WORKING PAPER
ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBELUM
DAN SESUDAH PENGALIHAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN DARI PEMERINTAH
PUSAT KE PEMERINTAH DAERAH (STUDI
KASUS DI DISPENDA KOTA BEKASI)
Ela Yanova
Bina Nusantara University, Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11530, Indonesia. ellayanova@yahoo.com
Ela Yanova, Thjin Tjiap Lung S.E., M.M., Ak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sebelum dan Sesudah Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah (studi kasus di Dispenda Kota Bekasi). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari hasil wawancara langsung kepada pihak terkait dan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan daerah Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari sebelum/sesudah pengalihan meningkat secara nominal tetapi masih banyak kendala yang masih dialami yaitu Wajib Pajak kurang peka/sadar dalam hal Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan . Untuk Kontribusi terhadap Pendapatan Daerah yang cenderung meningkat. Efektivitas Pengalihan terhadap Pendapatan Daerah sudah berjalan efektif dan sesuai. Namun hal yang masih menjadi kendala adalah mengenai basis data dan Sumber Daya Manusia maupun progremer yang mengantur aplikasi supaya berjalan dengan lancar dan efektif.(EY)
ABSTRACT
This study aimed to comperative analysis of property tax receipts before and after the transfer of property taxes from local governments to the central government (case study in the city Dispenda Bekasi). The method used in this study is a qualitative approach. The data used in this study are primary data obtained from interviews directly to related parties and secondary data obtained from the Department of Revenue Bekasi City area. The results showed that the land and building tax receipts from before / after the transfer increases in nominal terms but there are still many obstacles that still experienced by that taxpayer less sensitive / aware of in terms of the Land and Building Tax Collection. For Contribution to Regional Revenue are likely to increase. The transfer of the effectiveness of the Regional Revenue already running effective and appropriate. But it is still a constraint is the database and Human Resources and progremer which mengantur application that runs smoothly and effectively.(EY)
Keywords: Comparison of Revenue Property Tax, Diversion Regional Revenue Contribution
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah.
PBB ini sendiri mulai berlaku di Indonesia itu pada sejak diterbitkan Undang-undang No.12 tahun 1985 yang mencakup tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang No.12 Tahun 1994. PBB yang pada saat itu masuk kedalam pajak pusat yang pengelolaanya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, namun pada saat penagihannya dilakukan oleh pemerintah daerah. Kemudian dengan munculnya Undang-undang No.28 tahun 2009 atas perubahan dari Undang-undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka PBB dijadikan pajak daerah yang dimulai aktif sejak tanggal 1 Januari 2013.
Sehubungan dengan penelitian ini yang membahas mengenai Pengalihan Pajak Numi dan Bangunan Bagaimana proses pengalihan PBB dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Pencapaian target dan penerimaan pajak bumi dan bangunan di wilayah Kota Bekasi periode sebelum di alihkan ke daerah dari tahun 2010-2012 dan sesudah dialihkan dari tahun 2013-2015 (berjalan)? Bagaimana
perbedaan penerimaan sebelum atau sesudah pengalihan realisasinya. Meninjau faktor-faktor yang menyebabkan realisasi tidak mencapai target penerimaan PBB yang diinginkan serta mengetahui upaya yang dilakukan agar target penerimaan PBB dapat tercapai dengan maksimal. Seberapa besar kontribusi penerimaan PBB di Wilayah Kota Bekasi terhadap APBD Pemprov Bekasi?
METODE PENELITIAN
Berdasarkan landasan pemikiran dengan dasar filosofi dalam fenomenologi sastra maka peneliti menyusun rancangan penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena sosial yang terdapat dalam subjek penelitian ini, yang membahas mengenai Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sebelum dan Sesudah Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah ( Studi kasus di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi ).
penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini karena:
1. Analisis Perbandingan pemungutan pajak PBB pada Wilayah Bekasi. 2. Meninjau Peralihan yang diterapkan pada Tahun 2013.
3. Peningkatan penerimaan PBB pada wilayah Kota Bekasi.
4. Waktu dalam penelitian ini melibatkan urutan waktu (time series)
yakni tahun 2010,2011,2012,2013,2014, dan 2015.
5. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah
penerimaan pajak bumi dan bangunan pada Wilayah Kota Bekasi.
6. Unit analisanya yaitu Instansi Pemerintah atau DISPENDA. 7. Lingkungan riset merupakan lingkungan yang rill.
PEMBAHASAN/HASIL PENELITIAN
Sebelum Pengalihan Pajak Bumi dan BangunanDana Bagi Hasil dari Penerimanaa Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 90% untuk daerah meliputi 16,2% untu daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening Kas Umum Daerah Propinsi 64,8% untuk daerah Kota/Kabupaten yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening Kas Umum Daerah Kota/Kabupaten , dan 9% untu biaya Pemungutan. Sedangkan 10% bagian pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah Kota/Kabupaten. Pajak Bumi dan Bangunan saat masih dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui KPP Pratama. Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun 2010-2012 masih dipungut oleh Pemerintah Pusat yang dimana pemasukannyadari tahun 2010-2012 semakin meningkat dan pemasukan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut masuk ke dalam Dana Perimbangan, merupakan Bagi Hasil yang secara merata dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada seluruh daerah yang ada di Indonesia.
Setelah Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberlakuan peraturan tersebut juga berpotensi menjadi peluang, pengalihan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan perkotaan ini yang sepenuhnya tanggung jawab untuk mengelola diberikan kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola potensi pajak bumi dan bangunan dan dapat meningkatkan perkembangan pembangunan serta kemandirian daerahnya. Adapun penambahan jenis pajak ini merupakan tantangan sekaligus menjadi peluang bagi pengembangan pelayanan oleh Dinas Pendapatan Kota Bekasi. Hal tersebut bisa menjadi tantangan karena penambahan jenis pajak belum tentu disertai dengan penambahan kapasitas kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia yang menjadi tenaga penggerak atas capaian target dari penetapan masing-masing item pajak daerah.
SIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanBerdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis serta pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. efektifitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap target yang telah ditetapkan pada tahun sebelum peralihan maupun setelah peralihan diberlakukan yakni pada tahun 2010 hingga 2013 mengalami kenaikan yang sangat bagus/baik atau setiap persentase nya mengalami kenaikan sebesar 100%.
2. Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Dinas Pendapatan daerah Kota Bekasi dari hasil perhitungan yang penulis lakukan dapat di ketahui bahwa kontribusi terbesar Pajak Bumi dan Bangunan terjadi pada tahun 2010 sampai dengan 2013, yang dimana sejak sebelum dilakukan peralihan hingga setelah dilakukan peralihan oleh pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan yang sangat dinilai kurang atau rendah. Setelah di berlakukan nya sistem pengalihan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah kontribusi menjadi meningkat dan Sumber Daya Manusia di tingkatkan untuk pelayanan yang dilakukan di Dispenda. Sehingga dapat dikatakan dispenda berperan besar pada pendapatan daerah karena penerimaan yang masuk pun penuh sampai 100% ke kantong Dispenda tanpa harus di bagi-bagi lagi seperti sebelum peralihan. Dari analisis setiap kecamatan di Kota Bekasi , Kecamatan Bekasi Timur unggul untuk tahun 2010, Kecamatan Bekasi Barat unggul untuk tahun 2011, Kecamatan Medan Satria unggul untuk tahun 2012, Kecamatan Medan Satria unggul lagi ditahun 2013 dan Kecamatan Medan satria kembali unggul untuk tahun 2014 yang raelisasi nya melebihi target. Kecamatan Pondok Gede dan Pondok Melati kerap kali realiasasinya tidak pernah mencapai target, banyak wajib pajak di kecamatan tersebut tidak sadar akan membayar pajak atau masyarakat kurang penyuluhan dari aparat. Dan untuk tahun 2015 data belum diketahui karena sedang berjalan.
Saran
Ada pun saran yang akan disampaikan penulis yang mungkin dapat bermanfaat dan berguna untuk pihak terkait dan masyarakat.
1. Saran untuk Dispenda Kota Bekasi,
a. Dispenda harus sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat pun mengerti akan penting nya membayar pajak dan tata cara pembayaran pajak.
b. Responsive, yaitu bagaimana respon dari Dispenda kepada masyarakat melalui e-govermentnya. Dari hasil analisa Dispenda kurang dalam hal merespon masyarakat melalui websitenya.
c. Harus ada nya tindakan tegas untuk Wajib Pajak yang tidak mau membayar atau pun mungkir. Sehingga Wajib Pajak pun jera dan taat membayar pajak. d. Pengawasan dan pelatihan yang baik bagi staff agar Sumber Daya Manusia
nya bisa lebih optimal, dan kinerja menjadi maksimal.
e. Tingkatkan lagi sistem yang digunakan agar dalam penginputan data menjadi lebih cepat, masyarakat pun lebih puas dengan kinerja yang cepat.
f. Memberikan pelayanan pembayaran PBB keliling yang dilaksanakan di wilayah-wilayah kabupaten bekasi.
g. Menghapus SPPT yang ganda, alamat tidak jelas, dan yang tagihan PBBnya tidak pernah dibayar lebih dari 10 tahun, sehingga dapat mengurangi target penerimaan PBBnya.
2. Saran untuk Wajib Pajak :
a. Menghimbau kepada Wajib Pajak agar mau membayar pajak, sebab hasil nya pun akan dinikmati sendiri oleh WP dengan adanya fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintah.
b. Jika tidak paham dengan tata cara ataupun langkah-langkah prosedur baik nya datang langsung ke dispenda kepada bagian pelayanan agar diberi prosedur tata cara dan bertanya lah.
c. Jangan mengambil tindakan sendiri yang merugikan Wajib Pajak, seperti tidak mau membayar PBB karena tanah warisan.
d. Jika Wajib Pajak pindah domisili silahkan memberi tahu secepatnya kepada RT setempat atau pun pihak lainnya.
3. Saran untuk Aparat :
a. Sering melakukan sosialisasi terhadap masyarakat dengan acara-acara tertentu.
b. Aparat harus lebih sigap dalam penjemputan bola.
c. Perlu mengadakan iklan-iklan di media sosial, radio, televisi, koran, dan spanduk ataupun iklan berjalan.
d. Jika ada kesalahan aparat wajib memberi sanksi tegas.
REFERENSI
a. BukuAnastasia D.,& Lilis S. (2014). Perpajakan Teori dan Peraturan
Terkini.Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
Prof. Dr. Azhari Aziz Samudra, M.Si.(2015). PERPAJAKAN DI INDONESIA.Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. (2011). Perpajakan.(Revisi 2011).Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
b. Undang-Undang
Republik Indonesia, Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tahapan Persiapan Dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2012
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
c. Jurnal
Taufiq Umar Abdalla, (2010). Analisis Kesiapan Administrasi Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009, Studi Kasus Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta. Skripsi FISIP Universitas Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Depok
Tri Mayulia, (2012). Analisis Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, Studi Kasus Kabupaten Bandung Barat. Skripsi FISIP Universitas Indonesia. Depok
Yudhi hadibrata, (2012). Tinjauan Kesiapan Administrasi Atas Perubahan
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pajak Pusat Menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Cianjur. Skripsi FISIP Universitas Indonesia.
Depok d. Tesis
Rany,N. (2014). Analisis Efektivitas Proses Pelayanan Pengalihan
Pengelolaan Serta Pemasukan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Mataram).
Skripsi S1. Universitas Brawijaya, Malang. e. Sumber dari internet
Dinas Pendapatan Daerah. Diakses pada tanggal 02 Juni 2015 dari www.bekasikota.go.id/read/5399/dinas-pendapatan-daerah
Direktorat Jendral Pajak. Definisi PBB diakses pada tanggal 20 Maret 2015 dari http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-tata-cara-pembayaran-pbb Pemerintah Kota Bekasi. Diakses pada tanggal 05 Juni 2015 dari
RIWAYAT PENULIS
Ela Yanova lahir di kota DKI Jakarta pada 15 April 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi Perpajakan pada tahun 2015.