• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Saham dan Jenis Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut.

Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk menghimpun dana bagi perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan salah satu bentuk instrumen investasi yang paling banyak dipilih para investor. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham juga dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut berhak menikmati keuntungan dari perusahaan dan berhak ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keuntungan

(2)

yang dinikmati para pemegang saham berasal dari deviden yang diterima dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya deviden yang diterima tergantung kebijakan deviven yang biasanya dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan atas nama atau atas tunjuk. Untuk menarik minat para investor yang potensial suatu perusahaan selain mengeluarkan saham biasa juga mengeluarkan saham preferen yang di mana investor mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa.

2.1.2. Jenis-jenis Saham

Saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).

1. Saham Biasa (common stock)

Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jaminan hasil karena deviden yang diberikan perusahaan nilainya tidak tetap sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan. Bila menajemen perusahaan tidak dijalankan dengan baik sehingga harga saham melemah maka kemungkinan terburuk bagi para investor adalah kehilangan investasinya (tidak mendapat pembagian deviden). Akan tetapi bila perusahaan memperoleh kenaikan laba, terdapat kemungkinan adanya peningkatan deviden yang diterima oleh investor. Menurut Siamat (2005:508) saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai jenis antara lain:

(3)

1) Saham unggul (blue chip), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya memperoleh keuntungan dan pembayaran deviden.

2) Growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik penjualannya, perolehan labanya, dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan yang lebih cepat dari rata-rata industri.

3) Emerging growth stock, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung.

4) Income stock, yaitu saham yang membayar deviden lebih dari jumlah rata-rata pendapatan.

5) Cyclical stock, yaitu saham perusahaan yang keuntungannya sangat berfluktuasi.

6) Defensive stock, yaitu saham yang perusahaannya dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.

2. Saham Istimewa (Preferred Stock)

Saham istimewa merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti pada obligasi, pemegang saham preferen juga memberikan hasil (deviden) yang tetap dan jumlahnya tidak akan bertambah walaupun perusahaan mengalami keuntungan. Seperti saham biasa, apabila perusahaan terlikuidasi klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi.

(4)

Menurut Joesoef (2007:118) saham preferen dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain:

1) Convertible Preferred Stock, yaitu jenis saham preferen yang memungkinkan bagi pemegangnya untuk menukar menjadi saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.

2) Callable Preferred Stock, yaitu bentuk saham preferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai tertentu.

3) Floating/Adjustable Preferred Stock, yaitu saham yang tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari Sekuritas Treasury Bills. Saham ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang baru dikenalkan pada tahun 1982.

21.3. Pengertian dan Apek Pasar Modal

Pada dasarnya pasar modal hampir sama dengan pasar-pasar lain. Untuk setiap pembeli yang berhasil, selalu harus ada penjual yang berhasil. Jika jumlah orang yang ingin membeli lebih banyak dibandingkan dengan orang yang ingin menjual, harga akan menjadi semakin tinggi dan bila tidak ada seorangpun yang membeli dan banyak yang mau menjual maka harga akan jatuh. Yang membedakan pasar modal dengan pasar lain adalah komoditas yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstract, karena yang diperjual belikan adalah

(5)

dana-dana jangka panjang, yaitu dana-dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

Pasar uang dan pasar modal berkembang dengan pesat, baik dalam bentuk saham maupun instrumen hutang. Banyak perusahaan yang relatif kuat tidak lagi menggantungkan dana kepada bank, mereka memandang pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang sering sekali dianggap lebih murah serta lebih menguntungkan. Semakin banyak perusahaan yang membiayai investasinya dengan mengeluarkan surat hutang sebagai alternatif dari kredit bank. Peran tradisonal bank sebagai intermediasi cendrung menurun, sebaliknya peran lembaga keuangan bukan bank semakin meningkat.

Pasar modal merupakan sarana yang memungkinkan bagi investor untuk melakukan pilihan investasi pada berbagai alternatif aset, sedangkan bagi perusahaan, pasar modal digunakan untuk mendapatkan tambahan dana jangka panjang guna membiayai kegiatan usahanya.

Pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi berfungsi sebagai penyalur dana dari lender (pihak yang kelebihan dana) kepada borrower (pihak yang membutuhkan dana) dalam waktu jangka panjang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lawrence J. Gitman dalam bukunya Principles of Management Finance (2003: 38). “The capital market is financial relationship created by number of

institutions and arrangements that allows the suppliers and demanders of long-term funds transactions”.

(6)

Berdasarkan definisi tersebut jelas bahwa pasar modal merupakan tempat yang mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk memperjual belikan dana yang terdiri dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dalam satu bentuk institusi resmi yaitu bursa efek.

Menurut keputusan menteri keuangan RI No.1548/KMK/90, tentang peraturan pasar modal, pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga berupa saham yang beredar.

Sementara, menurut UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, Pasal 1 ayat 13, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya dan lembaga serta profesi yang berkaitan dengan efek.

Efek yang dimaksud dalam definisi di atas adalah setiap surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

Efek – efek yang terdapat dalam pasar modal diperdagangkan pada dua jenis pasar.

1. Pasar Perdana

Menurut Siamat (1999:199), pasar perdana merupakan pasar tempat perusahaan pertama kali menawarkan efek secara langsung oleh emiten kepada investor

(7)

tanpa melalui bursa efek. Pemasaran efek dalam pasar perdana dilakukan oleh penjamin emisi (underwriter), broker, atau perusahaan efek sehingga harga perdana atau harga yang pertama ditawarkan merupakan keputusan bersama antara perusahaan go public dengan underwriter.

Selain sebagai pemberi saran (advisory function), underwriter juga berfungsi sebagai pembeli saham (underwriting function) dan sebagai pemasar saham ke investor (marketing function). Sebagai underwriting function, apabila sebagian saham atau obligasi yang ditawarkan dalam pasar perdana tidak terjual,

underwriter akan membeli sendiri efek yang tidak terjual. Ini merupakan salah

satu resiko penjamin emisi, oleh karena itu biasanya penjamin emisi merupakan kelompok (konsorsium) yang secara bersama-sama menjamin penjualan saham atau obligasi emiten dengan tujuan untuk memperkecil resiko penjamin emisi. 2. Pasar Sekunder

Menurut Siamat (1999:199), pasar sekunder merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli efek antar investor, baik secara langsung maupun melalui Perantara Pedagang Efek (PPE) di bursa efek. Bila pada pasar perdana harga efek adalah tetap, maka di pasar sekunder harga masing-masing efek berfluktuasi dengan kekuatan permintaan dan penawaran atas efek tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan efek atau surat-surat berharga mulai dari transaksi di pasar perdana dan pendaftaran sekuritas di pasar sekunder, serta pasar-pasar publik yang menerbitkan saham seperti Bursa Efek Indonesia (BEI).

(8)

2.1.4. Pengertian Bursa Efek

Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakil. Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran (Siamat, 1999:197).

Agar kegiatan emisi dan transaksi di bursa dapat berlangsung dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya maka diperlukan peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal. Menurut Siamat (1999:200) lembaga penunjang pasar modal di Indonesia meliputi lembaga penunjang pasar perdana, lembaga penunjang pasar sekunder, dan lembaga penunjang dalam emisi obligasi.

Stock Index merupakan suatu indikator pasar yang mencatat rata-rata

perubahan sebagian atau seluruh harga saham (common stock) yang ditransaksikan di bursa saham. Berikut ini akan dijelaskan indeks dari masing-masing negara yang akan dijadikan objek penelitian.

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah penggambaran secara keseluruhan keadaan harga-harga saham pada suatu bursa untuk waktu tertentu dibandingkan dengan harga saham secara keseluruhan pada waktu yang berbeda sehingga dapat dilihat kecendrungan kenaikan atau penurunan.

(9)

Agar indeks benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham yang sesungguhnya, maka perlu diadakan penyesuaian terhadap berbagai kegiatan seperti IPO, right issue, company listing dan delisting.

IHSG merupakan indeks gabungan dari seluruh saham yang terdaftar, yang dikeluarkan oleh BEI. Tujuannya untuk memudahkan investor mengukur kinerja portofolio global mereka. Indeks tersebut memasukan hasil-hasil dari perdagangan saham yang telah dikelompokan dalam sektornya masing-masing.

Adapun rumus untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut :

𝐼𝐻𝑆𝐺 =

∑𝑃𝑠

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟

Keterangan :

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan ∑Ps = Total harga saham

Divisor = Harga dasar saham

2. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo (Tse). Indeks Nikkei 225 telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) koran sejak tahun 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam

(10)

bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi (www.wikipedia.org).

Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih untuk sektor-sektor industri tertentu. Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock split, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan pembaginya (divisor).

Adapun rumus untuk menghitung Indeks Nikkei adalah sebagai berikut :

Nikkei 225 = ∑ 𝑃

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟

Keterangan :

∑P = Jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei Divisor = Angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi

3. Indeks Hangseng 43

Indeks Hangseng (HSI) adalah indeks yang mencatat kapitalisasi pasar indeks saham di Hongkong. Indeks Hangseng ini merupakan indikator utama dari keseluruhan performa pasar di Hongkong. HSI terdiri dari 43 perusahaan yang tercatat di dalam bursa Efek Hongkong di mana HSI mewakili sekitar 67% dari kapitalisasi pasar dari semua perusahaan yang listing di bursa saham Hongkong.

(11)

Hangseng 43 = ∑ 𝑃

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟

∑P = Jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Hangseng Divisor = Angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi

4. Indeks Kospi 200

Indeks Kospi merupakan indeks dari seluruh saham biasa yang diperdagangkan di bursa saham divisi Korea Stock Exchange. Kospi adalah gambaran indeks pasar saham Korea Selatan. Kospi diperkenalkan pada tahun 1983 dengan nilai dasar 100 pada Januari 1980. Ini dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada tahun 2007, volume harian Kospi mencapai ratusan juta saham (senilai ratusan won nilai mata uang Korea). Seperti yang dikemukakan di atas, Kospi diperkenalkan pada tahun 1983 menggantikan indeks sebelumnya KCSPI (Korea Composite Stock Price Index) atau indeks saham gabungan Korea. Selama bertahun-tahun Kospi bergerak dibawah 1.000 memuncak di atas 1.000 pada bulan April 1989, November 1994, dan Januari 2000. KOSPI tercatat sebagai indeks yang mencapai gain/kenaikan tertinggi sebesar 8.50% (23,81 poin), ditengah krisis keuangan asia saat itu. Pada 12 September 2001, KOSPI mendapat "pukulan" karena imbas dari peristiwa terorisme di WTC 9 / 11 dengan penurunan tajam sebesar 12,02% (64,97 poin). Pada 28 Februari 2005, KOSPI ditutup pada 1,011.36. Lalu kemudian jatuh kembali ke level 902,88 pada April 2005. Setelah itu nilai Kospi merangkak naik ke 1000.

(12)

Adapun rumus untuk menghitung Indeks Kospi adalah sebagai berikut :

Pada November 2005, nama indeks Korea secara resmi diubah menjadi Koseupi jisu. Pada tanggal 24 Juli 2007, nilai indeks Kospi menembus angka 2000 untuk pertama kalinya. Pada 25 Juli ditutup pada 2,004.22. Pada 20 Agustus 2007, indeks naik 93,20 poin (5,69%),atau yang terbesar dalam satu hari kenaikan indeks, setelah Federal Reserve AS menurunkan tingkat suku bunga. Kemudian pada 16 Oktober 2008, indeks turun 126,50 poin (9,44%) karena bangkrutnya Lehman Brother, setelah indeks Dow Jones turun 7,87%.

Kospi 200 = ∑ 𝑃

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟

∑P = Jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Kospi

Divisor = Angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi

5. Harga Emas Dunia

Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar emas london (www.wikipedia.org). Sistem ini dinamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah prosedur di mana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja di pasar london oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd (www.goldfixing.com). Kelima anggota tersebut adalah:

1. Bank of Nova Scottia 2. Barclays Capital 3. Deutsche Bank

(13)

4. HSBC

5. Sociate Generale

Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London Gold Fixing

Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima anggota

tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut. Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran, secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and

we’re fixed”.

Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10:30 (harga emas Gold A.M) dan pukul 15:00 (harga emas Gold P.M). Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris, dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas di seluruh dunia (www.goldfixing.com).

(14)

Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cendrung bebas resiko (sunariyah, 2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cendrung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat timbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat timbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih beresiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas (www.investopedia.com).

Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil timbal balik yang baik dengan kenaikan harganya (Adrienne Roberts FT. Personal Finance, Oktober 27th 2001, p 14), ketika banyak investor yang mengalihkan portofolio investasinya kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor.

6. Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate atau

Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI)

(15)

light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat

cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga minyak ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di WTI pada umumnya lebih tinggi lima sampai enam dollar daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar dibanding harga minyak Brent (http://useconomy.about.com/od/economicindicators/p/crude_oil.htm).

Harga minyak Brent merupakan campuran dari 15 jenis minyak mentah yang dihasilkan oleh 15 ladang minyak yang berbeda di laut utara. Kualitas minyak mentah Brent tidak sebaik minyak mentah WTI, meskipun begitu masih tetap bagus untuk disuling menjadi bahan bakar. Harga minyak mentah Brent menjadi patokan di Eropa dan Afrika. Harga minyak Brent lebih rendah sekitar satu hingga dua dollar dari harga minyak WTI, tetapi lebih tinggi sekitar empat dollar dari harga minyak OPEC (www.wikipedia.org).

Harga minyak OPEC merupakan harga minyak dunia antara lain:

1. Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh OPEC. 2. Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang minyak

Amerika Serikat yang tersimpan dalam Cadangan minyak strategis.

3. Permintaan minyak dunia, ketika musim panas permintaan minyak diperkirakan dari perkiraan jumah permintaan oleh maskapai penerbangan untuk perjalanan wisatawan. Sedangkan ketika musim dingin, diramalkan dari ramalan cuaca yang digunakan untuk memperkirakan permintaan potensial minyak untuk penghangat ruangan.

(16)

Saat ini perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh perdagangan saham sektor pertambangan. Kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga tambang secara umum. Ini tentu akan mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan harga saham pertambangan tentu akan mendorong kenaikan IHSG.

7. Kurs Mata Uang

Nilai tukar mata uang asing (the exchange rate) atau nilai kurs menyatakan hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negri. Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara bersama maupun sendiri terhadap negara.

Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada penawaran maka kurs

(17)

rupiah akan terapresiasi, demikian juga sebaliknya. Nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar.

Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negri. Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan dipandang negatif. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan indeks harga saham gabungan.

Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab deprsiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006). Hal ini tentunya akan menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Robert Ang, 1997). Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cendrung melakukan aksi jual dan menunggu situasi perekonomian dirasakan membaik.

Adapun rumus untuk menghitung kurs rupiah:

Kurs Rupiah = 𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐽𝑢𝑎𝑙 + 𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑖

(18)

2.1.5. Pengertian, Proses dan Resiko Investasi a. Pengertian Investasi

Dalam arti luas investasi diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Sedangkan dalam arti sempit investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan atau return.

Investasi dapat dilakukan pada aktiva riil (real assets) dan akiva keuangan (financial assets). Pada aktiva riil, investasi dapat dilakukan baik dalam bentuk berwujud (tangible assets) seperti membangun pabrik, mesin, kantor, kendaraan, maupun dalam bentuk tidak berwujud seperti (intangible assets) seperti merek dagang (trade mark) dan keahlian teknis (technical expertise).

Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain seperti pembelian sertifikat deposito, saham atau obligasi, maupun investasi tidak langsung yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

b. Proses Investasi

Proses investasi menjelaskan bagaimana sebaiknya seorang investor melakukan investasi dalam sekuritas dengan membuat keputusan mengenai jenis sekuritas yang akan dipilih, berapa besar dan kapan investasi tersebut dilakukan.

(19)

Menurut Husnan (1993: 23) terdapat lima langkah yang mendasari pengambilan keputusan dalam investasi, yaitu menentukan kebijakan investasi, analisis sekuritas, pembentukan portfolio, dan evaluasi kinerja portofolio.

1. Menentukan Kebijakan Investasi

Pada tahap ini investor perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak investasi tersebut dilakukan. Disini Investor harus benar-benar memahami bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat resiko dan return yang akan diperoleh. Artinya apabila investor hanya ingin menanggung resiko minimal maka ia akan mendapat return dalam tingkat tertentu, sebaliknya bila investor ingin mendapatkan return maksimal maka ia harus menanggung resiko dalam tingkat tertentu. Oleh karena itu sebaiknya tujuan investasi harus dinyatakan dalam return (imbal hasil) maupun resiko.

2. Analisa Sekuritas

Tahap ini merupakan proses di mana investor melakukan analisis terhadap penilaian sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari aset finansial yang telah teridentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi sekuritas mana yang terlihat salah harga (misspriced).

Dari banyaknya pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sekuritas, terdapat dua pendekatan yang lazim dipergunakan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan data perubahan pada masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga di masa

(20)

yang akan datang. Analisis fundamental adalah analisis yang mengidentifikasi prospek perusahaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk bisa memperkirakan harga saham di masa mendatang.

3. Pembentukan Portofolio

Portofolio diartikan sebagai kombinasi penanaman dana pada dua sekuritas atau lebih. Pada tahap ini investor harus melakukan identifikasi terhadap jenis-jenis sekuritas yang akan dipilih dan berapa porsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Tujuan dari pembentukan portofolio ini adalah untuk mengurangi unsystematic yang ditanggung oleh perusahaan dengan kata lain investor melakukan diversifikasi.

4. Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengurangan periodik dari tahap pembentukan portofolio. Revisi portofolio dimaksudkan untuk melakukan perubahan terhadap jenis portofolio yang telah dimiliki seiring dengan dirubahnya tujuan dari investasi. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, akan terjadi perubahan harga dari masing-masing sekuritas sehingga investor memiliki portofolio yang optimal.

5. Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini Investor melakukan penilaian periodik terhadap kinerja (performance) dari portofolio yang dimiliki. Penilaian ini tidak hanya ditinjau dari return yang diperoleh tapi juga dari resiko yang dihadapi. Oleh karena itu diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko serta standar relevan.

(21)

c. Risiko Investasi

Dalam melakukan investasi saham, investor akan memperkirakan tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk periode tertentu di masa akan datang. Akan tetapi belum tentu hasil yang diharapkan akan sama dengan hasil yang terealisasi. Hal ini disebabkan adanya suatu ketidakpastian yang oleh investor dianggap sebagai resiko investasi.

Dalam kaitannya dengan investasi, terdapat dua tipe resiko yang harus diperhatikan oleh investor.

1. Resiko Sistematik (systematic risk)

Resiko sistematik atau sering juga disebut market risk adalah bagian dari resiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan. Umumnya resiko ini berasal dari fakta-fakta yang secara sistematik mempengaruhi perusahaan, seperti perang, inflasi, resersi seperti yang terjadi akhir-akhir ini, dan suku bunga yang tinggi. Karena faktor ini cendrung menimbulkan akibat buruk bagi semua saham, maka resiko ini tidak dapat dieleminasi melalui diversifikasi (non deversable risk). Resiko sistematis dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

2. Resiko Suku Bunga

Resiko suku bunga merupakan resiko yang timbul dari ketidak pastian dari nilai pasar dan imbal hasil di masa depan yang diakibatkan oleh fluktuasi semua

(22)

bunga, harga surat berharga, atau pergerakan harga saham yang berkebalikkan dengan suku bunga pasar.

3. Resiko Daya Beli

Resiko daya beli adalah ketidakpastian mengenai daya beli dari penghasilan yang akan diterima di masa yang akan datang sebagai tingkat pengembalian dari suatu investasi. Resiko ini umumnya dikenal sebagai dampak dari inflasi dan deflasi dari suatu investasi. Inflasi adalah kondisi di mana terjadi peningkatan harga tinggi menyebabkan daya beli konsumen menurun, sedangkan deflasi merupakan kondisi yang berbeda seperti dari inflasi, yang merupakan koreksi dari harga tinggi.

4. Resiko Pasar

Resiko pasar adalah ketidakpastian terhadap harga saham yang disebabkan oleh antisipasi masyarakat terhadap tingkat pengembalian dari investasi. Perubahan perilaku masyarakat terhadap return saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya iklim politik, sosila budaya, ekonomi, dan juga oleh faktor

intangible, yang biasanya disebabkan oleh reaksi masyarakat (semua investor)

menuju kejadian yang sebenarnya, misalnya penurunan laba perusahaan, panic

selling sehingga menyebabkan para investor menjual sahamnya, yang akan

menyebabkan koreksi terhadap harga saham. 5. Resiko Tidak sistematik

Resiko tidak sistematik adalah resiko yang dapat dihilangkan dengan menambahkan jumlah saham yang dimiliki. Resiko ini bersangkutan dengan

(23)

resiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian-kejadian lain yang unik bagi perusahaan tertentu. Karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieleminasi melalui diversifikasi (deversifiable risk).

(24)

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

Tabel 2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

No Nama Peneliti

dan Tahun

Topik Variabel yang

Digunakan Hasil Penelitian

1 Fajar

Budhi Darmawan (2009)

Pengaruh Indeks DJI,

FTSE 100, NKY 225, dan HSI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Sebelum, Ketika, dan Sesudah Subprime

Mortgage pada tahun

2006 – 2009

variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

variabel independen : indeks Dow Jones, Indeks FTSE, Indeks Nikkei, Indeks Hangseng

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DJI dan FTSE mempengaruhi IHSG dengan signifikan pada periode April 2006 – Maret 2007 (sebelum subprime mortgage), DJI, FTSE, NKY225 mempengaruhi IHSG dengan signifikan pada periode April 2007 – Maret 2008 (ketika subprime mortgage), DJI dan NKY225 mempengaruhi IHSG dengan signifikan pada periode April 2008 – Maret 2009 (sesudah subprime mortgage)

2 Muhamad

Mansur (2005)

Pengaruh indeks Bursa Global, Tingkat Suku Bunga ABI dan Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode 2000 – 2002

Variabel Dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Variabel independen : Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Rupiah terhadap Dolar AS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dari dalam negri memberikan hail bahwa secara bersama-sama tingkat suku bunga SBI dan Kurs Dollar AS memberikan pengaruh yang signifikan. Tetapi secara individual menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI pada periode 2000 – 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di BEJ. Pengaruh yang signifikan diberikan kurs dollar AS dan besarnya pengaruh terhadap IHSG sebesar 51,55% dengan arah pengaruh negatif. Artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dollar AS maka IHSG cendrung akan melemah, dan sebaliknya jika rupiah terapresiasi terhadap dollar AS maka IHSG cendrung akan mengalami penguatan.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality), yang diharapkan dapat

Secara sederhana penerapan konsep point process pada rekayasa trafik telekomunikasi adalah mengasumsikan bahwa kedatangan trafik di sistem telekomunikasi merupakan proses yang

Tentu saja semua contoh di atas tidak cukup, spektrum dan horizonnya harus diperluas dengan melihatnya dari segi budaya, nilai, cara berfikir, mobilitas sosial,

Sistem pendukung keputusan sistem yang menentukan sebuah keputusan untuk memanajemen dan menganalisa pekerjaan secara jelas.Ada beberapa hal yang melemahkan daya

1. menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya pada saat pengajuan pasangan calon ini, saya telah menyampaikan surat pemberitahuan kepada pimpinan DPR, DPD dan DPRD dalam Pemilu

Strategi lain yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dalam memasarkan paket data bunet pada program “Indonesia Genggam Internet” ialah dengan

Subyek akan didengarkan audio rekaman visualisasi terarah, dan dilakukan pengukuran sinyal fisiologi dengan menggunakan 3 buah sensor yaitu sensor GSR (untuk

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan permainan bingo dikategorikan sangat baik dengan rata – rata penilaian respon sebesar 91.35% ; (2) hasil respon dari