Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
1 OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PAJAK DAERAH DI KOTA SURAKARTA
(STUDI PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA)
Widjanto Bagus Persadha KadarismanHidayat
Topowijono
(PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, [email protected])
ABSTRACT
One prominent source of revenue regional government is local tax. In Surakarta, land and building tax is a local tax with the biggest realization than other local taxes but it still needs an optimization to develop its potentialities .Research method is qualitative. Data collection technique includes interview and documentation. Data analysis involves analyzingrevenue regional government, analyzing land and building tax revenue, calculating and arranging an analytical table of land and building tax contribution, and understanding the constraint against the use of land and building tax revenue to improve local tax income. The result of research is concluded that (1) the contribution of land and building tax to local tax is declining, whereas the effectiveness of land and building tax also declined but remained in a very effective criterion level (2) there are factors constraining land and building tax revenue, but one salient factor is lacking of community awareness to the importance of tax, and (3) the government of Surakarta City has taken several measures, and one of them is giving incentive or reward to taxpayers who always pay land and building tax before deadline.
Keywords : optimalization, land and building tax, contribution, local tax ABSTRAK
Salah satu pemasukan pendapatan asli daerah yang cukup besar adalah pajak daerah. Di Kota Surakarta, pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memiliki realisasi yang terbesar diantara pajak daerah lainya, tetapi masih bisa dioptimalkan bila dilihat dari potensi yang seharusnya bisa diterima. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Proses pengumpulan data dengan tahap wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu menganalisis penerimaan pendapatan asli daerah, menganalisis penerimaan pajak bumi dan bangunan, menghitung dan menyusun tabel analisis kontribusi pajak bumi dan bangunan, serta mencari kendala dan upaya penerimaan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah mengalami penurunan, sedangkan efektivitas pajak bumi dan bangunan juga mengalami penurunan namun tetap dalam tingkat kriteria sangat efektif. (2) beberapa kendala yang dihadapi dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan, salah satunya yaitu rendahnya tingkat kesadaran masyarakat. (3) Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Surakarta ada beberapa, salah satunya yaitu memberikan insentif berupa reward kepada wajib pajak yang membayar pajak bumi dan bangunan sebelum jatuh tempo.
Kata kunci : optimalisasi, pajak bumi dan bangunan, kontribusi, pajak daerah PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penerimaan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap penerimaan negara. Berdasarkan dari data Tabel 1, penerimaan pajak bumi dan bangunan bagi pemerintah pusat tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan penerimaan pajak lainnya. Penerimaan pajak bumi dan bangunan
bagi pemerintah daerah dalam kontribusi terhadap pajak daerah di Kota Surakarta, merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang penting dan signifikan. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 2.
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
2 Tabel 1 Realisasi penerimaan negara dari sektor
pajak dan non pajak pada tahun 2013 - 2014 (dalam triliun rupiah)
Sumber Penerimaan 2013 2014
Penerimaan
Penerimaan Perpajakan 1. Pajak Dalam Negeri
PPh PPN PBB BPHTB Cukai Pajak Lainya 2. Pajak Internasional Bea Masuk Pajak Eksport Penerimaan Bukan Pajak 1. Penerimaan Sumber Daya Alam
2. Bagian laba BUMN 3. Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 4. Pendapatan Badan layanan Umum Hibah Jumlah 1.497.521 1.148.365 1.099.944 538.760 423.708 27.334 0 104.730 5.402 48.421 30.812 17.609 349.156 203.730 36.456 85.471 23.499 4.484 1.502.005 1.661.148 1.310.219 1.256.304 591.621 518.879 25.541 0 114.284 5.980 53.915 33.937 19.978 350.930 198.088 37.000 91.083 24.759 1.360 1.662.509 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Tabel 2 Jenis dan Realisasi Pajak Daerah yang dikelola Pemerintah Kota Surakarta tahun 2013-2014
Sumber : DPPKA Kota Surakarta, 2015
Pajak bumi dan bangunan adalah salah satu sumber penerimaan daerah yang penting dan merupakan jenis pajak yang sangat potensial sebagai salah satu sumber penerimaan negara, khususnya daerah. Hal ini dikarenakan objek Pajak Bumi dan Bangunan meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari sektor perkotaan, sektor pedesaan, sektor pertambangan migas dan nonmigas, hingga sektor perkebunan dan kehutanan.
Pemerintah membuat kebijakan mengenai perubahan pajak bumi dan bangunan untuk sektor pedesaan dan perkotaan dari pajak pusat menjadi pajak daerah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD). Pengalihan pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan dan perkotaan menjadi pajak kabupaten/kota meliputi seluruh kewenangan dalam mendata, menilai, menetapkan, mengadministrasikan, memungut dan kewenangan lainnya.
Kota Surakarta dengan letak geografi yang berupa daratan menjadikan kota ini mudah dijangkau dari segala penjuru. Banyak potensi daerah yang bisa digali dari Kota Surakarta sehingga dapat menghasilkan pemasukan yang cukup untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta, maka pemerintah daerah berupaya untuk terus menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang dimiliki dari potensi yang ada. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang sudah ada.
Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang penerimaanya besar dilihat dari potensi pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta. Sekrertaris Daerah Kota Surakarta, Suharto menjelaskan bahwa saat ini pemerintah kota masih menghadapi pemasalahan terkait pemungutan pajak bumi dan bangunan, diantaranya masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak akan pentingnya membayar pajak tepat waktu, hal tersebut dapat dilihat dari realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan setiap tahun yang masih bisa untuk di optimalkan lagi jika di bandingkan dengan potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta.
Berdasarkan permasalahan tersebutmaka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui perkembangan dari pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan setelah dialihkan menjadi pajak daerah ditinjau dari kontribusinya terhadap pajak daerah dan PAD Kota Surakarta, selain itu penulis juga tertarik melakukan penelitian mengenai kendala-kendala apa saja yang dihadapi saat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta dan juga upaya optimalisasi Pajak Bumi dan No Jenis Pajak Daerah Realisasi Penerimaan (Rp) 2013 2014 1 Pajak Hotel 20.423.582.592 21.823.524.119 2 Pajak Restoran 18.421.944.926 22.046.458.796 3 Pajak Hiburan 8.999.556.122 9.058.599.351 4 Pajak Reklame 6.162.570.200 6.501.425.099 5 Pajak Penerangan Jalan 38.863.518.249 45.144.130.722 6 Pajak Parkir 2.029.861.115 2.556.554.035
7 Pajak Air Tanah 787.710.400
943.990.510
8 Pajak Sarang
Burung Walet
4.474.000 5.033.575
9 Pajak Bumi dan
Bangunan
48.414.950.176 50.191.159.687
10 Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
3 Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di
Kota Surakarta yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan penjelasan diatas dan ketertarikan peneliti dengan permasalahan terebut, maka peneliti berminat untuk meneliti dan mengambil judul “Optimalisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah” (Studi di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta). TINJAUAN TEORI
Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, PAD didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Halim (2007:96), kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pajak Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12 Tahun 1994.
Yang menjadi obyek PBB adalah bumi dan atau bangunan. Subjek PBB adalah Orang
Pribadi atau Badan yang secara nyata (Darwin, 2013:8):
a) Mempunyai suatu hak atau bumi, dan atau b) Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau c) Memiliki, menguasai atas bangunan, dan
atau
d) Memperoleh manfaat atas bangunan, yang meliputi antara lain pemilik, penghuni, pengontrak, penggarap, pemakai dan penyewa.
Optimalisasi
Menurut Winardi (1999:363) Optimalisasi yaitu “Optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari sudut usaha, optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki. Dari uraian tersebut diketahui bahwa optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam perwujudanya secara efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan efisien agar optimal”.
Optimalisasi penerimaan PBB di Kota Surakarta dapat dilihat dari perbandingan antara potensi penerimaan PBB dan realisasi penerimaan PBB.
Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Jadi penegertian kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah adalah, suatu keikutsertaan, keterlibatan, ataupun sumbangan yang diberikan oleh realisasi pajak bumi dan bangunan terhadap realisasi pajak daerah. Karena pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu obyek dari penerimaan pajak daerah.
Untuk menghitung kontribusi yang diberikan oleh penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah, menurut Halim dalam Firdaus (2012:53) digunakan rumus sebagai berikut:
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖𝑃𝐵𝐵 = 𝑋
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
4 Keterangan :
X : Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Y : Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Untuk menilai kriteria kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah maka dapat dilihat pada tabel kriteria dibawah ini:
Tabel 3 Klasifikasi Kriteria Kontribusi
Persentase Kriteria 0.00 – 10.00 Sangat Kurang 10.10 – 20.00 Kurang 20.10 – 30.00 Sedang 30.10 – 40.00 Cukup Baik 40.10 – 50.00 Baik >50.00 Sangat Baik Sumber : Halim (2004:163) Efektivitas
Mardiasmo (2004:2) menyatakan pengertian efektivitas adalah kontribusi output terhadap pencapaian tujuan sasaran yang telah ditetapkan secara sederhana, efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari keluaran program dalam mencapai tujuan program.
Rumus yang digunakan dalam menghitung tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan menurut Halim (2004:164) adalah sebagai berikut:
Keterangan :
X : Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Y : Target Pajak Bumi dan Bangunan
Untuk menilai kriteria efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan maka dapat dilihat pada tabel kriteria dibawah ini: Tabel 4 Klasifikasi Kriteria Efektivitas
Persentase Kriteria >100 Sangat Efektif 90 - 100 Efektif 80 – 90 Cukup Efektif 60 – 80 Kurang Efektif < 60 Tidak Efektif Sumber : Halim (2004:164) METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang yang tidak dibuktikan dengan angka-angka, melainkan dengan uraian,
yaitu mengenai Optimalisasi Pajak Bumi dan Bangunan dan kontribusinya terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta.
Fokus penelitian ini diarahkan pada : a. Potensi, target dan realisasi Pajak Bumi dan
Bangunan, realisasi Pajak Daerah Kota Surakarta dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta dari tahun 2013-2014. b. Kontribusi dan efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. c. Mengetahui kendala-kendala yang
mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta.
d. Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam Optimalisasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta yang beralamat di Komplek Balaikota, Jalan Jendral Sudirman No. 2,Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Menurut Miles dan Huberman (2007:246) analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah semua data terkumpul dengan tekhnik analisis model interaktif: Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alurtahapan (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi dan kesimpulan akhir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Potensi, Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta Tahun 2013 – 2014 Penelitian potensi dan realisasi pajak bumi dan bangunan digunakan untuk menunjukkan seberapa optimalkah penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta. Optimalisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta dilihat dari potensi pajak bumi dan bangunan dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan pada tahun yang bersangkutan.
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑃𝐵𝐵 = 𝑋
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
5 Tabel 5 Potensi dan RealisasiPenerimaan PBB
Tanpa Denda dan Tunggakan Lainnya di Kota Surakarta dari Tahun 2013-2014
Tahun Potensi Penerimaan Realisasi Penerimaan % 2013 52.409.202.788 40.995.175.819 78,22 2014 53.072.926.873 42.317.936.700 79,74 Sumber : DPPKA Kota Surakarta, 2015
Pada Tabel 5dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan pada tahun 2013 sebesar Rp 40.995.175.819 masih jauh jika dibandingkan dengan potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 52.409.202.788, dengan persentase sebesar 78,22% saja dari 100% potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang harusnya bisa diterima. Sedangkan pada tahun 2014 realisasi yang diterima sebesar Rp 42.317.936.700 mengalami peningkatan penerimaan dibanding tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan potensi pajak bumi dan bangunan pada tahun 2014 yang seharusnya bisa diterima sebesar Rp 53.072.926.873, masih jauh dengan persentase hanya sebesar 79,74% dari 100% jumlah yang seharusnya diterima oleh Pemerintah Kota Surakarta.
Walaupun besar persentase perbandingan realisasi penerimaan dengan potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan dari tahun 2013 hingga tahun 2014 belum bisa mencapai hasil maksimal sebesar 100% namun sudah mengalami peningkatan besar persentase penerimaan dari tahun 2013 sebesar 78,22% naik menjadi 79,74% di tahun 2014. Hal tersebut menjadi tanda bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk mengoptimalkan penerimaan pajak mengalami peningkatan juga walaupun belum signifikan.
Penelitian mengenai target dan realisasi pajak bumi dan bangunan digunakan untuk menunjukan seberapa efektifkah program atau kegiatan dalam mencapai sebuah tujuan. Semakin besar realisasi yang diperoleh, maka akan semakin efektif suatu program atau kegiatan tersebut. Target dapat ditentukan berdasarkan realisasi yang dicapai pada tahun sebelumnya dan berdasarkan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Semakin tahun target akan selalu meningkat dikarenakan realisasi
yang juga akan selalu meningkat dikarenakan potensi yang ikut meningkat.
Kontribusi dan Efektivitas PBB di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
1. Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta Terhadap Pajak Daerah di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
Untuk dapat mengetahui besarnya kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah di Kota Surakarta pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, maka dilakukan perhitungan dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan dengan realisasi penerimaan pajak daerah tiap tahunya. a. Kontribusi Penerimaan PBB Total Pada
Tahun yang Bersangkutan Terhadap Pajak Daerah di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
Besar kontribusi yang diberikan oleh penerimaan pajak bumi dan bangunan total pada tahun yang bersangkutan terhadap penerimaan pajak daerah selama kurun waktu dua tahun anggaran terakhir dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 mengalami penurunan kontribusi (Tabel 6).
Tabel 6 Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Total Pada Tahun Yang Bersangkutan Tahun 2013-2014 Terhadap Pajak Daerah di Kota Surakarta Th. Realisasi PBB (Rp.) Realisasi Pajak Daerah (Rp.) (%) Kriteria 2013 48.414.950.176 193.906.210.948 24.97 Sedang 2014 50.191.159.687 206.750.725.212 24,28 Sedang Rata-rata 24,63 Sedang
Sumber : Data diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kontribusi pajak bumi dan bangunan total pada tahun yang bersangkutan terhadap pajak daerah pada tahun 2013 dengan persentase sebesar 24,97% dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang. Sedangkan ditahun 2014 kontribusi pajak bumi dan bangunantotal pada tahun yang bersangkutan terhadap pajak daerah yaitu dengan persentase sebesar 24,28% dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang.
Meskipun pada tahun 2014 nominal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan total pada tahun yang bersangkutan mengalami peningkatan
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
6 dari tahun sebelumnya namun kontribusi
pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah pada tahun 2014 mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh jumlah penerimaan pajak daerah pada tahun 2014 yang mengalami kenaikan secara signifikan namun tidak diimbangi dengan kenaikan dari realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang masih kurang jika dibandingkan dengan kenaikan realisasi penerimaan dari jenis pajak daerah lainya. Sedangkan rata-rata kontribusi pajak bumi dan bangunan total pada tahun yang bersangkutan terhadap pajak daerah selama dua tahun terakhir adalah sebesar 24,63% dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang.
b. Kontribusi Penerimaan PBB Tanpa Denda dan Tunggakan Lainya Terhadap Pajak Daerah di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
Besar kontribusi yang diberikan oleh realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan tanpa denda dan tunggakan lainya terhadap penerimaan pajak daerah selama kurun waktu dua tahun anggaran terakhir dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 mengalami penurunan kontribusi (Tabel 7).
Tabel 7 Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Tanpa Denda dan Tunggakan Lainnya Terhadap Pajak Daerah di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
Th. Realisasi PBB Realisasi P. Daerah (%) Kriteria 2013 40.995.175.819 193.906.210.948 21,14 Sedang 2014 42.317.936.700 206.750.725.212 20,46 Sedang Rata-rata 20,80 Sedang
Sumber : Data diolah, 2015
Terlihat bahwa kontribusi pajak bumi dan bangunan tanpa denda dan tunggakan lainya terhadap pajak daerah pada tahun 2013 dengan persentase sebesar 21,14% dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang. Sedangkan ditahun 2014 kontribusi pajak bumi dan bangunan tanpa denda dan tunggakan lainya terhadap pajak daerah yaitu dengan persentase sebesar 20,46% dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang.
Meskipun pada tahun 2014 nominal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan tanpa denda dan tunggakan
lainya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya namun kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah pada tahun 2014 mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh jumlah penerimaan pajak daerah pada tahun 2014 yang mengalami kenaikan secara signifikan namun tidak diimbangi dengan kenaikan dari realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang masih kurang jika dibandingkan dengan kenaikan realisasi penerimaan dari jenis pajak daerah lainya. Sedangkan rata-rata kontribusi pajak bumi dan bangunan tanpadenda dan tunggakan lainya terhadap pajak daerah selama dua tahun terakhir adalah sebesar 20,80 % dengan klasifikasi kriteria kontribusi sedang.
2. Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta di Kota Surakarta Tahun 2013-2014
Rasio efektivitas menunjukan seberapa efektif suatu daerah dalam merealisasikan pajak daerah yang telah dianggarkan tersebut dilihat dari target dan realisasi masing-masing komponen pajak daerah untuk mengetahui efektivitas dari masing-masing jenis pajak daerah.
Pada tahun 2013-2014 tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan adalah sangat efektif (Tabel 8). Hal ini dapat dilihat dengan realisasi penerimaan dari pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta setiap tahunya selalu melebihi target yang sudah ditetapkan sehingga persentase efektivitasnya lebih dari 100%.
Tabel 8 Efektivitas Penerimaan PBB Total Pada Tahun yang Bersangkutan di Kota Surakarta tahun 2013-2014
Th. Target PBB Realisasi PBB (%) Kriteria 2013 46.000.000.000 48.414.950.176 105,25 Sangat Efektif 2014 50.000.000.000 50.191.159.687 100,38 Sangat Efektif Rata-rata 102,81 Sangat Efektif Sumber : Data diolah, 2015
Berdasarkan data pada Tabel 8 pada tahun 2013 tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta mencapai persentase sebesar 105,25% dengan kriteria efektivitas yaitu sangat efektif, namun pada
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
7 tahun 2014 tingkat efektivitas pajak bumi dan
bangunan di Kota Surakarta mengalami penurunan dengan persentase sebesar 100,38% dengan kriteria efektivitas yaitu sangat efektif. Rata-rata persentase efektivitas pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta di tahun 2013-2014 adalah sebesear 102,81% dengan kriteria efektivitas sangat efektif.
Selama dua tahun berturut-turut pajak bumi dan bangunan memiliki tingkat efektivitas dengan kriteria sangat efektif, hal ini salah satunya dikarenakan oleh upaya-upaya yang telah dilakukan pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dalam mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan bangunan sehingga penerimaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan dapat melampaui target yang telah ditetapkan. Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Optimalisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta
Kurang optimalnya penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta jika dibandingkan dengan potensi pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta yang seharusnya bisa diterima dipengaruhi oleh beberapa kendala-kendala yang menghambat proses penerimaan pajak bumi dan bangunan yang menyebabkan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta kurang optimal. Berikut ini beberapa kendala yang menghambat proses penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari sisi SDM adalah masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak ini seperti kebiasaan perilaku dari wajib pajak tersebut, dikarenakan rendahnya pengertian dan pendidikan masyarakat di desa-desa yang tidak mengetahui akan pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan dan faktor kesibukan serta dengan sengaja menghindari pajak dikarenakan faktor ekonomi, faktor wajib pajak yang tidak berada ditempat atau keluar kota dan faktor memang sengaja tidak mau membayar
pajak.Kendala lain dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan dilihat dari sisi sumber daya manusia yaitu adalah masih kurangnya atau belum idealnya jumlah pegawai pajak yang mengurusi pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta yang menyebabkan kurang maksimalnya penerimaan pajak bumi dan bangunan.
b. Sarana dan Prasarana (SARPRAS)
Kendala yang dialami Pemerintah Kota Surakarta dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan salah satunya dikarenakan karena sarana dan prasarana yaitu server database pajak bumi dan bangunan yang sudah dalam kondisi kurang baik menjadi penyebab terkendalanya penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta. Server database yang sudah dalam kondisi kurang baik ini sering kali mengalami trouble atau rusak, sehingga menyebabkan sistem pelayanan lumpuh karena server pusatnya sedang mengalami trouble. Selain itu dalam memperbaiki server juga membutuhkan pihak ketiga atau teknisi yang khusus memperbaiki server tersebut dan membutuhkan waktu yang bahkan bisa sampai seharian. Selain itu selama ini pegawai pajak yang bertugas sebagai petugas survey atau cek lapangan mengalami kendala karena belum adanya alat ukur yang memadai yang bisa membantu pekerjaan mereka.
c. Sosialisasi atau Penyuluhan
Tidak tercapainya potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan secara maksimal salah satunya disebabkan karena kurang merata dan intensnya sosialisasi yang diadakan oleh pegawai pajak bumi dan bangunan DPPKA Kota Surakarta. Kurangnya sosialisasi jelas menyebabkan tingkat kesadaran wajib pajak juga rendah, dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta.
d. Pelayanan Publik
Dilihat dari sisi pelayanan publik kendala yang dihadapi berdasarkan pengamatan data hasil wawancara dengan petugas pelayanan pajak bumi dan bangunan yaitu wajib pajak tidak membwa lengkap
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
8 berkas-berkas yang terkait dengan pajak
bumi dan bangunan saat sedang complain sehingga dari pihak pelayanan pajak bumi dan bangunan tidak bisa memproses keberatan atau komplain yang diajukan oleh wajib pajak. Selain itu, belum tersedianya layanan pembayaran pajak bumi dan bangunan lewat ATM Banking menjadi kendala dikarenakan Pemerintah Kota Surakarta belum bisa memberikan pelayanan prima dengan memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam hal membayar pajak bumi dan bangunan melalui ATM Banking.
e. Sisi lainnya
Masih lemahnya sanksi dari pajak bumi dan bangunan yang telah diatur dalam peraturan daerah Kota Surakarta. Pada peraturan daerah Kota Surakarta Nomor 13 Tahun 2011 sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak sampai jatuh tempo adalah sanksi denda sebesar 2% per bulan dan dikenakan maksimal selama 2 tahun pajak. Hal tersebut menjadi kendala dalam memaksimalkan penerimaan pajak dikarenakan sanksi yang dibuat masih belum membuat efek jera kepada para penunggak pajak. Belum adanya sanksi seperti penyitaan tanah atau bangunan dan sanksi pidana kepada penunggak pajak bumi dan bangunan membuat wajib pajak masih menganggap membayar pajak bumi dan bangunan sebelah mata.
Upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam Optimalisasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Surakarta
Menurut data dari hasil wawancara mengenai upaya yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta untuk mengoptimalisasikan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta akan dijelaskan sebagai berikut: a. Melakukan penambahan pegawai pajak
DPPKA terkait dengan PBB.
Dengan menambah pegawai pajak yang terkait dengan pajak bumi dan bangunan akan membantu tugas atau fungsi yang diemban pegawai pajak sebelumnya tujuanyayaituuntuk membantu pekerjaan dari pegawai pajak sebelumnya sehingga kinerja setiap fungsi dapat berjalan lebih
maksimal dan penerimaan pajak bumi dan bangunan juga lebih optimal.
b. Menambah atau memperbaharui sarana prasarana yang dirasa perlu diadakan atau diperbaharui.
Dengan menganggarkan pengadaan untuk menambah sarana dan prasarana yang belum dimiliki dan yang memadai. Seperti mengadakan alat ukur yang memadai, sebab sampai saat ini DPPKA Kota Surakarta belum memiliki alat ukur yang memadai yang digunakan oleh petugas lapangan dalam melaksanakan tugasnya. Serta dengan meremajakan atau memperbaharui server database pajak bumi dan bangunan agar tidak menggangu kinerja dari pegawai pajak sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta. c. Membentuk 5 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang masing-masing tersebar di setiap kecamatan pada wilayah kerja DPPKA Kota Surakarta.
Dengan cara mendirikan UPTD yang masing-masing tersebar di setiap kecamatan di Kota Surakarta. Saat ini terdapat lima UPTD yang tersebar disetiapkecamatan yaitu UPTD Banjarsari, UPTD Laweyan, UPTD Jebres, UPTD Serengan, dan UPTD Pasar Kliwondiharapkan mampu membantu kinerja dari pegawai DPPKA Kota Surakarta dalam mengontrol dan mengatur wajib pajak yang berada di wilayah kerjanya masing-masing.
d. Meningkatkan sosialisasi dengan lebih merata baik secara langsung maupun tidak langsung keseluruh wilayah kerja DPPKA terkaitPBB.
Upaya sosialiasi yang dilaksanakan oleh pihak DPPKA Kota Surakarta adalah sosialisasi secara langsung melalui penyuluhan yang berisi tentang pengertian dari pajak bumi dan bangunan, fugsi dari membayar pajak bumi dan bangunan, tata cara pembayaran pajak bumi dan bangunan dan juga sanksi administrasi apabila tidak atau belum membayar pajak bumi dan bangunan hingga melewati batas jatuh tempo setiap tahun pajaknya. Serta sosialisasi tidak langsung yaitu mensosialisasikan pajak bumi dan bangunan melalui media publikasi dan media penyiaran yang ada di Kota Surakarta.
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
9 e. Melakukan jemput bola (Program Safari)
keseluruh wilayah kerja DPPKA terkait PBB. Dalam melaksanakan safari pajak bumi dan bangunan, petugas safari pajak bumi dan bangunan langsung datang pada jam dan tempat dimana sesuai dengan yang telah tertulis di undangan klarifikasi yang telah disebarkan dua minggu sebelumnya ke masayarakat. Dengan safari pajak bumi dan bangunan ini DPPKA Kota Surakarta berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan, selain itu juga untuk mencari objek pajak bumi dan bangunan yang belum terdaftar.
f. Memberikan insentif (rangsangan) reward atau hadiah yang diundi kepada wajib pajak yang membayar PBB sebelum jatuh tempo.
Wajib pajak yang dapat mengikuti untuk diundi adalah dengan kriteria wajib pajak yang membayar pajak bumi dan bangunan sebelum jatuh tempo dan tidak memiliki tunggakan pajak ditahun sebelumnya. Hadiah yang diberikan pihak DPPKA beragam mulai dari motor, sepeda gunung, televisi, lemari pendingin, mesin cuci dan lain-lain. Dengan adanya acara memberikan hadiah ini pihak DPPKA berharap wajib pajak membayar pajak bumi dan bangunan sebelum jatuh tempo dan menyelesaikan tunggakan-tunggakan pajak apabila memiliki tunggakan pajak pada tahun-tahun sebelumnya.
g. Melakukan perluasan basis penerimaan PBB di Kota Surakarta.
Untuk memperluas basis penerimaan, pihak DPPKA melakukanya dengan cara melakukan pendataan pembayar pajak dan menjaring wajib pajak baru atau biasa disebut sensus pajak bumi dan bangunan di setiap kecamatan oleh petugas pajak dengan dibantu oleh mahasiswa dari salah satu universitas di Surakarta. Dengan adanya kerjasama dari sekelompok mahasiswa di salah satu universitas di Kota Surakarta sangat membantu dan meningkatkan kecepatan petugas pajak dari pihak DPPKA Kota Surakarta dalam melaksanakan pendataan wajib pajak di Kota Surakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, terdapat tiga kesimpulan yaitu (1) kontribusi PBB terhadap pajak daerah mengalami penurunan, sedangkan efektivitas PBB juga mengalami penurunan namun tetap dalam tingkat kriteria sangat efektif. (2) Beberapa kendala yang dihadapi dalam penerimaan PBB, salah satunya yaitu rendahnya tingkat kesadaran masyarakat. (3) Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Surakarta ada beberapa, salah satunya yaitu memberikan insentif berupa reward kepada wajib pajak yang membayar PBB sebelum jatuh tempo. Secara keseluruhan kesimpulanya yaitu Upaya optimalisasi dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta, apabila kendala-kendala dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan dapat diatasi maka realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan pun akan ikut meningkat. Realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta meningkat maka tingkat kontribusi terhadap penerimaan pajak daerah juga akan mengalami peningkatan, karena pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu penerimaan pajak daerah. Begitu juga dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan ikut meningkat apabila pajak daerah mengalami peningkatan realisasi penerimaan, karena pajak daerah merupakan salah satu bagian penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagi berikut :
1. Dalam meningkatkan penerimaan PBB disarankan adanya kerjasama yang baik antara DPPKA Kota Surakarta dengan pihak-pihak yang terkait seperti Bank Jateng, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang tersebar di setiap kecamatan, pihak kecamatan dan pihak kelurahan yang berada di Kota Surakarta. Salah satu contohnya yaitu dengan mengadakan penyuluhan kepada pihak kecamatan dan kelurahan dalam hal penerimaan PBB.
2. Adanya system reward dan punishment yang jelas dan ketat untuk pegawai dinas yang
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 2 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
10 terkait dengan PBB. Dinas pemerintahan
perlu mengadopsi system dari sector swasta untuk meningkatkan kinerja yang optimal. 3. Pemerintah Kota Surakarta perlu
meningkatkan dan memperbaharui sanksi yang diberlakukan bagi wajib pajak yang tidak menjalankan kewajiban pajaknya. Salah satu contohnya dengan melakukan sanksi tegas berupa penyitaan tanah atau bangunan yang sampai sekarang belum bisa terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. http://bps.go.id/, diakses pada 10 januari 2015 jam 19.15 WIB.
Darwin. 2013. Pajak Bumi dan Bangunan dalam Tataran Praktis. Jakarta : Mitra Wacana Media
Firdaus, Yanuar Rakhmat. 2012. Analisis Efektifitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah (Studi Kasus di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Malang). Skripsi, Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang.
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.
. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi. Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data
Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta : UI Press.
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Suharto, Budi. 2014. Wawancara tentang permasalahan terkait pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kota Surakarta. Surakarta : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Winardi. 1999. Pengantar tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Bandung : Mandar Maju.