• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya teknologi pada era sekarang memberi dampak yang sangat besar dalam penerimaan sumber data serta informasi yang dihasilkan. Suatu informasi yang baik dan akurat, tak lepas dari kebutuhan sebuah sistem informasi yang mampu mengolah berbagai data menjadi informasi yang dapat dijadikan sumber terpercaya.

Tak terkecuali dalam dunia kesehatan, sistem informasi terutama yang sudah terkomputerisasi juga dibutuhkan sebagai wadah pengolahan data mentah yang hendak dilaporkan dan dipelajari baik untuk instansi kesehatan itu sendiri maupun instansi kedinasan terkait serta sebagai wadah penyimpanan dari informasi yang dihasilkan. Hal ini berkesinambungan dengan kebutuhan rekam medis sebagai bukti pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tata cara penyelenggaraan rekam medis sendiri juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI yang sama bahwa, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

Sistem informasi kesehatan tidak hanya menyimpan data umum pasien, namun sebaiknya juga mampu menyimpan riwayat klinis pasien seperti dalam rekam medis manual. Mengingat pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa, rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

(2)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 192/MENKES/SK/VI/2012 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia, Sistem Informasi Kesehatan adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu mengelola data dan informasi publik (pemerintah, masyarakat dan swasta) di seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis untuk mendukung pembangunan kesehatan. Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.

Penyelenggaraan sistem informasi tidak hanya dilakukan oleh rumah sakit maupun puskesmas yang memiliki cakupan cukup luas dalam pemeriksaan pasien. Sebuah klinik khusus seperti klinik mata yang menangani berbagai penyakit pada organ mata juga tak lepas dari kebutuhan sebuah sistem informasi untuk mengolah data masukan menjadi suatu informasi.

Kualitas informasi yang dihasilkan dari suatu sistem informasi dipengaruhi oleh kelengkapan dan ketepatan data yang dimasukkan ke dalam sistem. Begitu pula bila sistem informasi yang digunakan hanya meminta data masukan yang tidak mendetail, maka informasi yang dihasilkanpun juga tidak mendetail.

Klinik Mata Sehati Yogyakarta sudah menerapkan sistem informasi berbasis komputer, namun masih terdapat kekurangan terhadap sistem informasi yang sudah ada. Berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas pendaftaran, apabila terjadi kesalahan penginputan pada bagian pendaftaran, petugas tidak dapat mengubah data yang sudah tersimpan dan harus menunggu Administrator dalam melakukan pengubahan data.

Sejauh ini sistem informasi yang ada pada Klinik Mata Sehati Yogyakarta hanya terdapat pada bagian pendaftaran pasien yang menyimpan data sosial pasien, bagian kasir dan bagian keuangan saja. Pencatatan rekam medis belum dilakukan secara terkomputerisasi kedalam sistem informasi klinik.

(3)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa petugas Klinik Mata Sehati, kebutuhan akan penyimpanan rekam medis pasien kedalam sistem informasi dirasa perlu, karena selain untuk mem-backup berkas rekam medis manual juga untuk mempermudah proses pelaporan. Pembuatan modul rekam medis pasien khususnya pada sistem informasi klinik mata harus berbeda dari sistem informasi pada umumnya, karena rekam medis yang dimiliki oleh klinik mata berbeda dengan rekam medis pada umumnya.

Dokter spesialis mata harus membuat status optalmologis untuk mengetahui fungsi anatomi kedua mata pasien. Status optalmologis tersebut berfungsi untuk menentukan tindakan selanjutnya yang harus dilakukan dokter untuk meminimalisir resiko yang tidak diinginkan.

Terbatasnya data masukan yang dibutuhkan untuk sistem yang sudah ada, terutama untuk layanan rekam medis, membuat perancang ingin merancang sebuah sistem informasi yang dapat memuat lebih banyak data masukan sehingga dapat menghasilkan kualitas informasi yang akurat dan lebih lengkap dari sebelumnya. Perancangan sistem informasi klinik ini dibagi menjadi dua bagian karena dibuat dalam satu tim yang terdiri dari dua orang. Bagian pertama mencakup tahap masukan hingga proses penyimpanan dalam basis data dan bagian kedua mencakup tahap proses penyimpanan dalam basis data hingga keluaran. Fokus perancang ada pada bagian pertama, yaitu pada tahap masukan hingga proses penyimpanan kedalam basis data.

B. Rumusan Ide Perancangan

Berdasarkan latar belakang tersebut, ide perancangan adalah mengembangkan sistem informasi pada Klinik Mata Sehati dengan merancang ulang suatu sistem informasi terkomputerisasi yang mencakup tahap pemasukan data hingga data itu tersimpan ke dalam basis data. Sistem informasi yang dirancang akan dilengkapi dengan modul penyimpanan rekam medis serta mampu mengatasi kesalahan pada proses di bagian pendaftaran.

(4)

C. Keaslian Perancangan

Berdasarkan pengetahuan perancang, perancangan mengenai sistem informasi pada klinik mata belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun, beberapa perancangan yang hampir serupa pernah dilakukan, antara lain: 1. Probo (2013), yang berjudul “Perancangan Basis Data dan Antarmuka

Pengguna Untuk Sistem Informasi Rekam Medis Pada Klinik Dokter Gigi Swasta”.

Persamaan yang dimiliki antara perancangan tersebut dengan ide perancangan yang akan dibuat adalah merancang basis data dan desain antarmuka untuk membangun suatu sistem informasi. Sedangkan untuk perbedaannya yaitu rancangan desain basis data dan antarmuka tersebut dapat digunakan pada klinik dokter gigi dan tidak dikembangkan menjadi suatu sistem informasinya.Hasil dari perancangan tersebut adalah sebuah desain basis data dan antarmuka suatu sistem informasi yang dapat digunakan pada klinik dokter gigi.

2. Pendit (2010), yang berjudul “Perancangan Basis Data Sistem Informasi Praktek Kedokteran Gigi Swasta di Klinik Gigi Jl Menteri Supeno Yogyakarta”.

Persamaan dalam perancangan ini adalah membuat rancangan basis data yang digunakan untuk membangun suatu sistem informasi. Sedang perbedaannya adalah rancangan tersebut digunakan untuk sistem informasi paraktik kedokteran gigi swasta. Hasil dari perancangan ini adalah sebuah desain basis data yang dapat digunakan untuk membangun suatu sistem informasi pada praktek kedokteran gigi swasta.

3. Pertiwi (2012), yang berjudul “Sistem Informasi Klinik Gigi Family Dental Care”.

Persamaan dalam perancangan ini adalah membuat rancangan suatu sistem informasi yang dimulai dari merancang desain basis data, desain antar muka dan pembuatan sistemnya ke dalam suatu aplikasi. Perbedaan dalam perancangan ini adalah perangkat lunak yang

(5)

digunakan dalam pembuatan sistem, yaitu menggunakan yii framework untuk pengembangan aplikasinya dan mysql untuk database management system-nya. Hasil dari perancangan ini adalah suatu sistem informasi bagi klinik gigi yang memudahkan pekerjaan karyawan klinik dalam pelayanan pendaftaran pasien yang semula manual menjadi komputerisasi.

4. Santika (2014), yang berjudul “Sistem Informasi Klinik Fachri Oemran”. Persamaan dalam perancangan ini adalah membuat rancangan suatu sistem informasi klinik yang kemudian dikembangkan menjadi sistem informasi yang dapat digunakan dan diterapkan oleh klinik tersebut. Perbedaan dalam perancangan ini adalah perangkat lunak yang digunakan adalah XAMPP untuk Database Managament System serta menggunakan bahasa pemrograman PHP CodeIgniter.

Sistem informasi ini digunakan untuk klinik umum, bukan klinik khusus. Hasil dari rancangan ini adalah sebuah sistem informasi klinik berbasis web yang mampu menggantikan proses pengerjaan manual yang selama ini dilakukan.

5. Wardhana (2014), yang berjudul “Pengembangan Sistem Informasi Klinik pada Klinik Bengawan Medistra”.

Persamaan dalam perancangan ini adalah merancang suatu sistem informasi klinik serta mengembangkannya agar dapat diterapkan di klinik tersebut. Perbedaan dalam perancangan ini adalah perangkat lunak serta bahasa pemrograman yang digunakan yaitu menggunakan PHP dan MYSQL. Hasil dari perancangan ini adalah sebuah sistem informasi klinik yang tidak terintegrasi dengan SIMPUS yang sudah diterapkan di klinik tersebut.

D. Gambaran Umum Klinik 1. Sejarah Klinik Mata Sehati

Klinik Mata Sehati diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 14 April 2014 di Jalan Yos Sudarso nomor 27 Kotabaru. Klinik ini didirikan oleh lima orang dokter lulusan FK UGM yang terdiri dari dr. Gideon

(6)

Hartono, dr. Sagung Gede Indrawati, SpM., dr. Purjanto Tepo Utomo, SpM (K), dr. Kurnia Rosyida, SpM., dan dr. Marlyna Afifudin, SpM. Empat diantaranya merupakan dokter spesialis mata. Tujuan pendirian klinik mata sehati adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan mata khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Visi dan misi

a. Visi

Menjadi pusat layanan kesehatan mata terdepan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengedepankan kepentingan pasien, dengan peralatan yang canggih dan pelayanan yang berkualitas. b. Misi

1) Selalu melakukan pemutakhiran IPTEK, peralatan dan sarana pendukung dalam bidang kesehatan mata

2) Memberikan informasi dan edukasi serta layanan dengan penuh kepedulian

3) Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pelayanan yang terbaik bagi pasien.

3. Pelayanan dan fasilitas

a. Pelayanan yang disediakan oleh klinik mata sehati antara lain: 1) Pemeriksaan mata umum.

2) Pemeriksaan mata subspesialistik (tumor, trauma, okloplastik, glaucoma, pediatric ophtalmologi, retina, refraksi, lensa kontak). 3) 2 ruang konsultasi.

4) 2 ruang operasi yang terdiri atas 1 ruang operasi minor dan 1 ruang operasi mayor.

b. Peralatan dan fasilitas yang dimiliki antara lain: 1) Digital Visual Acuity

2) Auto Refrakto Keratometry 3) Phoropter

4) Foto Fundus

(7)

6) Indirect Ophtalmoscope 7) USG dan Biometry 8) Fakoemulsifikasi

9) Trial set lensa kontak RGP 10) Optik

11) Farmasi E. Tujuan Perancangan

Tujuan pada perancangan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Merancang ulang sistem informasi klinik pada tahap pemasukan data hingga data disimpan ke dalam basis data.

2. Tujuan khusus

a. Merancang modul kunjungan pasien pada modul transaksi yang mampu menyimpan rekam medis pasien setiap kunjungan.

b. Merancang modul optik pada modul transaksi yang mampu menyimpan data mengenai pembelian alat optik setiap pasien. c. Merancang modul apotek pada modul transaksi yang mampu

(8)

F. Batasan Perancangan

1. Perancangan sistem informasi ini hanya dapat digunakan oleh pegawai Klinik Mata Sehati pada bagian administrator, pendaftaran, pemeriksaan, pelaporan, apotek, optik dan kasir.

2. Perancangan sistem informasi ini hanya sebatas pemasukan atau input data medis pasien oleh petugas hingga tersimpan dalam database sistem informasi.

G. Manfaat Perancangan

Perancangan sistem informasi Klinik Mata Sehati Yogyakarta ini diharapkan memiliki manfaat praktis maupun teoritis kepada:

1. Klinik Mata Sehati

a. Hasil perancangan bisa menjadi masukan dalam mengembangkan sistem informasi yang sudah ada.

b. Hasil perancangan dapat dipertimbangkan untuk diterapkan oleh Klinik Mata Sehati Yogyakarta karena modul yang dimiliki sistem lebih lengkap dan dapat mengatasi masalah dari sistem yang sudah ada.

2. Institut Pendidikan

a. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan sistem informasi selanjutnya.

b. Memberi masukan dan perbandingan bagi pengembangan maupun perancangan selanjutnya yang sejenis.

3. Perancang

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan dan merancang sistem informasi khususnya pada klinik mata.

b. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan basis data, teknologi informasi pada sarana pelayanan kesehatan dan proyek sistem informasi manajemen.

Referensi

Dokumen terkait

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Oleh karena itu, proses instalasi dilakukan dengan meletakkan sumber cahaya pada posisi yang berlawanan dengan kamera yang diberi polarizer linier di depan lensanya, Sudut cahaya

Anak jalanan memiliki tugas untuk mencari nafkah guna mencapai tujuan yaitu mendapatkan penghasilan atau uang, dan untuk memenuhi tugas dan tujuan tersebut, anak jalanan harus dapat

Sedangkan pada kelompok kontrol seluruh responden mengalamai reaksi tipe 2 dan 6 diantaranya tidak mengalami perbaikan kekuatan otot dorsal flexor ankle setelah diberikan

[r]

Secara keseluruhan, sektor lain juga memiliki nilai yang positif di mana hal tersebut mengindikasikan bahwa keseluruhan sektor di Kabupaten Kampar memiliki

Dengan adanya sistem baru yang diusulkan, yaitu Sistem “Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis Pada Klinik Yasmin Cikampek”, diharapkan dapat membantu dalam proses

Antara bahasa satu (bahasa Jawa) dengan bahasa yang lain (bahasa Sunda), memiliki sistem yang berbeda-beda. Artinya, bahasa Jawa memiliki sistem sendiri yang tentunya