LAPORAN PERENCANAAN STRUKTUR
GEDUNG LAYANAN PENDIDIKAN PRODI KEBIDANAN KARAWANG
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN
BANDUNG
KATA
PENGANTAR
Laporan perencanaan struktur bangunan gedung Layanan Pendidikan
Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Bandung
yang berisikan tentang perilaku, analisis, dan desain struktur secara keseluruhan dan detail sehingga membentuk satu kesatuan struktur bangunan gedung yang aman (Safety) sehingga memenuhi standar bangunan yang berlaku di indonesia. Dilengkapi dengan Metode dan Cara perancangan struktur atas, dan struktur bawah bangunan.Laporan hasil perancangan ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan bagi pelaksana konstruksi dan keperluan teknis lainnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi pengguna (User) dalam pelaksanaan pembangunan
Gedung Layanan Pendidikan Program Studi Kebidanan
Karawang Politeknik Kesehatan Bandung
.Bandung, Juli 2016 Hormat Kami,
Ir. Rifqi Z Fathurachman
Direktur Teknik
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 DATA UMUM GEDUNG ... 1
1.2 PERATURAN DAN STANDARD ... 2
1.3 MATERIAL ... 4 1.3.1 Beton ... 4 1.3.2 Baja Tulangan... 6 1.3.3 Baja Profil ... 6 2. PERENCANAAN BEBAN ... 7 2.1 GENERAL ... 7 2.2 BEBAN MATI ... 7 2.3 BEBAN HIDUP ... 7
2.3.1 Beban Hidup Pada Atap ... 7
2.4 BEBAN LINGKUNGAN ... 7
2.5 BEBAN GEMPA ... 8
2.5.1 Faktor Keutamaan Gempa ... 8
2.5.2 Klasifikasi Situs ... 10
2.5.3 Klasifikasi Situs ... 11
2.5.4 Pemilihan Sistem Penahan Gaya Gempa ... 12
2.5.5 Koefisien Situs ... 13
2.5.6 Parameter Percepatan Spektra Desain ... 14
2.5.7 Kategori Desain Seismik ... 14
2.5.8 Distribusi Gaya Lateral Ekuivalen ... 15
3. ANALISIS STRUKTUR ATAS ... 18
3.1 GENERAL ... 18 3.2 MODEL KOMPUTER ... 18 3.3 DAFTAR MATERIAL... 18 3.4 FRAME SECTION ... 19 3.5 PEMODELAN STRUKTUR... 22 3.5.1 Struktur Utama... 22 3.5.2 Denah Struktur... 22
3.6 APLIKASI BEBAN GRAVITASI STRUKTUR ATAS ... 24
3.7 BEBAN GEMPA (EARTHQUAQE) ... 26
3.7.1 Metode Statik Ekivalen ... 28
3.8 KONTROL ANALISIS ... 31
3.8.1 General ... 31
3.8.2 Cek Waktu Getar Struktur ... 31
3.8.3 Kombinasi Pembebanan ... 34
3.8.4 Gaya - Gaya Dalam ... 35
4. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS ... 38
4.1 DESAIN STRUKTUR BAJA ... 38
4.1.1 Input Parameter Desain Struktur Baja Pada Program ... 38
4.1.2 Input Kombinasi Beban Untuk Perancangan ... 38
4.1.3 Cek Rasio Tegangan (Stress Ratio) ... 39
4.1.4 Cek Detail Pada Elemen Balok ... 40
5. PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH ... 41
5.1 GENERAL ... 41
5.2 DESAIN PONDASI ... 41
5.2.1 Desain Pondasi Tiang Pancang ... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Denah Lantai 1 ... 1
Gambar 1-2 Denah Lantai 2 ... 1
Gambar 1-3 Denah Lantai 3 ... 2
Gambar 2-1 Koefisien Angin berdasarkan SKBI 1.3.53.1987 ... 8
Gambar 2-2 Respon Gempa Percepatan 0,2 detik (Ss) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 tahun ... 11
Gambar 2-3 Respon Gempa Percepatan 1.0 detik (S1) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 tahun ... 12
Gambar 3-1 Material Beton Struktur ... 18
Gambar 3-2 Material Baja... 19
Gambar 3-3 SL1 20/40 Gambar 3-4 SL2 20/30 ... 19
Gambar 3-5 PD1 35/35 Gambar 3-6 WF 150.75.5.7 ... 20
Gambar 3-7 WF 200.100.5,5.8 Gambar 3-8 WF 200.100.5,5.8 ... 20
Gambar 3-9 WF 300.150.6,5.9 ... 20
Gambar 3-10 H 200.200.8.12 Gambar 3-11 H 250.250.9.14 ... 21
Gambar 3-12 Model 3D Struktur ... 22
Gambar 3-13 Denah Lantai 1 & Sloof (Tie Beam) ... 22
Gambar 3-14 Denah Lantai 2 (Beam) ... 23
Gambar 3-15 Denah Lantai 3 (Beam) ... 23
Gambar 3-16 Denah Ring Balok ... 23
Gambar 3-17 Aplikasi Beban Hidup ... 24
Gambar 3-21 Aplikasi Beban Hujan ... 26
Gambar 3-22 Input Data Massa Struktur ... 27
Gambar 3-23 Input Diafragma pada masing-masing lantai ... 27
Gambar 3-24 Koordinat pusat massa pada masing-masing diafragma lantai ... 27
Gambar 3-25 Gaya Gempa ASCE 7-10 X-Dir ... 30
Gambar 3-26 Gaya Gempa ASCE 7-10 Y-Dir ... 31
Gambar 3-27 Mode 1 (Translasi arah X) dengan T = 1,466 sec ... 32
Gambar 3-28 Mode 2 (Translasi arah Y) dengan T = 1,072 sec ... 32
Gambar 3-29 Mode 3 (Rotasi) dengan T = 0,907 sec ... 32
Gambar 3-30 Input Parameter (T) untuk pembebanan gempa Statik Ekivalen ... 34
Gambar 3-31 Axial Force Diagram (Envelove) ... 35
Gambar 3-32 Shear 2-2 Diagram (Comb 3) ... 35
Gambar 3-33 Shear 3-3 Diagram (Comb 3) ... 36
Gambar 3-34 Torsion Diagram (Comb 3)... 36
Gambar 3-35 Momen 2-2 Diagram (Comb 3) ... 36
Gambar 3-36 Momen Diagram 3-3 (Comb 3) ... 37
Gambar 4-1 Parameter Desain Struktur Baja Non-Komposit ... 38
Gambar 4-2 kombinasi Beban Desain ... 39
Gambar 4-3 Stress Ratio Struktur Baja ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Kontrol Lendutan pada Elemen Beton Bertulang ... 4
Tabel 1-2 Lebar Retak Ijin pada Elemen Beton Bertulang (ACI Committee) ... 5
Tabel 1-3 Tebal Minimum Beton Bertulang Biasa ... 5
Tabel 1-4 Karakteristik Baja Tulangan ... 6
Tabel 1-5 Sifat Mekanis baja Profil ... 6
Tabel 2-1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa ... 9
Tabel 2-2 Faktor Keutamaan Gempa ... 10
Tabel 2-3 Klasifikasi Situs... 11
Tabel 2-4 Koefisien situs Fa ... 13
Tabel 2-5 Koefisien situs Fv ... 13
Tabel 2-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012 ... 14
Tabel 2-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012 ... 15
Tabel 2-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012 ... 15
Tabel 2-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012 ... 16
Tabel 3-1 Kategori desain seismic ... 28
Tabel 3-2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie) ... 28
Tabel 3-3 Klasifikasi Situs SNI 1726-2012. ... 28
Tabel 3-4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012 ... 28
Tabel 3-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode
pendek berdasarkan SNI 1726-2012 ... 29
Tabel 3-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012 ... 29
Tabel 3-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012 ... 29
Tabel 3-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012 ... 29
Tabel 3-10 Waktu Getar Alami Fundamental (T) hasil Software ... 33
1. PENDAHULUAN
1.1
DATA UMUM GEDUNG
Gedung Layanan
Pendidikan Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik
Kesehatan Bandung
ini direcanakan dengan bentuk persegi panjang. Berikut gambar umum denah gedung:Gambar 1-3 Denah Lantai 3
1.2
PERATURAN DAN STANDARD
Berikut adalah peraturan dan standar desain yang digunakan sebagai acuan/referensi dalam perencanaan desain :
1. ACI Committee 318, "Building Code Reinforcements for Structural Concrete (ACI318-08) and commentary (ACI318R-08)," American Concrete Institute, Michigan, USA.
2. AISC Committee, "Specification for Structural Steel Building: Load Resistant Factor Design with commentary (AISC-LRFD-2010)," American Institute of Steel Construction, Chicago, USA.
3. AISC Committee, "Seismic Provisions For Structural Steel Buildings: American Institute of Steel Construction, Chicago, USA.
4. "Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013)," Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung, Indonesia.
5. “
Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
” (SNI 1729-2015)," 6. Panitia Bangunan dan Konstruksi, "Peraturan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012)”
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung, Indonesia.
7. Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia-HAKI, "Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (
9. UBC Committee, "Uniform Building Code 1997 Volume 2 Structural Engineering Design Provisions (UBC97)," International Conference of Building Officials, California, USA.
10. ASCE Committee, "Minimum Design Loads for Buildings and other Structures (ASCE 7-05)," American Society of Civil Engineers, Virginia, USA.
11. Fisher, James A., and Kloiber, Lawrence A., (2006), "AISC Steel Design Guide vol. 1 - 24," American Institute of Steel Construction, Inc., Chicago, USA;
12. MacGregor, James G., (2005), "Reinforcement Concrete Mechanics and Design Fourth Edition," Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.
13. Salmon, Charles G., Johnson, John E., and Malhas, Faris A., (2009), "Steel Structures Design and Behavior Fifth Edition," Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.
14. Das, Braja M., (1999), "Principles of Foundation Engineering Fourth Edition," Brooks/Cole Publishing Company, USA.
15. Das, Braja M., (2002), "Principles of Geotechnical Engineering Fifth Edition," Brooks/Cole Publishing Company, USA.
16. United States Steel Corporation, (1984), "USS Steel Sheet Piling Design Manual," U.S. Department of Transportation, USA.
1.3
MATERIAL
Material yang digunakan dalam perencanaan ditetapkan sebagai berikut.
1.3.1
Beton
Beton dalam hal ini merupakan beton bertulang biasa. 1. Karakteristik Material Beton
Spesifikasi kuat tekan dengan benda uji silinder untuk beton 28 hari
Mutu Beton : f’c 20,7 Mpa K250
Modulus Elastisitas :
4700 √𝑓𝑐′ = 21383,71 Mpa
2. Kontrol Lendutan
Kontrol lendutan pada elemen beton bertulang dibatasi dengan mengacu kepada SNI -2847-2013, dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 1-1 Kontrol Lendutan pada Elemen Beton Bertulang
Tipe Komponen Struktur Lendutan yang diperhitungkan
Batas Lendut an Atap datar tidak menahan atau berhubungan
dengan komponen non struktural yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan akibat beban
hidup (L) l /180
Lantai tidak menahan atau berhubungan dengan komponen non struktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan akibat beban
hidup (L) l /360
Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau berhubungan dengan komponen nonstruktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
Bagian dari lendutan total yang terjadi setelah pemasangan komponen non-struktural (jumlah dari lendutan jangka panjang akibat semua beban yang bekerja dan lendutan seketika yang terjadi akibat penambahan sebarang beban hidup)
l /480
Kontruksi atap atau lantai yang menahan atau berhubungan dengan komponen non struktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
l /240
3. Kontrol Retak
Kontrol terhadap retak pada struktur beton bertulang dilakukan dengan membatasi terhadap lebar retak. Lebar retak dibatasi dengan mengacu kepada ACI committee yakni sebagai berikut.
Tabel 1-2 Lebar Retak Ijin pada Elemen Beton Bertulang (ACI Committee)
Exposure Condition Maximum Allowable Crack Width
in (mm)
Dry air or protective membrane 0.016 (0.41)
Humidity, moist air, soil 0.012 (0.30)
Deicing chemicals 0.007 (0.18)
Seawater and seawater spray, wetting and drying 0.006 (0.15)
Water-retaining structures 0.004 (0.10)
Dari tabel di atas, lebar crack yang terjadi pada elemen struktur hanya pada daerah momen positif dengan batasan 0.15 mm.
4. Selimut Beton
Selimut beton pada pekerjaan ini ditetapkan sebagai berikut. Tabel 1-3 Tebal Minimum Beton Bertulang Biasa
Tebal Selimut Minimum (mm) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan
dengan tanah
75 Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca :
Batang D 19 hingga D57
Batang D 16, kawat M-16 ulir atau polos dan yang lebih kecil
50 40 Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau berhubungan
dengan tanah :
Slab, dinding, balok usuk : Batang tulangan D 44 dan D 57 Batang D 36 dan yang lebih kecil Balok, kolom :
Tulangan utama, pengikat, sengkang, spiral Komponen struktur cangkang, pelat lipat : Batang D 19 dan yang lebih besar
Batang D 16, M-16 ulir atau polos, dan yang lebih kecil
40 20 40 20 13
Selimut beton ini penting untuk dipenuhi mengingat kebutuhan penulangan sangat dipengaruhi oleh jarak antara titik pusat tulangan utama terhadap sisi depan. Selimut ini juga diperhitungkan sebagai perlindungan terhadap korosi akibat air laut.
1.3.2
Baja Tulangan
Baja tulangan pada pekerjaan ini memiliki karakteristik sebagai berikut. Tabel 1-4 Karakteristik Baja Tulangan
Tulangan polos (BJTP) fy = 240 MPa Es = 200000 MPa Tulangan deformed (BJTD) fy = 400 MPa
Es = 200000 MPa
Tendon D 12.5 mm fy = 1840 MPa
Es = 196000 MPa
1.3.3 Baja Profil
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa Modulus geser : G = 80.000 MPa Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 /Cº Tabel 1-5 Sifat Mekanis baja Profil
2. PERENCANAAN BEBAN
2.1
GENERAL
Analisis struktur dilakukan untuk memperoleh gaya-gaya dalam elemen struktur dengan memperhitungkan beban-beban sebagai berikut.
2.2
BEBAN MATI
Beban mati adalah berat sendiri dari struktur. Berat jenis bahan yang digunakan dalam model komputer (Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987) adalah sebagai berikut:
Berat jenis Beton : 2.4 ton/m3;
Berat Jenis Baja : 7.85 ton/m3;
Dalam model komputer, beban ini untuk diaplikasikan sebagai Beban Mati (Self Weight).
2.3
BEBAN HIDUP
Beban hidup adalah semua beban bergerak termasuk orang, peralatan, perlengkapan lain, partisi yang bergerak, bagian dari peralatan yang dibongkar dan material-material yang sifatnya disimpan sementara. Beban hidup dapat berupa beban hidup merata ataupun beban terpusat.
Beban hidup tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.3.1
Beban Hidup Pada Atap
Model atap akan menggunakan 100 kg / titik untuk beban atap hidup berdasarkan (Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.) Beban hidup pada dak beton ditetapkan sebagai beban orang diatasnya. Beban hidup untuk fungsi ini dalam desain adalah 100 kg/m2
(Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.).
2.4
BEBAN LINGKUNGAN
Kecepatan dasar untuk beban angin diambil 33 m/s. Perhitungan beban angin pada struktur sesuai dengan Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.
Gambar 2-1 Koefisien Angin berdasarkan SKBI 1.3.53.1987
Menurut SKBI 1.3.53.1987 Hal 19, desain untuk beban angin adalah sebagai berikut:
)
/
(
16
2 2m
kg
V
P
Dimana : V = Kecepatan angin ( m/s ) P = 78 kg/m2 dari basic desainCq = Koefisien tekanan angin untuk struktur
P = 78 kg/m2 V = 35.33 m/sec
= 127.18 km/hr.
2.5
BEBAN GEMPA
Pembebanan gempa sesuai dengan SNI 1726-2012, “
Peraturan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
”.2.5.1
Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung ditentukan
berdasarkan Tabel 2-1, dan faktor keutamaan gempa ditentukan berdasarkan
Tabel 2-2 Pada perancangan ini bangunan yang dirancang adalah bangunan
(Tabel 1 SNI 1726-2012) dan untuk kategori risiko tersebut maka nilai faktor
keutamaan gempa ialah 1,5.
Tabel 2-1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain: - Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara - Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor - Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun - Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri - Fasilitas manufaktur - Pabrik
II
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan - Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat - Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
IV
Tabel 2-2 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori
keutamaan
gempa
Faktor keutamaan gempa, I
eI atau II
1,00
III
1,25
IV
1,50
2.5.2
Klasifikasi Situs
Klasifikasi situs ditentukan berdasarkan jenis/kondisi tanah pada daerah
dimana bangunan ini dibangun. Berdasarkan jenis/kondisi tanah tersebut, maka
kondisi tanah dimana bangunan dibangun termasuk kelas situs SD (Tanah
Sedang).
Tabel 2-3 Klasifikasi Situs
Kelas situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai
1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak)
350 sampai 750 >50 τ 100
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100 SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 > 50
2.5.3
Klasifikasi Situs
Sumber : SNI 1726-2012
Gambar 2-3 Respon Gempa Percepatan 1.0 detik (S1) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50
tahun
Parameter percepatan batuan dasar
Parameter
𝑆
𝑠(percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan
𝑆
1(percepatan batuan dasar pada periode 1 detik) harus diterapkan
masing-masing dari respons spectra percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak
tanah seismik yang terdapat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 dengan
kemungkinan 2 % terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan
desimal terhadap percepatan gravitasi.
2.5.4
Pemilihan Sistem Penahan Gaya Gempa
Sistem penahan gaya gempa ditentukan dari Tabel-9 SNI 1726-2012,
parameter yang digunakan dalam desain yaitu:
- Koefisien Modifikasi Respons (R)
: 5
2.5.5
Koefisien Situs
Untuk penentuan respons spectra percepatan gempa dipermukaan tanah
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismic pada periode 0,2 detik dan periode 1
detik. Berdasarkan SNI 1726-2012, faktor amplifikasi meliputi terkait percepatan
pada getaran periode pendek (Fa) dan faktor terkait percepatan yang mewakili
getaran periode 1 detik (Fv). koefisien situs Fa dan Fv ditentukan berdasarkan
Tabel 2-4 dan Tabel 2-5.
Tabel 2-4 Koefisien situs Fa
Kelas situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCE) terpetakan pada perioda pendek T = 0.2 detik, Ss
Ss < 0.25 Ss = 0.50 Ss = 0.75 Ss = 1.00 S s > 1.25 SA SB SC SD SE 0.8 1.0 1.2 1.6 2.5 0.8 1.0 1.2 1.4 1.7 0.8 1.0 1.1 1.2 1.2 0.8 1.0 1.0 1.1 0.9 0.8 1.0 1.0 1.0 0.9 SF SSb
Tabel 2-5 Koefisien situs Fv
Kelas situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCE) terpetakan pada perioda pendek T = 1.0 detik, S1
S1 < 0.10 S1 = 0.2 S1 = 03 S1 = 0.4 S1 > 0.5 SA SB SC SD SE 0.8 1.0 1.7 2.4 3.5 0.8 1.0 1.6 2.0 3.2 0.8 1.0 1.5 1.8 2.5 0.8 1.0 1.4 1.6 2.4 0.8 1.0 1.3 1.5 2.4 SF SSb
Ket:
2.5.6
Parameter Percepatan Spektra Desain
Parameter percepatan spektra desain untuk periode pendek (SDS) dan
periode 1 detik (SD1), kemudian parameter spektrum respons percepatan pada
periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) disesuaikan dengan pengaruh
klasifikasi situs harus ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑆
𝑀𝑠= 𝐹
𝑎. 𝑆
𝑠𝑆
𝐷𝑆=
2
3
𝑆
𝑀𝑠𝑆
𝑀1= 𝐹
𝑣. 𝑆
1𝑆
𝐷1=
2
3
𝑆
𝑀12.5.7
Kategori Desain Seismik
Kategori desain seismik berdasarkan parameter percepatan respons pada
periode 1 detik (SD1) dan parameter percepatan respons spektra pada periode
pendek (SDS) berdasarkan SNI 1726-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan
Tabel 2.7.
Tabel 2-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai SDS
Kategori risiko
I atau II atau III
IV
S
DS < 0,1670,167 ≤ SDS < 0,133
0,133 ≤ SDS < 0,50
0,50 ≤ SDS
A
B
C
D
A
C
D
D
Tabel 2-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai SD1
Kategori risiko
I atau II atau III
IV
S
D1 < 0,0670,067 ≤ SD1 < 0,133
0,133 ≤ SD1 < 0,20
0,20 ≤ SD1
A
B
C
D
A
C
D
D
2.5.8
Distribusi Gaya Lateral Ekuivalen
a)
Perioda fundamental struktur (T)
Perioda fundamental struktur (T) didapat dari hasil analisis struktur dengan
menggunakan bantuan program (
ETABS 2015) dimana nilai (T) dibatasi
dengan persamaan berikut:
𝑇
𝑎𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝐶
𝑡ℎ
𝑛𝑥(2.1)
𝑇
𝑎maksimum = 𝐶
𝑢. 𝑇
𝑎minimum(2.2)
Tabel 2-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012
Tabel 2-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012
b)
Menentukan Gaya Geser Dasar Seismik
Perhitungan gaya lateral desain dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
𝑪
𝒔𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏
𝐶
𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛arah x =
𝑆
𝐷𝑆 𝑅 𝐼𝑒𝐶
𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛arah y =
𝑆
𝐷𝑆 𝑅 𝐼𝑒𝑪
𝒔𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦
𝐶
𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚arah x =
𝑆
𝐷1𝑇.
𝐼𝑅 𝑒𝐶
𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚arah y =
𝑆
𝐷1𝑇.
𝐼𝑅 𝑒𝑪
𝒔𝒎𝒊𝒏𝒊𝒎𝒖𝒎
𝐶
𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚arah x = 0,044 𝑆
𝐷𝑆𝐼
𝑒≥ 0,01
𝐶
𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚arah y = 0,044 𝑆
𝐷𝑆𝐼
𝑒≥ 0,01
Jadi, dengan persamaan berikut didapat nilai gaya lateral ekivalen untuk
masing-masing arah adalah:
V
x= C
sx. W
tV
y= C
sy. W
tDimana:
V = Gaya Geser Dasar Nominal Statik
Cs = nilai faktor Respone Gempa yang didapat dari spektrum respon;
Wt = Berat dari struktur;
c) Pengaruh Beban Gempa
Pengaruh beban gempa (E) harus ditentukan dengan persamaan berikut:
E = 𝐸
ℎ+ 𝐸
𝑣
Pengaruh Beban Gempa Horisontal
𝐸
ℎ= 𝜌 𝑄
𝐸= (1.3) 𝑄
𝐸
Pengaruh Beban Gempa Vertikal
𝐸
𝑣= 0.2 𝑆
𝐷𝑆D
= (0.2) (0.8) 𝐷
Pengaruh beban gempa, nantinya akan dimasukkan pada kombinasi
pembebanan untuk beban gempa. Yaitu:
1.2 D + 1.0 L ± 0.3 (𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D) ± 1 (𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D)
1.2 D + 1.0 L ± 1(𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D) ± 0.3 (𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D)
0.9 D ± 1 (𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D) ± 0.3 (𝜌 𝑄
𝐸+ 0.2𝑆
𝐷𝑆D)
3. ANALISIS STRUKTUR ATAS
3.1
GENERAL
Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan bantuan program analsis struktur ETABS 2015
3.2
MODEL KOMPUTER
Penyusunan model 3D struktur yang digunakan dalam analisis ini akan dijelaskan di bagian bawah ini. Struktur akan dianalisa secara keseluruhan pada kombinasi yang kritis, dari beban vertikal, longitudinal dan lateral. Dimensi pada model 3D akan dibangun menjadi satu komponen yang utuh, kaku dan terhubung. Data output yang dapat dihasilkan dari program ini antaralain gaya aksial maksimum dan minimum, gaya geser dan lendutan untuk masing-masing unsur yang akan didesain dan diperiksa.
3.3
DAFTAR MATERIAL
Daftar material yang digunakan dalam model, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3-2 Material Baja
3.4
FRAME SECTION
Daftar properti yang digunakan dalam model, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3-5 PD1 35/35 Gambar 3-6 WF 150.75.5.7 Gambar 3-7 WF 200.100.5,5.8 Gambar 3-8 WF 200.100.5,5.8 Gambar 3-9 WF 300.150.6,5.9
Gambar 3-10 H 200.200.8.12 Gambar 3-11 H 250.250.9.14
3.5
PEMODELAN STRUKTUR
3.5.1
Struktur Utama
Pemodelan struktur 3-D dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3-12 Model 3D Struktur
3.5.2
Denah Struktur
Denah pemodelan struktur pada masing-masing lantai dapat dilihat ada gambar di bawah ini:
Gambar 3-14 Denah Lantai 2 (Beam)
3.6
APLIKASI BEBAN GRAVITASI STRUKTUR ATAS
3.6.1
Beban Hidup (Live Load)
Gambar 3-17 Aplikasi Beban Hidup
3.6.2
Beban SDL (Super Dead Load)
Gambar 3-18 Aplikasi Beban SDL
3.6.3
Beban SDL (Frame)
Gambar 3-19 Aplikasi Beban SDL Wall
3.6.4
Beban Pada Rangka Atap
Gambar 3-21 Aplikasi Beban Hujan
3.7
BEBAN GEMPA (EARTHQUAQE)
Beban gempa dihitung berdasarkan "Peraturan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012)” dengan metode yaitu cara static ekivalen. Dari hasil analisis tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya/momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Dalam analisis struktur terhadap gempa, massa bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Dalam analisis modal (Modal Analysis) untuk penentuan waktu getar alami/fundamental struktur massa tambahan yang diinput pada Program meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 seperti pada gambar di bawah. Dalam hal ini massa akibat berat sendiri elemen struktur (Kolom, balok, dan Pelat lantai) sudah dihitung secara otomatis karena faktor pengali berat sendiri (Self Weight Multiplier) pada static load case untuk DEAD adalah 1.
Gambar 3-22 Input Data Massa Struktur
Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, pelat lantai dapat dianggap sebagai diafragma yang kaku pada bidangnya, sehingga masing-masing lantai tingkat didefinisikan sebagai diafragma kaku seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3-23 Input Diafragma pada masing-masing lantai
Pusat massa lantai tingkat yang merupakan titik tangkap beban gampa static ekivalen pada masing-masing lantai diafragma, koordinatnya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah.
Gambar 3-24 Koordinat pusat massa pada masing-masing diafragma lantai
Story Diaphragm Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y XCCM YCCM XCR YCR
kg kg m m kg kg m m m m
Lantai 1 D1 322918.35 322918.35 19.892 7.0479 322918.35 322918.35 19.892 7.0479 18.0193 9.0892
Lantai 2 D2 0 0 19.905 7.058 0 0 0 0
Ring Balok D3 13622 13622 18.4375 7.8073 13622 13622 18.4375 7.8073 17.2016 9.4805
3.7.1
Metode Statik Ekivalen
Tabel di bawah ini adalah Parameter-parameter input untuk analisis terhadap gaya gempa menurut SNI 1726-2012.
Tabel 3-1 Kategori desain seismic
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
IV
Tabel 3-2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Kategori keutamaan gempa
Faktor keutamaan gempa, I
eIV
1,5
Tabel 3-3 Klasifikasi Situs SNI 1726-2012.
Kelas situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50
50 sampai 100
Tabel 3-4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Percepatan batuan dasar pada periode
pendek Ss 0.683 Det
Percepatan batuan dasar pada periode 1
Tabel 3-5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Tabel 3-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai SDS
Kategori risiko
I atau II atau III
IV
S
DS < 0,1670,167 ≤ SDS < 0,133
0,133 ≤ SDS < 0,50
0,50 ≤ SDS
A
B
C
D
A
C
D
D
Tabel 3-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai SD1
Kategori risiko
I atau II atau III
IV
S
D1 < 0,0670,067 ≤ SD1 < 0,133
0,133 ≤ SD1 < 0,20
0,20 ≤ SD1
A
B
C
D
A
C
D
D
Tabel 3-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012
faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek Fa 1.254 Det faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik Fv 1.800 Det Parameter percepatan spektra desain untuk periode pendek 2 / 3 * Sms Sds 0.571 Det Parameter percepatan spektra desain untuk periode 1 detik 3 / 3 * Sm1 Sd1 0.346 Det
Input Beban gempa otomatis dengan memilih Auto lateral load pattern ASCE 7-10, yang selanjutnya akan dikontrol dengan hitungan empiris. Input beban gempa otomatis seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3-26 Gaya Gempa ASCE 7-10 Y-Dir
Dalam analisis gempa static ekivalen harus dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gaya arah X dan 30 % gempa arah Y, dan sebaliknya.
3.8
KONTROL ANALISIS
3.8.1
General
Kontrol analisis dilakukan untuk memeriksa hasil input beban, analisis dan output hasil program, agar sesuai dengan peraturan (Code) yang di tetapkan. Kontrol analisis terdiri dari :
Nilai Waktu Getar Alami Fundamental (T);
Gaya-gaya dalam;
3.8.2 Cek Waktu Getar Struktur
Waktu getar alami dapat diperoleh dari hasil modal analysis dengan program ETABS 2015 untuk mode 1 (Gambar 3-45), mode 2 (Gambar 3-46) dan mode 3 (Gambar 3-47). yang berprilaku elasto plastis.
Gambar 3-27 Mode 1 (Translasi arah X) dengan T = 1,466 sec
Waktu getar alami fundamental (T) hasil analisis program harus berada di antara nilai TaMin dan TaMax hasil hitungan. Apabila Waktu getar alami fundamental (T)
hasil analisis program lebih besar dari TaMax, maka untuk perhitungan koefisien gempa
digunakan nilai TaMax hasil hitungan, Namun bila nilai waktu getar hasil analisis
program berada di antara rentan nilai TaMin dan TaMax maka untuk perhitungan koefisien
gempa, harus menggunakan nilai (T) hasil analisis program. Tabel dibawah adalah nilai waktu getar struktur (T) hasil analisis program ETABS 2015, maka dari itu dapat disimpulkan dari table di bawah, bahwa nilai waktu getar (T) hasil analisis program lebih besar dari nilai TaMax.
Untuk perhitungan nilai koefisien gempa digunakan nilai TaMax hasil hitungan.
Tabel 3-10 Waktu Getar Alami Fundamental (T) hasil Software
Tabel dibawah ini menunjukan nilai TaMin dan TaMax periode struktur hasil hitungan:
Tabel 3-11 Kontrol nilai T
Case Mode Period
sec Modal 1 1.466 Modal 2 1.072 Modal 3 0.907 Modal 4 0.617 Modal 5 0.46 Modal 6 0.374 Modal 7 0.37 Modal 8 0.317 Modal 9 0.306 Modal 10 0.236 Modal 11 0.053 Modal 12 0.036
> Waktu Getar Alami Fundamental Sistem Ganda Type long period acceleration
Waktu Getar Alami Minimum (X) Ta M inimum (X) 0.457 Det
Waktu Getar Alami Maksimum (X) Ta M aksimum (X) 0.640 Det
Type long period acceleration
Waktu Getar Alami Minimum (Y) Ta M inimum (Y) 0.457 Det
Waktu Getar Alami Maksimum (Y) Ta M aksimum (Y) 0.640 Det
X Y Ct * hn^x Cu * Ta Maksimum Ct * hn^x Cu * Ta Maksimum
Gambar 3-30 Input Parameter (T) untuk pembebanan gempa Statik Ekivalen
3.8.3
Kombinasi Pembebanan
Semua komponen struktur dirancang memiliki kekuatan minimal sebesar kekuatan yang dihitung berdasarkan kombinasi beban sebagai berikut :
Kombinasi Combo 1 1.4 DL Combo 2 1.2 DL + 1.6 LL Combo 3 A 1.348 DL + 0.5 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey Combo 3 B 1.052 DL + 0.5 LL - -0.39 Ex - -1.3 Ey Combo 3 C 1.120 DL + 0.5 LL + 0.39 Ex - -1.3 Ey Combo 3 D 1.280 DL + 0.5 LL - -0.39 Ex + 1.3 Ey Combo 4 A 1.348 DL + 0.5 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey Combo 4 B 1.052 DL + 0.5 LL - -1.3 Ex - -0.39 Ey Combo 4 C 1.280 DL + 0.5 LL + 1.3 Ex - -0.39 Ey Combo 4 D 1.120 DL + 0.5 LL - -1.3 Ex + 0.39 Ey Combo 5 A 0.752 DL + 0 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey Combo 5 B 1.048 DL + 0 LL - -0.39 Ex - -1.3 Ey Combo 5 C 0.980 DL + 0 LL + 0.39 Ex + -1.3 Ey Combo 5 D 0.820 DL + 0 LL - -0.39 Ex - 1.3 Ey Combo 6 A 0.752 DL + 0 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey Combo 6 B 1.048 DL + 0 LL - -1.3 Ex - -0.39 Ey Combo 6 C 0.820 DL + 0 LL + 1.3 Ex - -0.39 Ey Combo 6 D 0.980 DL + 0 LL - -1.3 Ex + 0.39 Ey
Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien
1.2 D + 1.0 L ± 0.3 (𝜌 𝑄𝐸+0.2𝑆𝐷𝑆 D) ±1(𝜌 𝑄𝐸+ 0.2𝑆𝐷𝑆 D)
1.2 D + 1.0 L ±1(𝜌 𝑄𝐸+0.2𝑆𝐷𝑆 D) ±0.3(𝜌 𝑄𝐸+ 0.2𝑆𝐷𝑆 D)
0.9 D ± 1 (𝜌 𝑄𝐸+0.2𝑆𝐷𝑆 D) ± 0.3(𝜌 𝑄𝐸+ 0.2𝑆𝐷𝑆 D)
3.8.4
Gaya - Gaya Dalam
Rangkuman gaya dalam hasil analisis struktur pada kondisi pembebanan yang direncanakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3-31 Axial Force Diagram (Envelove)
Gambar 3-33 Shear 3-3 Diagram (Comb 3)
Gambar 3-34 Torsion Diagram (Comb 3)
4.
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS
4.1
DESAIN STRUKTUR BAJA
4.1.1
Input Parameter Desain Struktur Baja Pada Program
Perencanaan struktur baja mengacu pada Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729-2015) yang mengadopsi code standar Amerika yaitu AISC 360-10 dan AISC 341-10. Gambar di bawah menunjukan parameter desain struktur baja yang telah di sesuaikan dengan kondisi struktur yang akan di rancang.
Gambar 4-1 Parameter Desain Struktur Baja Non-Komposit
4.1.2
Input Kombinasi Beban Untuk Perancangan
Kombinasi beban untuk perancangan adalah kombinasi beban terfaktor (ultimate), seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4-2 kombinasi Beban Desain
4.1.3
Cek Rasio Tegangan (Stress Ratio)
Perancangan struktur baja menggunakan metode LRFD, desain stress ratio hasil program ETABS 2015, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4-3 Stress Ratio Struktur Baja
Gambar di atas menunjukan skema warna yang variatif dari warna cyan sampai warna kuning, hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak adanya stress ratio yang melebihi angka 1 yang ditandai dengan warna merah. Oleh karena itu struktur
4.1.4
Cek Detail Pada Elemen Balok
Gambar 4-4 Stress Ratio Detail Elemen Balok
Dari gambar di atas tidak ditemukannya pesan (Warning) yang menunjukan adanya indikasi kegagalan struktur yang mungkin akan terjadi seperti tekuk local (Local Backling) ataupun over stress, struktur balok masih dalam kondisi aman.
5. PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH
5.1
GENERAL
Hasil analisis struktur terdiri dari:
Reaksi perletakan untuk desain pondasi, jumlah tiang dan penulangan;
5.2 DESAIN PONDASI
Desain pondasi dilakukan dengan cara manual dengan menghitung terlebih dahulu daya dukung ijin 1 tiang (hasil penyelidikan tanah yang dilakukan oleh CV. GEOTECH, dengan menggunakan data-data hasil penyelidikan tanah dengan Cone Penetration Test (CPT), selanjutnya ditinjau reaksi perletakan dari hasil analisis dibagi jumlah daya dukung per 1 tiang. Pondasi yang digunakan sebagai struktur utama yaitu jenis pondasi dalam tiang pancang mini pile. Dari hasil penyelidikan tanah didapatkan kedalaman tanah keras berada pada kedalaman + 9.60 m. Berikut hasil desain pondasi tiang pancang.
5.2.1 Desain Pondasi Tiang Pancang
Reaksi perletakan untuk desain pondasi, jumlah tiang dan penulangan, berikut data daya dukung yang diijinkan sesuai hasil penyelidikan tanah yang direkomendasikan oleh konsultan geoteknik;
Project :
Client :
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG Location:
Karawang
1 Perlawanan Penetrasi Konus (PPK) qc = kg/cm2 2 Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) JHP = kg/cm
3 Dimensi Tiang Pancang B = cm
H = cm
4 Luas Tiang pancang Ap = cm2
5 Keliling Tiang Pancang K = cm
6 Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Tunggal (Qult)
Qult = ( qc * Ap ) + ( JHP * K ) = Ton
7 Kapasitas Daya Dukung Ijin Pondasi (Qijin)
Uplift (Ton)
Qijin = (qc * Ap) + (JHP * K) = Ton
8 Tabel perhitungan daya dukung ultimate dan ijin pondasi tiang berdasarkan data sondir
Q Up
OK OK OK OK
Layanan Pendidikan Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Bandung
25
16.7
25 41.3 1 41.3 ton
TABLE: Joint Reactions
Ijin 1 Tiang Jumla h Tiang Tahanan Ujung Total 1 D 25 cm 41.3 2 82.5 1 D 25 cm 25 2 Max 20.0 9.0 1 Max 48.5 17.40 33.3 16.7 9.6 150.0 500 204.0 18.0 Dipakai Ket.
Text Text ton Ton (Ton)
Joint Comb Gaya
Uplift Reaksi Kolom struktur D Tahanan Uplift Total ton 41.3 16.7 3 5 Kedalaman (m) qc JHP
Dimensi Tiang Pancang (cm)
25 45 60
Daya Duk ung Ijin (Qall) & Uplift
119.3 30.0
Job No : Date : Revision
7/22/2016 0
Perhitungan kapasitas daya dukung Pondasi Tiang dengan metode Meyerhoff pada data sondir (CPT)
Made by : Cheked by : Approved by Puji K Deni R 100 150 500 25 625.0 143.75 41.25
6. PENUTUP
Demikian laporan hasil analisis dan desain struktur bangunan Gedung
Layanan
Pendidikan Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan
Bandung
, kami buat dan sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.Bandung, 2016 CV. RAJAYA REKAYASA