• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERGRASI DATA SEISMIK 3D TERIKAT DENGAN DATA LOG UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKRABON DI ZONA UNCONFORMITY LAPANGAN F3 BELANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERGRASI DATA SEISMIK 3D TERIKAT DENGAN DATA LOG UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKRABON DI ZONA UNCONFORMITY LAPANGAN F3 BELANDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

23

INTERGRASI DATA SEISMIK 3D TERIKAT DENGAN DATA LOG UNTUK

KARAKTERISASI RESERVOIR HIDROKRABON DI ZONA

UNCONFORMITY LAPANGAN F3 BELANDA

Helmi Moejahid Ramud

1

, Wahyu Triyono

2

, Irwandi

1

1

Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

2

Pertamina Hulu Energi ONWJ Jakarta

Email: helmi.m727@gmail.com

Abstract

.

The need for high energy demands to search for new oil and gas resources in a more reliable way. However, most of the software is paid software. Therefore, in this study, processing and interpretation using FOSS (Free Open Source Software) and seismic data and logs are used also data that can be accessed free by the public such as Dutch Field F3 data The F3 Dutch field is an event that has been successfully acquired to see the prospect of oil and gas in the northern sea (North Sea) precisely located in the northern sea sector of the Netherlands located at the coordinates N 54052'0.86 "/ E 4048'47.07". The seismic data available in this study is post-stack time migration (PSTM) with a sampling rate of 4ms and a zero phase, the data is the 3D seismic of sea that has been acquired in 1987. In the sandstone distribution data for reservoir characterization using gamma ray log data, porosity log and time-resistance map (isochrone). According to the interpretation of Gamma log and porosity log data at wells F03-4 and F06-1 show gamma ray log values in unconformity zone are very high while the porosity log are low, it can be identified that unconformity zone lies in the shale lithology. Based on the time-resistance map (isochrone) area located on the southern and southwest depletion with a value of 40 m / s. From the result of the time-resistance map it can be concluded that the depressed area is suspected as the Unconformity zone. In petroleum system the shale rock is a rock that has porosity and low permeability, therefore shale rock can not act as reservoir. Basically shale rock is very suitable and acts as a stratigraphic trap or unconformity trap. In the F3 Dutch field this unconformity zone is in the delta deposition environment, formed from mid-Miocene and ended at the time of Pliocene.

Keywords: F3 Dutch Field, Unconformity, Log Interpretation, Reservoir Characterization, Deposition Environment.

Abstrak

Kebutuhan akan energi yang tinggi menuntut pencarian sumber minyak dan gas dilahan yang baru dengan metode yang lebih handal. Namun kebanyakan software untuk tersebut merupakan software berbayar. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengolahan dan interpretasi menggunakan FOSS (Free Open Source Software) dan data seismik dan log yang digunakan juga data yang bisa diakses free oleh publik misalnya data Lapangan F3 Belanda. Lapangan F3 tersebut merupakan sebuah lapangan yang telah berhasil di akuisisi untuk melihat prospek migas di laut utara (North Sea) tepatnya berada di sektor laut utara Belanda yang terletak pada kordinat N 54052’0,86”/ E 4048’47,07”. Data seismik yang tersedia pada penelitian ini adalah post-stack time migration (PSTM) dengan sampling rate sebesar 4ms dan fasa nol, data tersebut berupa seismik laut 3D yang telah diakuisisi pada tahun 1987. Dalam menganalisis sebaran batupasir untuk karakterisasi reservoir digunakan data log gamma ray, log porosity dan peta ketebalan waktu (isochrone). Bersadarkan interpretasi log gamma ray dan log porosity pada sumur F03-4 dan F06-1 menunjukkan bahwa nilai log gamma ray yang berada pada zona unconformity sangatlah tinggi sedangkan nilai log porosity rendah, dapat diidentifikasi bahwa zona unconformity terletak pada litologi batu serpih (shale). Berdasarkan dari peta ketebalan waktu (isochrone) bahwa area yang berada pada bagian selatan dan barat daya mengalami penipisan dengan nilai 40 m/s. Dari hasil peta ketebalan waktu dapat disimpulkan bahwa area yang mengalami penipisan diduga sebagai zona unconformity. Dalam petroleum system batu serpih merupakan batuan yang memiliki porositas dan permeabiltas rendah, oleh karena itu batu serpih tidak dapat berperan sebagai reservoir. pada dasarnya batu serpih sangat cocok dan berperan sebagai perangkap stratigrafi atau perangkap unconformity. Pada lapangan F3 Belanda ini zona unconformity berada pada lingkungan pengendapan delta, terbentuk mulai kala pertengahan Miosen dan berakhir pada kala Pliosen.

(2)

24

1. Pendahuluan

Ketidakselarasan (Unconformity) merupakan batas sekuen yang bisa mencerminkan bidang erosi atau masa pengendapan. Sechron (dari Sequence dan Chron/ waktu) adalah total waktu dari geologi dimana satu sekuen diendapkan. Pada umumnya tebal sekuen mencapai puluhan sampai ratusan meter dan mempresentasikan interlval waktu 1-10 juta tahun. Ketidakselarasan mencerminkan “hiatus”, yaitu merupakan total interval waktu geologi dimana tidak ada representasi dari suatu lapisan geologinya, bisa diakibatkan oleh fenomena erosi atau masa tanpa pengendapan [1].

Lapangan F3 merupakan Daerah penelitian yang terletak di bagian timur laut dari sektor Laut Utara Belanda. Lapangan F3 merupakan bagian dari cekungan North Sea. Berdasarkan dari sejarah lapangan F3 sudar dilakukan pengeboran dengan status oil discoveries oleh perusahaan NAM (Nedelandse Aardolie Maatschappij) pada tahun 1971. Adapun ekspresi permukaan dari daerah penelitian ini berdasarkan data penampang seismik 3D yaitu: Bright Spot yang menunjukkan adanya indikasi hidrokarbon yang berasal dari gas biogenik dangkal, Cerobong Gas (Gas Chimney), sekuen stratigrafi, Ketidakselarasan (Unconformity) dari formasi MMU, dan Instrusi kubah garam (Salt Dome) dari Zecstein grup.

Data yang diperoleh dari penelitian pada lapangan F3 Belanda ini berasal dari official dGB earth sciences B.V.

www.opendtect.org . Data sumur yang tersedia pada lapangan F3 berjumlah 4 sumur yaitu: F02-1, F03-2, F03-4 dan F06-1, sedangkan data log nya berupa log gamma ray, log sonic, log density dan log porosity dan data Check shot juga suda tersedia di dalam data log.

1.1 Rumusan Masalah

Adapaun rumusan maasalah pada penelitian ini yaitu : a. Bagaimana interpretasi bawah permukaan pada lapangan

F3 Top Unconformity dan Base Unconformity Belanda ? b. Bagaimana mengetahui penyebaran batupasir pada

lapangan F3 zona unconformity?

c. Bagaimana mengkarakterisasi reservoir pada lapangan F3 zona Unconformity Belanda?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

a. Mengidentifikasi penyebaran batupasir untuk mengkarakterisasi reservoir pada zona unconformity di lapangan F3 Belanda yang terintegrasi dengan data seismik 3D dan Data log.

b. Mengetahui bagaimana menginterpretasi data seismik 3D dan data log.

c. Menganalisis perangkap pada zona unconformity

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Geologi Daerah Penelitian

Lapangan F3 Belanda merupakan sebuah lapangan yang telah berhasil di akuisisi untuk melihat prospek migas di laut utara (North Sea) tepatnya berada di sektor laut utara Belanda yang terletak pada kordinat N 54052’0,86” E

4048’47,07”. Lapangan ini telah diakuisisi pada tahun 1987

dengan pembuatan survei seismik 3D dan telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 sumur pada area yang berbeda

tercakup dalam bentuk kubus yang memiliki luas 24 x 16 kilometer persegi. Lapangan ini memiliki target eksplorasi pada lapisan batuan yang terbentuk pada zaman Jura Akhir dan kapur Awal untuk kandungan gas bumi yang besar [2].

Gambar 1 Lokasi lapangan F3 Belanda[3]

2.2 Gelombang Seismik

Gelombang Seismik adalah gelombang mekanik yang muncul akibat adanya gempa bumi dan gangguan yang berasal dari kerak bumi baik itu secara alami ataupun buatan manusia. Gelombang secara garis umum merupakan suatu fenomena perambatan gangguan (usikan) yang merambat pada medium sekitarnya. Gangguan ini pada mula nya terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya pergeseran kedudukan partikel-partikel medium tertentu, osilasi tekanan ataupun osilasi rapat massa. Karena gangguan yang merambat dari satu tempat ke tempat lain mengakibatkan adanya transportasi energi [4].

2.3 Karakterisasi Reservoir

Karakterisasi suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan penyusunnya, fluida pada reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu sendiri yang satu sama yang lain akan saling berkaitan. Suatu batuan reservoir juga harus mempunyai kemampuan untuk meloloskan fluida yang terkandung di dalamnya, yaitu dengan melihat porositas batuan tersebut [5].

2.4 Logging

Log merupakan suatu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkelanjutan di dalam sebuah sumur. Kegiatan untuk mendapatkan data log disebut logging. Logging memberikan data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya hidrokarbon pada suatu lapisan dimana situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui sifat-sifat batuan dan fluida [6].

Klasifikasi batupasir dan batuserpih ini berdasarkan nilai log gamma ray yang ditetapkan yang ditetapkan oleh API (American Petroleum Institute) dalam kisaran nilai 0-150 API. Dimana apabila nilai gamma ray 0-70 API maka diklasifikasikan bahwa batuan tersebut termaksud jenis batupasir, sedangkan apabila nilai log gamma ray > 70-150 API maka diklasifikasikan bahwa batuan tersebut termaksud jenis batu serpih. Sedangkan log porosity digunakan untuk mengetahui besarnya porositas suatu batuan yang terdapat pada lapisan tersebut [7].

(3)

25

2.5 Perangkap Stratigrafi

Perangkap stratigrafi merupakan suatu perangkap yang terbentuk oleh adanya variasi lateral dalam litologi suatu lapisan reservoir atau terjadinya penghentian dalam proses migrasi minyak dan gas bumi. Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: variasi perlapisan baik secara vertikal maupun lateral, perubahan facies batuan, ketidakselarasan (unconformity) pada suatu lapisan reservoir dalam perpindahan minyak dan gas bumi [8].

2.6 Ketidakselarasan (Unconformity)

Ketidakselarasan merekam perubahan yang sangat penting pada suatu lingkungan pengendapan, mulai dari proses pengendapan menjadi non-deposisi atau erosi yang pada umumnya menggambarkan suatu kejadian tektonik yang penting. Pengenalan dan pemetaan pada suatu bidang ketidakselarasan merupakan langkah awal untuk memahami sejarah geologi [9], tipe-tipe dari ketidakselarasan (Unconformity) yaitu:

a. Angular Unconformity; lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan yang berbeda (umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih muda.

b. Disconformity: lapisan yang berada di bagian atas dan sejajar namun terdapat bidang erosi yang memisahkan keduanya (pada umumnya berbentuk tidak rata dan tidak teratur).

c. Paraconformity; hubungan antara dua lapisan batuan yang sejajar pada suatu bidang perlapisan diakibatkan karena proses erosi yang mendatar. Jenis ketidakselarasan ini merupakan jenis yang sangat rumit, karena tidak mempunyai bidang erosi yang tegas akibat dari lapisan batuan yang terakhir mengalami erosi, sehingga kenampakan perlapisan batuan yang terlihat normal dan tidak tampak menonjol akan tetapi berdasarkan umurnya terjadi loncatan.

d. Nonconformity; ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen menumpang diatas batuan kristalin (batuan metamorf atau batuan beku).

3. Metodologi Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam Penelitian ini yaitu: a. Korelasi Sumur (Well Corelation): Korelasi sumur

dilakukan setelah ditentukannya marker yang berfungsi untuk melihat batas atas dan batas bawah zona unconformity yang menjadi target penelitian pada masing-masing sumur. Korelasi ini dilakukan dengan melihat data log gamma ray yang

dikombinasikan dengan log sonic. Dengan melihat pola yang sama dari satu sumur dengan sumur yang lain pada log tersebut, dapat ditarik korelasi yang menunjukkan bahwa zona unconformity tersebut merupakan bagian dari top dan base yang menjadi target pada penelitian ini.

b. Well Seismic-Tie: Well seismic-tie merupakan proses pengikatan antara data sumur dan data seismik. Proses ini dilakukan unuk menyamakan antara domain seismik dengan domain well, karena domain seismik adalah waktu dalam satuan ms sedangkan domain well adalah kedalaman dalam meter (feet). Adapun yang dirubah dari domain-nya adalah domain waktu menjadi domain kedalaman. Tujuan akhir dari proses pengikatan data sumur ini yaitu unuk mengetahui posisi sebenarnya pada data seismik

c. Picking Horizon: Picking horizon dilakukan dengan cara membuat garis horizon pada kemenerusan pada section penampang seismik. Informasi mengenai keadaan geologi, lingkungan pengendapan dan arah penyebaran dari lapisan target penelitian sangat dibutuhkan dalam melakukan picking horizon. Dalam melakukan picking horizon diperlukan well--seismic tie untuk mengikat horizon seismik dengan data sumur sehingga horizon seismik dapat diletakkan pada horizon yang sebenarnya. Oleh karena itu, proses well-seismik tie sangat penting dan berpengaruh dalam menentukan horizon mana yang akan di picking dan mewakili dari zona target penelitian. Horizon yang di picking pada penelitian ini adalah horizon yang berada pada zona unconformity.

d. Picking Fault: Picking sesar dilakukan mulai dari pergeseran horizon yang tampak jelas dan diteruskan pada zona pergeseran secara vertikal. Pada penelitian ini picking sesar dilakukan setelah melakukan picking horizon agar lebih mudah menenukan kemenerusan dan arah dari sesar tersebut. Setelah melakukan picking horizon maka kita dapat melihat kemerusan dari pola sesar tersebut.

e. Mapping Unconformity (MMU): Setelah hasil dari interpretasi seismik dilanjutkan ke tahap pemetaan bawah permukaan pada zona Mid Miosen Unconformity (MMU). Pemetaan bawah permukaan top unconformity dan base unconformity menghasilkan peta struktur waktu (time structure map) dan peta ketebalan waktu (isochrone). Pemetaan peta sturtur waktu dari top unconformity dan base unconformity setelah dikonversi dan dihitung ketebalannya dalam waktu akan menghasilkan peta horizon ketebalan dalam domain waktu (isochrone).

f. Analisis Penyebaran Batupasir: Pada tahap ini

dilakukan analisis secara detail mengenai lokasi penelitian baik dari lingkungan pengendapan pada zona unconformity (MMU), petroleum system pada zona unconformity apakah ada prospek untuk menjadi reservoir berdasarkan penyebaran batupasirnya, analisis perangkap (trap) berdasarkan penyebaran batu serpih (Shale). Hasil dari korelasi data sumur dengan data seismik dapat memberikan

(4)

26

informasi mengenai penyebaran batupasir dan batuan

penutup guna untuk karakterisasi reservoir yang ada pada zona unconformity (MMU).

4. Hasil dan Pembahasan

a. Peta Struktur Waktu

Peta Struktur Waktu merupakan peta dalam domain waktu (Time) yang diperoleh dari picking horizon seismic, picking fault dan well seismic-tie dari suatu lapisan atau formasi bawah permukaan yang kemudian dilakukan gridding dan counturing. Analisa ini dilakukan pada 2 horizon yaitu top unconformity dan base unconformity yang menjadi target pada penelitian ini.

b. Analisis Peta Struktur Waktu Top Unconformity

Gambar 2 Peta struktur waktu horizon top unconformity

Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan bahwa adanya perbedaan waktu dimana perambatan gelombang seismik pada Top Unconformity. Disebelah utara-barat merupakan daerah yang memiliki nilai waktu 1200-1240 ms yang mana lebih dalam pada peta struktur waktu (area rendahan). Hal tersebut ditandai dengan warna biru. Sedangkan pada sebelah selatan-timur merupakan daerah yang memiliki nilai waktu 1100-1180 ms yang mana lebih dangkal (area tinggian) pada peta struktur waktu dengan ditandai warna hijau sampai kuning.

c. Analisis Peta Struktur Waktu Base Unconformity

Gambar 3. Peta struktur waktu horizon base unconformity

Berdasarkan Gambar 3, menunjukkan adanya perbedaan waktu perambatan gelombang seismik pada horizon Base Unconformity. Disebelah Utara merupakan daerah yang memiliki nilai waktu seismik dengan kisaran 1300-1340 ms yang mana lebih dalam pada peta struktur waktu (area rendahan) ditandai dengan warna biru. Sedangkan disebelah barat-timur memiliki waktu seismik lebih dangkal (area tinggian) dengan kedalaman waktu 1220-1280 ms ditandai berwarna hijau pada Gambar 2. Daerah selatan memiliki nilai kedalaman waktu seismik paling dangkal (area yang menjadi daerah tinggian paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain) dengan kisaran 1120-1200 ms, hal tersebut ditandai dengan warna kuning pada Gambar 2.

d. Karakterisasi Reservoir

Karakterisasi reservoir dapat ditentukan dengan mengetahui penyebaran porosistas batuan, batuan penyusunannya. Suatu batuan reservoir juga harus mempunyai kemampuan untuk meloloskan fluida yang terkandung di dalamnya. Dalam menganalisis karakterisasi reservoir digunakan peta ketebalan waktu (Isochrone) dan 2 buah data sumur yaitu F03-4 dan F06-1. Adapun jenis data log yang digunakan yaitu log gamma ray untuk mengetahui permebelitas suatu batuan atau kemampuan batuan dalam meloloskan fluida dan membedakan antara litologi batupasir dan batu serpih pada suatu lapisan, sedangkan log porosity digunakan untuk mengetahui besarnya porositas suatu batuan yang terdapat pada lapisan tersebut.

Gambar 4. Respon log gamma ray tinggi dan log porosity rendah pada sumur F03-4. Berdasarkan pada Gambar 4, Interperetasi data log gamma ray dan log porosity dari suimur F03-4 maka dapat dilihat nilai log gamma ray pada top unconformity yaitu 104 API terletak pada litologi batu serpih (Shale) dan pada base unconformity yaitu 93 API terletak pada litologi batu serpih (shale), ), sedangkan pada data log porosity pada top unconformity nilai porositas batuan rendah yaitu 0,32 fraksi dan pada base unconformity nilai porositas batuan juga rendah yaitu 0,31 fraksi. Dapat

(5)

27

disimpulkan dari hasil interpretasi data log gamma

ray dan log porosity bahwa zona unconformity yang terdapat pada area penelitian terletak pada litologi batuan serpih (Shale) dengan nilai log gamma ray yang tinggi dan nilai log porosity yang rendah. Sedangkan Interpretasi data log gamma ray dan log porosity yang dilakukan dari sumur F06-1 dapat dilihat nilai log gamma ray sangat tinggi pada top unconformity yaitu 128 API terletak pada litologi batu serpih (shale) dan pada base unconformity nilai log gamma ray yaitu 93 API terletak pada litologi batu serpih (shale) (dijelaskan pada Bab II), sedangkan pada data log porosity nilai porositas batuan yang berada pada top unconformity nilai log tersebut rendah yaitu 0,28 fraksi dan pada base unconformity nilai porositas batuan juga rendah yaitu 0,26 fraksi (dapat dilihat pada Gambar 5).

Gambar 5. Rerspon log gamma ray dan log

porosity pada sumur F06-1

Dari hasil interpretasi sumur F03-4 dan F06-1 menggunakan dua buah log yaitu: log gamma ray dan log porosity dapat diidentifikasi bahwa zona unconformity terletak pada litologi batuan serpih (shale) dengan nilai log gamma ray yang sangat tingi dan nilai log porosity yang rendah. Hal ini menandakan bahwa pada zona unconformity tidak ada potensi resevoar yang signifikan, dikarenakan zona unconformity terletak pada litologi batuan serpih (shale). Dalam petroleum system batu serpih merupakan batuan yang tidak memiliki daya alir fluida yang baik (impermeable) dan porositas yang rendah, oleh karena itu batuan serpih (shale) tidak bisa berperan sebagai reservoir yang berada pada zona unconformity.

e. Peta Isochrone

Peta isochrone merupakan peta yang menunjukkan ketebalan terhadap waktu. Kegunaan dari peta isochrone pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebaran lapisan batupasir dan batu serpih yang menjadi target dalam karakterisasi reservoir. Batupasir dalam petroleum system merupakan batuan yang dapat mendistribusikan minyak dan gas bumi sedangkan batuan serpih merupakan batuan yang berfungsi sebagai tutupan (cap rock) agar minyak dan gas bumi tersebut terjebak pada suatu tempat.

Batupasir sangat berperan dalam karakterisasi suatu reservoir yang mana batuan tersebut memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi di mana sebaran batupasir terindikasi berada pada formasi di bawah unconformity (dililhat data log gambar 4 dan 5).

Pada penelitian ini digunakan satu buah peta isochrone yaitu peta isochrone unconformity yang diperoleh dari horizon top unconformity terhadap base unconformity. Bertujuan untuk melihat tebal-tipisnya batu serpih pada zona unconformity. Zona unconformity itu yang nanti nya digunakan untuk mengkarakterisasi reservoir yang berada di bawah zona unconformity tesebut.

Gambar 6. Peta ishochrone top unconformity terhadap base unconformity.

Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan bahwa area dibagian utara merupakan zona yang mengalami penebalan dibandingkan dengan area bagian barat-timur yang mengalami penipisan dibagian selatan. Lapisan batupasir memiliki ketebalan dibagian utara mencapai 110 ms yang ditandai dengan warna orange, sedangkan pada pada area sebelah barat-timur memiliki nilai ketebalan mencapai 70 ms. sedangkan penipisan terjadi pada bagian selatan dengan nilai mencapai 40 ms disebabkan karena adanya erosi mendatar yang ditandai dengan warna biru.

f. Analisis Perangkap Unconformity

Dalam menganalisis perangkap Unconformity yang terbentuk pada area penelitian ini, digunakan data sumur dan peta ketebalan waktu (isochrone). Data sumur sangat berperan dalam melihat peneyebaran lapisan batuan dan litologi batuan pada suatu lapisan, sedangkan peta ketebalan waktu (isochorone) digunakan untuk melihat penyebaran batupasir yang berada pada zona unconformity. Untuk menganalisis perangkap unconformity pada lapangan F3 Belanda, digunakan dua buah sumur yaitu F03-4 dan F06-1 dan peta ketebalan waktu (isochrone) top unconformity terhadap base unconformity. jenis data log yang digunakan yaitu log gamma ray untuk permeabilitas suatu batuan dan membedakan lapisan batupasir dan batu serpih, serta log porosity yang digunakan untuk melihat besarnya porositas batuan yang berada pada zona unconformity tersebut. Berdasarkan hasil interperetasi log gamma ray dan log porosity pada Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa nilai log gamma ray pada top unconformity

(6)

28

yaitu 104 API dan pada base unconformity yaitu 93

API berada pada litologi batu serpih (shale), sedangkan nilai log porosity terlihat rendah pada top unconformity yaitu 0,32 fraksi dan base unconformity yaitu 0,31 fraksi, hal ini menandakan bahwa pada sumur F03-4 zona unconformity terletak pada litologi batu serpih (shale) dengan nilai porositas batuan yang relatif rendah.

Sedangkan hasil interpretasi log gamma ray dan log porosity pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa nilai log gamma ray pada top unconformity yaitu 128 API dan pada base unconformity yaitu 81 API berada pada litologi batu serpih (shale), sedangkan nilai log porosity terlihat rendah pada top unconformity yaitu 0,28 fraksi dan pada base unconformity yaitu 0,26 fraksi, hal ini menandakan bahwa pada sumur F06-1 zona unconformity terletak pada litologi batu serpih (shale) dengan nilai porositas batuan yang relatif rendah. Untuk menganalisis perangkap unconformity digunakan peta ketebalan waktu (isochrone) top unconformity terhadap base unconformity, dari Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa penipisan terjadi pada area yang berada pada bagian selatan dan barat daya dengan nilai 40 ms, sedangkan pada arah utara mengalami penebalan yaitu 110 ms. Hal ini menandakan bahwa area yg mengalami penipisan di identifikasi sebagai perangkap unconformity yang berada di arah selatan dan berdekatan dengan patahan (fault).

Dalam petroleum system batu serpih (shale) merupakan batuan yang memiliki porositas rendah dan permeabilitas yang tinggi (impermeable),batu serpih sangat berperan sebagai batuan penutup (cap rock). Dari data hasil interpretasi kedua sumur yaitu F03-4 dan F06-1 dapat disimpulkan bahwa nilai log gamma ray pada top unconformity dan base unconformity terlihat tinggi dan terletak pada litologi batu serpih (shale), sedangkan nilai log porosity pada kedua sumur terlihat rendah porositas batuan yang berada pada top unconformity dan base unconformity.

Hal ini menandakan bahwa pada zona unconformity yang berada pada area penelitian ini dapat berperan sebagai perangkap startigrafi atau perangkap unconformity, hal ini didukung oleh litologi batuannya yaitu batu serpih (shale) yang tidak dapat meloloskan fluida (impermeabel). Pada area penelitian ini diidentifikasikan bahwa jenis perangkap unconformity yang terbentuk adalah paraconformity.

Paraconformity merupakan hubungan antara dua lapisan batuan yang sejajar pada suatu bidang perlapisan diakibatkan karena proses erosi yang mendatar. Jenis ketidakselarasan ini merupakan jenis yang sangat rumit, karena tidak mempunyai suatu bidang erosi yang tegas diakibatkan oleh lapisan batuan yang terakhir mengalami erosi, sehingga kenampakan dari perlapisan batuan terlihat normal dan tidak menonjol, akan tetapi berdasarkan dari umur geologinya terjadi loncatan umur yang berbeda.

g. Analisis Lingkungan Pengendapan

Pada awal tersier terjadi lingkungan pengendapan laut sampai kala masa Mid- Miosen. Struktur anticline yang terbentuk akibat adanya terobosan dari lapisan garam yang berada dibawah formasi Grup Zechstein yang biasa dikenal dengan istilah “salt dome” atau kubah garam. Mid-Miosen Unconformity (MMU) merupakan tahapan awal terjadinya lingkungan pengendapan delta. Dalam tahapan ini menunjukkan lingkungan tersebut terjadi diakibatkan pengangkatan (uplift) dari kubah garam yang berada pada formasi grup zechstein dan erosi dari sebelumnya laut merubah menjadi daratan (delta). Proses perubahan lingkungan pengendapan laut menjadi daratan dikontrol oleh tektonik.

Lingkungan pengendapan delta ini berakhir pada kala akhir pliosen, selanjutnya terjadi pengendapan laut pada kala awal kuarter. Hal ini menunjukkan adanya tanda bahwa lingkungan pengendapan kembali mengalami penurunan (subsidence) dari yang sebelumnya darat (delta) berubah menjadi lingkungan pengendapan laut.

h. Potensi Perangkap Unconformity pada Lapangan F3 Belanda

Pada area penelitian ini terdapat beberapa anomali bawah permukaan yang dapat terlihat secara kasat mata pada data penampang seismik 3D, seperti bright spot dan gas chimney. Brigh spot merupakan anomali amplitudo yang tinggi disebabkan oleh penurunan yang cukup kuat dari impedansi akustik pada bagian reservoir yang terisi oleh hidrokarbon. Pada umumnya fenomena bright spot mengidentifikasikan adanya reservoir gas yang dangkal, sedangkan anomali gas chimney merupakan gangguan vertikal dalam data seismik yang berhubungan dengan gerakan fluida atau gas bumi bergerak ke atas mengidentifikasikan adanya kebocoran dari fluida atau gas bumi.

Dalam petroleum system perangkap unconformity ini berperan sebagai trap yaitu geometri yang impermeabel terperangkapnya minyak atau gas bumi, didukung oleh litologi batuannya yaitu batuan serpih (shale) dengan nilai porositas yang redah. Batu serpih juga berperan sebagai batuan penyekat (seal) atau batuan penutup (cap rock). Pada penelitian ini juga terdapat patahan A yang merupakan patahan di lapangan F3 Belanda dan merupakan jalur migrasi gas, patahan ini terjadi karena adanya intrusi kubah garam yang terdapat pada formasi Zechstein. Pada formasi zechstein ini merupakan lapisan reservoir gas yang sangat penting dan merupakan tempat terakumulasi gas yang ekonomis dengan litologi batuan pasir zaman karbon dan didukung dengan adanya lapisan kubah garam (grup zechstein) dengan porositas yang cukup besar. Hanya saja hal yang disayangkan adalah pada lapisan garam zechstein ini tidak ada rekahan yang terjadi, oleh karena itu gas yang terdapat pada lapisan karbon tersebut bermigrasi

ke tempat lapisan reservoir yang lebih tinggi. Untuk lebih jelassnya dapat dilihat pada Gambar 7.

(7)

29

Gambar 7. Anomali bawah permukaan pada lapangan

F3 Belanda

5. Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Jenis perangkap unconformity yang terbentuk pada area penelitian yaitu paraconformity.

b. Penyebab unconformity adalah erosi yang mendatar pada ketebalan yang terangkat oleh up-lift saltdome dibuktikan dengan adanya zona penipisan pada peta isochrone.

c. Pada area penelitian ini batupasir tidak terdapat dalam formasi unconformity, melainkan berada di bawah formasi unconformity. Formasi

unconformity ini berpotensi menjadi batuan penutup (cap rock) bagi reservoir dibawahnya,

berperan sebagai perangkap stratigrafi.

6. Daftar Pustaka

[1] Sukmono, S. 1999. Interpretasi Seismik Refleksi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

[2] Overeem, I, G. J. Weltje, C. Bishop-Kay, and S. B. Kroonenberg, 2001 The Late Cenozoic Eridanos delta system in the Southern North Sea Basin. Netherland [3] Google Maps. 2016. North Sea. //www.googlemaps.com/.

Tanggal akses 05 Maret 2017.

[4] Landmark. 2003. SpecDecomp 2003 12 Tuning Cube Tuning Mapper and Volume Recon . Landmark Graphics Corporation.

[5] Koesoemadinata, R.P, 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Bandung, Jilid 1 dan 2, Penerbit ITB.

[6] Harsono, A. 1994. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oilfield Services, Jakarta

[7] Rider, M. 1996. The Geological Interpretation of Well Logs Second Edition. Interprint Ltd, Malta

[8] Emery, D and Myers ,K.J. 1996. Sequence Stratigraphy. London : Blackwell Publishing company.

5.

Gambar

Gambar 1 Lokasi lapangan F3 Belanda[3]
Gambar  3.  Peta  struktur  waktu  horizon  base  unconformity
Gambar  6.  Peta  ishochrone  top  unconformity  terhadap base unconformity.
Gambar 7. Anomali bawah permukaan pada lapangan  F3 Belanda

Referensi

Dokumen terkait

Puncak dari gugus- gugus yang terbentuk semakin tajam berbanding lurus dengan kenaikan suhu kalsinasi, yang menunjukkan bahwa peningkatan suhu kalsinasi mengakibatkan

Lembaga ini kemudian berubah bentuk menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone di tahun 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 216 tahun

NIS dari siswa dan menghasilkan absen siswa yang disimpan pada file Absen. Lalu pemberian materi MTK oleh guru ke siswa. Lalu input soal latihan dan menghasilkan

Hipotesa atau premis dan kesimpulan secara keseluruhan adalah argumen.Argumen dapat dinyatakan dalam bentuk implikasi, yaitup 1 p 1 ... Sebaliknya jika hipotesa bernilai benar

(2) berdasarkan hasil uji coba utama, modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach dengan materi pokok Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor untuk siswa

Pada penelitian ini perbedaan dosis tepung kerang mabe pada pakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak ikan kerapu tikus (Cromileptes

Tujuan komunikasi yang ingin dicapai melalui perancangan ulang buku “Piramida Makanan” adalah menarik perhatian target audience tentang pentingnya makan yang makanan sehat,

Kesadaran bahwa perkawinan adalah menyatukan dua manusia dengan latarbelakang yang berbeda akan membantu banyak pasangan untuk melihat perbedaan itu bukan sebagai suatu