BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Metode Tutorial
1. Pengertian Metode
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sistemik yang sangat kompleks. Untuk mendapatkan suatu hasil pembelajaran yang baik perlu disusun suatu metode yang efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Pengertian metode yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan Surakhmad (1986: 75) yang menjelaskan bahwa metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pendapat di atas sesuai dengan yang disampaikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008), yang menjelaskan bahwa metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, ditemukan kata kunci yang menjadi prinsip mendasar dari metode, yaitu ‘cara’, ‘sistem’ dan ‘tujuan’.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pada prinsipnya yaitu suatu cara yang dijalankan secara sistemik untuk mencapai suatu tujuan.
Ahmadi (1997: 52) menyatakan:
“metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
2. Pengertian Tutorial
Dasar pemikiran tentang tutorial adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah/di luar jam mata pelajaran (Semiawan, 1985: 94).
Sama hal nya dengan Semiawan, Ischak dan Warji (2003: 82) mengemukakan bahwa: ”tutorial adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.”
Ketuntasan dalan belajar tidak selalu berarti telah menyelesaikan tingkatan atau kelas tertentu, tetapi lebih mengarah kepada ketuntasan pada bidang atau sub pelajaran tertentu dengan hasil evaluasi yang cukup memuaskan, sehingga siswa yang telah tuntas tersebut bisa membantu siswa lainnya.
Pendapat yang lebih rinci disampaikan oleh Ahmadi (1997: 73), yang berpendapat bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk arahan dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Selanjutnya, Ahmadi menjabarkan apa yang dimaksud dengan bimbingan, bantuan, petunjuk/arahan, dan motivasi dalam tutorial sebagai berikut:
a. Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalah-masalah belajar,
b. Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi modul,
c. Petunjuk berarti memberikan penjelasan tentang cara belajar secara efektif dan efisien,
d. Arahan berarti mengarahkan para siswa dalam mempelajari masing-masing modul,
e. Motivasi berarti menggerakan kegiatan para siswa dalam mempelajari modul-modul, mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti penilaian.
3. Ciri-Ciri Metode Tutorial
Suhito (1984: 64) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran tutorial terdapat ciri-ciri yang menjadi kekhasan dari model pembelajaran ini. Ciri-ciri itu antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan pengajaran dari model pembelajaran tutorial ini adalah memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan kepemimpinan ketrampilan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b. Siswa dalam pembelajaran ini memiliki ciri – ciri :
• Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok
• Tiap siswa merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok
• Memiliki rasa saling membutuhkan dan tergantung • Interaksi dan komunikasi antar anggota
• Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok
c. Guru berperan dalam pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan, dan tahap evaluasi hasil belajar kelompok. Dalam tahap pembentukan kelompok dipertimbangkan antara lain tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok (latihan bergotong-royong, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, dan lain-lain), latar belakang pengalaman siswa, minat / pusat perhatian
siswa. Dalam tahap perencanaan tugas kelompok, guru memperhatikan jenis tugas yang diberikan apakah tugas paralel ataukah tugas komplementer. Tugas paralel artinya semua kelompok mendapat tugas yang sama, tugas komplementer artinya kelompok saling melengkapi pemecahan masalah. Dalam tahap pelaksanaan mengajar guru berperan antara lain pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok, guru sebagai fasilitator pembimbing dan pengendali ketertiban kelompok.
4. Pelaksanaan Metode Tutorial
Menurut Suherman dalam Supriyadi (2003: 17) pada praktiknya, tutorial dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
“tutorial tidak sebaya/tutor kakak, dan tutorial teman sebaya. Pada tutorial tidak sebaya/tutor kakak tutor berasal dari kelas yang lebih tinggi, sedangkan pada tutorial teman sebaya tutor adalah teman sebaya yang lebih pandai atau setidaknya telah menuntaskan pembelajaran dengan hasil yang cukup memuaskan.”
Branley dalam Suherman yang dikutip Supriyadi, (2003 : 22) menggambarkan hubungan antara tutor dengan siswa lain yang dibimbingnya dalam tutorial sebaya dengan bagan sebagai berikut:
student nnnnn tutor student student student student ttnt
Pelaksanaan model pembelajaran tutorial yang diberikan kepada teman sekelas di sekolah dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Beberapa siswa pandai yang akan dijadikan tutor disuruh mempelajari suatu topik. Dalam hal ini Supriyadi (Suherman, 2003) menguraikan cara memilih tutor yang baik, perlu diperhatikan syarat-syarat siswa yang ditunjuk sebagai tutor dalam model pembelajaran tutor sebaya agar berjalan efisien adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangan pelajaran kepada temannya. 2) Dapat diterima anggota kelompok, sehingga siswa tidak merasa
takut atau enggan untuk bertanya.
3) Dapat menjelaskan pelajaran yang diperlukan oleh siswa. b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas c. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 –
6 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen.
d. Siswa yang pandai (para tutor) disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya.
e. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus f. Jika ada masalah siswa yang lebih paham memberi tahu siswa yang
kurang paham dan jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru
g. Guru mengadakan evaluasi
B. Adjektivedeklination (Deklinasi Adjektif) 1. Hakikat Adjektif
Dalam sebuah bahasa adjektif memegang peranan yang penting. Seperti halnya jenis kata yang lain, adjektif memiliki ciri khas tersendiri serta fungsi tertentu. Menurut Jung (1971:302) “Das Adjektiv ist die wichtige Wortart, die Merkmale, vor allem Eigenschaften bezeichnet”, Dikatakannya bahwa adjektif merupakan jenis kata yang penting yang menunjukan ciri terutama sifat.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Kürschner (2004:32) yang memberikan batasan tentang kata sifat, sbb:
,,Adjektive sind auf Substantiv oder Verben bezogene Wörter, die entweder attributive (der schöne Tag) oder prädikativ (Der Tag ist schön) oder adverbial als Umstandsbestimmung (Er singt schön) stehen können. Sie bezeichnen Merkmale oder Eigenschaften der vom Substantiv benannten Gröβe oder des vom Verb benannten Geschehens.”
Menurutnya adjektif adalah kata-kata yang mengacu pada kata benda atau kata benda yang dapat berfungsi atributif, predikatif atau adverbial. Adjektif menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifat dari besaran (ukuran) yang di tunjukkan oleh kata benda atau kejadian yang ditunjukan oleh kata kerja.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa adjektif adalah kata yang mengacu pada kata benda atau kata kerja. Kata-kata sifat ini dapat bertindak sebagai atribut, predikat dan adverb dan menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri dari sebuah kata benda atau kata kerja.
Penjelasan yang hampir sama mengenai adjektif diberikan oleh Engel (1996:556) ,, dass Adjektive Wörter ohne konstantes Genus, die zwischen Determinativ und Nomen stehen können”. Menurutnya adjektif adalah kata yang tidak memiliki jenis (artikel) yang tetap Adjektif ini dapat diletakkan di antara determinatif dan kata benda.
Contoh:
• die schöne Frau
• der tolle Bruder
• mein teures Buch
Konsep serupa juga disampaikan oleh Griesbach (1960:25) yang mengemukakan bahwa: ,, Das Adjektive ist eine Wortart, die als attributiv ein Nomen oder Pronomen beschreibt oder näher kennzeichnet, wobei es sich seiner Deklinationsform nach dem Nomen oder Pronomen richtet” Definisi tersebut menjelaskan adjektif adalah jenis kata yang apabila berfungsi atributif menggambarkan atau menunjukkan sebuah verba atau kata ganti dimana bentuk deklinasi adjektif ini mengacu pada verba dan kata ganti tersebut. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa adjektif adalah sebuah kelas kata yang berfungsi atributif.
Senada dengan Griesbach, Götz (1997:24) menjelaskan pengertian adjektif sebagai berikut:
,,Das Adjektiv ist ein Wort, das man deklinieren und moisten auch steigern kann, das im Deutschen entweder beim Verb (Prädikativ oder Adverb) vor dem Substantiv (Atributif) steht und diesem eine bestimmte Eigenschaft ode rein Merkmal zuschreibt.”
Menurutnya adjektif adalah sebuah kata yang dapat di deklinasi pada umumnya mempunyai bentuk perbandingan. Jika adjektif berfungsi sebagai atributif maka diletakkan di depan kata benda, namun jika sebagai predikatif atau adverb maka diletakkan dekat dengan kata kerja. Adjektif tersebut menggambarkan sebuah sifat atau ciri tertentu dari suatu kata benda atau kata
kerja. Contoh : „Das kleine Kind ist krank“ Dalam kalimat tersebut terdapat dua buah adjektif yakni klein dan krank. Adjektif klein mendapat akhiran e karena dalam kalimat tersebut kata sifat ini berfungsi atributif sedangkan adjektif krank tidak mendapat penambahan akhiran karena berfungsi predikatif.
Dari contoh diatas tampak bahwa sebagai atribut adjektif merupakan kelas kata yang mengalami perubahan akhiran dan diletakkan di depan sebuah kata benda. Selain itu kata sifat juga dapat berdiri sendiri dan juga dapat diletakkan setelah kata kerja. Hal ini dimungkinkan juga kata sifat tersebut bertindak sebagai predikatif atau adverbial.
Dari penjelasan-penjelasan mengenai adjektif seperti yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa adjektif dalam bahasa Jerman adalah kelas kata yang menunjukan ciri khas atau sifat. Sebuah adjektif tidak memiliki jenis artikel dapat berfungsi atributif dan predikatif
2. Penggunaan kata Sifat
Engel (1996:556) secara umum mengkasifikasikan adjektif berdasarkan penggunaannya menjadi enam kelompok, yakni:
a. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut
Dalam kelompok ini termasuk semua adjektif yang merincikan kelas, tempat atau waktu ke kata benda yang memegang peranan.
• ärztlich : der ärztliche Rat
• parlamentarisch : ein parlamentarischer Staatsekretär
b. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut dan keterangan
Adjektif seperti täglich, tatsächlich dan juga adjektif yang menyatakan kualifikasi yang tidak hanya menentukan ukuran namun juga suatu kejadian.
Contoh:
• sein täglicher Spaziergang ( sebagai atribut)
• Nehmen Sie dieses Mittel täglich ein (sebagai kalimat keterangan) c. Adjektiv yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi dan
adjunkt
Dalam kelompok ini termasuk sebagian besar partizipien I dan II yakni kata kerja yang berfungsi seperti kata sifat contoh: geöffnet ‘terbuka’, weinend ‘yang menangis’.
Contoh:
• alle noch geöffneten Bäckerein (sebagai atribut)
• Alle Bäckereien, teilweise sonntags geöffnet,…….(apposisi) • Er hatte die Bäckerei geöffnet gesehen. (sebagai adjunkt)
• Ein schimmernder Teich (atribut)
• Der Teich lag schimmernd da. (adjunkt)
d. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi, adjunkt dan pelengkap
Kedalam kelompok ini termasuk kata sifat ansässig ‚bertempat tinggal di‘, tätig ‚sibuk‘.
Contoh:
• sein in Heppenheim tätiger Bruder (atribut) • sein Brüder, in Heppenheim tätig,…..(apposisi) • Ich habe ihr in Heppenheim tätig gesehen. (adjunkt) • Sein Brüder war in Heppenheim tätig . (pelengkap)
e. Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi, pelengkap dan keterangan
Yang termasuk ke dalam kelompok ini hanya sebagian kecil kata sifat seperti erheblich ‚cukup besar‘, gleichzeitig ‚dalam waktu bersamaan‘, wahrscheinlich ‚kemungkinan‘.
Contoh:
• eine erhebliche Differenze (atribut)
• diese Differenze, erhebliche im Hinblick auf seine Einkünfte (apposisi)
• Beide fingen gleichzeitig zu reden an. (keterangan
f. Adjektif yang kemungkinan digunakan dalam setiap kelas kata
Ke dalam kelompok ini termasuk adjektif yang bersifat qualifikatif.
Contoh:
• Ein zuverlässiger Partner (atribut)
• Unser Vorsitzender, zuverlässig wie immer,…(apposisi)
• Rifki ist zuverlässig. (pelengkap)
• Sie wird zuverlässig kontrollieren. (adjunkt)
• Die Sache wird zuverlässig erledigt werden. (keterangan)
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua kata sifat dapat digunakan dalam kelima fungsi yang disebutkan diatas secara menyeluruh.
3. Deklinasi Adjektif
a. Hakikat Deklinasi
Selama adjektif itu dapat dideklinasikan, maka adjektif tersebut dideklinasikan berdasarkan genus, kasus dan jumlah. Namun hal tersebut hanya pada penggunaan atributif. dan jika kata benda memiliki beberapa adjektif, maka semua kata sifat tersebut dideklinasikan sama.
Heringer (1989:) menyatakan: “Flektierte Adjektive in dem Rachmen zwischen Artikel und Substantiv stehen”. Definisi tersebut menjelaskan, bahwa adjektif yang dideklinasikan ditempatkan diantara kata benda dan artikel.
Pendapat senada dikemukakan oleh Steinmann (1988) :
“Die Endung eines Adjektives vom Nomen abhängt zu dem es gehört. Das Adjektive hat denselben Kasus (Nominativ, genitive, Dativ oder akkusativ), denselben Numerus (Singular oder plural) und dasselbe genus (Feminin, Maskulin und Neutral). Das heiβt dass das Adjektiv mit dem Nomen congruent ist.
Pendapat di atas mengungkapkan bahwa akhiran sebuah adjektif itu bergantung pada kata benda. Adjektif itu memiliki kesamaan kasus (Nominatif, genitif, datif dan akkusatif), jumlah (singular atau jamak) dan Genus (Feminim, maskulin dan neutral) seperti kata benda. Ini berarti bahwa adjektif itu sesuai dengan kata benda.
Berdasarkan hal tersebut Steinmann (2003) juga menjelaskan bahwa terdapat 2 kategori dari akhiran adjektif yakni:
• Wenn das Artikelwort kein Kasussignal hat (oder vor dem Adjektiv kein Artikelwort ist), steht das kasussugnal am Adjektiv, zum Beispiel: ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer
• Wenn das Artikelwort ein Kasussignal hat (oder wenn ein neutrales
oder maskulines Nomen im Genitiv Singular steht),hat das Adjektiv die Endung-e oder –en, wie zum beispiel: Wegen des kalten Wassers
Penjelasan di atas menyatakan:
• Jika artikel tidak memiliki signal kasus (atau sebelum adjektif tidak terdapat artikel) maka signal kasus terletak pada adjektif,
Contoh: : ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer
• Jika artikel memiliki signal kasus (atau jika sebuah kata benda berjenis neutrum atau maskulin terletak dalam kasus genitif singular), maka akhiran dari adjektif tersebut yakni –e atau –en
Contoh: Wegen des kalten Wassers
Berbeda dengan pendapat Steinmann, Homberger dan Madsen (1988) menjelaskan: “die Deklination des attributtiven Adjektivs nach drei Bedigungen richtet:
1. Das Adjektiv wird in Genus, Numerus und Kasus entsprechend dem zugehörigen Nomen dekliniert (dies nennt man: gramatische Komgruenz): ich bemerkte eine geöffnete Tür. (feminininum Singular, Akkusativ)
2. Wenn dem Adjektive ein Artikel vorageht, wird es schwach dekliniert: in der Küche duftete es nach einem frischen Fisch
3. Wenn das Adjektiv allein, ohne Artikel, vor dem Nomen steht, wird es stark dekliniert: in der Küche duftete es nach frischem Brot.
Penjelasan di atas dapat dipahami yakni: “deklinasi adjektif sebagai atribut mengacu pada tiga syarat, yakni:
1. Adjektif di deklinasikan berdasarkan genus, jumlah dan kasus yang disesuaikan dengan kata benda (hal tersebut dikenal sebagai kesesuaian Grammatik/ tata bahasa)
Contoh : Ich bemerkte eine geöffnete Tür (feminimum, Singular, Akkusativ)
2. Jika sebuah artikel terletak di depan adjektif, maka adjektif tersebut di deklinasikan lemah.
Contoh : In der Küche duftete es nach einem frischen Fisch
3. Jika adjektif tidak disertai artikel dan terletak di depan kata benda, maka adjektif tersebut dideklinasikan kuat.
Contoh : :Iin der Küche duftete es nach frischem Brot.
b. Deklinasi Kata Sifat
Setiap adjektif atributif tidak langsung terikat oleh kata benda, melainkan oleh satu dari 3 jenis artikel (kata sandang) atau sebuah determinatif. Berikut ini adalah deklinasi artikel (kata sandang) tentu dan tanpa artikel (nol artikel) menurut Klinger (2002) :
1. Adjektive mit dem bestimmten Artikel (Schwahe Deklination)
-e : dalam kasus nominativ (mask/fem/neut) dalam kasus akkusatif singular (fem + neutr)
-en: dalam jumlah jamak
dalam kasus dativ dan genitif jumlah singular
dalam kasus akkusatif jumlah singular tetapi berbentuk maskulin
Maskulin
Sing. NOM der alte Bruder
AKK den alten Bruder
DAT dem alten Bruder
GEN des alten Bruders
Plural NOM die alten Brüder
AKK die alten Brüder
DAT den alten Brüdern*
GEN der alten Brüder
Neutrum
Sing NOM das kleine Kind
AKK das kleine Kind
DAT dem kleinen Kind
Plural NOM die kleinen Kinder
AKK die kleinen Kinder
DAT den kleinen Kindern*
GEN der kleinen Kinder
Feminin
Sing NOM die junge Mutter
AKK die junge Mutter
DAT der jungen Mutter
GEN der jungen Mutter
Plural NOM die jungen Mütter
AKK die jungen Mütter
DAT den jungen Müttern*
GEN der jungen Mütter
Adjektive nach dieser/diese/dieses und anderen Artikelwörtern
Maskulin
Sing NOM dieser junge Bruder
AKK diesen jungen Bruder DAT diesem jungen Bruder GEN dieses jungen Bruders
AKK diese jungen Brüder DAT diesen jungen Brüdern* GEN dieser jungen Brüder
Neutrum
Sing NOM jedes kleine Kind
AKK jedes kleine Kind DAT jedem kleinen Kind GEN jedes kleinen Kindes
Plural NOM alle kleine Kinder
AKK alle kleine Kinder DAT allen kleinen Kindern* GEN aller kleinen Kinder
Feminin
Sing NOM dieselbe junge Mutter
AKK dieselbe junge Mutter DAT derselben jungen Mutter GEN derselben jungen Mutter
Plural NOM dieselben jungen Mütter AKK dieselben jungen Mütter DAT denselben jungen Müttern* GEN derselben jungen Mütter
2. Adjektive nach unbestimmten Artikel
(Gemischte Deklination)
Maskulin
Sing. NOM ein junge Bruder
AKK einen jungen Bruder DAT einem jungen Bruder GEN eines jungen Bruders
Neutrum
Sing NOM ein kleines Kind
AKK ein kleines Kind
DAT einem kleinen Kind GEN eines kleinen Kindes
Feminin
Sing NOM eine junge Mutter
AKK eine junge Mutter
DAT einer jungen Mutter GEN einer jungen Mutter
Adjektiv mit Possessivartikel
Maskulin
Sing NOM sein alter Freund
DAT seinem alten Freund GEN seines alten Freundes
Plural NOM seine alten Freunde
AKK seine alten Freunde DAT seinen alten Freunden* GEN seiner alten Freunde
Neutrum
Sing NOM ihr altes Haus
AKK ihr altes Haus
DAT ihrem alten Haus GEN ihres alten Hauses
Plural NOM ihre altes Häuser
AKK ihre altes Häuser
DAT ihren alten Häusern* GEN ihres alten Häuser
Feminin
Sing NOM unsere alte Freundin
AKK unsere alte Freundin
DAT unserer alten Freundin GEN unserer alten Freundin
Plural NOM unsere alten Freundinnen AKK unsere alten Freundinnen
DAT unserer alten Freundinnen GEN unserer alten Freundinnen
3 Adjektive Ohne Artikel
Maskulin
Sing NOM guter Wein
AKK guten Wein DAT gutem Wein GEN guten Weines
Sing NOM gute Weine
AKK gute Weine
DAT guten Weinen* GEN guter Weinen Neutrum
Sing NOM reines Wasser
AKK reines Wasser DAT reinem Wasser GEN reinen Wassers
Plural NOM kleine Kinder AKK kleine Kinder DAT kleinen Kindern* GEN kleiner Kinder
Feminin
Sing NOM klare Luft
AKK klare Luft DAT klarer Luft GEN klarer Luft
Plural NOM junge Frauen AKK junge Frauen DAT junge Frauen GEN junge Frauen
C. Kerangka Berpikir
Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya adalah kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru atau tenaga pendidik. Oleh karena itu keberadaaan model dan strategi pembelajaran sangatlah mendukung dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan menyeluruh.
Sejauh ini diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan guru kebanyakan menggunakan metode pengajaran konvensional, sehingga anak lebih bersifat pasif. Kebanyakan siswa akan merasa malu atau takut untuk aktif bertanya langsung dengan gurunya apabila dia mengalami kesulitan dalam belajar, selain itu kendala lain yang menyebabkan pasifnya siswa dalam mengajukan suatu
pertanyaan adalah bahasa apa yang sesuai untuk mengungkapkan maksud yang ingin mereka sampaikan.
Melalui model pembelajaran tutor / teman sebaya siswa kecakapan komunikasi siswa akan terlatih, karena dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih leluasa untuk bertanya tanpa ada perasaan malu, takut, ataupun kesulitan dalam penyampaian maksud yang ingin mereka sampaikan, karena dalam hal ini guru mereka tak lain adalah teman mereka sendiri, sehingga tidak akan timbul perasaan canggung. Dengan meningkatnya kecakapan komunikasi siswa maka dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu hal.
Hal tersebut senada dengan pendapat Suherman (2003), yang mengungkapkan bahwa bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Sementara itu, bagi tutor sendiri yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa lainnya, pembelajaran dengan metode ini memberikan manfaat bagi pengembangan karakter dan pengalaman. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam model pembelajaran tutorial ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman
sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang–orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman.
Metode tutorial sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam upaya pemerolehan bahasa (kosa kata) maupun pemahaman grammatik. Dengan model pembelajaran teman sebaya, maka tidak ada batasan bagi tiap siswa untuk lebih terbuka dan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan komunikasi siswa. Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir logisnya, dan siswa dapat meng’explore’ ide-ide mereka.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penggunaan metode tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran penggunaan grammatik pada materi pokok Adjektivdeklination im Akkusativ”