• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

DAS Ciliwung Hulu terletak di Kabupaten Bogor dan hanya sebagian kecil masuk wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Secara geografis DAS Ciliwung Hulu terletak antara 6°37’30’’ - 6°46’20’’LS dan 106°49’15’’ - 107°00’30’’ BT. DAS Ciliwung Hulu memiliki titik tinggi/ketinggian terendah sekitar 320 – 325 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak disekitar outlet dan memiliki titik tertinggi sekitar 2.983 – 3.021 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang terletak di daerah Gunung Pangrango. Batas DAS Ciliwung Hulu adalah sebagai berikut:

(1) Sebelah Utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu (3) Sebelah Barat berbatasan dengan DAS Cisadane

(4) Sebelah Timur berbatasan dengan sub DAS Cikeas

DAS Ciliwung Hulu mempunyai luas 15.237,28 Ha, yang terdiri atas 7 (tujuh) subDAS, yaitu : subDAS Tugu (5.027,50 Ha), subDAS Cisarua (2.453,65 Ha), subDAS Cibogo (1.521 Ha), subDAS Cisukabirus (1.843,05 Ha), subDAS Ciesek (2.429,25 Ha), subDAS Ciseuseupan (1.121,75 Ha) dan subDAS Katulampa (568 Ha). Ketujuh subDAS tersebut bermuara di Katulampa.

Iklim

Berdasarkan data curah hujan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan hujan, yaitu Gunung mas, Tugu, Ciesek, Stasiun Katulampa Bogor, wilayah ini mempunyai tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 3.500 – 4.550 mm. Berdasarkan klasifikasi zona agroklimat menurut Oldeman (1977) daerah DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam Zona A dan B1 dengan karakteristik sebagai berikut :

(1) Zona A : Daerah yang mempunyai periode bulan basah (bulan dengan curah hujan >200 mm) selama 9 bulan dan bulan kering bulan dengan curah hujan < 100 mm) kurang dari 2 bulan secara berturut-turut.

(2) Zona B1 : Daerah yang mempunyai periode bulan basah selama 7-9 bulan dan bulan kering < 2 bulan berturut-turut.

(2)

Suhu rata-rata maksimum bulanan (berkisar antara 31,20 – 32,30 C) terjadi di bulan September – Oktober, dan suhu rata-rata mínimum bulanan (antara 17,60 – 21,70 C) terjadi di bulan Januari – Pebruari. Suhu rata-rata bulanan bervariasi antara 21,3 – 25,1ºC dengan kelembaban nisbi berkisar antara 84 – 89%. Berdasarkan data dari stasiun iklim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian menyebutkan bahwa persentase penyinaran matahari minimum sebesar 27,36% terjadi pada bulan Januari dan maksimum 81,85% terjadi pada bulan September dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,70 km/jam.

Jenis Tanah

Di DAS Ciliwung hulu terdapat 8 (delapan) jenis tanah yang mengacu pada klasifikasi tanah nasional (Pusat Penelitian Tanah 1983) dan padanannya pada tingkat subgroup menurut sistem Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 1997) terdiri atas : (1) aluvial coklat, (2) aluvial kelabu, (3) alluvial coklat kekelabuan, (4) latosol coklat, (5) latosol coklat kekuningan, (6) Latosol coklat kemerahan, (7) Asosiasi latosol coklat dan andosol coklat dan (8) andosol coklat.

(1) Tanah aluvial coklat (Fluventic Dystrudepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang, reaksi tanah (pH) agak masam – masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai dan belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar sampai agak melandai dan cekungan. Umumnya tanah digunakan untuk kebun campuran/tegalan.

(2) Tanah alluvial kelabu (Typic Dystrudepts/Aquic Dystrudepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (pH) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat. Tanah ini terdapat di daerah teras sungai, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah berombak. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan

(3)

(3) Tanah alluvial coklat kekelabuan (Fluvaquantic Endoaquepts) terbentuk dari bahan endapan bahan aluvium muda dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus, tekstur tanah lapisan atas lempung – lempung berliat, tekstur lapisan bawah lempung berkerikil, kelas drainase agak terhambat, reaksi tanah (pH) netral - agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat kekelabuan. Tanah ini terdapat di daerah jalur aliran sungai besar, belum mengalami perkembangan struktur. Penyebaran terdapat di wilayah datar – agak melandai. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan

(4) Tanah latosol coklat (Typic Dystrudepts / Typic Endoaquepts / Aquic Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam (>90 cm), struktur granuler halus,tekstur tanah lempung berdebu sampai lempung liat berdebu, kelas drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (pH) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat – coklat tua kemerahan. Tanah ini terdapat mulai dari teras sungai sampai perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan untuk areal persawahan, lahan kering dan kebun campuran.

(5) Tanah latosol coklat kekuningan (Typic Dystrudepts/Oxyaquic Dystrudepts/ Aquic Eutrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam – sangat dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase agak terhambat - sedang, reaksi tanah (pH) agak masam - masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat tua – coklat tua kekuningan. Tanah ini terdapat di perbukitan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berbukit. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering.

(6) Tanah latosol coklat kemerahan (Typic Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang dalam – sangat dalam, tekstur tanah lempung berliat – lempung liat berdebu, kelas drainase sedang, reaksi tanah (pH) masam. warna tanah lapisan atas & bawah coklat – coklat tua kemerahan. Tanah ini terdapat di kaki bukit volkan. Penyebaran terdapat di wilayah bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai lahan kering.

(4)

(7) Tanah asosiasi latosol coklat dan andosol coklat (Typic Dystrudepts & Typic Hapludans) terbentuk dari bahan induk tuf vulkan andesitik dengan kedalaman solumn yang agak dalam – dalam, tekstur tanah lempung, kelas drainase sedang cepat, reaksi tanah (pH) agak masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat– coklat kekuningan. Tanah ini terdapat di tebing sungai, kaki volkan, kaki volkan berlungur memanjang. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan & kebun campuran.

(8) Tanah andosol coklat (Typic hapludans/Andic Dystrudepts) terbentuk dari bahan induk abu pasir dan tuf vulkan dengan kedalaman solumn agak dalam - dalam, tekstur lempung – lempung berpasir, drainase agak terhambat - cepat, reaksi tanah (pH) agak masam – masam, warna tanah lapisan atas & bawah coklat–coklat muda kekuningan. Tanah ini terdapat di kaki volkan– pegunungan volkan. Penyebaran terdapat di wilayah berombak - bergelombang. Umumnya tanah digunakan sebagai tegalan, kebun campuran, kebun teh dan hutan.

Luasan dari masing-masing jenis tanah di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Luasan dari Masing-masing Jenis Tanah di DAS Ciliwung Hulu

No. Jenis tanah L u a s

Ha %

1. Aluvial coklat 1.933,59 12,69

2. Aluvial kelabu 230,82 1,51

3. Aluvial coklat kekelabuan 849,08 5,57

4. Latosol coklat 2.332,17 15,31

5. Latosol coklat kekuningan 920,42 6,04

6. Latosol coklat kemerahan 75,88 0,50

7. Asosiasi latosol coklat & andosol coklat 1.325,52 8,70

8. Andosol coklat 7.569,78 49,68

J u m l a h 15.237.28 100,00

(5)

Tataguna Lahan

Luas DAS Ciliwung Hulu berdasarkan hasil interpretasi dari peta Iconos tahun 2003 adalah 15.237,28 ha. yang terdiri atas hutan (4.899,39 ha), perkebunan (1. 564,68 ha), kebun campuran (1.988,73 ha), tegalan/lahan kering (2.990,75 ha), sawah (936,90 ha), permukiman (2.656,85 ha), lahan terbuka (161,63 ha) dan Jalan tol & badan sungai (38,35 ha) Komposisi tataguna lahan di DAS Ciliwung Hulu pada tahun 2003 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas Tataguna Lahan di DAS Ciliwung Hulu

No. Tataguna lahan Luas (Ha)

1. Hutan 4.899,39

2. Kebun teh 1.564,68

3. Kebun campuran 1.988,73

4. Tegalan/lahan kering 2.990,75

5. Sawah 936,90

6. Permukiman & pekarangan 2.656,85

7. Lahan terbuka 161,63

8. Jalan tol & badan sungai 38,35

J u m l a h 15.237,28

Sumber : Data Primer Hasil Analis Citra ICONOS TM (2003)

Hutan

Hutan di DAS Ciliwung Hulu merupakan kawasan Perhutani, yang terdiri atas hutan alam/lindung dan hutan produksi. Fungsi hutan di DAS Ciliwung Hulu terbagi dua, yaitu hutan lindung (70%) dan hutan produksi (30%). Penggunaan lahan hutan merupakan kombinasi berbagai pepohonan yang tumbuh secara alami ataupun yang ditanam secara sengaja (hutan pinus, rasamala dan sengon). Di bawah tanaman hutan tertutup oleh serasah, rumput, semak atau belukar sehingga permukaan tanah terlindungi dari tetesan air hujan dan sinar matahari.

(6)

Perkebunan Teh

Penggunaan lahan perkebunan teh adalah lahan dalam kawasan konsesi P.T. Perkebunan VIII (Gunung Mas) yang ditanami dengan tanaman teh.

Kebun Campuran

Penggunaan lahan kebun campuran merupakan lahan yang dibudidayakan dan ditanami oleh berbagai jenis tanaman tahunan, baik tanaman hortikultura (antara lain nangka, durian, rambutan, duku, belimbing, lengkng, limus, jeruk, sirsak, sawo, pete, jengkol), tanaman perkebunan (kelapa, kopi, cengkeh) maupun tanaman kehutanan/kayu-kayuan(damar, albizia, afrika, bambu, rasamala). Lahan kebun campuran berada di luar lahan pekarangan.

Tegalan/Lahan Kering

Penggunaan lahan tegalan/lahan kering merupakan lahan yang diusahakan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering (ketela pohon, ubi, jagung) yang dirotasikan dengan padi gogo atau tanaman sayuran (cabe, tomat, buncis, kol, sayuran daun) dengan komoditas utama adalah tanaman pangan. Kebutuhan air dipenuhi dari air hujan ataupun secara buatan (menggunakan pompa air). Lahan ini biasanya diolah petani dua kali setahun, setelah itu diberakan (antara Juni-Agustus). Pola pergiliran tanaman yang digunakan antara lain :

(1) Sayuran-sayuran-bera (2) Palawija-sayuran-bera (3) Padi gogo-palawija-bera

Sawah

Tipe penggunaan lahan sawah penyebarannya banyak bercampur dengan bangunan pemukiman (vila). Tipe penggunaan lahan sawah dibedakan menjadi sawah berpengairan setengah teknis, sawah pengairan perdesaan/sederhana, dan sawah tadah hujan. Pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah setelah dua kali panen padi kemudian dilanjutkan dengan tanaman palawija atau sayuran, atau tiga kali padi sawah dalam setahun dengan rotasi sebagai berikut :

(7)

(b) padi – padi – palawija (c) padi – padi – sayuran

Tanaman palawija yang umum diusahakan adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan singkong. Tanaman sayuran antara lain kubis, wortel, ketimun, kacang ijo, kacang panjang, cabe dan tomat.

Sawah tadah hujan umumnya mempunyai pergiliran tanaman yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :

(a) padi – tanaman palawija (jagung, ubi jalar, kacang jogo)

(b) padi – tanaman sayuran (kubis, wortel, bawang daun, sawi, tomat)

Permukiman dan Pekarangan

Penggunaan lahan permukiman dan pekarangan merupakan lahan yang digunakan untuk perumahan (perumahan padat, vila dan perkampungan), bangunan untuk usaha (pertokoan, hotel, kios usaha), dan bangunan tidak permanen (plastic house, peternakan). Penyebarannya sering bercampur dengan kebun campuran. Pada tanaman pekarangan biasanya ditanamai tanaman tahunan berupa tanaman buah-buahan dan tanaman peneduh, antara lain cengkeh, bambu, sengon dan kaliandra.

Jalan Raya dan Badan Sungai

Penggunaan lahan untuk jalan tol dan sungai merupakan areal jalan raya (termasuk jalan tol) dan sungai, baik sungai ciliwung maupun sungai-sungai lainnya yang berinduk ke sungai Ciliwung.

Kebijakan Pengembangan Kawasan

Pemerintah sejak lama telah memberikan perhatian pada pengelolaan daerah Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), yang mencakup DAS Ciliwung Hulu. Berbagai peraturan telah dikeluarkan untuk menata pemanfaatan ruang dan kawasan di daerah Bopunjur. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan Bogor-Puncak-Cianjur telah ditetapkan sebagai kawasan tertentu yang memerlukan penanganan khusus dan merupakan kawasan yang mempunyai nilai strategis sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yaitu

(8)

wilayah Daerah Propinsi Jawa Barat dan wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kawasan Bopunjur selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah seperti yang diatur dalam Keppres 114 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bopunjur. Tujuan dari diterbitkannya Keppres ini adalah :

(1) Menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama kawasan

(2) Menjamin tersedianya air tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya.

Kawasan Bopunjur selanjutnya dibagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan taman nasional, kawasan taman wisata alam, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar waduk/situ/danau. Kawasan budidaya terdiri atas kawasan pertanian lahan basah dan kawasan lainnya yang terdiri atas kawasan permukiman, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan dan lain-lain.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya hutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya pertanian lahan basah adalah kawasan budidaya pertanian yangmemiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus menerus sepanjang tahun, musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi. Penetapan lokasi kawasan pertanian lahan basah dilakukan guna memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura lahan basah serta perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering adalah areal lahan kering yang keadaan dan sifat fisiknya sesuai bagi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Kawasan ini berupa areal pertanian dengan system pengelolaan lahan kering dengan kegiatan utama pertanian

(9)

tanaman pangan, dan dapat dikombinasikan dengan perkebunan tanaman hortikultura dan atau usaha tani peternakan.

Adapun sasaran penetapan Kawasan Bopunjur sebagai wilayah konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :

(1) Terwujudnya peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna

(2) Tercapainya optimalisasi fungsi budidaya

Dengan mengacu pada Keputusan Presiden nomor 114/1999, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua di Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai wilayah prioritas rehabilitasi fungsi kawasan untuk memulihkan fungsi lindung dan fungsi budidaya di kawasan tersebut. Ke tiga wilayah ini secara geologis merupakan daerah resapan air dan daerah tangkapan air. Karakteristik kawasan ini adalah sebagai berikut (Pramono 2006) :

(1) Sebagai wilayah hulu DAS Ciliwung yang berpengaruh terhadap system hidrologi Kawasan Bopunjur

(2) Cakupan wilayahnya cukup besar

(3) Perkembangannya cukup pesat, khususnya pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan social ekonominya

(4) Merupakan bagian dari Kawasan Puncak di mana dalam kebijakan nasional diarahkan sebagai Kawasan Andalan dengan sektor unggulan pariwisata dan pertanian tanaman pangan serta sebagai kawasan konservasi tanah dan air (Peraturan Pemerintah nomor 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)

Identifikasi Satuan Unit Lahan

Berdasarkan hasil identifikasi fisiografi, bentuk wilayah, posisi lereng, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, drainase, kedalaman solumn, tekstur dan reaksi tanah di wilayah dengan ketinggian di atas 700 m dpl dan di bawah 700 m dpl, diperoleh satuan unit lahan sebanyak 51 unit, yang terdiri atas 30 satuan unit lahan tersebar di wilayah di atas ketinggian 700 m. dpl (zona A) dan 21satuan unit lahan tersebar di bawah ketinggian 700 m. dpl (zona B). Hutapea (2005) dengan dasar peta topografi dan peta tataguna lahan telah

(10)

membagi DAS Ciliwung Hulu menjadi 3 (tiga) zona, yaitu zona A dengan ketinggian > 900 m dpl, zona B dengan ketinggian antara 700 m – 900 m dpl (700 > x < 900 m dpl), dan zona C dibawah dan sama dengan 700 m dpl (x< 700 m dpl). Zona A terdiri atas 6 (enam) satuan unit lahan, zona B terdiri atas 8 (delapan) satuan unit lahan, dan zona C terdiri atas 12 (dua belas) satuan unit lahan. Penggunaan skala yang lebih besar, khususnya dengan penggunaan peta ICONOS memungkinkan pendeliniasian yang lebih rinci dari satuan unit lahan sampai tingkat faset. Faset adalah bagian dari sistem lahan yang homogen, yang merupakan unit topografi dengan struktur vegetasi yang sama, kondisi geologi yang seragam serta karakteristik tanah yang hampir sama dengan perbedaan yang kecil (Balsem and Sukma 1990). Rincian lengkap satuan unit lahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 4. Satuan unit lahan A tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung degan total luasan 11.242,41ha (7,78% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu). Rincian satuan unit lahan A disajikan pada Tabel 6. Satuan unit lahan B tersebar di 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung dengan total luasan 3.996,86 ha (28,72% dari total luasan DAS Ciliwung Hulu). Rincian satuan unit lahan B. disajikan pada Tabel 7. Sebaran dan luasan dari masing-masing tataguna lahan pada setiap satuan unit lahan berdasarkan hasil deliniasi dari peta ICONOS disajikan pada Lampiran 1.

Identifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting

Hasil penelitian Hutapea (2005) menunjukkan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu mempunyai preferensi yang tinggi terhadap pengembangan tanaman hortikultura tahunan, khususnya buah-buahan. Untuk itu identifikasi terhadap sebaran tanaman hortikultura tahunan di DAS Ciliwung Hulu mengindikasikan tingkat penerimaan masyarakat di DAS Ciliwung Hulu terhadap pengembangan jenis tanaman tersebut. Identifikasi tanaman hortikultura tahunan eksisting ini dinilai penting karena untuk membangun perdesaan dengan tidak merusak sumberdaya yang berharga sudah selayaknya secara sistematis tidak hanya mengembangkan spesies yang secara universal diakui cepat tumbuh dan

(11)

ZONA A (>700 m dpl) (30 Satuan Unit Lahan)

ZONA B ( < 700 mdpl) (21 Satuan Unit Lahan)

(12)

Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA, 1998) Jenis Tanah (DS, 1967) Kelas Drainase Solum

Warna Lapisan Atas

Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas

Matrik Karatan/ Campuran Matrik Karatan/ Campuran Lapisan Atas Lapisan

Bawah Lapisan Atas

Lapisan Bawah Ha % A1 Jalur aliran sungai besar Datar - Datar 0 - 3 Tegalan, kebun campuran Fluventic

Dystrudepts Aluvial coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat Kelabu, coklat kekuningan Lempung Lempung berbatu Agak masam Agak masam 27.20 0.18

A2 Jalur aliran

sungai kecil - - Agak melandai 3 - 8 Tegalan, kebun campuran

Fluventic

Dystrudepts Aluvial coklat Sedang Dalam Coklat Kelabu Coklat - Lempung

Lempung

berbatu Masam Masam 1906,39 10.04

A3 Teras sungai Berombak - Agak melandai

3 - 8 Sawah Aquic Dystrudepts Aluvial kelabu Agak terhambat Dalam Coklat kekelabuan Coklat Coklat Coklat kekelabuan Lempung Lempung berbatu Masam Masam 127.39 0.83

A4 Teras sungai Berombak - Agak melandai

3 - 8 Tegalan, kebun Typic Dystrudepts Aluvial kelabu Sedang Dalam Coklat - Coklat Hitam Lempung Lempung berbatu Masam Masam 103,43 2.40

A5 Tebing sungai - - Curam 30 - 45 Kebun campuran Typic Dystrudepts Latosol coklat Cepat Agak dalam Coklat tua - Coklat - Lempung Lempung Masam Masam 62.15 0.40

A6 Tebing sungai - - Terjal > 45 Kebun campuran Typic Dystrudepts, Typic Hapludans Latosol coklat, Andosol coklat Cepat Agak

dalam Coklat tua - Coklat - Lempung Lempung Masam Masam 341.91 2.22

A7 Kaki volkan Berombak Bawah Agak

curam 15 - 30 Tegalan, kebun campuran Typic Dystrudepts, Typic Hapludans Latosol coklat, Andosol coklat Sedang Dalam Coklat tua kekuning an - Coklat kekuning an - Lempung Lempung

berkerikil Masam Masam 296.32 1.92

A8 Kaki volkan Berombak Atas Datar 0 - 3 Sawah Aquic Eutrudepts Latosol coklat kekuningan Agak terhambat Dalam Coklat tua kekuning an Kelabu, coklat kekuningan Coklat tua kekuning an

Hitam, kelabu Lempung Lempung Agak masam Agak masam 86.60 0.56

A9 Kaki volkan Berombak Atas Agak melandai 3 - 8 Sawah Aquic Eutrudepts Latosol coklat kekuningan Agak terhambat Dalam

Coklat tua kekuning an Kelabu, coklat kekuningan Coklat tua kekuning an

Hitam, kelabu Lempung Lempung Agak masam Agak masam 95.39 0.62

A10 Kaki volkan Berombak Atas Datar 0 - 3 Tegalan, kebun campuran

Typic

Dystrudepts Latosol coklat Sedang

Sangat

dalam Coklat - Coklat -

Lempung berdebu

Lempung liat

berdebu Masam Masam 78.22 0.51

A11 Kaki volkan

Bergelom-bang Bawah, tengah Agak melandai 3 - 8 Tegalan, kebun campuran Typic

Dystrudepts Latosol coklat Sedang

Sangat

dalam Coklat tua - Coklat tua - Lempung

Lempung

berliat Masam Masam 42.76 0.28

A12 Kaki volkan

berlungur memanjang Bergelom-bang Atas/ punggu ng Agak curam 15 - 30 Tegalan, kebun campuran Typic Dystrudepts, Typic Hapludans Latosol coklat, Andosol coklat

Sedang Dalam Coklat tua - Coklat - Lempung Lempung liat

berdebu Masam Masam 687.29 4.46

A13 Kaki volkan berlungur memanjang Bergelom-bang Bawah, tengah Agak melandai 3 - 8 Tegalan Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat -

Lempung berpasir

Lempung

berpasir Masam Masam 303.18 1.97

A14 Perbukitan Volkan Bergelom-bang Bawah, tengah Melandai 8 - 15 Sawah Oxiaquic Eutrudepts Latosol coklat Agak terhambat Dalam Coklat Kelabu, coklat kekuningan Coklat tua kekuning an

Kelabu, hitam Lempung Lempung berliat

Agak masam Agak masam 77.63 0.50

(13)

Tabel 6 Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) (Lanjutan) Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA, 1998) Jenis Tanah (DS, 1967) Kelas Drainase Solum

Warna Lapisan Atas

Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas

Matrik Karatan/ Campuran Matrik Karatan/ Campuran Lapisan Atas Lapisan

Bawah Lapisan Atas

Lapisan

Bawah Ha %

A15 Perbukitan Volkan Bergelom-bang Bawah, tengah Melandai 8 - 15

Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung

Lempung liat

berdebu Masam Masam 156.81 1.02

A16 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah,

tengah Agak curam 15 - 30 Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung

Lempung liat

berdebu Masam Masam 374.39 2.43

A17 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah,

tengah Curam 30 - 45 Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Agak cepat Dalam Coklat - Coklat - Lempung Lempung Agak masam Agak masam 223.83 1.45

A18 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah, tengah Terjal > 45

Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Cepat Dalam Coklat - Coklat - Lempung Lempung Agak masam Agak masam 199.12

1.29

A19 Perbukitan Volkan

Atas Agak melandai 3 - 8 Sawah Oxiaquic Eutrudepts Andosol coklat Agak terhambat Dalam Coklat Kelabu, merah tua Coklat Kelabu, hitam Lempung Lempung liat berdebu Agak masam Agak masam 27.00 0.18

A20 Perbukitan Volkan Atas Agak melandai 3 - 8 Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung Lempung Agak masam Agak masam 388,28 2.45

A21 Perbukitan Volkan

Atas Melandai 8 - 15 Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung Lempung Agak masam Agak masam 103.69 0.67

A22 Perbukitan Volkan

Atas Agak curam 15 - 30

Tegalan, kebun campuran Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung

Lempung liat

berdebu Agak masam Agak masam 66.13 0.43

A23 Pegunungan Volkan

Bawah, tengah Melandai 8 - 15 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat tua - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 240.40 1.25

A24 Pegunungan Volkan

Bawah, tengah Agak curam 15 - 30 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat tua - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 772,77 5.00

A25 Pegunungan Volkan

Bawah, tengah Curam 30 - 45 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol

coklat Cepat Dalam Coklat tua - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 1019.00 6.61

A26 Pegunungan Volkan

Bawah, tengah Terjal > 45 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol coklat Cepat Agak

dalam Coklat tua - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 2587,49 15.73

A27 Perbukitan Volkan

Atas Agak melandai 8 - 15 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat - Lempung Lempung Agak masam Agak masam 282,34 1.90

A28 Pegunungan Volkan

Atas Melandai 8 - 15 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 327.68 2.13

A29 Pegunungan Volkan Atas Agak curam 15 - 30 Kebun teh, hutan Typic Hapludans Andosol

coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat

Coklat muda

kekuningan Lempung Lempung Agak masam Agak masam 233.81 1.52

A30 Perbukitan Volkan Atas Curam 30 - 45 Kebun campuran Hapludans Typic Andosol coklat Cepat Agak dalam Coklat - Coklat Coklat muda kekuningan

Lempung Lempung Agak masam Agak masam 3,81 1.21

J U M L A H 11261.12 72.16

(14)

Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA 1998) Jenis Tanah (DS 1967) Kelas Drainase Solum

Warna Lapisan Atas

Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas

Matrik Karatan/ Campuran Matrik Karatan/ Campuran Lapisan Atas Lapisan

Bawah Lapisan Atas

Lapisan Bawah Ha % B1 Jalur aliran sungai besar

- - Datar 0 - 3 Sawah Fluvaquantic Endoaquepts Aluvial coklat kekelabuan terhambat Agak Dalam Coklat

kekelabu-an

Merah tua Kelabu Merah hitam Lempung berliat Lempung berkerikil Netral Netral 239,13 1,55

B2

Jalur aliran sungai kecil

- - Agak melandai 3 - 8 Sawah Fluvaquantic Endoaquepts Aluvial coklat kekelabuan terhambat Agak Dalam Coklat kekelabu-an Merah tua Coklat kekelabu-an Merah tua hitam Lempung Lempung

berkerikil Agak masam Agak masam

609,95

4,48

B3 sungai Teras - - Agak datar 2 - 4 Sawah Endoaquepts Typic Latosol coklat terhambat Agak Dalam Coklat kekelabua n Merah tua Coklat kekelabua n Coklat kekuningan Lempung berliat Lempung

berliat Agak masam Agak masam

62,48

0,41

B4 sungai Teras - - Agak datar 2 - 4 campuran Kebun Dystrudepts Typic Latosol coklat Baik Sangat dalam Coklat - Coklat kuat - Lempung berliat Lempung berliat Masam Masam 155,18 1,58

B5 Tebing sungai - -

Curam 30 - 45 campuran Kebun Dystrudepts Typic Latosol coklat Cepat Dalam Coklat - Coklat kuat - Lempung berliat Liat Masam Masam 142,41 0,64

B6 Tebing sungai - - Terjal > 45 campuran Kebun Dystrudepts Typic Latosol coklat Cepat Dalam Coklat - Coklat kuat - Lempung berliat Lempung berliat Masam Masam 497,57 3,23

B7

Kaki Bukit Volkan

Berombak Atas Datar 0 - 3 Sawah Dystrudepts Oxyaquic Latosol coklat terhambat Agak Sangat dalam Coklat tua Kelabu merah Coklat tua Kelabu hitam Lempung berliat Lempung berliat Agak masam Agak masam 341,85 2,22

B8

Kaki Bukit Volkan

Berombak Atas Datar 0 - 3 Lahan kering Dystrudepts Typic Latosol coklat Sedang Sangat dalam Coklat - Coklat kuat - Lempung berliat Lempung berliat Masam Masam 361,95 2,35

B9

Kaki Bukit Volkan

Berombak Bawah Melandai 8 -15 Sawah Dystrudepts Aquic Latosol coklat terhambat Agak Dalam Coklat -

Coklat muda kekuning

an

- Lempung Lempung liat berkerikil Agak masam Agak masam 128,81 0,82

B10 Kaki Bukit Volkan Bergelom-bang Atas Agak melandai 3 - 8 Sawah Aquic

Dystrudepts Latosol coklat Agak terhambat Sangat dalam Coklat tua kekuning-an Kelabu merah Coklat tua kekuning-an

Kelabu hitam Lempung Lempung berliat Agak masam Masam 141,96 1,42

B11 Kaki Bukit Volkan Bergelom-bang Atas Agak

melandai 3 - 8 Lahan kering Typic Dystrudepts

Latosol coklat tua Sedang

Sangat

dalam Coklat tua - Coklat tua - Lempung

Lempung

berliat Masam Masam

221,34 0,28 B12 Kaki Bukit Volkan

Bergelom-bang Bawah Melandai 8 -15 Lahan kering Typic Dystrudepts Latosol coklat kemerahan Sedang Sangat dalam Coklat tua kemerah-an - Coklat tua kemerah-an

- liat berdebu Lempung Lempung liat berdebu Masam Masam 40,08 0,23

B13 Kaki Bukit Volkan Bergelom-bang Bawah Agak

curam 15 - 30 Lahan kering Typic Dystrudepts Latosol coklat kemerahan Sedang Sangat dalam Coklat tua kemerah-an - Coklat tua kemerah-an

- liat berdebu Lempung Lempung liat berdebu Masam Masam 35,80 1,05

B14

Kaki Bukit Volkan

Bergelom-bang Bawah Curam 30 - 45 Lahan kering Typic

Dystrudepts Latosol coklat Sedang Dalam Coklat - Coklat -

Lempung berliat

Lempung

berliat Masam Masam

19,86

2,25

(15)

Tabel 7 Satuan Unit Lahan B di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di bawah 700 m dpl) (Lanjutan) Nomor Satuan Lahan Unit Fisiografi Bentuk Wilayah Posisi Lereng Tingkat kemiringan Lereng (%) Penggunaan Lahan Subgroup Tanah (USDA 1998) Jenis Tanah (DS 1967) Kelas Drainase Solum

Warna Lapisan Atas Warna Lapisan Bawah Tekstur Reaksi Tanah Luas

Matrik Campuran Karatan/ Matrik Campuran Karatan/ Lapisan Atas Lapisan Bawah Lapisan Atas Lapisan Bawah Ha %

B15 Perbukitan

Volkan Berbukit Bawah,

tengah Melandai 8 - 15 Lahan kering

Oxyaquic Dystrudepts Latosol coklat kekuningan Agak terhambat Dalam Coklat tua kekuning-an Kelabu Coklat tua kekuning-an

Kelabu hitam Lempung Lempung

berliat Agak masam Masam

347,02

0,02

B16 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah,

tengah Melandai 8 - 15 Lahan kering Typic Dystrudepts

Latosol coklat kekuningan Sedang

Sangat

dalam Coklat tua -

Coklat tua kekuning-an Merah Kekuningan Lempung Lempung

berliat Masam Masam

2,77

1,42

B17 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah, tengah Agak cram 15 - 30 Lahan kering Dystrudepts Typic Latosol coklat kekuningan Sedang Sangat dalam Coklat tua -

Coklat tua kekuning-an Merah Kekuningan Lempung Lempung

berliat Masam Masam

222,87

1,36

B18 Perbukitan Volkan Berbukit Bawah, tengah Curam 30 - 45 Lahan kering Dystrudepts Typic Latosol coklat kekuningan Sedang Dalam Coklat tua -

Coklat tua - Lempung berdebu Lempung liat berdebu Masam Masam 165,77 0,72

B19 Perbukitan

Volkan Berbukit Atas Melandai 8 -15 Lahan kering Andic Dystrudepts

Andosol

coklat Sedang Sangat

Coklat tua - Coklat tua - Lempung Lempung

berliat Masam Masam

110,71

0,09

B20 Perbukitan Volkan Berbukit Atas Agak

curam 15 - 30 Lahan kering Andic Dystrudepts

Andosol

coklat Sedang Sangat

dalam Coklat tua - Coklat tua - Lempung

Lempung

berliat Masam Masam

14,60

0,87

B21 Perbukitan Volkan Berbukit Atas Curam 30 - 45 Lahan kering Dystrudepts Andic Andosol coklat Sedang Dalam Coklat tua - Coklat tua - Lempung Lempung berliat Masam Masam 134,75 0,87

JUMLAH 4.292,11 27,86

(16)

serba guna, tetapi juga spesies tanaman pohon lokal (setempat) yang secara tradisional dikenal, dipakai dan dikelola petani (Michon and de Foresta 2000).

Untuk keperluan identifikasi diambil 142 contoh (sampling) yang terdiri dari 72 contoh dari satuan unit lahan A (25 contoh tegalan/lahan kering, 25 contoh kebun campuran dan 22 contoh pekarangan/villa) dan 5 contoh satuan unit lahan B (20 contoh tegalan, 20 contoh kebun campuran dan 19 contoh perkampungan tidak padat/villa berpekarangan). Rincian jumlah sampling yang diambil dari setiap unit lahan disajikan pada Lampiran 2.

Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa terdapat 24 (dua puluh empat) jenis tanaman hortikultura tahunan yang tersebar di 51 satuan unit lahan, yang terdiri atas nangka , lengkeng, petai, duku, durian, alpokat, mangga, rambutan, melinjo, jengkol, limus (mangga kweni), mangga, manggis, jeruk, sawo, belimbing, jambu biji, jambu air, jambu bol, kluwih, kemang, kedondong, mengkudu dan matoa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hutapea (2005) tentang sistem agroforestri di DAS Ciliwung hulu telah mengidentifikasi 81 (delapan puluh satu) jenis tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Dari jumlah tersebut telah teridentifikasi 22 (dua puluh dua) jenis tanaman hortikultura tahunan, yaitu alpokat, belimbing, duku, durian, jambu, jengkol, jeruk, kedondong, kelengkeng, kemang, kluwih, limus, mangga, manggis, matoa, melinjo, mengkudu, nangka, petai, rambutan, sawo dan sirsak. Hasil identifikasi tersebut disajikan pada Tabel 8.

Sebaran tanaman hortikultura tahunan di masing-masing satuan unit lahan dinilai dengan presentase terhadap jumlah tanaman hasilnya disajikan pada Tabel 9. Dari hasil identifikasi tanaman di setiap satuan unit lahan, beberapa satuan unit lahan menunjukkan pola tanaman hortikultura dominan, antara lain adalah satuan unit lahan A2, A15, A12, B2, B6 dan B21. Pada satuan-satuan unit lahan tersebut jenis tanaman hortikultura tahunan yang dominan jumlahnya relatif banyak dan hal tersebut mencirikan bahwa masyarakat di DAS Ciliwung Hulu sudah terbiasa dalam mengembangkan tanaman buah-buahan dan menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan berbasis tanaman hortikultura tahunan telah ada di DAS Ciliwung Hulu. Hasil

(17)

Tabel 8 Hasil Prakiraan Jumlah Komoditas Hortikultura Tahunan pada Setiap Satuan Unit lahan (land unit) di DAS Ciliwung Hulu.

Sumber : Data Primer (2006)

identifikasi menunjukkan bahwa tanaman hortikultura tahunan dengan sebaran yang luas berturut-turut adalah nangka, durian, alpokat, melinjo, rambutan, lengkeng, limus, petai, mangga, jengkol dan jambu air. Artinya tanaman-tanaman tersebut sudah dikenal oleh masyarakat dan masyarakat sudah terbiasa dalam membudidayakannya.

Seleksi Awal Tanaman Hortikultura Tahunan

Seleksi penetapan 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan di DAS Ciliwung Hulu dari 24 tanaman hortikultura yang ada (existing) dimaksudkan untuk mengembangkan jenis tanaman pohon lokal (setempat), dengan dasar pemikiran petani secara tradisional sudah mengenal, memakai dan mengelola jenis tanaman tersebut, serta tanaman telah beradaptasi dengan tempat tumbuhnya. Introduksi tanaman yang belum dikenal masyarakat akan sulit dalam mensosialisasikan cara menanam, memelihara dan memanen hasilnya

No. Komoditas Jumlah

tanaman Standard Error Batas Bawah Batas Atas RSE

Jumlah & Sebaran di Satuan Unit Lahan

A & B A B 1. Nangka 48.409 486 47.456 49.362 1,0 29 19 48 2. Alpokat 66.338 478 65.401 67.275 0,7 28 16 44 3. Durian 33.909 459 33.010 34.808 1,4 27 19 46 4. Melinjo 22.937 578 21.804 24.070 2,5 24 18 42 5. Mangga 20.400 744 18.941 21.859 3,6 23 13 36 6. Jeruk 15.418 1.786 11.918 18.918 11,6 7 8 15 7. Rambutan 14.783 198 14.395 15.171 1,3 24 16 40 8. Petai 12.900 236 12.438 13.362 1,8 18 19 37 9. Lengkeng 5.043 121 4.805 5.281 2,4 22 16 38 10. Limus 7.376 118 7.145 7.607 1,6 22 16 38 11. Duku 9.495 163 9.176 9.814 1,7 7 16 23 12. Jengkol 7.414 531 6.374 8.454 7,2 19 15 34 13. Mengkudu 5.296 105 5.091 5.501 2,0 3 2 5 14. Jambu Air 4.386 134 4.123 4.649 3.1 20 13 33 15. Manggis 2.125 236 1.662 2.588 11,1 3 17 20 16. Jambu Biji 2.682 81 2.524 2.840 3,0 13 14 27 17. Sirsak 2.288 54 2.183 2.393 2,3 3 1 4 18. Sawo 1.937 59 1.820 2.054 3,1 14 10 24 19. Belimbing 1.596 55 1.488 1.704 3,5 14 7 21 20. Jambu Bol 1.136 94 952 1.320 8,3 17 11 28 21. Kemang 349 13 323 375 3,7 1 2 3 22. Kedondong 512 47 420 604 9,1 12 5 17 23. Kluwih 435 19 399 471 4,3 2 3 5 24. Matoa 219 19 181 257 8.8 3 2 5

(18)

Land unit Alpokat

Belim-bing Duku Durian Jambu

Jambu Air

Jambu

Bol Jengkol Jeruk

Leng-keng Limus Mangga Manggis Melinjo

Meng-kudu Nangka Petai Rambutan Sawo Sirsak Kluwih Matoa Kemang Kedondong

A1 226 837 84 10 7 10 161 A2 11,286 76 2.099 45 282 104 44 45 1.524 1.410 1.893 181 12.962 441 1.101 348 13 54 A3 109 7 86 8 38 17 5 274 488 202 88 6.774 80 47 11 8 A4 973 12 43 1.207 12 72 27 400 13 780 80 986 978 1.444 21 14 A5 1,337 9 1.131 15 5 56 84 37 580 234 1.226 210 379 10 A6 828 13 112 843 243 47 331 99 1.623 26 55 A7 377 220 165 922 385 A8 315 304 209 39 88 1.995 693 25 12 14 A9 104 113 12 5 2 82 14 67 43 246 29 A10 51 46 16 7 13 121 13 91 46 74 22 A11 465 127 624 25 26 10 140 26 138 63 665 26 14 5 A12 6,395 716 398 530 265 1.326 299 928 650 3.148 132 530 2.388 A13 499 856 14 22 781 853 1.224 5 653 A14 138 5 112 5 24 12 65 227 185 132 418 627 100 80 5 5 A15 961 6 919 130 35 13 14 645 196 24 184 3.444 1.888 11 816 10 43 22 7 A16 2,475 301 603 74 5.730 1.809 3.797 976 904 301 A17 848 592 131 206 276 716 263 131 A18 143 6 68 8 38 22 5 231 28 248 3,126 2.050 112 12 8 A19 137 146 0 87 144 63 62 7 41 114 A20 1,763 263 1.144 2.381 1.111 263 793 A21 2,848 12 454 14 68 29 136 461 29 361 713 1.463 114 80 20 12 14 A22 117 5 69 9 27 14 19 246 26 145 93 245 7 38 8 6 631 420 221 168 328 5 186 50 449 10 86 225 A24 2,111 8 157 13 37 21 52 413 68 1.003 206 740 26 69 11 5 9 A25 1,011 67 5 236 8 22 165 29 300 87 1.710 562 28 A26 621 6 1.127 11 34 15 2.512 233 941 33 2.455 31 12 7 A27 1,385 2 1.175 11 6 9 1.601 107 12 1.662 43 2.075 17 A28 1,628 19 11 7.087 13 168 22 339 10 218 A29 16 21 A30 16 Jumlah A 39,782 1,175 1,256 14.756 416 4.125 918 1.084 6.351 12.630 3.286 17.518 446 12.667 2.052 49.583 4.229 6.406 2.013 2.627 56 27 22 438

(19)

Tabel 9 Prakiraan Jumlah dan Sebaran Komoditas Hortikultura Tahunan di DAS Ciliwung Hulu (lanjutan)

Landunit Alpokat Belim-bing Duku Durian Jambu Jambu Air Jambu Bol Jengkol Jeruk Leng-keng Limus Mangga Manggis Melinjo Meng-kudu Nangka Petai Rambutan Sawo Sirsak Kluwih Matoa Kemang Kedondong

B1 74 2.944 99 1.487 99 2,231 99 24 B2 316 45 158 3.005 1.265 474 474 2.418 158 203 3,329 4.586 3.412 68 B3 5 45 8 13 8 30 178 75 72 9 85 1,083 496 24 B4 639 6 345 1.518 12 32 14 5 237 705 6 35 437 852 371 12 7 B5 923 179 861 547 330 90 1.825 349 651 271 91 B6 539 295 1.770 4.597 379 482 379 67 649 379 402 2.854 573 809 59 B7 309 5 7 796 15 28 14 202 10 248 347 320 3.228 1.050 929 25 11 7 B8 214 878 85 85 5.272 257 B9 310 539 5 12 6 100 67 21 1.038 103 B10 5 52 8 11 8 253 181 34 165 10 98 98 139 25 B11 49 295 220 246 189 199 302 87 560 15 77 B12 1.120 16 15 778 6 17 5 27 38 107 12 62 22 57 6 24 12 15 45 B13 5 152 16 31 17 24 75 17 184 131 36 106 B14 4 21 8 14 8 52 156 132 80 34 189 75 102 49 5 B15 1.233 1.052 754 129 324 1.757 485 1.019 251 291 B16 0 46 1 117 9 47 B17 464 6 6 478 24 32 16 39 25 280 165 218 188 51 300 79 140 12 5 8 B18 482 381 10 23 104 282 186 419 791 8 256 712 277 1.113 8 5 B19 262 70 5 11 5 145 68 96 6 48 234 232 B20 5 13 29 31 8 4 5 6 11 10 10 B21 1.734 5 10 1.593 14 17 17 745 5 392 98 94 2,924 481 874 61 6 67 6 Jumlah B 8.599 378 3,769 19.131 1.494 257 205 4.191 982 2.773 6.190 2.857 1.668 10.243 5.359 16.734 10.531 7.772 224 45 315 158 315 33 Jumlah A & B 48.381 1.553 5.025 33.887 1.910 4.382 1.123 5.275 7.333 15.403 9.476 20.375 2.114 22.910 7.411 66.317 14.760 14.178 2.237 2.672 371 185 337 471

(20)

(Satjapraja 1982, Michon dan de Foresta 2000). Daniel et al. (2000) menggunakan kriteria populasi, produksi dan nisbah konsumsi dan produksi untuk menyeleksi tanaman untuk penetapan komoditas unggulan, sedangkan Samijan et

al. (2000) menggunakan kriteria kesesuaian lahan dan agroklimat, analisis

finansial (domestic resource cost dan benefit cost ratio), luas panen, produksi dan produktivitas serta dukungan eksternal.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan yaitu nangka, alpokat, durian, melinjo, mangga, lengkeng, petai, rambutan, limus dan jengkol. Hasil analisis urutan prioritas disajikan pada Tabel 10, sedangkan peta sebaran dari ke sepuluh komoditas terseleksi di masing-masing satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran12.

Tabel 10 Sepuluh Tanaman Hortikultura Tahunan yang Potensial Dikembangkan

No. Komoditas Nilai Indeks Nilai Alternatif

Urutan Ranking Sebaran Tanaman Jumlah Tanaman

1. Nangka 1.600 30.291 13.076 1 2. Alpokt 1.467 22.105 9.772 2 3. Durian 1.533 15.484 7.113 3 4. Melinjo 1.400 10.474 5.030 4 5. Mangga 1.200 9.315 4.446 5 6. Lengkeng 1.267 7.040 3.576 6 7. Petai 1.233 6.750 3.440 7 8. Rambutan 1.333 5.890 3.156 8 9. Limus 1.267 4.336 2.495 9 10. Jengkol 1.133 2.418 1.647 10

Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)

Kesesuaian Lahan & Agroklimat

Dalam rangka pengembangan potensi wilayah untuk komodutas pertanian, keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis tanaman dan produktivitas, karena setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan sifat lahan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (Djaenudin et al. 2000). Keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat

(21)

diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim, terutama suhu udara dan curah hujan, tanah (sifat fisik, morfologi, kimia tanah),

topografi (elevasi, lereng) dan sifat lingkungan lainnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyeleksi komoditas. Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan pedoagroklimat, yang mencakup iklim, tanah dan topografi akan menghasilkan produk yang optimal dengan kualitas prima, sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif (Djaenudin et al. 2002).

Berdasarkan hasil 10 tanaman hortikultura tahunan yang terseleksi kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan terhadap ke sepuluh jenis tanaman tersebut,

dengan mengacu pada kriteria kesesuaian lahan dan yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Djaenudin et al. 2003). Hasil analisis dan uraian lengkap kesesuaian lahan dari kesepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan terpilih secara lengkap disajikan pada Lampiran 13 dan 14.

Hasil analisis kesesuaian lahan dari ke sepuluh jenis tanaman hortikultura tahunan menunjukkan bahwa tanaman lengkeng, melinjo, petai dan jengkol mempunyai kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) tertinggi, yaitu 13 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman alpokat di 12 satuan unit lahan. Untuk tanaman nangka, durian, mangga, rambutan dan limus sangat sesuai di 10 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan yang cukup sesuai (S2), tanaman alpokat cukup sesuai di 41 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 34 satuan unit lahan. Dari hasil tersebut, dengan mengacu pada kesesuaian lahan yang sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2), maka tanaman alpokat memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu di 53 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman melinjo, lengkeng, petai dan jengkol di 47 satuan unit lahan; serta nangka, durian, mangga, rambutan dan limus di 38 satuan unit lahan. Untuk kesesuaian lahan marjinal (S3), tanaman nangka dan limus memiliki kesesuaian lahan terbanyak, yaitu tersebar di 20 satuan unit lahan, diikuti oleh tanaman durian, mangga dan rambutan di 15 satuan unit lahan. Tanaman alpokat memiliki

(22)

kesesuian lahan marjinal dengan jumlah terkecil, yaitu tersebar di 5 satuan unit lahan. Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan, terdapat satuan unit lahan yang tidak sesuai (N), yang tersebar di 5 satuan unit lahan. Hasil rekapitulasi analisis kesesuaian lahan 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi disajikan pada Tabel 11. Sebaran kesesuaian lahan dari masing-masing jenis tanaman hortikultura di setiap satuan unit lahan disajikan pada Lampiran 15 sampai dengan Lampiran 24.

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Analisis Kesesuaian Lahan untuk 10 Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan Terseleksi

No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Unit Lahan (unit)

S1 S2 S3 N 1. Nangka 10 28 20 0 2. Alpokat 12 41 5 0 3. Durian 10 28 15 5 4. Melinjo 13 34 11 0 5. Mangga 10 28 15 5 6. Lengkeng 13 34 11 0 7. Petai 13 34 11 0 8. Rambutan 10 28 15 5 9. Limus 10 28 20 0 10. Jengkol 13 34 11 0

Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)

Arahan Pengembangan

Kondisi Tanaman Eksisting Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting yang terdapat di masing-masing satuan unit lahan terkait dengan kesesuaian lahan, maka kondisi tanaman hortikultura tahunan eksisting ditumpang-tepatkan (overlay) dengan hasil analisis kesesuaian lahan dan agroklimat dari 10 jenis tanaman hortikultura tahunan terseleksi. Melalui tumpang tepat ini diketahui potensi kesesuaian lahan tanaman hortikultura eksisting maupun potensi kesesuaian lahan di satuan unit lahan tersebut yang tidak ada tanamannya, sehingga akan memudahkan dalam menyusun prioritas

(23)

pengembangan di satuan unit lahan. Hasil tumpang tepat tanaman hortikultura tahunan eksisting dengan kesesuaian lahan dan agroklimat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat

Unit Lahan Kesesuaian

Lahan Jenis Tanaman Keterangan

A1 S1 Alpokat, jengkol, lengkeng Ada

Melinjo, Petai Tidak Ada

S2 Durian, limus, mangga Ada

Rambutan Tidak Ada

A2.1 S1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A2.2 S1 Lengkeng, petai, melinjo, jengkol Ada

S2 Nangka, alpokat, durian, mangga, limus,

rambutan

Ada

A3 S2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A4 S2 Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

Jengkol Tidak Ada

A5 S2 Alpokat, jengkol, lengkeng, petai Ada

S3 Durian, limus, mangga, melinjo, nangka,

rambutan

Ada

A6 S3 Alpokat, limus, melinjo, nangka Ada

Lengkeng Tidak Ada

N Durian, jengkol, petai, rambutan Ada

Mangga Tidak Ada

A7 S1 Alpokat, durian, nangka, petai Ada

Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan

Tidak Ada

A8 S2 Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai,

rambutan

Ada

Jengkol, lengkeng, mangga Tidak Ada

A9 S2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, rambutan

Ada

Petai Tidak Ada

A10.1 S1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, rambutan

Ada

(24)

Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan)

Unit Lahan Kesesuaian

Lahan Jenis Tanaman Keterangan

Petai Tidak Ada

A10.2 S2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, rambutan

Ada

Petai Tidak Ada

A11 S1 Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, rambutan

Ada

Jengkol, petai Tidak Ada

A12.1 S1 Alpokat, jengkol, lengkeng, mangga, melinjo,

nangka, rambutan

Ada

Durian, limus petai Tidak Ada

A12.2 S1 Jengkol, lengkeng, melinjo Ada

Petai Tidak Ada

S2 Alpokat, mangga, nangka, rambutan Ada

Durian, limus Tidak Ada

A13 S1 Alpokat, durian, jengkol, limus, mangga, melinjo,

nangka, petai, rambutan

Ada

Lengkeng Tidak Ada

A14 S1 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A15 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus,

mangga, melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A16.1 S2* Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, nangka,

petai, rambutan

Ada

Durian, jengkol, limus Tidak Ada

A16.2 S2* Lengkeng, melinjo, petai Ada

Jengkol, Tidak Ada

S2 Alpokat, mangga, nangka, rambutan Ada

Durian, limus Tidak Ada

A17.1 S2* Alpokat Ada

Lengkeng, melinjo Tidak Ada

S3* Durian, nangka, petai, rambutan Ada

Jengkol, limus, mangga Tidak Ada

A17.2

S2 Alpokat Ada

Lengkeng, melinjo Tidak Ada

S3 Durian, nangka, petai, rambutan Ada

Jengkol, limus, mangga Tidak Ada

A18.1 S3* Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Ada

N Durian, jengkol, mangga, rambutan Ada

Petai Tidak Ada

A18.2 S3 Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Ada

N Durian, jengkol, mangga, rambutan Ada

(25)

Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (lanjutan)

Unit Lahan Kesesuaian

Lahan Jenis Tanaman Keterangan

A19 S3* Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Ada

N Durian, limus, rambutan Ada

Jengkol, petai Tidak Ada

A20 S2* Alpokat, durian, mangga, nangka Ada

Jengkol, lengkeng, limus, melinjo, petai, rambutan Tidak Ada

A21 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A22 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A23 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A24 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai & rambutan

Ada

A25 S2 Alpokat Ada

S3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo,

nangka, petai, rambutan

Ada

A26 S2 Alpokat Ada

S3 Durian, lengkeng, mangga, melinjo, nangka,

rambutan

Ada

Jengkol, limus, petai Tidak Ada

A27 S2 Alpokat Ada

S3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo,

nangka, rambutan

Ada

Petai Tidak Ada

A28 S2 Alpokat Ada

S3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo,

nangka

Ada

Rambutan Tidak Ada

A29 S2 Alpokat Tidak Ada

S3 Nangka, durian Ada

Jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, petai rambutan

Tidak Ada

A30 S2 Alpokat Tidak Ada

S3 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo,

nangka, petai, rambutan

Tidak Ada

B1 S2 Durian, jengkol, limus, nangka, petai Ada

Alpokat, lengkeng, mangga, melinjo, rambutan Tidak ada

B2 S2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo,

nangka, petai, rambutan

Ada

(26)

Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan)

Unit Lahan Kesesuaian

Lahan Jenis Tanaman Keterangan

B3 S2 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai, rambutan

Ada

Alpokat Tidak ada

B4 S1 Alpokat, durian, lengkeng, melinjo, nangka,

petai, rambutan

Ada

Jengkol, limus Tidak ada

B5 S2* Alpokat, jengkol, melinjo, petai Ada

Lengkeng Tidak ada

S3 Durian, limus, nangka, rambutan Ada

Mangga Tidak ada

B6 S3 Alpokat, lengkeng, limus, melinjo, nangka Ada

N Durian, jengkol, petai, rambutan Ada

Mangga Tidak ada

B7 S2 Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, melinjo,

nangka, petai, rambutan

Ada

Limus Tidak ada

B8 S1 Alpokat, limus, mangga, petai Ada

Durian, jengkol, lengkeng, melinjo, nangka, rambutan

Tidak ada

B9 S2* Lengkeng, melinjo Ada

Jengkol, petai Tidak ada

S2 Alpokat Ada

S3* Durian, mangga, nangka, rambutan Ada

Limus Tidak ada

B10 S2* Jengkol, lengkeng, melinjo, petai Ada

Alpokat Tidak ada

S3* Durian, limus, mangga, nangka, rambutan Ada

B11 S2 Alpokat, durian, limus, melinjo, nangka, petai Ada

Jengkol, lengkeng, mangga, rambutan Tidak ada

B12 S1 Alpokat, lengkeng, melinjo Ada

S2 Durian, jengkol, limus, mangga, nangka, petai,

rambutan

Ada

B13 S1 Durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai, rambutan

Ada

Alpokat Tidak ada

B14 S2* Jengkol, lengkeng, melinjo, petai Ada

Alpokat Tidak ada

(27)

Tabel 12 Hasil Tumpang Tepat antara Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting dengan Kesesuaian Lahan dan Agroklimat (Lanjutan) Unit

Lahan

Kesesuaian

Lahan Jenis Tanaman Keterangan

B15 S2* Alpokat, durian, jengkol, melinjo, nangka, petai,

rambutan

Ada

Lengkeng, limus, mangga Tidak ada

B16 S2* Nangka, petai Ada

Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga, melinjo, rambutan

Tidak ada

B17 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai, rambutan

Ada

B18 S2* Alpokat, jengkol, lengkeng, melinjo, petai Ada

S3* Durian, limus, mangga, nangka, rambutan Ada

B19 S2* Alpokat, durian, lengkeng, limus, mangga, melinjo,

nangka, rambutan

Ada

Jengkol, petai Tidak ada

B20 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, melinjo,

petai

Ada

Mangga, nangka, rambutan Tidak ada

B21 S2* Alpokat, durian, jengkol, lengkeng, limus, mangga,

melinjo, nangka, petai, rambutan

Ada Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)

*S2 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S2 menjadi S1

*S3 Dengan perlakuan konservasi dapat diubah dari S3 menjadi S2 darimana

Klasifikasi Tanaman Hortikultura Tahunan Eksisting

Dengan mengacu pada 10 tanaman hortikultura tahunan yang potensial untuk dikembangkan, pada setiap unit lahan diidentifikasi komoditas yang terdapat pada masing-masing satuan unit lahan, dengan mengacu pada 5 (lima) kriteria, yaitu sangat banyak /dominan (>1.000 tanaman), banyak (750-1.000 tanaman), cukup banyak (500-750 tanaman), agak banyak (250-500 tanaman) dan sedikit (<250 tanaman). Pengkelasan tersebut ditujukan untuk lebih memudahkan dalam memberikan prioritas pengembangan, dimana tanaman hortikultura tahunan eksisting yang dominan ataupun yang cukup banyak pada satuan lahan tersebut akan diprioritaskan untuk dikembangkan. Adapun hasil identifikasi di sajikan pada Tabel 13.

(28)

Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan

Satuan Unit Lahan

Komoditas

Sangat Banyak Banyak Cukup

Banyak

Agak

Banyak Sedikit

A1 Durian Alpokat, nangka,

(jengkol, lengkeng, mangga, limus)** A2 (Nangka, alpokat) *, durian,mangga, lengkeng, limus, rambutan

Petai Melinjo, (jengkol)**

A3 Nangka* Limus,

lengkeng

Mangga, alpokat, durian, (melinjo, petai, rambutan, jengkol)**

A4 Rambutan, durian Nangka, petai,

alpokat, mangga

Lengkeng (Melinjo, limus)**

A5 Alpokat, nngka,

durian

Mangga Rambutan Petai, (lengkeng, jengkol,

limus)**

A6 Nangka Durian, alpokat Limus (Melinjo, rambutan,

jengkol, petai)**

A7 Nangka Petai,

alpokat

Durian

A8 Nangka Alpokat Durian, (melinjo, limus,

rambutan)**

A9 Nangka, alpokat, durian,

(lengkeng, mangga, melinjo, rambutan, limus, jengkol)**

A10 Lengkeng, (mangga,

nangka, alpokat, durian, melinjo, rambutan, limus, jengkol)**

A11 Nangka,

durian

Alpokat Lengkeng, mangga,

(melinjo, limus, rambutan)**

A12 Alpokat*, nangka Mangga Melinjo Lengkeng,

jengkol

Rambutan

A13 Nangka* Durian, melinjo,

mangga

Rambutan Alpokat (Limus, jengkol, petai)**

A14 Nangka Melinjo Lengkeng, limus, alpokat,

mangga, durian, petai, (rambutan, jengkol)**

A15 Melinjo, nangka Alpokat, durian,

rambutan

Lengkeng, mangga, (limus, jengkol, petai)**

A16 Mangga*, nangka,

alpokat, melinjo

Petai, rambutan Lengkeng**

A17 Alpokat Nangka,

durian

Petai Rambutan

A18 Melinjo, nangka Mangga, lengkeng,

alpokat, rambutan, (durian, limus, jengkol)**

A19 Durian, limus, alpokat,

rambutan, (lengkeng, mangga, melinjo, nangka)**

A20 Alpokat, durian,

mangga

Nangka

A21 Alpokat, nangka Melinjo Lengkeng,

durian, mangga

Jengkol, petai, rambutan**

(29)

Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan (Lanjutan)

Satuan Unit Lahan

Komoditas

Sangat Banyak Banyak Cukup

Banyak

Agak

Banyak Sedikit

A22 Lengkeng, mangga,

nangka, alpokat, (melinjo, durian, rambutan, limus, jengkol, petai)**

A23 Alpokat, Nangka,

durian, limus

Jengkol, melinjo, lengkeng, (rambutan, petai)**

A24 Alpokat, mangga Nangka Lengkeng Melinjo, durian,

(rambutan, limus, jengkol, petai)**

A25 Nangka, alpokat Petai Mangga Lengkeng, (melinjo,

durian, limus, rambutan, jengkol)**

A26 Nangka, durian Mangga Alpokat Lengkeng, (melinjo,

rambutan)**

A27 Nangka, mangga,

alpokat, durian Lengkeng, (melinjo, rambutan, limus, jengkol)** A28 Lengkeng*, alpokat

Nangka Mangga, (melinjo, durian,

limus, jengkol, petai)**

A29 (Nangka, durian)**

A30 B1 Durian, nangka, limus (Petai, jengkol)** B2 Petai, rambutan, durian, jengkol Lengkeng, alpokat Melinjo

B3 Nangka Petai Lengkeng, (melinjo,

limus, mangga, durian, jengkol, rambutan)**

B4 Durian Petai Mangga,

alpokat

Nangka, rambutan

Lengkeng, (melinjo)**

B5 Melinjo Alpokat, durian Petai,

jengkol

Nangka, limus, rambutan

B6 Durian, nangka Rambutan Limus,

petai, alpokat

Jengkol, melinjo

(Lengkeng)**

B7 Melinjo, lengkeng Petai, durian Mangga,

alpokat

Lengkeng, jengkol, (rambutan)**

B8 Petai Alpokat, (limus,

mangga)**

B9 Nangka Durian Alpokat Rambutan, lengkeng,

(mangga, melinjo)**

B10 Jengkol Lengkeng, mangga, petai,

(melinjo, nangka, durian, limus, rambutan)**

B11 Nangka Melinjo Durian, limus, (alpokat,

petai)**

B12 Alpokat Durian Lengkeng, (mangga,

melinjo, jengkol, petai, limus, rambutan, nangka)**

B13 Melinjo, durian, nangka,

rambutan, (mangga, petai, jengkol, limus,

(30)

Tabel 13 Sebaran 10 (sepuluh) Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan di Setiap Satuan Unit Lahan (Lanjutan)

Satuan Unit Lahan

Komoditas

Sangat Banyak Banyak Cukup

Banyak Agak Banyak Sedikit B14 Melinjo, lengkeng Nangka, mangga, petai

Melinjo, lengkeng, limus, petai, (mangga, nangka, jengkol, rambutan, durian)** B15 Nangka, alpokat, durian, rambutan Petai, melinjo Jengkol B16 (Petai, nangka)** B17 Durian, alpokat, nangka, lengkeng

Mangga, limus, rambutan, (petai, melinjo,

jengkol)**

B18 Rambutan Mangga Nangka Alpokat,

limus, durian, jengkol, petai, melinjo Lengkeng

B19 Alpokat Nangka, rambutan,

lengkeng, (mangga, durian, limus, melinjo)**

B20 (Durian, melinjo, petai,

jengkol, alpokat, limus, lengkeng)**

B21 Melinjo, alpokat,

durian

Petai Jengkol Lengkeng (Limus, mangga,

rambutan)** Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)

Keterangan : *) Jumlah tanaman > 5.000 tanaman **) jumlah tanaman < 100 tanaman

Zona Pengembangan Tanaman Hortikultura Tahunan

Ke sepuluh tanaman hortikultura tahunan eksisting yang potensial untuk dikembangkan di masing-masing satuan unit lahan kemudian dianalisis dengan ditumpang-tepatkan (overlay) dengan hasil analisis kesesuaian lahan dan agroklimat. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanaman hortikultura tahunan eksisting di DAS Ciliwung Hulu dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) zona pengembangan, yaitu :

a. Zona I : Tanaman eksisting- Kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) b. Zona II : Tanaman eksisting _ Kesesuaian lahan Cukup sesuai (S2) c. Zona III : Tanaman eksisting – Kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3)

d. Zona IV : Tanaman eksisting Tidak ada- Kesesuaian lahan Cukup sesuai (S2) & sesuai marjinal (S3)

(31)

Rincian sebaran satuan unit lahan pada setiap zona pengembangan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Rincian Satuan Unit Lahan dari Masing-masing Zona Pengembangan

No. Zona

Pengembangan Satuan Unit Lahan

1. Zona 1 A1, A2, A7, A10.1, A11, A12, A13, A14, B4, B8, B12, B13

2. Zona 2 A3, A4, A5, A8, A9, A10.2, A15, A16, A17, A20, A21, A22,

A23, A24, A25, A26, A27, A28, B1, B2, B3, B5, B7, B9, B10, B11, B14, B15, B16, B17, B18, B19, B20, B21

3. Zona 3 A6, A18.1, A18.2, A19, A29, B6

4. Zona 4 A30

Sumber : Data Primer Hasil Analisis (2006)

Zona 3 merupakan zona konservasi, dimana tanaman hortikultura tahunan eksisting yang ada pada satuan unit lahan tersebut termasuk dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3) atau tidak sesuai (N). Untuk hal tersebut, rekomendasi pengembangan diarahkan untuk pengembangan tanaman konservasi. Pemilihan tanaman tetap mengacu pada tanaman yang dominan di wilayah tersebut atau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dimana satuan unit lahan yang termasuk dalam zona ini ialah satuan unit lahan A6 dan A18.1, A18.2, A19, A29 dan B6.

Gambar

Tabel 4  Luasan dari Masing-masing Jenis Tanah di DAS Ciliwung Hulu
Tabel 5  Luas Tataguna Lahan  di DAS Ciliwung Hulu
Gambar 4  Peta Satuan Unit Lahan di DAS Ciliwung Hulu
Tabel 6  Satuan Unit Lahan A di DAS Ciliwung Hulu (ketinggian di atas 700 m dpl) (Lanjutan)  Nomor  Satuan  Lahan  Unit  Fisiografi  Bentuk  Wilayah  Posisi  Lereng  Tingkat kemiringan Lereng (%)  Penggunaan Lahan  Subgroup Tanah  (USDA, 1998)  Jenis Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sel ai nl agu- l agut er sebutmudahdi dapatt er ut amaket i kamel akukan pencar i an pada si t us i nt er net ,yang j uga semaki n di per mudah car a memper ol ehnya.Ter l ebi hl

Untuk menentukan tata letak parkir pesawat Boeing 737-800NG pada hangar PT. Batam Aero Technic divisi base maintenance Surabaya dengan menentukan luas area hangar

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keharmonisan adalah yang terdapat pada diri seseorang sebagai individu maupun keberadaan individu yang selaras dengan

Untuk bisa membangun brand awareness secara efektif, tidak hanya website perusahaan saja yang dibutuhkan, melainkan harus ada kombinasi dengan tools lain yang

Penetapan kinerja tersebut diimplementasikan dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk pencapaian indikator kinerja pada sasaran strategis yang telah

Kapasitas pengadaan air saat sekarang serta kebutuhan air ditunjukkan pada Tabel-4.10.. Sumber-sumber air akan dikembangkan di lokasi hulu dari wilayah pemakai untuk penyaluran

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah memperoleh metode untuk menentukan lokasi optimal, tipe, parameter dan biaya investasi divais FACTS untuk mendapatkan aliran

Pada November, kepolisian melepas tujuh orang Papua terakhir, yang masih ditahan sehubungan dengan insiden ini.. Pada November, pengadilan Manokwari menghukum tiga lelaki