• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lhokseumawe Shopping Center (Arsitektur Kontekstual)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Lhokseumawe Shopping Center (Arsitektur Kontekstual)"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490

STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

oleh

CYNTIA HARMAYTHA HARAHAP

090406073

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

Oleh :

CYNTIA HARMAYTHA HARAHAP

09 0406 073

Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

NIP.

19660622 199702 1 001

Ir. Dwi Lindarto H., MT

NIP : 19630716 199802 1 001

Wahyuni Zahrah, ST, MS

NIP : 19730819 200004 2 001

(3)

Nama

: Cyntia Harmaytha Harahap

NIM

: 09 0406 073

Judul Proyek Tugas Akhir

: Lhokseumawe Shopping Center

Tema

: Arsitektur Kontekstual

Rekapitulasi Nilai

:

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No.

Status

Waktu

Pengumpulan

Laporan

Paraf

Pembimbing

I

Paraf

Pembimbing

II

Koordinator

TKA-490

1.

Lulus Langsung

2.

Lulus

Melengkapi

3.

Perbaikan

Tanpa Sidang

4.

Perbaikan

Dengan Sidang

5.

Tidak Lulus

Medan, Juli 2013

A

B+

B

C+

C

D

E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir.N

.

Vinky Rahman, MT.

Koordinator TKA-490,

(4)

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data

melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa, dan

penyusunan landasan-landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta

gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari

berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

 Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT sebagai dosen pembimbing I atas bimbingan,

dukungan, dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi

dari awal hingga akhir.

 Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan yang sangat berguna, serta

motivasi yang sangat berarti.

 Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan masukan, kritik, dan saran.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur USU.

 Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.

 Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT sebagai Ketua Koordinator Studio Tugas Akhir

Semester B TA.2012/2013.

 Seluruh staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara

atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.

 Orang tua tercinta selaku penyemangat dan motivator terbaik dalam hidup saya,

Bapak Asharuddin Harahap dan Ibu Sasmita. Kedua adik saya, Chindy Fairuz

(5)

menyemangati, mendukung, dan mendampingi segala kegiatan saya.

 Teman-teman terdekat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka,

Indah, Rima, Reza, Danu, Fadhil.

 Teman-teman arsitektur 2009 yang saya cintai, khususnya Amed, Riyadi, Arep,

terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat, kebersamaan, dan suka duka

selama kuliah di Arsitektur USU.

 Teman-teman seperjuangan satu kelompok, Fahima, Relung, Rossy, Fany, Aya,

Rose, Stefany, Icha, Ade, Desy. Terima kasih atas semangat, kebersamaan dan

suka duka yang kita lewati bersama dari awal hingga akhir.

 Abang/Kakak senior yang telah memberikan semangat dan masukan serta

semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan proyek tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk

kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU

.

Hormat Penulis

(6)

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Masalah Perancangan ... 3

1.4. Metode Pendekatan ... 4

1.5. Lingkup dan Batasan... 4

1.6. Kerangka Berpikir ... 5

1.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 6

Bab II

.

Deskripsi Proyek

2.1. Terminologi Judul ... 7

2.2. Tinjauan Umum ... 8

2.2.1.Pengertian Pusat Perbelanjaan ... 8

2.2.2 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan ... 9

2.3. Tinjauan Lokasi ... 13

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 13

2.3.2. Analisis Penetapan Tapak ... 17

(7)

2.4. Tinjauan Fungsi ... 24

2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 24

2.4.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 26

2.4.3. Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang ... 27

2.5. Studi Banding Proyek Sejenis ... 28

Bab III

.

Elaborasi Tema

3.1. Pengertian Tema ... 37

3.2. Interpretasi Tema ... 39

3.3. Studi Banding Tema Sejenis ... 41

Bab IV

.

Analisis

4.1. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 44

4.1.1. Analisis Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 44

4.1.2. Analisis Tata Guna Lahan ... 46

4.1.2.1 Kondisi Eksisting Sekitar ... 46

4.1.2.2 Batas-batas Sekitar Site... 48

4.1.2.3 Analisis Skyline ... 49

4.1.3. Analisis Sirkulasi ... 50

4.1.3.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 50

4.1.3.2 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 51

4.1.4. Analisis Pencapaian ... 52

4.1.5. Analisis Matahari dan Vegetasi ... 53

4.1.6. Analisis Kebisingan ... 55

4.1.7. Analisis View ... 56

4.1.7.1 Analisis View Ke Luar ... 56

(8)

4.2.1. Deskripsi Pengguna ... 60

4.2.2. Analisis Kegiatan ... 60

4.2.3. Program Ruang ... 69

4.2.3.1. Analisis Jumlah Pengunjung ... 69

4.2.3.2. Analisis Perhitungan Program Ruang ... 70

4.2.3.3. Analisis Kebutuhan Parkir ... 74

4.2. Analisis Bentuk ... 75

Bab V. Konsep 5.1. Konsep Dasar ... 77

5.2. Konsep Ruang Luar ... 82

5.2.1 Konsep Penzoningan Tapak... 82

5.2.2 Konsep Sirkulasi ... 82

5.3. Konsep Ruang Dalam ... 83

5.3.1 Zoning Horizontal ... 83

5.3.2 Zoning Vertikal ... 84

5.4. Konsep Struktur ... 85

5.5. Konsep Utilitas ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... xii

(9)

Gambar 1.1 Peta Kota Lhokseumawe ... 1

Gambar 1.2 Harun Square Mall & Hotel ... 2

Gambar 2.1 Wilayah Peruntukan Lahan Kota Lhokseumawe ... 17

Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 1 ... 18

Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 2 ... 19

Gambar 2.4 Lokasi Alternatif 3 ... 20

Gambar 2.5 Peta Lokasi Tapak Terpilih ... 23

Gambar 2.6 Eksterior Mall Ciputra Jakarta ... 28

Gambar 2.7 Eksterior & Interior Mall Ciputra Jakarta ... 29

Gambar 2.8 Eksterior Mall Artha Gading ... 33

Gambar 2.9 Interior Mall Artha Gading ... 33

Gambar 2.10 Eksterior Sun Plaza ... 34

Gambar 2.11 Interior Sun Plaza ... 35

Gambar 2.12 Simbol Matahari Sun Plaza ... 35

Gambar 3.1 Eksisting Islamic Center ... 41

Gambar 3.2 Turtle Bay Towers ... 41

Gambar 3.3 Turtle Bay Towers ... 42

Gambar 3.4 Victorian Homes ... 42

Gambar 4.1 Peta Lokasi Site ... 44

Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Lokasi Site ... 46

Gambar 4.3 Tata Guna Lahan Sekitar Site ... 46

Gambar 4.4 Kondisi Eksisting Sekitar Site ... 47

Gambar 4.5 Batas-Batas Sekitar Site ... 48

Gambar 4.6 Keyplan Potongan Skyline ... 49

(10)

Gambar 4.10 Potongan Skyline D-D ... 49

Gambar 4.11 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 50

Gambar 4.12 Sirkulasi Pejalan Kaki ... 51

Gambar 4.13 Analisa Pencapaian ... 52

Gambar 4.14 Analisa Matahari dan Vegetasi ... 53

Gambar 4.15 Kondisi Eksisting Vegetasi pada Site ... 54

Gambar 4.16 Analisa Kebisingan ... 55

Gambar 4.17 Analisa View ke Luar ... 56

Gambar 4.18 Analisa View ke Dalam ... 57

Gambar 4.19 Prasarana di Sekitar Site ... 58

Gambar 4.20 Sarana di Sekitar Site ... 59

Gambar 5.1 Konsep Fasad Bangunan ... 78

Gambar 5.2 Konsep Kolom Semi Basement ... 78

Gambar 5.3 Perspektif 3D Bangunan ... 79

Gambar 5.4 Tampak Depan Bangunan ... 79

Gambar 5.5 Mesjid di Islamic Center ... 79

Gambar 5.6 Kopi Pancung Aceh ... 80

Gambar 5.7 Kegiatan Masyarakat pada Malam Hari ... 80

Gambar 5.8 Site Plan ... 80

Gambar 5.9 Suasana Outdoor ... 81

Gambar 5.10 Konsep Sirkulasi ... 82

Gambar 5.11 Zoning Horizontal... 83

Gambar 5.12 Zoning Vertikal ... 84

Gambar 5.13 Zoning Vertikal ... 84

(11)

Gambar 5.17 Rencana Pembalokan ... 87

Gambar 5.18 Potongan A-A ... 87

Gambar 5.19 Potongan B-B ... 88

Gambar 5.20 Aksonometri Rencana Sanitasi ... 89

Gambar 5.21 Aksonometri Rencana Elektrikal ... 90

Gambar 5.22 Aksonometri Rencana Fire Protection ... 91

Gambar 5.23 Aksonometri Rencana Tata Udara ... 92

Gambar 5.24 Interior Mesjid Nabawi ... 93

Gambar 5.25 Interior Lobby ... 93

(12)

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Tapak ... 14

Tabel 2.2 Wilayah Peruntukan Lahan Kota Lhokseumawe ... 15

Tabel 2.3 Tabel Perbandingan Penetapan Lokasi Tapak ... 21

Tabel 2.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 27

Tabel 4.1 Kegiatan Pusat Perbelanjaan ... 62

Tabel 4.2 Kegiatan Sarana Hiburan ... 64

Tabel 4.3 Kegiatan Rekreasi Olahraga ... 66

Tabel 4.4 Kegiatan Administrasi ... 67

Tabel 4.5 Kegiatan Penunjang ... 68

Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Kota Lhokseumawe ... 69

Tabel 4.7 Jumlah Wisatawan Asing dan Wisatawan Domestik ... 69

Tabel 4.8 Program Ruang Fasilitas Publik ... 70

Tabel 4.9 Program Ruang Fasilitas Berbelanja ... 71

Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Rekreasi (Hiburan) ... 72

Tabel 4.11 Program Ruang Fasilitas Administrasi ... 73

(13)

sebagai lokomotif pembangunan perekonomian yang dinilai amat menjanjikan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi Kota Lhokseumawe. Akan tetapi, kondisi perekonomian yang bertumbuh pesat berbanding terbalik dengan sarana perbelanjaan yang tersedia di Lhokseumawe. Perilaku masyarakat yang semakin maju dan berkembang menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu fasilitas tempat

perbelanjaan yang lengkap, baik, aman, dan nyaman. Maka

direncanakanlah proyek pembangunan Lhokseumawe Shopping Center untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Konsep perencanaan pusat perbelanjaan ini kemudian dikembangkan lagi fungsinya, dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja, akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya dengan pengelolaan ruang dalam dan ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.

Kata kunci : arsitektur kontekstual, pusat perbelanjaan, rekreasi

Abstract

Aceh, Lhokseumawe especially, has the potential to be developed as a locomotive for economic development are considered very promising in line with population growth and economic Lhokseumawe. However, the fast-growing economy is inversely proportional to the shopping facilities available in Lhokseumawe. Behavior of society who increasingly developed and developing raises people's desire for a comprehensive shopping facilities, good, safe, and comfortable. Then the construction of the project is planned Lhokseumawe Shopping Center to meet the needs of the people. The concept of a shopping center planning is then developed further functions, where activities in the shopping center is not just for shopping, but also for recreation, entertainment, play, and doing other activities with the management of the interior and exterior optimal and creating a comfortable and pleasant atmosphere.

(14)
(15)

sebagai lokomotif pembangunan perekonomian yang dinilai amat menjanjikan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi Kota Lhokseumawe. Akan tetapi, kondisi perekonomian yang bertumbuh pesat berbanding terbalik dengan sarana perbelanjaan yang tersedia di Lhokseumawe. Perilaku masyarakat yang semakin maju dan berkembang menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu fasilitas tempat

perbelanjaan yang lengkap, baik, aman, dan nyaman. Maka

direncanakanlah proyek pembangunan Lhokseumawe Shopping Center untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Konsep perencanaan pusat perbelanjaan ini kemudian dikembangkan lagi fungsinya, dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja, akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya dengan pengelolaan ruang dalam dan ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.

Kata kunci : arsitektur kontekstual, pusat perbelanjaan, rekreasi

Abstract

Aceh, Lhokseumawe especially, has the potential to be developed as a locomotive for economic development are considered very promising in line with population growth and economic Lhokseumawe. However, the fast-growing economy is inversely proportional to the shopping facilities available in Lhokseumawe. Behavior of society who increasingly developed and developing raises people's desire for a comprehensive shopping facilities, good, safe, and comfortable. Then the construction of the project is planned Lhokseumawe Shopping Center to meet the needs of the people. The concept of a shopping center planning is then developed further functions, where activities in the shopping center is not just for shopping, but also for recreation, entertainment, play, and doing other activities with the management of the interior and exterior optimal and creating a comfortable and pleasant atmosphere.

(16)
(17)
(18)

dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan ini tidak hanya sekedar untuk berbelanja,

akan tetapi juga bisa untuk tempat rekreasi, hiburan, bermain, dan melakukan

kegiatan lainnya. Konsep ini mengalami perkembangan pesat dan banyak dipakai

oleh berbagai pusat perbelanjaan baik di dalam maupun di luar negeri, dan konsep

ini biasanya disebut konsep Mall and Leisure, yakni konsep sarana belanja dan

rekreasi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan shopping center ini adalah:

 Sebagai pusat perbelanjaan baru yang menyediakan fasilitas kebutuhan

masyarakat dan hiburan di Kota Lhokseumawe.

 Menciptakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang dalam dan

ruang luar yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan

menyenangkan.

1.3. Masalah Perancangan

Dalam melakukan proses merancang diperlukan penelitian terhadap

masalah yang ada dan yang akan timbul nantinya, sehingga produk yang dihasilkan

akan menjadi solusi dari masalah perancangan tersebut. Adapun permasalahannya

adalah:

 Lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang

memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

 Pencapaian/aksesibilitas yang mudah menuju ke lokasi perancangan.

 Merencanakan kedua fungsi yang berbeda pada satu massa bangunan yaitu

tempat perbelanjaan dan rekreasi (hiburan), dimana kedua fungsi tersebut

masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

 Merancang bangunan tanpa merusak ekosistem dan lingkungan di sekitar.

 Menyesuaikan rancangan dengan iklim di kawasan perancangan.

 Perancangan fisik bangunan secara arsitektural yang dapat memberi

kenyamanan kepada pengunjung shopping center dari berbagai kalangan

(19)
(20)

 Mewujudkan rancangan bangunan sesuai dengan tema yang diangkat dan mampu menarik pengunjung.

1.4. Metode Pendekatan

Adapun pendekatan yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah

perancangan dan untuk memperlancar proses perancangan tersebut antara lain:

 Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang

digunakan untuk mendapatkan informasi dan bahan literatur yang sesuai

dengan materi laporan untuk memperkuat fakta secara ilmiah, diperoleh dari

buku, tabloid, majalah, ataupun internet untuk mengetahui perkembangan

shopping center yang terkenal di dunia.

 Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang diperoleh dari buku,

majalah, internet, ataupun survey lapangan.

 Studi lapangan pada lokasi-lokasi yang dipilih untuk mengetahui kondisi

tapak secara langsung dan mencari potensi-potensi pada tapak yang

dianalisis dan diobservasi.

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup kajian dalam studi kasus adalah perencanaan Shopping Center.

Sedangkan pembahasan akan dibatasi dari berbagai aspek berikut :

 Fungsi

Batasan fungsi adalah kegiatan yang akan dilangsungkan dalam bangunan

shopping center yaitu kegiatan berbelanja, kegiatan rekreasi atau hiburan,

dan kegiatan pengelola bangunan.

 Arsitektural

Batasan arsitektural yaitu batasan nilai-nilai arsitektur yang akan dibahas

nantinya dalam perancangan Shopping Center ini antara lain :

a) Bentuk dan ruang, bagaimana gubahan massa, penataan ruang luar

dan dalam, serta massa untuk fasilitas pendukung / penunjang.

b) Karakteristik Lahan, yang diperuntukan untuk shopping center.

(21)

1.6. Kerangka Berfikir

Lhokseumawe Shopping Center

Latar Belakang

 Mengikuti pertumbuhan

perekonomian penduduk yang

meningkat dengan membuka

tempat perbelanjaan baru.

Maksud dan Tujuan

 Sebagai pusat perbelanjaan baru

yang menyediakan fasilitas

kebutuhan masyarakat dan

hiburan di Kota Lhokseumawe.

 Menciptakan tempat perbelanjaan

yang nyaman bagi pengunjung.

Masalah Perancangan

 Lokasi yang sesuai.

 Aksesibilitas yang mudah menuju

lokasi.

 Mewujudkan bangunan sesuai

dengan tema yang diangkat dan mampu menarik pengunjung.

Pendekatan

 Studi literatur

-Memperoleh informasi dari

berbagai sumber

 Studi banding

-Perbandingan fungsi sejenis

 Studi lapangan

Analisis

 Fisik

-Lokasi tapak dan lingkungan -Potensi tapak

 Non fisik

-Aktivitas, pengguna, kebutuhan ruang, dan program ruang.

Konsep & Desain Skematik

 Konsep dasar

 Konsep massa dan tapak

 Sirkulasi

(22)

1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Pada sistematika laporan ini, terdiri dari enam bab, yaitu bab

pendahuluan,deskripsi proyek, elaborasi tema, analisa, konsep perancangan, dan

hasil perancangan.

BAB I PENDAHULUAN berisikan tentang kajian latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat, telaah pustaka, kerangka teoritis,

metodologi perancangan dan sistematika pelaporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK berisikan tentang terminologi judul, lokasi,

deskripsi kondisi eksisting lokasi dan tinjauan fungsi.

BAB III ELABORASI TEMA berisikan tentang pengertian tema, interpretasi

tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur

yang mempunyai tema sejenis.

BAB IV ANALISA berisikan tentang analisa kondisi tapak, analisa

lingkungan, analisa bangunan, analisis fungsional, analisis teknologi,

analisis dan penerapan tema.

BAB V KONSEP perancangan berisikan tentang konsep perancangan tapak,

pencapaian dan entrance, zoning tata guna lahan, massa dan bentuk

bangunan, open space dan taman, area parkir, perangkat lunak, dan

konsep penerapan tema.

BAB VI DESAIN AKHIR (hasil perancangan) berisikan tentang gambar

(23)
(24)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek perancangan adalah “Lhokseumawe Shopping Center”

yang merupakan sebuah tempat perbelanjaan dan hiburan untuk segala kalangan

yang letaknya di pusat Kota Lhokseumawe. Dalam judul “Lhokseumawe Shopping

Center”mengandung pengertian utama, antara lain;

Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada

persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera serta berada di antara Banda

Aceh dan Medan.2

Shopping berasal dari bahasa Inggris yaitu shop yang artinya toko/retail,

dengan penambahan (ing) sehingga artinya menjadi berbelanja atau membeli

sesuatu yang dibutuhkan / diinginkan. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia

belanja berarti uang yang dikeluarkan untuk keperluan sesuatu. Sedangkan

secara harfiah, belanja adalah suatu kegiatan membeli sesuatu untuk

kebutuhan hidup yang mencakup kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.3

Center berasal dari bahasa latin yang berarti Centrum atau bahasa Yunani

yang berarti Ketron. Dalam bahasa inggris, center berarti pusat atau bagian di

tengah, terpusat, atau tertuju. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, pusat

berarti tempat yang letaknya di tengah, titik yang di tengah-tengah benar, pusat

dan pokok pangkal atau yang menjadi tumpuan.4

Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa

Lhokseumawe Shopping Center adalah sebuah pusat perbelanjaan dalam satu

bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan baik berbelanja,

berjalan-jalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di Kota Lhokseumawe.

2

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Lhokseumawe

(25)

Menurut Gruen, Victor (1966)

Shopping center adalah suatu tempat yang dipergunakan sebagai wadah bagi para

pedagang yang diatur oleh suatu manajemen terencana yang memberikan servis

bagi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai fasilitas kota untuk

memberikan kenyamanan berbelanja.

Menurut De Chiara, Joseph and Callender, John Hancock (1973,577)

Shopping center adalah sebuah kompleks yang di dalamnya terdapat toko-toko

eceran yang disatukan dengan fasilitas-fasilitas yang direncanakan untuk

memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimum dan keleluasaan maksimum

bagi barang dagangan.

Menurut Pemerintah DKI (1971) .

Shopping center berfungsi sebagai tempat untuk berbelanja, berkumpul, dan

rekreasi yang ketiganya ini akan berjalan seiringan dan saling mempengaruhi, oleh

karena itu disebut sebagai suatu lembaga dalam masyarakat yang berkembang di

masyarakat yang menghidupkan kota.

Menurut Beddington, Nadine (1981)

Shopping center adalah suatu kompleks perbelanjaan yang terencana dibawah

suatu manajemen pusat yang menyewakan unit-unit pertokoan kepada para

pedagang eceran dengan pengelolaan oleh manajemen yang bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap pusat perbelanjaan.

2.2 Tinjauan Umum

2.2.1 Pengertian Pusat Perbelanjaan

Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi

tempat yang menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang dikunjungi

oleh warga kota tersebut. Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian,

diantaranya adalah:

 Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui

penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial (Beddington, Design For

(26)

 Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang / jasa yang bercirikan

komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena

bertujuan untuk memperileh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya (Gruen,

Centers for the Urban Environment, Survival of the Cities).

 Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat,

dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan

pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggungjawab secara

menyeluruh (Beddington, Design For Shopping Centre).

 Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada

sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi

sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran,

tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan

parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Beyard,

Shopping Center Development Handbook).

 Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan

setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau

tranksaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau

berekreasi (Beddington, Design For Shopping Centre).

Dari berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci terkait

dengan pusat perbelanjaan, yaitu:

1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa

2. Dapat berfungsi juga sebagai tempat berkumpul dan berekreasi

Dua kata kunci tersebut di atas, akan mewarnai proses perancangan

sebuah pusat perbelanjaan, selain kata kunci utama sebagai bangunan komersial,

yaitu bertujuan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.

2.2.2 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan

1. Berdasarkan skala pelayanan (Lion, Shopping centers : planning development,

and administration)

a. Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi

(27)

berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada pusat

perdagangan golongan ini adalah supermarket.

b. Pusat perbelanjaan distrik (community center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000 sampai

150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara

9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualannya terdiri atas junior department store,

supermarket dan toko-toko.

c. Pusat perbelanjaan regional (main center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah

dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan

27.870-92.990 m2. Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 departement store

dan 50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi oleh

daerah parkir

2. Berdasarkan fungsi dan kegiatan (Beyard, Shopping Center Development

Handbook)

a. Pusat Perbelanjaan Murni

Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai

tempat pertemuan masyarakat (community center) untuk segala urusan, baik

untuk bersantai, mencan hiburan. Misalnya Plaza Senayan, Blok M Plaza,

Pondok Indah Mall dll.

b. Pusat Perbelanjaan Multi Fungsi

Fungsi sebagai pusat perbelanjaan di campur dengan fungsi lain yang

berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.

3. Berdasarkan sistem transaksi (Beyard, Shopping Center Development

Handbook)

a. Toko Grosir

Adalah toko yang menjual barang dalam partai besar. Barang-barang tersebut

biasanya disimpan di gudang atau di tempat lain, sedangkan yang ada di toko

grosir hanya contohnya.oleh karena penjualan dilakukan dalam partai besar,

(28)

kecil, sedangkan bagian terbesarnya adalah gudang atau tempat penyimpan

persediaan. Aktivitas lain yang juga tidak kalah penting pada toko seperti ini

adalah pengepakan. Oleh karena penjualannya dilakukan dalam jumlah besar

sekaligus, maka pengepakan memerlukan ruang tersendiri yang juga relatif

besar, yaitu ruang dropping barang. Area ini sebaiknya berdimensi cukup

besar yang memungkinkan kendaraan pengangkut barang berhenti pada

proses pembongkaran atau pemuatan barang belanjaan.

b. Toko Eceran

Menjual barang dalam partai kecil atau per satuan barang. Toko eceran lebih

banyak menarik pembeli karena tingkat variasi barangnya tinggi. Pada toko

jenis ini, area display barang dagangan memerlukan ruang dengan dimensi

yang relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan yang tinggi.

Sebaliknya, gudang mungkin hanya memerlukan area dengan dimensi yang

lebih kecil. Area dropping barang merupakan area vital pada toko jenis ini.

4. Berdasarkan lokasi (Beyard, Shopping Center Development Handbook)

a. Pasar (market)

Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los, toko, kios, dan

sebagainya) yang berada disuatu area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas

perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka atauun berada di dalam bangunan,

biasanya berada dekat kawasan pemukiman, merupakan fasilitas

perbelanjaan untuk memennuhi kebutuhan (biasanya sehari-hari) masyarakat

di sekitarnya.

b. Shopping Street

Merupakan pengelompokan sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan

toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area perbelanjaan ini

merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan.

Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan

wisata, atau kawasan pertokoan yang menarik dkunjungi wisatawan.

(29)

Merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap pada suatu ruang

terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh di dekat obyek atau

kawasan wisata.Contohnya yaitu Nakamise-dori,Senso-ji‟s temple precint‟s

shopping street, Asakusa, Tokyo, Jepang.

d. Shopping Center

Merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan (toko dan kios) yang berada

di bawah satu atap. Pada shopping center, barang yang diperdagangkan

didominasi oleh kebutuhan sekunder dan tersier, sedangkan pada jenis pasar,

barang yang diperdagangkan terutama didominasi oleh kebutuhan primer

manusia. Shopping center secara khusus mempunyai pola visual dan sirkulasi

yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk berjalan mengelilinya, bahkan

tidak hanya mencakup kompleks yang berukuran besar berskala monumental,

tetapi juga berskala manusia.

e. Department Store

Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang

yang berada di bawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi masih

menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan

mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata

letak khusus yang memudahan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses. Luas

lantainya berkisar antara 10.000 sampai 20.000 m2.

f. Supermarket

Merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan cara

pelayanan mandiri (self service). Pemilihan dan pencarian produk dilakukan

secara mandiri oleh konsumen. Pelayan hanya digunakan untuk membantu

proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual pada toko jenis ini

kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan. Luas lantainya

berkisar antara 1.000 m2 sampai dengan 2.500 m2. Setiap supermarket

mempunyai sekuen kejadian, diawali dengan masuknya konsumen hingga

proses pembelian, pembayaran, dan perginya konsumen. Sekuen kejadian ini

perlu dikaji melalui sebuah program yang termasuk di dalamnya adalah

(30)

g. Superstore

Merupakan pusat perdagangan dengan luas area penjualan lebih dari 2.500

m2. Pada umumnya luas superstore berkisar antara 5.000 m2 sampai dengan

7.000 m2. Superstore ini menempati satu lantai bangunan dan terletak di pusat

kota. Sistem pelayanan yang digunakan adalah sistem self timer. Oleh karena

sistem pelayanannya mandiri, perlu penataan dan pengelompokan barang

yang jelas sehingga memudahkan pembeli menemukan barang yang

diinginkan.

h. Hypemarket

Merupakan bentuk perluasan dari superstore, dengan luas lantai minimum

5.000 m2. Hypermarket merupakan simbol perdagangan disuatu kota kota

karena tempat tersebut mencerminkan adanya kecendrungan penduduk yeng

mengikuti trend perdagangan dengan munculnya produk-produk yang

ditawarkan. Sistem penjualannya pun dibedakan antara pembeli eceran dan

pembeli sistem grosir. Pada hypermarket yang bergabung dengan plaza atau

shopping park, kecendrungannya adalah ruangan untuk hypermarket

diletakkan di area paling belakang karena membutuhkan lahan bangunan

yang paling luas sehingga tidak menutupi area retail atau counter lain yang

luasannya lebih kecil.

i. Shopping Mall

Merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau sekumpulan sistem

dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Jadi mall

dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalu

lintas umum, tetapi memiliki akses mudah terhadapnya, sebagai tempat

berjalan-jalan, duduk-duduk, bersantai, dan dilengkapi dengan unsur-unsur

dekoratif untuk melengkapi kenyamanan.

2.3 Tinjauan Lokasi

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu

(31)

dijadikan tempat pelaksanaan pembangunan proyek ini, maka penting terlebih

dahulu dibuat kriteria-kriteria pemilihan lokasi. Langkah ini ditempuh kemudian

dievaluasi sehingga mendapatkan lokasi yang benar-benar cocok untuk proyek ini.

Kriteria ini dibuat berdasarkan analisis tata ruang kota, analisis sasaran proyek,

analisis program aktivitas, analisis pencapaian, dan analisis penerapan tema.

Ada pun kriteria dalam pemilihan lokasi untuk proyek ini adalah:

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap

struktur kota

Tapak harus berada pada wilayah RUTRK yang tata

guna lahannya diperuntukkan daerah perdagangan

dan jasa.

2. Luas lahan Luas lahan harus memadai untuk menampung

seluruh fasilitas yang telah direncanakan dengan luas

lantai bangunan ±15.000 - 25.000 m2.

3. Pencapaian Lokasi harus terletak pada daerah yang mudah

dicapai oleh kendaraan pribadi, kendaraan umum,

ataupun pejalan kaki.

4. Area pelayanan Area di sekitar site hendaknya merupakan

fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan

bangunan yang direncanakan atau di sekitar sarana

prasarana yang membutuhkan jasa / pelayanan yang

berhubungan dengan berbelanja, seperti permukiman

penduduk, terminal, dan pusat komersil lainnya.

4. Kemudahan

entrance

Entrance yang dipilih sebagai jalur menuju dan keluar

tapak harus mudah diakses oleh pengelola, penyewa,

pengguna fasilitas, dan pengunjung Shopping

Center

.

5. Kontur tapak Tapak yang dipilih hendaknya relatif datar (kontur

tanahnya tidak terlalu bergelombang), karena dengan

(32)

keadaan ini diharapkan aktivitas loading dock

bangunan menjadi mudah dan mengurangi tingkat

kerusakan barang yang akan dijual.

6. Loading dock Barang yang akan dijual di Shopping

Center

umumnya membutuhkan dimensi ruang yang cukup

besar karena massanya yang berat dan besar pula,

sehingga aksesibilitas loading dock harus

benar-benar diperhatikan sehingga tidak mengganggu

aktivitas yangberlangsung di dalamdan di luar tapak.

Kecamatan Gampong Peruntukan Lahan

Banda Sakti

Moun Geudong Pemukiman, Perdagangan dan jasa,

Pendidikan

Simpang Peut Pemukiman, Perdagangan dan jasa,

Perkantoran

Kota Lhokseumawe Pemukiman, Perkantoran,

Taman Kota, Pendidikan

Lancang Garam Pemukiman, Perdagangan dan jasa,

Pelayanan Sosial, Pendidikan

Kampung Jawa Lama Pemukiman

Kampung Jawa Baru Pemukiman, Perdagangan dan jasa

Pusong Lama Pemukiman , Perdagangan dan jasa

Pusong Baru Pemukiman, Perdagangan dan jasa

Keude Aceh Pemukiman, Pelayanan Sosial,

Pendidikan

Peukan Cunda Pemukiman, Perdagangan dan jasa

[image:32.595.101.512.99.288.2]

Ujong Blang Pariwisata

(33)

Hagu Barat Laut

Hagu Teungoh

Hagu Selatan

Uteun Bayu

Kuta Blang

Ulee Jalan

Blang Masen

Pemukiman

Muara Dua

Alue Awe

Blang Kreung

Mayang

Cot Girek

Cot Mamplam

Mon Puteh

Uten Kot

Blang Poroh

Lhok Mon Puteh

Paloh Batee

Cot Panggoi

Paya Bili

Alue

Pemukiman, Pendidikan

Muara Satu

Blang Panyang

Blang Pulo

Paloh Dayah

Paloh Punti

Padang Sakti

Cot Trieng

Naleung Mameh

Ujung Pacu

Batuphat Timur

Batuphat Barat

Pemukiman, Perdagangan dan jasa

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

ASPEK LOKASI A LOKASI B LOKASI C

Luas lahan ± 1,3 Ha

(5)

± 0,9 Ha

(3)

± 0,9 Ha

(3)

Tingkatan jalan Jl. Kolektor 2

(5)

Jl. Lokal 1

(5)

Jl. Arteri

(5)

Posisi site Pusat kota

(5) Pusat kota (5) Pinggir kota (3) Pencapaian ke lokasi Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5) Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5) Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki (5)

Akses pejalan kaki Terdapat trotoar

(5) Tidak terdapat trotoar (3) Tidak terdapat trotoar (3) Fungsi pendukung sekitar lokasi Pertokoan, pemukiman, perkantoran, taman kota (5) Pertokoan, pemukiman (5) Pertokoan, pemukiman, perkantoran, penginapan (5) Kepadatan penduduk Tinggi (5) Tinggi (5) Sedang (3) Intensitas kendaraan Padat (3) Sedang (5) Sedang (5)

View ke dalam dan

[image:38.595.102.512.100.760.2]
(39)

jasa Utilitas Tersedia dengan baik (5) Tersedia dengan baik (5) Tersedia dengan baik (5) Loading dock Terdapat jalan alternatif (5) Terdapat jalan alternatif (5) Tidak terdapat jalan alternatif (3) Status kepemilikan lahan Swasta (5) Swasta (5) Pemerintah (3)

61 59 51

Keterangan : 5 : Baik

3 : Cukup

1 : Kurang

Dari penilaian beberapa kriteria-kriteria dan analisa di atas serta memenuhi

persyaratan maka terpilihlah site alternatif A yaitu persimpangan Jl. Listrik dengan

Jl. Merdeka.

2.3.3 Deskripsi Kondisi Tapak Terpilih

2.3.3.1 Deskripsi Tapak

 Kasus Proyek : Lhokseumawe Shopping Center

 Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : Pihak Swasta

 Lokasi Lahan : Jl. Merdeka, Kecamatan Banda Sakti

 Batas Utara : Islamic Center Lhokseumawe

 Batas Selatan : Jalan Listrik

 Batas Barat : Pertokoan

 Batas Timur : Bank Indonesia

 Luas Lahan : ± 1,3 Ha (± 13.000 m2)

 Kontur : datar

 KDB : 60 %

 Bangunan Eksisting: Ruko

(40)
(41)

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna kegiatan dalam Lhokseumawe Shopping Center terdiri atas

pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis.

 Pengunjung

Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Lhokseumawe

Shopping Center, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti;

Berdasarkan golongan :

- Masyarakat berpenghasilan menengah

- Masyarakat berpenghasilan cukup

Berdasarkan asal-usul

- Pengunjung yang datang dari Kota Lhokseumawe dan sekitarnya

- Pengunjung yang datang dari luar Kota Lhokseumawe

Berdasarkan klasifikasi umur :

- Anak-anak (usia 5-13 tahun)

- Remaja (usia 14-24 tahun)

- Dewasa (usia 25-45 tahun)

- Lanjut usia (usia diatas 46 tahun)

Berdasarkan motivasi atau tujuan :

- Pengunjung dengan motivasi untuk berbelanja.

- Pengunjung dengan motivasi hanya untuk cuci mata (window shopping).

 Penyewa

Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam shopping

center untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung yang datang.

 Pengelola

Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan

(42)

- Pimpinan, terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur. Direktur ini dibantu oleh

sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

- Kepala Bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran,

keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.

 Servis

Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti

masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan.

Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Kegiatan pengunjung shopping center, aktivitas umum yang dilakukan

pengunjung adalah :

- Berbelanja

- Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola

- Jalan-jalan / cuci mata / window shopping

- Makan / minum

- Melakukan kegiatan permainan

- Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping

center

.

2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola shopping

center

adalah :

- Mengelola dan mengatur jalannya operasional shopping

center

- Melayani kebutuhan para konsumen

- Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan

- Memberikan informasi singkat

- Melakukan kegiatan administrasi

- Penyelenggaraan kegiatan penunjang (bisa saja bekerjasama dengan badan

lain yang bersangkutan).

- Mengadakan publikasi

3. Kegiatan servis shopping

center

, aktivitas yang dilakukan oleh bagian servis

adalah:

(43)

- Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan

peralatan-peralatan yang ada di dalamnya.

- Mengurus loading dock.

- Mengurus utilitas bangunan

- Menjaga keamanan

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

1. Fasilitas Utama

A. Fasilitas Perbelanjaan

 Department Store

 Supermarket

 Men‟s and ladie‟s fashion

 Sport wear equipment

 Beauty care

 Accessorie shop

 Book Store

 Retail

Retail berupa kios-kios kecil yang disediakan untuk para penjual

produk-produk pendukung lainnya.

2. Fasilitas Pendukung

 Food court, café, kedai kopi, dan restaurant, yaitu tempat berjualan

berbagai makanan dan minuman.

 Timezone, yaitu sarana bermain dan rekreasi keluarga.

 Gym, tempat untuk olahraga fitness.

3. Fasilitas Pelengkap

 Open Space, yaitu ruang terbuka seperti pedestrian, taman, dan lain

sebagainya

 Atrium, yaitu ruang yang disediakan untuk menampung berbagai

kegiatan acara seperti pameran atau bazar produk-produk tertentu.

(44)

 Kantor Pengelola, yaitu ruang yang disediakan untuk pengelola bangunan dan staf-stafnya

 Toilet Umum yang disediakan untuk pengunjung

 Mushalla

 ATM Gallery

 Ruang ME

 Loading Dock

 Pos satpam

2.4.3 Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang

Fungsi Kelompok

fungsi Kebutuhan ruang Persyaratan

Shopping

center Utama

Kantor Pengelola Mudah dalam pencapaian

Hall Cukup luas

Restoran Memerlukan view yang bagus,

suasana tenang

Café Memerlukan view yang bagus,

suasana tenang

Supermarket Disesuaikan dengan modul kolom

Food Court Memerlukan view yang bagus,

suasana tenang

Retail Disesuaikan dengan modul struktur

Mushalla Nyaman ,tenang

R.ME Tertutup bagi umum

Area parkir Kemudahan pencapaian

[image:44.595.99.512.342.655.2]

Ruang pameran Bebas kolom

Tabel 2.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang

(45)
(46)
(47)

Dilengkapi juga dengan elemen - elemen interior seperti void, skylight pada lantai

foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.

Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa retai tenant yang

berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,

area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja

sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan

berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan

berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa

kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet

pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon

umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi

menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parkir

tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas

keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda

motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa

maupun pada akhir pekan dan libur.

Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk

itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan

segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh.

Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1- 6

pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant

berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari

mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal.

Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar

mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun

bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.

Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang

tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan

Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu

mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan

kepuasan pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari

(48)

 Artha Gading Mall8,9

Mal Artha Gading (MAG) berlokasi di Jakarta Utara. Dengan lokasinya

yang strategis yaitu tepat di sisi pintu Tol Cawang - Tanjung Priok, dan juga area

mal yang luasnya mencapai 270.000 m2, menjadikan Mal Artha Gading sebagai

tujuan rekreasi dan berbelanja bagi keluarga, terutama keluarga yang tinggal di

wilayah Jakarta Utara. Dengan konsep mal keluarga, MAG terus memanjakan

pengunjung setianya dengan menyediakan beragam tenant untuk memenuhi

kebutuhan keluarga seperti Diamond Supermarket, Ace Home Centre dan Index,

Fashion Boutique, Electronic City, Furnish Centre terlengkap, IT Center sampai

restaurant yang menyajikan beraneka ragam makanan. Entertainment Centre selain

sebagai tempat untuk berbelanja, Mal Artha Gading juga dilengkapi oleh berbagai

fasilitas hiburan yang dapat dinikmati seluruh keluarga seperti arena bermain

Amazone terbesar di Indonesia yang dilengkapi dengan trampoline setinggi 6 m,

wahana ini juga selalu melengkapi koleksi mainannya dengan mainan terbaru,

wahana ini terdapat di 3 lantai yaitu lantai dasar, 1 dan 2; Magic Café (Billiard and

Karaoke) di lantai 5; Artha Gading Bowling Centre dengan standart International

sebanyak 30 lines dan Artha Gading XXI dengan fasilitas yang nyaman di lantai 6.

Fasilitas

Mal Artha Gading terus meningkatkan fasilitas untuk pengunjung seperti area parkir

luas yang dapat menampung 2600 unit mobil dan 1800 unit motor, shuttle bus

sebanyak 3 armada, food court yang luas dengan fasilitas free hotspot, smoking

area yang nyaman, musholla, ATM Centre, serta fasilitas pelayanan perpanjangan

SIM (Gerai SIM) dan STNK (Gerai Samsat) hasil kerjasama Mal Artha Gading

dengan Polda Metro Jaya, dan yang paling penting adalah fasilitas free parking

(bagi pengguna MAG Customer Card). Interior Mal Artha Gading terdapat 7 atrium

dengan interior Negara-negara Jalur Sutra : Atrium Nusantara, sebagai pintu masuk

utama dimana pengunjung yang datang dapat langsung melihat miniatur dari Candi

Jawi dilengkapi sebuah taman kerajaan dari “The Majapahit Golden Age”.

Perjalanan berlanjut menuju Atrium Paris, atrium ini berkonsep ruang France Court

yang tercipta dari jajaran kolom-kolom melingkar yang menumpu pada arch way

serta terdapat elemen sculpture yang bertema dewa-dewi memberi suasana anggun

(49)

dan cantik seperti kesan yang disandang kota Paris yang mengagumkan „Beauty of

love‟ yang terpancar pada patung venus. Melanjutkan perjalanan ke Atrium Italy,

kita menemukan perpaduan antara Colloseum dan Menara Pisa, memberikan

suasana Italy yang kental. Sampai di Atrium China, kita menemukan suasana Kota

China Tua dengan segala bentuk detail dan arsitekturnya yang didominasi

warna-warna klasik China seperti Merah tua, hijau lumut dan warna-warna-warna-warna kayu serta

emas yang diyakini sebagai warna pelambang kebahagiaan. Tidak ketinggalan

elemen-elemen China yang kental terlihat pada Grabang atrium China yang

berbentuk Moon Gate, Canopy Roof, dengan ornament China, bentuk lampion

untuk lampunya, plafon yang berbentuk gazebo, serta kolam keberuntungan. Di

Atrium India dapat dilihat ornamen-ornamen yang tidak ternilai pada abad ke 5

hingga abad ke 7, seperti detail pada Taj Mahal. Didominasi oleh warna –warna

lembut dan monokromatik serta ukiran-ukiran pada dinding yang dilengkapi

binatang gajah sebagai artwork. Atrium Persia kental dengan nuansa padang pasir.

Diilhami legenda rakyat Timur Tengah “Alladin and the Magic Lamp”, serta arsitektur

Islam dengan warna biru turquoise dan dilengkapi dengan lentera minyak gantung

khas timur tengah membuat pengunjung dapat merasakan suasana timur tengah di

Mal Artha Gading. Atrium terbesar yang menjadi pusat kegiatan di Mal Artha Gading

adalah Atrium millennium yang terdiri dari 2 lantai yaitu lantai dasar dan lantai 1.

Atrium ini merupakan gambaran era millennium. Didominasi oleh material-material

modern seperti kaca, stainless steel, metal sheet dan permainan marmer pada pola

lantai.

Data Mall

Luas Area : 7 Ha

 Total luas lantai : 270.000 m2

 Tag line : Everyday Family Day

 Fasilitas Mall Artha Gading

o Information Center

o ATM Center

o Area parkir luas menampung 2.600 unit mobil dan 1.800 unit motor

o Smoking area di lantai basement, lantai 1, food court lantai 2, dan

lantai 5

(50)
(51)
(52)
(53)

baik, serta berbagai kesan positif lain yang dapat menempatkan pengunjung dalam

spirit dan suasana hati yang tepat untuk berbelanja atau menikmati acara bersama

keluarga atau kerabat.

Simbol matahari muncul dalam berbagai bentuk abstrak di dalam

bangunan maupun di fasad utama. Di dalam atrium terdapat instalasi delapan belas

bola yang merepresentasikan matahari, dengan latar antariksa pada langit-langit

(54)
(55)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian Tema

Tema yang dipilih dalam proyek ini adalah arsitektur kontekstual. Istilah ”kontekstual” bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi keterkaitan. Dengan kata lain kontekstual bisa diartikan

adanya keterkaitan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Di bidang arsitektur, dalam sebuah proses perencanaan dan perancangan,

perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karya baru yang direncanakan.

Hal-hal yang mempunyai keterkaitan tersebut antara lain adalah lingkungan,

budaya, gaya regional, karakter masyarakat, sejarah, dll.12

Kontekstualisme dirancang dengan memperhatikan bentuk dan

karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta

mempertimbangkan perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan,

sehingga proses analisa penentuan bentuk dan penampilan bangunan juga

memperhatikan karakteristik bangunan-bangunan yang terdapat di lingkungan

setempat.

Kontekstualisme selalu berkaitan dengan konservasi dan preservasi karena

berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan

membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang

simpatik sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual. Kontekstualisme

berusaha untuk menciptakan arsitektur yang tidak hanya berdiri sendiri, namun

mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya.

Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan

berbagai aspek pendekatan kontekstualisme melalui komposisi. Usaha teoritis

kontekstual secara non-eklektis barangkali sudah dimulai dari tulisan Durand, abad

19, bahwa tujuan arsitektur bukan imitasi alam atau kepuasan artistik tetapi

kenyamanan fungsional dan ekonomi (simetri, keteraturan, kesederhanaan). Style

dapat ditambahkan kemudian setelah struktur terbentuk. (Style adalah ekspresi

disain dari tipe yang terakumulasi dan dapat dikodifikasikan dalam sebuah sistem

estetik. Tipe bangunan adalah hasil program-program arsitektur yang dirumuskan

(56)

untuk mewadahi berbagai aktifitas manusia. Sehingga tipe ke belakang memiliki

aspek program dan ke depan memiliki aspek style yang ketiganya merumus dalam

pengertian tipologi. Relasi antar bangunan dipahami dari segi kawasan adalah

urban fabric, dari segi metodologi adalah morfologi, dari segi profesi perancangan

adalah urban design).

Konsep kontekstualisme dalam arsitektur juga merancang sesuai dengan

konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup

antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu

efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu

memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau

setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus

mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan

konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki

karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan

yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat

dipertahankan dalam konteks yang baik.

Untuk mewujudkan hal ini, sebuah desain tidak harus selamanya

kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula

dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi.

 Adapun ciri-ciri dari arsitektur kontekstual antara lain:

- Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar.

- Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain-lain

terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu

tempat.

- Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.

 Yang perlu diperhatikan dalam kontekstual adalah :

- Irama

Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara

teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan

mengelompokkan unsur - unsur di dalam suatu komposisi acak menurut kedekatan

(57)

Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara

berulang adalah:

o Ukuran

o Bentuk wujud

o Karakteristik detail

- Datum

Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk

menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi. Datum mengorganisir

suatu pola acak unsur – unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya

yang konstan. Sebagai contoh, garis - garis lagu berfungsi sebagai suatu datum

yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif nada –

nada yang ada.13

 Arsitektur kontekstual dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Contras (kontras / berbeda)

Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun

dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan

kekacauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras

bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun ia

mengatakan bila terlalu banyak akan mengakibatkan ”shock effect” yang timbul

sebagai akibat kontras. Maka efektivitas yang dikehendaki akan menurun sehingga

yang muncul adalah chaos.

2. Harmony (harmoni / selaras)

Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal

tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang

sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks /

lingkungan dimana bangunan itu berada. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok

banguanan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang

sudah ada walupun terlihat dominan (secara kuantitatif).

(58)

 Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengambil motif-motif desain setempat :

Bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain.

Geometri : standard geometri : persegi, bulat, segitiga, kubus dll.

Kompleksitas : derajat kesederhanaan atau daya tarik :

- Bentuk sederhana = regular

- Bentuk yg komplek = iregular

Orientasi : hubungan bentuk dg horizon, vertikal atau horizontal

2. Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali

sehingga tampak berbeda.

3. Melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama atau

mendekati yang lama.

4. Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras).

 Adapun kontekstual dalam aspek non fisik dapat dilakukan melalui pendekatan

fungsi, filosofi, maupun teknologi. Bangunan baru yang didesain ‟kontras‟ dengan bangunan lama, namun mampu memperkuat nilai historis bangunan lama justru dianggap lebih kontekstual daripada bangunan baru yang dibuat ‟selaras‟, sehingga menghilangkan atau mengaburkan pandangan orang akan nilai historis

bangunan lama. Sehingga, untuk menjadikan sebuah desain kontekstual, bisa dengan menjadikannya ‟selaras‟ ataupun ‟kontras‟ dengan lingkungan sekitar dengan tetap mengedepankan tujuan dari kontekstual itu sendiri, yaitu menghadirkan ‟kesesuaian‟, dalam arti memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.

3.2 Interpretasi Tema

Pemilihan tema arsitektur kontekstual dalam proyek ini adalah untuk

menghadirkan bangunan yang memperhatikan kondisi sekelilingnya, dalam kasus

ini adalah Islamic Center, sehingga keberadaannya serasi dan menyatu, dan

dengan demikian potensi dalam lingkungan tersebut tidak diabaikan. Perancangan

bangunan dilakukan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan

yang sudah ada dengan bangunan yang akan dirancang agar terciptanya suatu efek

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Kota Lhokseumawe berada di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh,

Pulau Sumatera, dan secara geografis terletak pada garis 96º20'-97º21' BT dan

04º54'-05º18' LU dengan luas 181.06 Km2. Terdiri dari 4 Kecamatan, 9

kemukiman, dan 68 Gampong. Beriklim tropis dengan suhu minimum antara

19.0°C-22.4°C dan suhu maksimum antara 31.0°C-35.2°C.

Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan:

 Kasus Proyek : Lhokseumawe Shopping Center

 Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : Pihak swasta

 Lokasi Lahan : Jl. Merdeka, Kecamatan Banda Sakti

 Batas Utara : Pemukiman penduduk

 Batas Selatan : Jl. Merdeka (Islamic Center)

 Batas Barat : Jl. Listrik (Bank Indonesia)

 Batas Timur : Komplek ruko

 Luas Lahan : ± 1,3 Ha (± 13.000 m2)

 Kontur : Relatif datar

 KDB : 60 %

 Bangunan Eksisting : Ruko

 Potensi Lahan :

 Terletak di pusat kota Lhokseumawe.

 Berada pada kawasan komersil dan bisnis.

 Transportasi lancar dan baik dengan adanya sarana jalan raya yang lebar.

 Luas site mendukung.

 Berada dekat dengan beberapa sarana perbelanjaan, kantor, dan

(65)
(66)
(67)

Batas Barat : Jl. Merdeka, Islamic Center

Batas Barat : Jl. Listrik, Bank Indonesia Batas Barat : Jl. Listrik,

Bank Indonesia

[image:67.595.82.517.137.689.2]

Batas Utara : pemukiman dan ruko 4.1.2.2 Batas-batas Sekitar Site

Gambar 4.5 Batas-Batas Sekitar Site

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

4.2 Analisis Fungsional

4.2.1 Deskripsi Pengguna

Pada dasarnya pengguna kegiatan terbagi 2, yaitu:

1. Pengunjung Umum

 Kelompok pengunjung dewasa (pria dan wanita)

 Kelompok anak-anak dengan orang tua

 Kelompok remaja

2. Pengelola

 Pengelola Utama

 Karyawan

 Tenants (Penyewa)

 Servis

4.2.2 Analisis Kegiatan

 Pengunjung

Datang Mencari

kebutuhan

Parkir

Window

shopping Pulang

Istirahat / Sholat

Parkir Berbelanja

(80)

 Penyewa

 Pengelola dan karyawan

 Servis

Loading dock

Makan

Datang Aktivitas

Parkir

Pulang Istirahat /

Sholat Parkir

Makan

Datang Pengelolaan

gedung

Parkir

Pulang Istirahat /

Sholat Parkir

Perawatan gedung

Makan

Datang Bangunan

Parkir

Pulang Istirahat /

Sholat Parkir

Ruang M.E

Mengatur M.E

(81)

1.Kegiatan Pusat Perbelanjaan

No. FASILITAS

KEGIATAN PENGGUNA KEGIATAN

KEBUTUHAN RUANG

1. Ruang publik Karyawan  Memberi informasi

 Keamanan

 Sanitari

o R. Informasi

o R. Satpam

o Selasar

o Hall

o Taman

o Toilet

Pengunjung  Meminta informasi

 Window shopping

 Melihat pameran

 Sanitari

 Duduk dan beristirahat

2. Unit-unit toko Karyawan  Menata barang

 Melayani

 Pembayaran

 Penyimpanan barang

o R. Display

o R. Mencoba

o Kasir

o Gudang

Pengunjung  Melihat-lihat

 Mencoba

[image:81.595.95.514.155.652.2]

 Membayar

(82)

3. Supermarket Karyawan  Menata ba

Gambar

Tabel 2.2 Wilayah Peruntukan Lahan Kota Lhokseumawe
Tabel 2.3 Tabel Perbandingan Penetapan Lokasi Tapak
Tabel 2.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang
Gambar 4.5 Batas-Batas Sekitar Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingatkan  mahasiswa  agar  mendalami  materi  yang  akan  datang  (modul  3) 

Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan dilakukan dalam konteks kebijakan prioritas komoditas melalui kegiatan pemuliaan dan pengelolaan sumberdaya genetik, inovasi

Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai

Tata cahaya/lampu yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemung-kinan bagi sutradara, aktor dan penonton untuk saling

Pada pementasan di Malaysia rata-rata tiap panggung sudah menyediakan back drop digital yang diatur secara computerized jadi dengan demikian penulis cukup mengatur di

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Payudan Daleman - Montorna 4 Peningkatan Jalan Guluk-guluk (melewati PP..

Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia. 3) Free Cash Flow tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Free Cash Flow yang semakin tinggi tidak mampu