantai basement, lantai 1, food court lantai 2, dan
lantai 5
baik, serta berbagai kesan positif lain yang dapat menempatkan pengunjung dalam
spirit dan suasana hati yang tepat untuk berbelanja atau menikmati acara bersama
keluarga atau kerabat.
Simbol matahari muncul dalam berbagai bentuk abstrak di dalam
bangunan maupun di fasad utama. Di dalam atrium terdapat instalasi delapan belas
bola yang merepresentasikan matahari, dengan latar antariksa pada langit-langit
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 Pengertian Tema
Tema yang dipilih dalam proyek ini adalah arsitektur kontekstual. Istilah ”kontekstual” bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi keterkaitan. Dengan kata lain kontekstual bisa diartikan
adanya keterkaitan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Di bidang arsitektur, dalam sebuah proses perencanaan dan perancangan,
perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karya baru yang direncanakan.
Hal-hal yang mempunyai keterkaitan tersebut antara lain adalah lingkungan,
budaya, gaya regional, karakter masyarakat, sejarah, dll.12
Kontekstualisme dirancang dengan memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta
mempertimbangkan perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan,
sehingga proses analisa penentuan bentuk dan penampilan bangunan juga
memperhatikan karakteristik bangunan-bangunan yang terdapat di lingkungan
setempat.
Kontekstualisme selalu berkaitan dengan konservasi dan preservasi karena
berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan
membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang
simpatik sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual. Kontekstualisme
berusaha untuk menciptakan arsitektur yang tidak hanya berdiri sendiri, namun
mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya.
Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan
berbagai aspek pendekatan kontekstualisme melalui komposisi. Usaha teoritis
kontekstual secara non-eklektis barangkali sudah dimulai dari tulisan Durand, abad
19, bahwa tujuan arsitektur bukan imitasi alam atau kepuasan artistik tetapi
kenyamanan fungsional dan ekonomi (simetri, keteraturan, kesederhanaan). Style
dapat ditambahkan kemudian setelah struktur terbentuk. (Style adalah ekspresi
disain dari tipe yang terakumulasi dan dapat dikodifikasikan dalam sebuah sistem
estetik. Tipe bangunan adalah hasil program-program arsitektur yang dirumuskan
untuk mewadahi berbagai aktifitas manusia. Sehingga tipe ke belakang memiliki
aspek program dan ke depan memiliki aspek style yang ketiganya merumus dalam
pengertian tipologi. Relasi antar bangunan dipahami dari segi kawasan adalah
urban fabric, dari segi metodologi adalah morfologi, dari segi profesi perancangan
adalah urban design).
Konsep kontekstualisme dalam arsitektur juga merancang sesuai dengan
konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup
antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu
efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu
memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau
setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus
mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan
konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki
karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan
yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat
dipertahankan dalam konteks yang baik.
Untuk mewujudkan hal ini, sebuah desain tidak harus selamanya
kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula
dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.
Adapun ciri-ciri dari arsitektur kontekstual antara lain:
- Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar.
- Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain-lain
terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu
tempat.
- Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.
Yang perlu diperhatikan dalam kontekstual adalah :
- Irama
Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara
teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan
mengelompokkan unsur - unsur di dalam suatu komposisi acak menurut kedekatan
Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara
berulang adalah:
o Ukuran
o Bentuk wujud
o Karakteristik detail
- Datum
Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk
menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi. Datum mengorganisir
suatu pola acak unsur – unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya
yang konstan. Sebagai contoh, garis - garis lagu berfungsi sebagai suatu datum
yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif nada –
nada yang ada.13
Arsitektur kontekstual dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Contras (kontras / berbeda)
Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun
dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan
kekacauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras
bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun ia
mengatakan bila terlalu banyak akan mengakibatkan ”shock effect” yang timbul
sebagai akibat kontras. Maka efektivitas yang dikehendaki akan menurun sehingga
yang muncul adalah chaos.
2. Harmony (harmoni / selaras)
Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal
tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang
sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks /
lingkungan dimana bangunan itu berada. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok
banguanan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang
sudah ada walupun terlihat dominan (secara kuantitatif).
Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengambil motif-motif desain setempat :
Bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain.
Geometri : standard geometri : persegi, bulat, segitiga, kubus dll.
Kompleksitas : derajat kesederhanaan atau daya tarik :
- Bentuk sederhana = regular
- Bentuk yg komplek = iregular
Orientasi : hubungan bentuk dg horizon, vertikal atau horizontal
2. Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali
sehingga tampak berbeda.
3. Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama atau
mendekati yang lama.
4. Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras).
Adapun kontekstual dalam aspek non fisik dapat dilakukan melalui pendekatan
fungsi, filosofi, maupun teknologi. Bangunan baru yang didesain ‟kontras‟ dengan bangunan lama, namun mampu memperkuat nilai historis bangunan lama justru dianggap lebih kontekstual daripada bangunan baru yang dibuat ‟selaras‟, sehingga menghilangkan atau mengaburkan pandangan orang akan nilai historis
bangunan lama. Sehingga, untuk menjadikan sebuah desain kontekstual, bisa dengan menjadikannya ‟selaras‟ ataupun ‟kontras‟ dengan lingkungan sekitar dengan tetap mengedepankan tujuan dari kontekstual itu sendiri, yaitu menghadirkan ‟kesesuaian‟, dalam arti memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.
3.2 Interpretasi Tema
Pemilihan tema arsitektur kontekstual dalam proyek ini adalah untuk
menghadirkan bangunan yang memperhatikan kondisi sekelilingnya, dalam kasus
ini adalah Islamic Center, sehingga keberadaannya serasi dan menyatu, dan
dengan demikian potensi dalam lingkungan tersebut tidak diabaikan. Perancangan
bangunan dilakukan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan
yang sudah ada dengan bangunan yang akan dirancang agar terciptanya suatu efek
Kota Lhokseumawe berada di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh,
Pulau Sumatera, dan secara geografis terletak pada garis 96º20'-97º21' BT dan
04º54'-05º18' LU dengan luas 181.06 Km2. Terdiri dari 4 Kecamatan, 9
kemukiman, dan 68 Gampong. Beriklim tropis dengan suhu minimum antara
19.0°C-22.4°C dan suhu maksimum antara 31.0°C-35.2°C.
Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan:
Kasus Proyek : Lhokseumawe Shopping Center
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pihak swasta
Lokasi Lahan : Jl. Merdeka, Kecamatan Banda Sakti
Batas Utara : Pemukiman penduduk
Batas Selatan : Jl. Merdeka (Islamic Center)
Batas Barat : Jl. Listrik (Bank Indonesia)
Batas Timur : Komplek ruko
Luas Lahan : ± 1,3 Ha (± 13.000 m2)
Kontur : Relatif datar
KDB : 60 %
Bangunan Eksisting : Ruko
Potensi Lahan :
Terletak di pusat kota Lhokseumawe.
Berada pada kawasan komersil dan bisnis.
Transportasi lancar dan baik dengan adanya sarana jalan raya yang lebar.
Luas site mendukung.
Berada dekat dengan beberapa sarana perbelanjaan, kantor, dan
Batas Barat : Jl. Merdeka, Islamic Center
Batas Barat : Jl. Listrik, Bank Indonesia Batas Barat : Jl. Listrik,
Bank Indonesia
[image:67.595.82.517.137.689.2]Batas Utara : pemukiman dan ruko 4.1.2.2 Batas-batas Sekitar Site
Gambar 4.5 Batas-Batas Sekitar Site
4.2 Analisis Fungsional
4.2.1 Deskripsi Pengguna
Pada dasarnya pengguna kegiatan terbagi 2, yaitu:
1. Pengunjung Umum
Kelompok pengunjung dewasa (pria dan wanita)
Kelompok anak-anak dengan orang tua
Kelompok remaja
2. Pengelola
Pengelola Utama
Karyawan
Tenants (Penyewa)
Servis
4.2.2 Analisis Kegiatan
Pengunjung
Datang Mencari
kebutuhan
Parkir
Window
shopping Pulang
Istirahat / Sholat
Parkir Berbelanja
Penyewa
Pengelola dan karyawan
Servis
Loading dock
Makan
Datang Aktivitas
Parkir
Pulang Istirahat /
Sholat Parkir
Makan
Datang Pengelolaan
gedung
Parkir
Pulang Istirahat /
Sholat Parkir
Perawatan gedung
Makan
Datang Bangunan
Parkir
Pulang Istirahat /
Sholat Parkir
Ruang M.E
Mengatur M.E
1.Kegiatan Pusat Perbelanjaan
No. FASILITAS
KEGIATAN PENGGUNA KEGIATAN
KEBUTUHAN RUANG
1. Ruang publik Karyawan Memberi informasi
Keamanan
Sanitari
o R. Informasi
o R. Satpam
o Selasar
o Hall
o Taman
o Toilet
Pengunjung Meminta informasi
Window shopping
Melihat pameran
Sanitari
Duduk dan beristirahat
2. Unit-unit toko Karyawan Menata barang
Melayani
Pembayaran
Penyimpanan barang
o R. Display
o R. Mencoba
o Kasir
o Gudang
Pengunjung Melihat-lihat
Mencoba
[image:81.595.95.514.155.652.2] Membayar
3. Supermarket Karyawan Menata ba