EVALUASI SISTEM DRAINASE KOTA KUPANG
Yunita A. Messah1), John H. Frans2), Yeryanti Hidelilo3)1Dosen, Teknik Sipil, Univ. Nusa Cendana Kupang, Jl. Adisucipto Penfui Kupang
Email: yunitamessah@gmail.com
2Dosen, Teknik Sipil, Univ. Nusa Cendana Kupang, Jl. Adisucipto Penfui Kupang
Email: putra_portoind@yahoo.com
3Alumni, Teknik Sipil Univ. Nusa Cendana Kupang, Jl. Adisucipto Penfui Kupang
Abstrak
Banjir disebabkan oleh beberapa factor, seperti tidak adanya drainase, drainase tidak sesuai rencana, drainase sering dijadikan tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya. Permasalahan banjir dapat disebabkan oleh sistem drainase yang tidak baik. Sistem drainase Kota Kupang terbagi atas 9 sub-sistem (zoning) berdasarkan Daerah Pengaliran Sungai (DPS). Permasalahan banjir di Kota Kupang dapat dilihat dengan adanya genangan di badan jalan bahkan banjir di beberapa tempat seperti pada Zona III. Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan evaluasi terhadap sistem drainase yang ada. Evaluasi sistem drainase ini meliputi saluran primer dan sekunder pada Zona III. Studi ini dilakukan dengan membandingkan realisasi sistem drainase pada Zona III dengan Rencana Induk (Master Plan) sehubungan dengan kondisi fisik saluran dan permasalahan banjir yang terjadi. Perhitungan debit banjir berdasarkan data curah hujan dari stasiun Baun, stasiun Penfui dan stasiun Lasiana. Besarnya debit banjir dihitung menggunakan rumus Rasional, yang diambil nilai maksimum dari curah hujan rerata daerah dan dianalisa menggunakan metode Gumbel tipe I untuk mendapatkan hujan rencana dengan kala ulang 10 tahun sebesar 141,454 mm, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam perencanaan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh debit akibat intensitas curah hujan sebesar 200,153 m3/dtk dan debit akibat air kotor penduduk sebesar 0,080 m3/dtk, sehingga total debit banjir yang diperoleh sebesar 200,233 m3/dtk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi saluran drainase pada Zona III tidak sesuai dengan Rencana Induk (Master Plan). Dimensi saluran lebih kecil dibandingkan dengan dimensi saluran pada Rencana Induk tersebut. Prosentase selisih lebar bawah saluran sebesar 33,177%, lebar atas saluran sebesar 48,273% dan tinggi saluran sebesar 30,298%. Selain itu, terdapat 3 saluran yang tidak direalisasikan yaitu pada nomor saluran S.6.1, S.7.3 dan S.7.4. Solusi untuk permasalahan sistem drainase pada Zona III yaitu memperbesar dimensi saluran lama dan membuat saluran baru sesuai dengan analisis serta pengoperasian saluran drainase sesuai dengan fungsinya.
Kata Kunci: Sistem, Drainase, Masterplan 1. PENDAHULUAN
Sistem drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan./atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat berfungsi secara optimal (Suripin, 2004). Sistem drainase di Kota Kupang terbagi atas 9 sub-sistem (zoning). Pembagian zona ini berdasarkan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yang mana zona III ini merupakan DPS dari sungai Merdeka dan sungai Oeba dengan panjang 4.950 m yang mencakup areal seluas ± 686 ha. Sistem drainase yang ada saat ini direncanakan untuk mampu menampung air kotor (limbah) buangan penduduk dan limpasan. Akan tetapi, pada daerah tertentu di zona III, masih terjadi genangan bahkan banjir yang dapat menggangu aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan evaluasi sistem drainase pada zona III Kota Kupang berdasarkan rencana induk drainase Kota Kupang.
Saluran drainase primer pada zona III merupakan saluran alam (natural drainage) yang meliputi daerah Sungai Oeba (saluran primer/P6) dan Sungai Merdeka (saluran primer/P7). Luas daerah pengaliran sungai Oeba adalah ±
2.34 Km2 meliputi Kelurahan Oebobo, Oeba dan Fatubesi. Kondisi alur sungai ini agak buruk ,mengalami
pendakalan akibat sedimentasi lumpur/tanah dan sampah, serta pada beberapa tempat mengalami penyempitan alur akibat pemikuman. Pada musim kemarau, sungai ini mempunyai debit sangat kecil bahkan mengalami kekeringan. Sedangkan untuk sungai Merdeka, daerah pengalirannya meliputi kelurahan Bello, Oepura, sebagian kelurahan
Kuanino, kelurahan Oetete, Merdeka dan Tode Kisar dengan luas ± 18.75 Km2. Kondisi alur sungai ini relatif buruk
karena pada beberapa tempat mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur/tanah dan sampah, dan di beberapa lokasi terjadi penyempitan alur akibat pemukiman. Pada musim kemarau sungai ini tetap berair, meskipun debitnya sangat kecil. Berdasarkan master plan, saluran sekunder pada sistem drainase zona III terdiri dari 22 saluran yang dapat dilihat pada tabel 1.
Keairan
Tabel 1. Saluran-saluran yang direncanakan dalam master plan sistem drainase zona III
Kondisi saluran-saluran eksisting dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kondisi eksisting saluran-saluran pada zona III
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, diketahui bahwa dimensi saluran eksisting tidak sesuai dengan dimensi saluran master plan, hal ini ditunjukan dengan terdapatnya 3 saluran yang tidak direalisasi. Perbedaan dimensi saluran eksisting dan saluran master plan dapat dilihat pada tabel 3.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sumber: Laporan Akhir Penyiapan Rencana Induk (Master Plan) Sistem Drainase Kota Kupang
0.200 4.500 0.25
S.TK.8B Jl. Monginsidi III Kiri Sekunder 1630 76.60 1.200 0.720 0.610
9.870 S.TK.8A Jl. Raya TimTim Sekunder 480 12.00 0.25 0.700 0.200 1.460 2.670 S.TK.8 Jl. Perumnas Nefonaek - Jl. Raya TimTim Sekunder 135 139.60 0.25 2.000 0.820 0.200
2.500 S.7.5 Jl. Suprapto - Lalamentik Sekunder 930 24.75 0.25 1.200 0.690 0.200
1.610 S.7.4 Memotong Jl. Bakti Warga Kel. Fatululi Sekunder 590 26.10 0.25 1.000 0.720 0.200
0.740 S.7.3 Jl. Raya Perumnas Kel. Fatululi Sekunder 760 17.90 0.25 0.700 0.650 0.200
2.830 S.7.2 Jl. Raya TimTim Oeba Sekunder 280 8.00 0.25 0.500 0.500 0.200
2.610 S.7.1 Nangka - Maumere - A. Yani Sekunder 1370 30.00 0.25 0.800 0.720 0.200
1.830 S.TK.7 Jl. Alor - Pasar Oeba Sekunder 540 21.00 0.25 1.000 0.780 0.200
1.500 S.6.8 Jl. Cak Doko Kiri Sekunder 520 15.40 0.25 0.800 0.640 0.200
1.790 S.6.7 Jl. Cak Doko Kanan Sekunder 550 12.00 0.25 0.700 0.620 0.200
1.570 S.6.6 Jl.Sapta Marga II Sekunder 640 15.00 0.25 0.800 0.720 0.200
2.010 S.6.5 Jl. Swakarya / Sapta Marga Sekunder 440 12.00 0.25 0.800 0.660 0.200
1.630 S.6.4B Jl. Cak Doko Sekunder 240 14.90 0.25 0.800 0.680 0.200
5.600 S.6.4A Jl. Tompelo - Cak Doko Sekunder 270 12.40 0.25 0.600 0.620 0.200
0.640 S.6.4 Jl. Pemuda - Cak Doko (SMU 1) Sekunder 1040 56.00 0.25 1.400 0.740 0.200
1.500 S.6.3 Jl. Urip Sumoharjo Sekunder 180 6.00 0.25 0.500 0.520 0.200
1.720 S.6.2 Jl. Urip Sumoharjo Sekunder 230 11.00 0.25 0.800 0.640 0.200
1.220 S.6.1 Jl. Sumatera Sekunder 370 13.50 0.25 0.800 0.700 0.200
1.740 S.TK.6A Jl. Urip Sumoharjo Sekunder 460 10.00 0.25 0.700 0.620 0.200
2.770 S.TK.6 Jl. Gunung Jati - Gunung Mutis Sekunder 740 17.50 0.25 0.800 0.620 0.200
17.650 S.TK.5 Jl. Cendrawasih - Garuda Sekunder 600 23.75 0.25 1.000 0.710 0.200
69.990 P.7 Sungai Oeba Primer 2550 233.00 0.50 3.500 1.060 0.300
Q (m3
/dtk)
P.6 Sungai Merdeka Primer 2400 1875.40 0.50 4.000 1.730 0.300
Nama atau
(ha) m : 1 b (m) h (m) Fb (m)
No Panjang C.A Perkiraan Dimensi
Saluran Lokasi Saluran Fungsi (m) Nomor
1 2
Sumber : Hasil Survey Lapangan, 2009 S.TK.8A S.TK.8B S.6.7 S.6.8 S.TK.7 S.7.1 S.7.2 S.7.3 S.7.4 S.7.5 S.TK.5 S.TK.6 S.TK.6A S.6.1 S.6.2 S.6.3
Banyak terdapat sampah Banyak terdapat sampah dan sedimen Banyak terdapat sampah
1630 1350 480
Banyak terdapat sampah, sebagian diniding telah hancur
=
saluran di gunakan untuk pembakaran sampah Monginsidi III Kiri
Nefonaek-Jl.Raya TimTim Baik Saluran di jalan Baik 0.720 0.800 Baik Jl.Bakti Warga Kel.Fatululi
Suprapto-Lalamentik
Saluran di depan Toyota
Banyak terdapat sampah dan di tumbuhi rumput, Banyak terdapat sampah dedaunan dari pohon kuanino
Saluran di jalan
S.6.5
S.6.6 Sapta Marga II Cak Doko Kanan S.6.4 S.6.4A S.6.4B Saluran di jalan SMU N 1 Kupang Saluran di depan 440 Swakarya/Sapta Marga 270 1040 240 Cak Doko Saluran di depan
Air mengalir dengan baik, dasar saluran terdapat kerikil
Pasangan Batu Saluran di pasar
Perpustakaan Daerah Urip Sumoharjo
Cak Doko Kiri
640 550 520 = di pinggir jalan = = 1370 Saluran di jalan
masuk pasar Oeba 540 Baik
Baik S.TK.8 Saluran di jalan Saluran di jalan 1.070 Pasangan Batu Saluran yg memotong
Saluran di jalan Perumnas Saluran di jalan
590 930 =
=
Baik Banyak terdapat sampah dan di tumbuhi pohonan
Banyak terdapat sampah, sedimen dan di tumbuhi rumput Baik Sedang Terdapat sampah Pasangan Batu Baik Baik Sedang Baik = = Baik 0.560 Pasangan Batu 0.700 0.660 0.700 Pasangan Batu Pasangan Batu = = 0.720 0.520 0.800 Pasangan Batu 0.700 0.750 0.550 0.780 0.520 Pasangan Batu Pasangan Batu 0.500 0.640 1.020 0.750 0.660 Pasangan Batu 0.500 = 0.750 0.400 Sedang Baik Sedang Sedang 4.860 0.800 0.600 0.800 0.750 0.800 Pasangan Batu Pasangan Batu Baik Baik 3.000 3.500 5.020 1.3602.200 0.700 Perumnas Kel.Fatululi 280 760 Saluran di jalan Saluran di jalan Saluran di jalan Saluran di jalan
Saluran di jalan Raya Raya TimTim Oeba
Nangka-Maumere-A.Yani Pasangan Batu Pasangan Batu Rusak = Pasangan Batu Pasangan Batu 0.500 = Pasangan Batu 0.500 0.600 230 180 600 740 460 370 Pasangan Batu Pasangan Batu 0.760 0.840 KONDISI KETERANGAN NO
2400 Baik Banyak terdapat sampah Lebar bawah Lebar atas Tinggi
LOKASI SALURAN Sungai Merdeka Sungai Oeba UKURAN ( M ) PANJANG ( M ) JENIS KONSTRUKSI 2550 Sumatera Gunung Mutis Saluran di jalan Saluran di jalan Saluran di jalan Urip Sumoharjo 0.640 0.750 0.800 0.600 NOMOR SALURAN P.6 P.7 Saluran di jalan Cendrawasih 0.650 0.720 0.750 0.800 0.550 1.070 = = 0.720 0.800 0.650 0.920 0.700 = = 0.550 Pasangan Batu Pasangan Batu Pasangan Batu Pasangan Batu 0.600 0.700 = 0.760 0.500 0.550 Pasangan Batu 0.800 0.650 4 5 6 7 8 9 10 11 19 12 13 14 15 24 3
Banyak sampah, di tumbuhi rumput
20 21 22 23 16 17 18
Air mengalir dengan baik
Banyak terdapat sampah, sebagian saluran ini merupakan saluran dari tanah Terdapat sampah
Saluran baru di bangun belum selesai Banyak terdapat sampah Banyak terdapat sampah
Terdapat sampah Terdapat sampah dan sedimen Terdapat sampah dan sedimen
Keairan
Tabel 3. Perbandingan dimensi saluran master plan dengan dimensi saluran eksisting
2. PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA DAN PERIODE ULANG Perhitungan curah hujan maksimum rencana dengan metode Gumbel Tipe I
Berdasarkan dara hujan harian dari stasiun hujan Baun, Penfui dan Lasiana dengan periode pengamatan tahun 1989-2008, dihitung hujan harian rata-rata, kemudian curah hujan maksimum rata-ratanya diambil berdasarkan nilai yang paling maksimum. Perhitungan curah hujan maksimum rencana menggunakan metode Gumbel Tipe I. rekapitulasi data hujan maksimum harian rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi hujan maksimum harian rata-rata
Perhitungan curah hujan rencana
1) Berdasarkan data pada tabel 4 di atas, dihitung curah hujan rerata daerah, X sesuai dengan persamaan (2).
n Xi
X =
å
(2)dengan Xi = curah hujan maksimum per-tahun, n = tahun. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. S a l u r a n 1 P 6 2 P 7 3 S . T K . 5 4 S . T K . 6 5 S . T K . 6 A 6 S . 6 . 1 7 S . 6 . 2 8 S . 6 . 3 9 S . 6 . 4 1 0 S . 6 . 4 A 1 1 S . 6 . 4 B 1 2 S . 6 . 5 1 3 S . 6 . 6 1 4 S . 6 . 7 1 5 S . 6 . 8 1 6 S . T K . 7 1 7 S . 7 . 1 1 8 S . 7 . 2 1 9 S . 7 . 3 2 0 S . 7 . 4 2 1 S . 7 . 5 2 2 S . T K . 8 2 3 S . T K . 8 A 2 4 S . T K . 8 B N o L e b a r b a w a h L e b a r a t a s T i n g g i L e b a r b a w a h L e b a r a t a s N o m o r U K U R A N ( M ) D I M E N S I S A L U R A N M A S T E R P L A N 0 . 0 0 0 0 . 7 0 0 1 . 1 1 0 T i n g g i 0 . 8 0 0 1 . 2 5 0 0 . 9 0 0 0 . 0 0 0 0 . 5 0 0 0 . 5 0 0 D I M E N S I S A L U R A N E K S I S T I N G U K U R A N ( M ) 0 . 8 0 0 0 . 8 4 0 0 . 8 0 0 0 . 7 0 0 2 . 2 0 0 4 . 8 6 0 1 . 3 6 0 0 . 8 2 0 1 . 0 0 0 1 . 4 5 5 0 . 9 1 0 0 . 8 0 0 1 . 2 1 0 0 . 8 2 0 4 . 0 0 0 6 . 0 3 0 2 . 0 3 0 3 . 0 0 0 3 . 5 0 0 4 . 8 6 0 1 . 3 6 0 3 . 5 0 0 0 . 4 0 0 0 . 8 0 0 1 . 2 2 0 0 . 7 6 0 0 . 7 6 0 5 . 0 2 0 0 . 5 0 0 1 . 0 2 0 0 . 0 0 0 0 . 6 0 0 1 . 4 0 0 1 . 8 7 0 0 . 9 4 0 0 . 8 4 0 0 . 7 5 0 0 . 5 0 0 0 . 8 6 0 0 . 7 2 0 0 . 5 0 0 0 . 5 0 0 0 . 6 4 0 0 . 8 0 0 0 . 7 5 0 0 . 6 0 0 1 . 0 1 0 0 . 8 2 0 0 . 7 5 0 0 . 6 4 0 0 . 7 0 0 0 . 7 5 0 0 . 6 6 0 0 . 6 0 0 0 . 6 6 0 0 . 8 0 0 1 . 2 4 0 0 . 8 0 0 1 . 2 3 0 0 . 8 6 0 0 . 6 0 0 0 . 8 8 0 0 . 7 0 0 1 . 1 1 0 0 . 8 2 0 0 . 7 2 0 0 . 8 0 0 0 . 8 0 0 1 . 2 6 0 0 . 9 2 0 0 . 7 0 0 0 . 7 0 0 0 . 5 6 0 0 . 7 2 0 0 . 5 5 0 0 . 7 5 0 0 . 7 8 0 0 . 8 0 0 0 . 6 0 0 0 . 8 0 0 1 . 2 2 0 1 . 0 0 0 1 . 4 9 0 0 . 9 8 0 0 . 8 0 0 0 . 8 4 0 0 . 7 5 0 0 . 5 0 0 0 . 8 5 0 0 . 7 0 0 1 . 0 7 0 0 . 8 0 0 1 . 2 6 0 0 . 9 2 0 0 . 5 5 0 0 . 5 5 0 0 . 7 0 0 1 . 0 7 0 0 . 6 5 0 0 . 0 0 0 0 . 0 0 0 0 . 7 0 0 1 . 1 2 5 1 . 0 0 0 1 . 4 6 0 0 . 9 2 0 0 . 0 0 0 0 . 8 5 0 0 . 0 0 0 1 . 2 0 0 1 . 6 4 5 0 . 8 9 0 0 . 7 2 0 0 . 0 0 0 0 . 0 0 0 0 . 8 0 0 0 . 8 0 0 2 . 0 0 0 2 . 5 1 0 1 . 0 2 0 0 . 5 2 0 0 . 7 0 0 1 . 1 0 5 1 . 2 0 0 1 . 6 6 0 0 . 9 2 0 0 . 6 5 0 0 . 8 1 0 0 . 8 0 0 2 5 . 0 0 0 0 . 0 0 0 4 0 . 0 0 0 0 . 0 0 0 0 . 6 5 0 0 . 9 2 0 0 . 7 2 0 0 . 5 5 0 0 . 5 2 0 0 . 7 0 0 5 4 . 2 8 6 2 0 . 0 0 0 0 . 0 0 0 2 5 . 0 0 0 2 8 . 5 7 1 1 0 0 . 0 0 0 5 . 0 0 0 0 . 0 0 0 1 2 . 5 0 0 4 5 . 8 3 3 3 1 . 2 5 0 5 3 . 2 7 1 1 0 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 1 6 . 7 5 0 7 . 7 2 7 0 . 0 0 0 0 . 0 0 0 4 0 . 0 0 0 7 4 . 0 0 0 1 2 . 5 0 0 2 . 7 7 8 6 . 2 5 0 2 0 . 0 0 0 5 4 . 9 5 5 3 9 . 0 2 4 1 0 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 2 9 . 8 9 7 7 . 6 9 2 3 3 . 8 8 4 1 4 . 6 3 4 6 5 . 7 7 5 2 5 . 5 3 2 2 5 . 7 4 3 1 9 . 5 1 2 3 7 . 7 0 5 1 0 . 7 1 4 4 1 . 8 6 0 4 4 . 4 4 4 4 4 . 4 4 4 3 9 . 1 3 0 3 5 . 1 3 5 3 2 . 9 2 7 3 5 . 4 8 4 1 4 . 7 7 3 5 1 . 2 2 0 2 3 . 2 5 6 1 0 0 . 0 0 0 5 6 . 3 4 9 2 3 . 9 1 3 2 0 . 5 6 1 7 . 1 4 3 3 8 . 5 2 5 7 . 1 4 3 4 6 . 3 0 9 3 8 . 7 7 6 6 0 . 8 4 3 0 . 0 0 0 5 6 . 2 3 1 3 8 . 2 0 2 7 9 . 2 8 3 3 1 . 3 7 3 % P E R B E D A A N D I M E N S I S A L U R A N E K S I S T I N G L e b a r b a w a h L e b a r a t a s T i n g g i D A N D I M E N S I S A L U R A N M A S T E R P L A N 2 7 . 6 0 2 1 . 2 3 5 1 0 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 1 0 0 . 0 0 0 4 8 . 2 7 3 3 0 . 2 9 8 = S u m b e r : H a s i l P e r h i t u n g a n , 2 0 0 9 P e r s e n t a s e P e r b e d a a n D i m e n s i S a l u r a n M a s t e r P l a n d a n D i m e n s i S a l u r a n S a l u r a n E k s i s t i n g 3 3 . 1 7 7
Tanggal Bulan Tahun
30 Januari 1989 5 Februari 1990 11 April 1991 12 Februari 1992 24 Januari 1993 7 April 1994 1 Maret 1995 26 Desember 1996 17 Februari 1997 20 Januari 1998 18 Maret 1999 30 Januari 2000 6 Januari 2001 10 Februari 2002 20 Februari 2003 3 Februari 2004 2 Februari 2005 2 Februari 2006 23 Februari 2007 21 Februari 2008 Sumber: Hasil Perhitungan, 2009
Kejadian Hujan maksimum harian
rata-rata (mm) 63.567 92.833 162.467 57.900 77.533 112.167 97.700 128.667 85.667 127.333 101.667 92.000 109.333 45.000 132.667 71.667 45.333 76.000 81.000 79.333
Keairan
Tabel 5. Hasil perhitungan curah hujan maksimum rerata daerah
2) Menghitung nilai standar deviasi dengan menggunakan persamaan (3).
) 1 ( ) ( 1 2 -=
å
n X Xi Sx (3)dengan Xi = data curah hujan, X = nilai rata-rata hitung varian, n = tahun. Dari persamaan tersebut diperoleh
nilai standar deviasinya adalah 30.439
1 20 311 . 17604 1 = -=
å
Sx3) Menghitung factor frekuensi, K, dari tabel rata-rata tereduksi (Yn), simpangan baku tereduksi (Sn) dan
hubungan antara kala ulang dan faktor reduksi (YTr), diperoleh nilai YTr = 2.251 (untuk t=10 tahun), Yn = 0.524
(untuk n = 20) dan Sn = 1.0628 (untuk n = 20). Perhitungan nilai K menggunakan persamaan (4)
Sn Yn Yt K =( - )
(4)
dengan Yt = nilai tereduksi varian, Yn = nilai rata-rata dari reduksi varian tergantung dari jumlah data. Dari
persamaan tersebut diperoleh nilai 1.625
0628 . 1 ) 524 . 0 251 . 2 ( - = = K
4) Menghitung nilai hujan rencana (XT) dengan menggunakan persamaan (5).
K Sx X
X = + . (5)
Hujan rencana dihitung untuk kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Curah hujan rencana barbagai kala ulang dengan metode Gumbel Tipe I
1 1989 63.567 4040.721 -28.425 807.981 2 1990 92.833 8618.028 0.842 0.708 3 1991 162.467 26395.418 70.475 4966.726 4 1992 57.900 3352.410 -34.092 1162.242 5 1993 77.533 6011.418 -14.458 209.043 6 1994 112.167 12581.361 20.175 407.031 7 1995 97.700 9545.290 5.708 32.585 8 1996 128.667 16555.111 36.675 1345.056 9 1997 85.667 7338.778 -6.325 40.006 10 1998 127.333 16213.778 35.342 1249.033 11 1999 101.667 10336.111 9.675 93.606 12 2000 92.000 8464.000 0.008 0.000 13 2001 109.333 11953.778 17.342 300.733 14 2002 45.000 2025.000 -46.992 2208.217 15 2003 132.667 17600.444 40.675 1654.456 16 2004 71.667 5136.111 -20.325 413.106 17 2005 45.333 2055.111 -46.658 2177.000 18 2006 76.000 5776.000 -15.992 255.733 19 2007 81.000 6561.000 -10.992 120.817 20 2008 79.333 6293.778 -12.658 160.233 1839.833 186853.646 17604.311 91.992 Sx 30.439 Jumlah X X2 ( X - X ) ( X - X )2 No Tahun Xi (mm)
Sumber : Hasil Perhitungan, 2009
T X Xt Tahun (mm) (mm) ( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f ) ( g )=( f-d )/e ( h )=b+(g*c) K 30.439 0.524 91.992 91.992 1000 91.992 30.439 30.439 91.992 Sx 30.439 30.439 100 Yn 0.524 Sn Yt 30.439 -0.148 500 25 50 91.992 91.992 1.0628 3.9028 3.179 2.517 3.1993 5 91.992 10 91.992 1.0628 0.3668 0.524 1.0628 1.0628 1.625 0.919 2.251 1.5004 254.982 274.853 87.489 141.454 119.956 168.614 208.765 188.762 30.439 30.439 2 0.524 0.524 0.524 0.524 3.836 4.6012 1.0628 1.0628 6.9087 1.0628 5.355 6.2149 1.0628 6.007 Sumber : Hasil Perhitungan, 2009
Keairan
3. ANALISIS INTENSITAS CURAH HUJAN Kemiringan lahan dan daerah pengaliran
Dalam studi ini, kemiringan lahan dan daerah pengaliran dihitung berdasarkan garis kontur pada peta topografi dengan menggunakan persamaan (6).
% 100 2 1 x L t t i= -(6) dengan I = kemiringan tanah/lahan, t1 = tinggi tanah di bagian tertinggi (m), t2 = tinggi tanah di bagian terendah (m).
Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi merupakan waktu yang dibutuhkan aliran dari titik terjauh ke titik suatu tempat tertentu. Perhitungan waktu konsentrasi dibagi menurut jenis saluran yaitu saluran primer dan sekunder. Saluran primer menggunakan rumus Kirpich (persamaan 7) dan Giandotti (persamaan 8).
(7) 2 / 1 2 / 1 8 . 0 5 . 1 4 2 h L A tc = + (8)
2
1 tc
tc
tc
=
+
, dengan tc1 = waktu konsentrasi dengan metode Kripich, tc2= waktu konsentrasi dengan metodeGiandotti. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Waktu konsentrasi untuk saluran primer
Untuk saluran sekunder, perhitungan waktu konsentrasi disesuaikan dengan kondisi permukaan dengan koefisien hambatannya. Waktu konsentranya merupakan jumlah dari waktu pengaliran, t1 dan t2. Perhitungan t1 dibagi menjadi 2 kondisi yaitu kondisi permukaan yang dilapisi semen dan aspal beton, koefisien hambatannya (nd) = 0.013 dan untuk tanah dengan ruang tipis dan gundul dengan permukaan sedikit kasar, koefisien hambatannya (nd) = 0.2, diambil t1 terbesar dari kedua kondisi tersebut. Perhitungan t1 menggunakan persamaan (9) dan t2 menggunakan persamaan (10) 6 / 1 . ). 28 . 3 ( 3 2 1 þ ý ü î í ì = s n d Lo t (9) V L t . 60 2= (10) dengan Lo = jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m), nd = koefisien hambatan, s = kemiringan daerah pengaliran (%), L = panjang saluran (m), v = kecepatan rata-rata air di selokan (m/dtk). Hasil perhitungan waktu konsentrasi saluran sekunder dapat dilihat pada tabel 8.
t1 t2 tc tc ( m e n it ) ( m e n it ) ( m e n it ) ( j a m ) 3 .5 6 7 0 .2 6 .6 6 7 1 0 .2 3 4 0 .1 7 1 3 .2 2 7 0 .2 8 .2 2 2 1 1 .4 5 0 0 .1 9 1 2 .7 3 1 0 .2 5 .1 1 1 7 .8 4 2 0 .1 3 1 2 .9 6 8 0 .2 4 .1 1 1 7 .0 8 0 0 .1 1 8 3 .5 4 1 0 .2 2 .5 5 6 6 .0 9 6 0 .1 0 2 3 .1 4 7 0 .2 2 .0 0 0 5 .1 4 7 0 .0 8 6 3 .6 5 0 0 .2 1 1 .5 5 6 1 5 .2 0 5 0 .2 5 3 3 .7 5 8 0 .2 3 .0 0 0 6 .7 5 8 0 .1 1 3 4 .1 8 2 0 .2 2 .6 6 7 6 .8 4 9 0 .1 1 4 3 .2 0 3 0 .2 4 .8 8 9 8 .0 9 2 0 .1 3 5 3 .1 2 1 0 .2 7 .1 1 1 1 0 .2 3 2 0 .1 7 1 2 .8 2 5 0 .2 6 .1 1 1 8 .9 3 6 0 .1 4 9 3 .1 7 4 0 .2 5 .7 7 8 8 .9 5 2 0 .1 4 9 3 .7 2 0 0 .2 6 .0 0 0 9 .7 2 0 0 .1 6 2 2 .5 6 7 0 .2 1 5 .2 2 2 1 7 .7 8 9 0 .2 9 6 3 .0 6 7 0 .2 3 .1 1 1 6 .1 7 8 0 .1 0 3 2 .8 5 6 0 .2 8 .4 4 4 1 1 .3 0 1 0 .1 8 8 3 .4 4 4 0 .2 6 .5 5 6 1 0 .0 0 0 0 .1 6 7 3 .2 9 0 0 .2 1 0 .3 3 3 1 3 .6 2 3 0 .2 2 7 3 .7 7 5 0 .2 1 5 .0 0 0 1 8 .7 7 5 0 .3 1 3 3 .0 7 0 0 .2 5 .3 3 3 8 .4 0 3 0 .1 4 0 3 .2 5 3 0 .2 1 8 .1 1 1 2 1 .3 6 4 0 .3 5 6 3 .4 9 0 2 .9 4 5 1 .3 2 6 0 .8 0 7 2 .4 2 3 1 .6 4 5 0 .2 3 3 1 .1 9 6 3 .2 3 5 1 .5 0 5 1 .1 9 5 1 0 2 9 .5 0 0 2 3 2 .0 0 0 4 3 9 .4 0 0 2 6 0 .4 0 0 1 .9 0 2 2 4 5 .5 0 0 4 6 5 .3 0 0 0 .7 9 8 4 .7 3 1 4 .9 7 6 0 .9 7 9 1 .6 3 4 0 .9 7 4 0 .4 5 9 2 6 2 .5 0 0 5 3 3 .5 0 0 2 8 6 .7 0 0 3 8 6 .0 0 0 2 1 5 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 3 9 3 .0 0 0 2 3 0 .8 0 0 2 0 6 .5 0 0 3 4 9 .0 0 0 4 4 6 .0 0 0 2 8 4 .0 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 0 .4 0 6 1 0 .8 6 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 4 3 6 .1 0 0 5 9 0 .7 0 0 2 7 0 .0 0 0 2 3 1 .0 0 0 2 0 9 .2 0 0 1 .5 0 0 4 8 0 1 6 3 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 5 4 0 1 3 7 0 2 8 0 7 6 0 4 4 0 6 4 0 5 5 0 5 2 0 K e c e p a t a n A lir a n ( m /s ) n d L ( m ) N o m o r S a lu r a n K e m ir in g a n L a h a n ( % ) L o ( m ) 1 .5 0 0 0 .6 9 6 1 0 4 0 2 7 0 1 8 0 2 4 0 7 4 0 4 6 0 3 7 0 2 3 0 S .T K .5 6 0 0 S .T K .6 S .T K .6 A S .6 .1 S .6 .2 S .6 .3 S .6 .4 S .T K .7 S .7 .1 S .7 .2 S .6 .4 A S .6 .4 B S .6 .5 S .6 .6 S .6 .7 S .6 .8 S u m b e r : H a s il P e r h itu n g a n , 2 0 0 9 S .T K .8 A S .7 .3 S .7 .4 S .7 .5 S .T K .8 S .T K .8 B 5 9 0 9 3 0 1 3 5 0 385 . 0 156 . 1 945 . 0 1 H L tc =
Keairan
Tabel 8. Waktu konsentrasi saluran sekunder
Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen, bahwa hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah sebesar 22.5% dari jumlah hujan selama 24 jam yang berarti 22.5% dari jumlah hujan
rata-rata hasil perhitungan curah hujan maksimum yaitu: R24 = 22.5% x XTr = 22.5% x 141.454 mm = 31.827 mm
Perhitungan intensitas curah hujan dihitung berdasarkan jenis saluran yaitu saluran primer, P6 (sungai Oeba) dan P7 (sungai Merdeka) dan saluran sekunder. Saluran primer (saluran Oeba), perhitungan curah hujan maksimum tahunan (Rm) dan hari hujan di atas 30 mm menggunakan metode rata-rata. Waktu konsentrasi untuk saluran P6 adalah 50.885 menit < 120 menit, sehingga diperoleh nilai RT dengan menggunakan persamaan (11).
) 5 . 0 54 . 0 )( 76 . 0 ln 35 . 0 ( + 0.25 -=R T tc RT b (11)
dengan Rb=017xRmxM0.33 , Rm = curah hujan harian maksimum tahunan (mm), T = kala ulang (tahun). Sedangkan
untuk saluran P7, Tc=142.441 menit > 120, sehingga menggunakan persamaan (12).
) 1 ) 120 ( 18 . 0 ( ) 5 . 0 54 . 0 )( 76 . 0 ln 35 . 0 ( + 0.25- - - + =R T tc t RT b (12)
Intensitas curah hujan, i dihitung dengan menggunakan persamaan (13).
tc RT i=
(13) Perhitungan intensitas curah hujan untuk saluran sekunder menggunakan rumus Mononobe.
3 / 2 24 24 24x tc R I = (14) Rekapitulasi hasil perhitungan intensitas curah hujan untuk saluran drainase primer dan sekunder dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi intensitas curah hujan
t1 t2 tc tc
(m e n it) (m e n it) (m e n it) (ja m )
3 .5 6 7 0 .2 6 .6 6 7 1 0 .2 3 4 0 .1 7 1 3 .2 2 7 0 .2 8 .2 2 2 1 1 .4 5 0 0 .1 9 1 2 .7 3 1 0 .2 5 .1 1 1 7 .8 4 2 0 .1 3 1 2 .9 6 8 0 .2 4 .1 1 1 7 .0 8 0 0 .1 1 8 3 .5 4 1 0 .2 2 .5 5 6 6 .0 9 6 0 .1 0 2 3 .1 4 7 0 .2 2 .0 0 0 5 .1 4 7 0 .0 8 6 3 .6 5 0 0 .2 1 1 .5 5 6 1 5 .2 0 5 0 .2 5 3 3 .7 5 8 0 .2 3 .0 0 0 6 .7 5 8 0 .1 1 3 4 .1 8 2 0 .2 2 .6 6 7 6 .8 4 9 0 .1 1 4 3 .2 0 3 0 .2 4 .8 8 9 8 .0 9 2 0 .1 3 5 3 .1 2 1 0 .2 7 .1 1 1 1 0 .2 3 2 0 .1 7 1 2 .8 2 5 0 .2 6 .1 1 1 8 .9 3 6 0 .1 4 9 3 .1 7 4 0 .2 5 .7 7 8 8 .9 5 2 0 .1 4 9 3 .7 2 0 0 .2 6 .0 0 0 9 .7 2 0 0 .1 6 2 2 .5 6 7 0 .2 1 5 .2 2 2 1 7 .7 8 9 0 .2 9 6 3 .0 6 7 0 .2 3 .1 1 1 6 .1 7 8 0 .1 0 3 2 .8 5 6 0 .2 8 .4 4 4 1 1 .3 0 1 0 .1 8 8 3 .4 4 4 0 .2 6 .5 5 6 1 0 .0 0 0 0 .1 6 7 3 .2 9 0 0 .2 1 0 .3 3 3 1 3 .6 2 3 0 .2 2 7 3 .7 7 5 0 .2 1 5 .0 0 0 1 8 .7 7 5 0 .3 1 3 3 .0 7 0 0 .2 5 .3 3 3 8 .4 0 3 0 .1 4 0 3 .2 5 3 0 .2 1 8 .1 1 1 2 1 .3 6 4 0 .3 5 6 3 .4 9 0 2 .9 4 5 1 .3 2 6 0 .8 0 7 2 .4 2 3 1 .6 4 5 0 .2 3 3 1 .1 9 6 3 .2 3 5 1 .5 0 5 1 .1 9 5 1 0 2 9 .5 0 0 2 3 2 .0 0 0 4 3 9 .4 0 0 2 6 0 .4 0 0 1 .9 0 2 2 4 5 .5 0 0 4 6 5 .3 0 0 0 .7 9 8 4 .7 3 1 4 .9 7 6 0 .9 7 9 1 .6 3 4 0 .9 7 4 0 .4 5 9 2 6 2 .5 0 0 5 3 3 .5 0 0 2 8 6 .7 0 0 3 8 6 .0 0 0 2 1 5 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 3 9 3 .0 0 0 2 3 0 .8 0 0 2 0 6 .5 0 0 3 4 9 .0 0 0 4 4 6 .0 0 0 2 8 4 .0 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 0 .4 0 6 1 0 .8 6 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 4 3 6 .1 0 0 5 9 0 .7 0 0 2 7 0 .0 0 0 2 3 1 .0 0 0 2 0 9 .2 0 0 1 .5 0 0 4 8 0 1 6 3 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 1 .5 0 0 5 4 0 1 3 7 0 2 8 0 7 6 0 4 4 0 6 4 0 5 5 0 5 2 0 K e c e p a ta n A lir a n (m /s ) n d L (m ) N o m o r S a lu r a n K e m ir in g a n L a h a n (% ) L o (m ) 1 .5 0 0 0 .6 9 6 1 0 4 0 2 7 0 1 8 0 2 4 0 7 4 0 4 6 0 3 7 0 2 3 0 S .T K .5 6 0 0 S .T K .6 S .T K .6 A S .6 .1 S .6 .2 S .6 .3 S .6 .4 S .T K .7 S .7 .1 S .7 .2 S .6 .4 A S .6 .4 B S .6 .5 S .6 .6 S .6 .7 S .6 .8 S u m b e r : H a s il P e rh itu n g a n , 2 0 0 9 S .T K .8 A S .7 .3 S .7 .4 S .7 .5 S .T K .8 S .T K .8 B 5 9 0 9 3 0 1 3 5 0 tc tc R2 4 ( m e n it ) ( j a m ) ( m m ) 1 4 2 .4 4 1 2 .3 7 4 3 1 .8 2 7 5 0 .8 8 5 0 .8 4 8 3 1 .8 2 7 1 0 .2 3 4 0 .1 7 1 3 1 .8 2 7 1 1 .4 5 0 0 .1 9 1 3 1 .8 2 7 7 .8 4 2 0 .1 3 1 3 1 .8 2 7 7 .0 8 0 0 .1 1 8 3 1 .8 2 7 6 .0 9 6 0 .1 0 2 3 1 .8 2 7 5 .1 4 7 0 .0 8 6 3 1 .8 2 7 1 5 .2 0 5 0 .2 5 3 3 1 .8 2 7 6 .7 5 8 0 .1 1 3 3 1 .8 2 7 6 .8 4 9 0 .1 1 4 3 1 .8 2 7 8 .0 9 2 0 .1 3 5 3 1 .8 2 7 1 0 .2 3 2 0 .1 7 1 3 1 .8 2 7 8 .9 3 6 0 .1 4 9 3 1 .8 2 7 8 .9 5 2 0 .1 4 9 3 1 .8 2 7 9 .7 2 0 0 .1 6 2 3 1 .8 2 7 1 7 .7 8 9 0 .2 9 6 3 1 .8 2 7 6 .1 7 8 0 .1 0 3 3 1 .8 2 7 1 1 .3 0 1 0 .1 8 8 3 1 .8 2 7 1 0 .0 0 0 0 .1 6 7 3 1 .8 2 7 1 3 .6 2 3 0 .2 2 7 3 1 .8 2 7 3 3 .5 8 1 3 9 .2 2 5 3 6 .4 3 4 2 9 .6 4 7 3 7 .1 3 1 2 4 .8 1 6 5 0 .2 2 5 4 6 .8 9 0 4 1 .9 5 5 3 5 .8 8 0 3 9 .2 6 9 5 0 .6 7 3 5 6 .7 2 6 2 7 .5 5 3 4 7 .3 1 2 3 5 .8 7 6 3 3 .2 8 9 4 2 .8 4 1 4 5 .8 6 6 I n t e n s it a s C u r a h H u j a n ( m m /j a m ) 4 6 .0 6 9 9 3 .0 8 6 S .6 .5 S .6 .6 S .6 .7 S .6 .8 S .T K .6 S .T K .6 A S .6 .4 A S .6 .4 B S .6 .1 S .6 .2 S .6 .3 S .6 .4 P .6 P .7 S .T K .5 N o m o r S a lu r a n S .T K .7 S .7 .1 S .7 .2 S .7 .3 S .7 .4 S .7 .5
Keairan
4. PERHITUNGAN KOEFISIEN PENGALIRAN (C)
Koefisien pengaliran dipengaruhi oleh besarnya intensitas hujan, kemiringan saluran, tampungan permukaan dan penutup lahan. Koefisien pengaliran dibagi berdasarkan jenis saluran, yaitu saluran primer dan sekunder.
Saluran primer 1) Sungai Merdeka
Penutup lahan adalah padang rumput, C=10%, Intensitas, I=46.069mm/jam dan K=10-3-10-4cm/dtk, berdasarkan
data di atas diperoleh Cp=0.134; Ct=0.05; Co=0.10; Cs=0.10; Cc=0.15, maka koefisien pengaliran untuk sungai
Merdeka, C =Cp +Ct +Co +Cs +Cc =0.134+0.05+0.10+0.10+0.15=0.534
2) Sungai Oeba
Penutup lahan adalah padang rumput, C=10%, Intensitas, I=96.086mm/jam dan K=10-3-10-4cm/dtk, berdasarkan
data di atas diperoleh Cp=0.30; Ct=0.05; Co=0.10; Cs=0.10; Cc=0.15, maka koefisien pengaliran untuk sungai
Merdeka, C =Cp +Ct +Co +Cs +Cc =0.30+0.05+0.10+0.10+0.15=0.70
Saluran sekunder
Daerah pengaliran untuk saluran sekunder terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C
berbeda, harga C rata-rata ditentukan dengan persamaan, = . . . ( . ). Hasil perhitungan
koefisien pengaliran untuk saluran sekunder dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Koefisien pengaliran saluran sekunder
5. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR
Perhitungan debit banjir rencana dibagi dalam 2 bagian yaitu akibat curah hujan dan akibat air kotor. 1) Akibat curah hujan
Debit banjir dihitung menggunakan rumus rasional, = x C x I x A.
2) Akibat air kotor
Untuk mengetahui besarnya air kotor yang dihasil oleh penduduk, perlu untuk mengetahui jumlah penduduk yang menetap pada suatu wilayah. Penentuan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan besar debit air kotor yang terjadi. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan akhir
tahun perencanaan (tahun 2019) menggunakan rumus, n
o
n P r
P = (1+ ) . Debit air kotor dihitung berdasarkan
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air per-orang per-hari adalah 120-140 ltr/org/hr (Kodoatie R.J, 2005). Debit air kotor merupakan jumlah dari debit air kotor yang berasal dari air buangan rumah tangga dan fasilitas umum.
Perhitungan air kotor/buangan dari rumah tangga, QAK= 80%xQAB, dimana QAB adalah kebutuhan air bersih
per-kelurahan, sedangkan debit air kotor dari fasilitas umum, QAK= 20%xQAB.
6. PERHITUNGAN DEBIT RENCANA TOTAL
Besar debit yang terjadi adalah total dari jumlah debit akibat curah hujan dan debit air kotor (air buangan
penduduk), perhitungan total debit menggunakan persamaan, Q = ∑ QS, dimana Qs = QICH + QAK. Hasil perhitungan
debit rencana total dapat dilihat pada tabel 11.
L1 L2 L3 L4 A1 A2 A3 A4 A (km) (km) (km) (km) (km2) (km2) (km2) (km2) (km2) 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00250 0.0005 0.393 0.002 0.0003 0.236 0.000 0.238 0.602 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00300 0.231 0.0015 0.002 0.0000 0.171 0.002 0.175 0.597 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00570 0.207 0.0020 0.003 0.0000 0.095 0.004 0.100 0.595 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00570 0.349 0.0018 0.002 0.0000 0.129 0.005 0.135 0.589 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00550 0.446 0.0015 0.001 0.0000 0.103 0.007 0.110 0.569 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00570 0.284 0.0015 0.001 0.0000 0.051 0.008 0.060 0.523 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00270 0.534 0.0012 0.003 0.0000 0.555 0.001 0.560 0.599 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00538 0.436 0.0016 0.001 0.0000 0.118 0.006 0.124 0.581 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00356 0.0007 0.591 0.001 0.0002 0.142 0.000 0.143 0.602 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00250 0.0007 0.270 0.001 0.0003 0.119 0.000 0.120 0.603 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00300 0.0006 0.231 0.002 0.0004 0.148 0.000 0.150 0.605 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00356 0.0015 0.209 0.002 0.0008 0.115 0.000 0.120 0.595 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00356 0.0012 0.287 0.002 0.0006 0.149 0.000 0.154 0.595 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00250 0.0006 0.386 0.001 0.0003 0.208 0.000 0.210 0.602 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00300 0.0009 0.216 0.004 0.0012 0.295 0.000 0.300 0.606 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00575 0.263 0.0016 0.002 0.0000 0.074 0.006 0.080 0.570 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00300 0.0005 0.232 0.002 0.0004 0.176 0.000 0.179 0.605 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00250 0.0005 0.439 0.001 0.0003 0.259 0.000 0.261 0.602 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00320 0.0010 0.260 0.003 0.0009 0.242 0.000 0.248 0.600 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00184 0.0008 1.030 0.002 0.0011 1.390 0.000 1.396 0.600 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00565 0.0005 0.246 0.003 0.0002 0.118 0.000 0.120 0.612 0.950 0.650 0.600 0.700 0.00314 0.0017 0.465 0.0019 0.005 0.0028 0.758 0.001 0.766 0.603 S.TK.6 S.TK.5 C C1 C2 C4 Saluran (m) C3 600 740 S.TK.6A L 460 Nomor 1040 270 240 S.6.4 S.6.4A S.6.4B S.6.8 S.TK.7 S.7.1 S.6.5 S.6.6 S.6.7 S.7.2 S.TK.8 280 760 S.7.3 S.7.4 S.7.5 370 230 180 1350 440 640 550 520 540 1370
Sumber : Hasil Perhitungan, 2009
S.6.1 S.6.2 S.6.3 480 1630 S.TK.8A S.TK.8B 590 930
Keairan
Tabel 11. Debit Rencana Total
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan bahwa:
1) Kondisi saluran drainase eksisting pada zona III tidak sesuai dengan saluran drainase pada Rencana Induk Sistem Drainase Kota Kupang, dimana tidak semua saluran direalisasikan, panjang dan dimensi saluran yang terealisasi tidak sesuai dengan rencana.
2) Debit rencana total yang terjadi untuk kala ulang 10 tahun sebesar 200.233 m3/dtk, debit saluran eksisting yang
diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan adalah sebesar 100.864 m3/dtk, sehingga debit air rencana lebih besar dari debit air eksisting.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). ”Standar Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan” (SK SNI T – 22 – 1991 – 03). Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
BR. Sri Hartono, Ir, Dip, H. (1981). ”Hidrologi Terapan”. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gajah Mada
Chow, Ven Te. (1989). ”Hidrolika saluran Terbuka”. Erlangga, Jakarta. Dake, J M K. (1985). ”Hidrolika Teknik”. Erlangga, Jakarta.
Harto, Sri Br. (1993). ”Analisis Hidrologi”. Gramedia, Jakarta.
Hasmar H. A. Halim. (2002). ”Drainase Perkotaan”. UII Press, Yogyakarta.
Kasiro, Ir. Ibnu dkk. (1994). ”Podoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesi”. Puslitbang Pengairan, Balitbang PU, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Kodoatie, J R, dkk. (2005). ”Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu”. Andi, Yogyakarta
Ledo, Yuliana, (2009). ”Studi Perencanaan Parit Resapan Untuk Mengatasi Banjir di Kecamatan Oebobo Kota
Kupang”. Tugas Akhir, S1, Jurusan Teknik Sipil Undana, Kupang.
Soemarto, C.D. Ir, BIE, Dipl, H. (1986). ”Hidrologi Teknik, Usaha Nasional”. Surabaya Indonesia.
Sosrodarsono, Suyono & Kensaku Takeda. (1976). “Hidrologi untuk Pengairan”. PT. Pradnya Paramita : Jakarta. Suripin. (2004). ”Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”. Andi, Yogyakarta.
Triatmodjo, B. (1993). ”Hidraulika II”. Beta Offset, Yogjakarta. Wilson, E M. (1993). ”Hidrologi Teknik Edisi Keempat”, ITB, Bandung.
QAK Q (m3/dtk) (m3/dtk) 3 4 = 2 + 3 128.158 42.101 0.005 1.431 0.005 0.972 0.001 0.709 0.001 1.014 0.001 0.884 0.000 0.499 0.017 2.585 0.003 0.950 0.003 1.123 0.001 0.846 0.002 0.907 0.001 0.780 0.001 0.999 0.003 1.308 0.002 1.256 0.001 0.638 0.001 1.010 0.002 1.592 0.002 1.227 0.024 5.589 0.001 0.836 0.005 2.822 0.080 200.233
Sumber : Hasil Perhitungan, 2009
2 1 TOTAL 200.153 S.TK.8 5.565 S.TK.8A 0.835 S.TK.8B 2.817 S.7.3 1.009 S.7.4 1.590 S.7.5 1.225 S.TK.7 1.305 S.7.1 1.254 S.7.2 0.637 S.6.6 0.905 S.6.7 0.779 S.6.8 0.998 S.6.4A 0.947 S.6.4B 1.120 S.6.5 0.845 S.6.2 0.883 S.6.3 0.499 S.6.4 2.568 S.TK.6 0.967 S.TK.6A 0.708 S.6.1 1.013 P.6 128.158 P.7 42.101 S.TK.5 1.426 Nomor QICH Saluran (m3/dtk)